Anda di halaman 1dari 8

A.

JUDUL
“Pemeriksaan Pernafasan”
B. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan teknik-teknik pemeriksaan frekuensi
pernafasan secara tepat sesuai prosedur.
C. DASAR TEORI
Bernafas merupakan pergerakan involunter (tidak disadari) dan volunter
(disadari) yang diatur oleh pusat nafas di batang otak dan dilakukan dengan
bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi, diafragma, dan otot-otot
interkostalis berkontraksi, memperluas rongga thoraks dan memekarkan paru-
paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan
diafragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti paru-paru akan
mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke
posisi semula. Nilai normal frekuensi nafas pada anak-anak bervariasi tergantung
dari usia anak tersebut sedangkan pada orang dewasa mempunyai nilai yang tetap
(Team Teaching, 2019).
Nilai normal frekuensi nafas pada anak-anak bervariasi tergantung dari usia
anatk tersebut, sedangkan nilai normal frekuensi nafas orang dewasa adalah 12-
20x/menit. Perhatikan pula adanya penggunaan otot nafas tambahan dan adanya
pergerakan dinding dada yang asimetris (Team Teaching, 2019).
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat, dan penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam
bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida
ke lingkungan. Sistem pernapasan melibatkan beberapa organ, termasuk hidung,
mulut, faring, trakea, diafragma, otot perut, dan mulut kemudian melewati faring
dan laring untuk trakea. Trakea, tabung berotot membentang ke bawah dari laring,
membagi di ujung bawah menjadi dua cabang yang disebut bronkus primer.
Setiap bronkus memasuki paru-paru, di mana ia kemudian membagi ke saluran
pernapasan sekunder, bronkiolus dan akhirnya duktus alveolar mikroskopis, yang
berisi banyak kantung-kantung kecil yang disebut alveoli. Alveoli dan kapiler
bertanggung jawab untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida. Pernapasan
merupakan proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup dengan gas
yang ada di lingkungannya. Sedangkan proses perombakan bahan makanan
menggunakan oksigen sehingga diperoleh energi dan gas sisa pembakaran
karbondioksida (CO2) disebut respirasi. Proses respirasi yang menggunakan
oksigen disebut juga respirasi aerob sedangkan respirasi yang tidak membutuhkan
oksigen disebut respirasi anaerob (Nasir, 1988).
Respirasi merupakan proses penguraian senyawa organik kompleks menjadi
senyawa-senyawa yang sederhana. Sebagian besar proses respirasi berlangsung
didalam mitokondria. Adapun sebagian proses yang lain berlangsung dalam
sitosol. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar
adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah
dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara
darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh (Tabriani, 1996).
Peran sistem respirasi adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Untuk melakukan pertukaran gas, sistem
kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama. Sistem kardiovaskular
bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru-paru sedangkan sistem
pernapasan melakukan dua fungsi terpisah yaitu ventilasi dan respirasi (Tabriani,
1996).
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur,
berirama dan terus menerus . Bernafas merupakan gerak reflek yang terjadi pada
otot-otot pernafasan. Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak
didalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena itu seseorang
dapat menehan, memperlambat atau mempercepat nafasnya, ini berarti bahwa
reflek nafas juga dibawah pengaruh koteks serebri. Pusat pernafasan sangat peka
terhadap kelebihan kadar karbohidrat dalam darah dan kekurangan oksigen dalam
darah (Syaifuddin, 2007).
Selama proses bernapas normal, kira-kira 500mL udara bergerak ke saluran
napas dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam setiap
ekspirasi. Hanya kira-kira 350mL volume tidak benar-benar mencapai alveoli,
sedangkan yang 150mL tetap berada di hidung, faring, trakhea, dan bronkhi, yang
disebut sebagai volume udara mati. Dengan bernapas sangat kuat, kita dapat
menghisap lebih dari 500mL udara. Kelebihan udara yang dihirup ini, yang
disebut volume udara cadangan inspiratori, rata-rata 3.100mL. Dengan demikian
sistem pernapasan dapat menarik 3.100mL (volume cadangan respiratori)+
500mL (volume udara tidal) = 3.600mL (Soewolo, 2003).
Pernapasan pada manusia dapat digolongankan menjadi 2, yaitu:
1. Pernapasan Dada
Pada pernapasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang
rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar
yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rususk ke posisi semula.
Bila otot tulang antar rusuk luar berkontraksi maka tulang rusuk akan terangkat
sehingga volume dada bertambah besar. Bertambah besarnya akan menyebabkan
tekanan dalam rongga dada lebih kecil daripada tekanan luar rongga dada. Karena
tekanan udara kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari
luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses ‘inspirasi’.
Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang
rusuk kembali ke posisi semula dan menyebabkan tekanan udara di dalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ‘ekspirasi’ (Waluyo,
2010).
2. Pernapasan Perut
Pada pernapasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal ini menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga
tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru-paru
(inspirasi). Bila otot diafragma bereaksi dan otot dinding perut berkontraksi, isi
rongga perut akan mendesak ke diafragma sehingga diafragma cekung ke arah
rongga dada. Sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat.
Meningkatnya tekanan rongga dada menyebabkan isi rongga paru-paru terdesak
ke luar dan terjadilah proses ekspresi (Waluyo, 2010).
D. ALAT DAN BAHAN
No. Nama alat Fungsi Gambar
1. Buku catatan Sebagai bukti tertulis
atas segala tindakan
pelayanan,
perkembangan penyakit
dan pengobatan selama
pasien
berkunjung/dirawat
dirumah sakit.
2. Stopwatch Untuk mengukur denyut
nadi pasien.

E. CARA KERJA
Pengukuran Sistem Pernapasan

Menjelaskan tindakan yang dilakukan pada


penderita.

Memperhatikan gerak nafas penderita, inspirasi


dan ekspirasi, gerak dada dan perut, simetris apa
tidak, dan digunakan otot nafas tambahan.
Meletakkan telapak tangan pemeriksa pada dada
penderita dan rasakan gerakan nafasnya.
Tindakan ini jangan sampai mengganggu psikis
penderita sehingga penderita cenderung menahan
nafas dan mengubah frekuensi nafas.

nafas dan mengubah frekuensi.


Menghitung frekuensi per menit.

Mencatat hasil tersebut di rekam medik.

Frekuensi nafas dapat dihitug dengan cara


menghitung banyaknya nafas dalam 30 detik
kemudian dikalikan 2.

F. HASIL PRAKTIKUM
No. Nama Pasien Frekuensi Keterangan Nama
Pernapasan Pemeriksa
1. Raden 16 Normal Mifta
2. Mifta 22 Tidak Normal Alifah
3. Falni 20 Normal Raden
4. Silfani 18 Normal Wulan
5. Wulan 20 Normal Silfani
6. Alifah 20 Normal Falni
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan pemeriksaan pernafasan. Praktikum
ini bertujuan untuk memperoleh rata-rata frekuensi dan irama pernafasan.
Pada pemeriksaan secara fisik ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan ,
yaitu dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik ini
biasanya dilakukan oleh ahli medis untuk mengetahui kelainan pada paru-paru.
Cara yang kami gunakan pada praktikum ini yaitu inspeksi. Pada cara inspeksi ini
kami mengamati praktikan dalam bernafas dan menghitung banyaknya pernafasan
per menit. Pernafasan dapat dikatakan normal apabila jumlah pernafasannya 12-
20 kali per menit. Apabila dalam waktu satu menit kurang dari 12 pernafasan
dapat dikategorikan sebagai Bradypnea dan apabila melebihi dari 20 kali pada
setiap menitnya dapat dikatakan Tachypnea.
Pemeriksaan palpasi dengan cara teknik pemeriksaan dengan menggunakan
telapak dan jari tangan sebagai indra peraba. Pemeriksa menempatkan diri di
depan pasien dengan pasien telentang atau duduk.Tangan kanan pemeriksa
diletakkan pada dinding dada kiri pasien dan tangan kiri pada posisi sebaliknya.
Pertama, merasakan dan membandingkan apakah gerakan dinding dada kanan dan
kiri sama dan sinkron atau tidak. Setelah itu, meraba daerah fossa suprasternal
untuk menentukan apakah terdapat deviasi trakea (misalnya pada pneumothorax
atau atelektasis). Kemudian, palpasi dilakukan pada sela iga apakah normal atau
ada pencembungan atau cekungan.
Dari hasil praktikum ini, diketahui bahwa lima orang frekuensinya normal
dan satu orang tidak normal. Mereka dikatakan normal karena frekuensi
pernafasan berada dalam ketentuan yang sudah ditetapkan, sedangkan bagi yang
tidak normal karena tidak memenuhi standar yang ditetapkan. Ketidaknormalan
pernapasan dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Menggunakan Oploid
Oploid merupakan zat penghilang rasa sakit yang menyebabkan
kecanduan tinggi. Efek sampingnya dapat mengancam jiwa dan
menyebabkan nafas berhenti total, terutama pada orang yang memiliki
sleep apnea obsruktif dan penyakit paru.
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah gangguan pada kelenjar tiroid yang menyebabkan
produksi hormon menjadi kurang aktif.
H. KESIMPULAN
Frekuensi pernafasan seseorang berbeda-beda meski melakukan aktivitas
yang sama. Pada saat beraktivitas frekuensi pernafasan meningkat karena tubuh
memerlukan oksigen untuk melakukan pembakaran dalam tubuh untuk
menghasilkan energi yang digunakan untuk beraktivitas dan memperkeras kerja
jantung dalam memompa darah.
Pada aktivitas yang dilakukan seseorang dapat berpengaruh terhadap
frekuensi pernafasannya. Semakin berat aktivitas yang dilakukan maka akan
semakin besar frekuensi pernafasannya. Jenis kelamin berpengaruh terhadap
frekuensi pernafasan seseorang. Jenis kelamin laki-laki lebih rendah frekuensi
pernafasannya daripada frekuensi pernafasan wanita. Posisi tubuh seseorang juga
berpengaruh terhadap frekuensi pernafasannya. Pada posisi berdiri frekuensi
pernafasan lebih besar daripada posisi duduk atau santai.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

H. Tabrani RAB. 1996. Dalam Sandy Qlintang: Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:
Hipokrates.

M. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang


Press.

Team Teaching. 2019. Modul Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.


Universitas Negeri Gorontalo: Gorontalo.

Waluyo, L. 2010. Teknik Dasar Metode Mikrobiologi. UMM Press. Malang.

Anda mungkin juga menyukai