Suatu hari terdapat gempa di daerah Solo Jawa Tengah. Gempa dengan skala 6,7 SR
mengguncang daerah Solo memakan banyak korban jiwa dan pengungsi yang sangat banyak.
Meskipun pemerintah sudah menyediakan tempat pengungsian, tetap saja tempatnya kurang
memadai. Dari bercampurnya pengungsi antara laki-laki dan perempuan yang tidak diberi batas, jarak
kamar mandi yang jaraknya lumayan jauh dari pengungsian, penjagaan yang kurang teliti terhadap
perilaku masing-masing pengungsi.
Suatu dini hari terdapat seorang pengungsi perempuan bernama ningsih, pukul 03.00 berjalan
sendirian ke KM yang jangkauannya cukup jauh dari tempat pengungsian. Ia hendak mandi karena
jika sudah terlalu pagi antrian mandi akan panjang dan lama. Maka dai itu ia berinisiatif untuk mandi
pada dini hari.
Disuatu perjalanan, ningsih melewati warung kopi, disana terdapat beberapa pemuda yg
masih terjaga dan bercengkerama.
Pemuda : (melihat ke arah ningsih, dan mengajak teman-teman lainnya untuk mengikuti ningsih
secara diam-diam)
Sesampai Ningsih di KM. Pemuda-pemuda tersebut mengikuti Ningsih sampai KM. Mereka
di sekitar KM untuk mengintip ningsih yang sedang berada di dalam KM.
Pemuda 1 : cantik juga bro, badannya juga aduhai widiiiiihh. Gimana kalau sikat bray?
Pemuda 3 : tenang kita ancam saja dia agar tidak melapor ke siapapun. Gimana?
Pemuda 3 : ah.. kebanyakin mikir nih pada. Udah nggak bakal ketahuan. Sikat?
Pemuda 1 : nanti kita seret itu cewek ke belakang kamar mandi terus kita kerjain bray. Oke nggak?
Suatu ketika terdapat salah satu warga yang melihat gerak-gerik pemuda-pemuda tersebut
disekitar KM.
Saksi : (saksi mengamati pemuda-pemuda tersebut) “lho Andi, Bagas, Dery. Ngapain mereka malem-
malem gini di sekitar KM. Kok gerak-gerik mereka mencurigakan ya, seperti sedang mengintip
seseorang yang berada di dalam KM” (saksi bergegas pergi karena takut ketahuan pemuda-pemuda
tersebut jika sedang mengamatinya).
Pemuda : (menarik ningsih kebelakang KM dan melakukan aksinya, salah satu pemuda memotret
korban yang sedang tidak menggunakan pakaian)
Pemuda : awas kamu, jangan bilang ke siapapun tentang perbuatan kita. Jika kamu melapor, foto-foto
bugil kamu ini akan aku sebar. Biar kamu malu. Hahahaha
Ningsih : (mencoba berdiri dan merapikan pakaiannya kembali dan kembali menuju ke pengungsian)
Pada siang harinya, di pengungsian ibu ningsih yang mengamati ningsih sejak pagi terlihat
murung dan juga tidak mau makan. Sesekali ibu ningsih melihat ningsih menangis. Ibu ningsih
merasa cemas melihat keadaan putrinya yang tidak biasa.
Ibu ningsih : “ningsih.. kamu kenapa nak? Ibu perhatikan sejak pagi kamu terlihat murung dan
tidak mau makan. Apa yang membuatmu sedih? ”
Ibu ningsih mengira mungkin Ningsih masih merasa kehilangan akibat gempa yang
dialaminya dan mungkin keesokan harinya Ningsih sudah ceria seperti sebelumnya.
Keesokan harinya, Ningsih yang masih tetap terlihat murung kembali ditanyai ibunya
Ibu Ningsih : “Ningsih, kamu kenapa tidak mau cerita kepada ibu nak? Cobalah cerita, mungkin
ibu bisa membantu kamu”
Ningsih : “Ningsih takut buk. Ningsih malu” jawab ningsih sambil menangis
Ibu ningsih : “malu kenapa nak? Ibu disi ndok” jawab ibu menenangkan ningsih
Ibu ningsih : “ayo sekarang Ningsih pelan pelan cerita. Ada yang menyakiti Ningsih? Atau
mungkin ningsih ada masalah?
Ibu ningsih : “Ya Allah! siapa yang ngelakuin ini ke kamu ndok? Bilang sama ibu” ibu tampak
sangat kaget mendengar jawaban Ningsih
Ningsih menangs dan diam mengingat ancaman dari para pemuda yang melakukan hal itu pada
ningsih
Ibu ningsih : “jawab ndok” seketika itu ibu ningsih pun menangis melihat keadaan ningsih saat ini
Ningsih : “para pemuda yang juga di pengungsian ini bu, ningsih tidak mengenal mereka”
Ibu ningsih : “ Astaghfirullah” seketika ibu ningsih terasa lemas mendengar jawaban Ningsih
Ningsih : “ Ningsih di paksa bu, Ningsih diancam akan di bunuh bu. Ningsih takut!”
Ibu ningsih pun membicarakan dan memberitahu hal ini kepada Ayah ningsih. Seketika ayah ningsih
pun kaget dan murka mendengar cerita dari ibu Ningsih dan memutuskan untuk pergi ke kepala desa
bersama ningsih untuk melaporkan hal ini agar menjadi pelajaran kepada para pemuda agar tidak
memanfaatkan situasi bencana untuk melakukan aksi tercelanya.
Ayah ningsih : “Assalamu’alaikum pak kades” terlihat wajah ayah ningsih yang nampak begitu
meradang
Pak Kades : “Waalaikumsalam, Ada apa pak Bayu? Kenapa pak bayu tampak marah seperti ini?”
Ayah ningsih : “Saya tidak terima anak saya di lecehkan seperti ini?” lanjut ayah ningsih yang
semakin meradang
Pak Kades : “Sabar pak! Ada apa ini? Pak Bayu tenang ceritakan ke saya. Silahkan duduk pak”
jawab pak kades sambil menenangkan ayah ningsih
Ayah ningsih : duduk dan mulai menceritakan semua “anak saya di perkosa oleh tiga orang anak
muda yang juga menjadi pengungsi di sini. Kenapa sepicik itu pikiran mereka
dengan memanfaatkan keadaan yang seperti ini”
Seketika Jehan yang tak sengaja lewat mendengar keributan tersebut, namun belum bisa
memastikan apa yang terjadi.
Pak Kades : “Apa benar yang dikatan ayahmu Ningsih?” tanya pak kades pada Ningsih