Anda di halaman 1dari 11

Macam-macam Gangguan Pada Sistem Integumen Pada Manusia :

1.Kanker Kulit
Kanker kulit adalah jenis kanker yang tumbuh di jaringan kulit. Kondisi ini ditandai dengan perubahan
pada kulit, seperti munculnya benjolan, bercak, atau tahi lalat dengan bentuk dan ukuran yang tidak
normal.

Kanker kulit bisa disebabkan oleh perubahan atau mutasi genetik pada sel kulit. Penyebab perubahan
itu sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga akibat paparan sinar matahari yang
berlebihan.Sinar ultraviolet dari matahari dapat merusak kulit dan memicu pertumbuhan yang tidak
normal pada sel kulit. Kondisi ini berpotensi berkembang menjadi kanker.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kulit, yaitu:

Faktor internal seperti : Riwayat kanker kulit, Kulit putih, Tahi lalat, Sistem kekebalan tubuh rendah,
Solar keratosis.

Kemudian Faktor eksternal yang dapat meningfkatkan resiko terkena kanker kulit seperti : Paparan
sinar matahari, Paparan radiasi,dan Paparan bahan kimia.

Ada tiga jenis kanker kulit yang paling sering terjadi, yaitu:

1) Karsinoma sel basal, yaitu kanker kulit yang berasal dari sel di bagian terdalam dari lapisan kulit
terluar (epidermis).
2) Karsinoma sel skuamosa, yaitu kanker kulit yang berasal dari sel di bagian tengah dan terluar dari
epidermis.
3) Melanoma, yaitu kanker kulit yang berasal dari sel penghasil pigmen kulit (melanosit).

Kanker melanoma lebih jarang terjadi dibandingkan karsinoma sel basal atau karsinoma sel skuamosa,
tetapi lebih berbahaya.

Gejala atau tanda kanker kulit umumnya muncul pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar
matahari, seperti kulit kepala, wajah, telinga, leher, lengan, atau tungkai. Akan tetapi, kanker kulit
juga dapat terjadi di bagian tubuh yang jarang terkena sinar matahari, seperti telapak tangan, kaki,
atau bahkan area kelamin.

Pengobatan kanker kulit tergantung pada jenis, lokasi, dan stadium kanker kulit. Ada beberapa jenis
pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Krim untuk kanker kulit

Metode pengobatan dengan pemberian krim dilakukan untuk mengobati kanker stadium awal yang
hanya menyerang lapisan atas kulit.
2. Krioterapi

Krioterapi dilakukan dengan menggunakan nitrogen cair untuk menghasilkan suhu dingin dan
membunuh sel kanker pada stadium awal.

3. Operasi

Operasi dilakukan dengan mengangkat jaringan kanker beserta bagian kulit sehat di sekitarnya.
Operasi juga dapat dilakukan dengan mengangkat tumor yang tumbuh di tiap lapisan kulit dan
memeriksa tiap lapisan di bawah mikroskop hingga tidak ada lagi sel kanker yang tersisa (operasi
Mohs).

4. Kuretase

Metode pengobatan ini dilakukan dengan mengangkat jaringan kanker menggunakan alat khusus
yang disebut kuret. Kemudian, sel kanker yang tersisa akan dibakar dengan jarum listrik
(kauterisasi).

5. Radioterapi

Pengobatan ini dilakukan dengan memaparkan radiasi untuk membunuh sel kanker. Radioterapi
digunakan ketika pembedahan tidak dapat dilakukan atau penyebaran sel kanker telah meluas.

6. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan memberikan obat-obatan yang diminum atau disuntik untuk
membunuh sel kanker.

7. Terapi biologis

Terapi biologis dilakukan dengan memberikan obat atau zat yang dapat merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker.

Komplikasi Kanker Kulit

Tiap penderita kanker kulit berisiko mengalami kanker kulit kembali. Kanker kulit berulang ini dapat
terjadi di area tubuh yang sama atau jaringan sekitarnya. Kanker kulit juga dapat terjadi di bagian
tubuh lain. Kondisi ini terjadi ketika sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain.Kanker kulit
secara langsung dapat memengaruhi penampilan, terutama jika muncul di daerah yang tidak tertutup
pakaian. Kondisi ini dapat memicu kecemasan dan depresi pada penderitanya.

Pencegahan Kanker Kulit


Cara terbaik untuk mencegah kanker kulit adalah melindungi kulit dari paparan sinar matahari atau
sumber sinar ultraviolet lainnya, misalnya alat tanning kulit. Langkah yang dapat dilakukan antara
lain:

 Hindari sinar matahari pada siang hari, karena paparan terkuat sinar ultraviolet dari matahari
berlangsung pada jam 10 pagi hingga 4 sore.
 Gunakan tabir surya secara rutin, untuk mencegah penyerapan sinar ultraviolet ke dalam kulit
dan mengurangi risiko kerusakan kulit akibat sinar matahari.
 Gunakan pakaian yang menutupi tubuh, seperti baju lengan panjang dan celana panjang, untuk
melindungi kulit dari sinar matahari.
 Gunakan pula topi dan kacamata hitam saat keluar rumah, untuk memberikan perlindungan
lebih terhadap kepala dan mata dari radiasi sinar matahari.
 Hindari penggunaan tanning bed, yaitu alat untuk menggelapkan kulit karena dapat
memancarkan radiasi ultraviolet yang berbahaya bagi kulit.
 Hati-hati saat menggunakan obat yang menyebabkan efek samping pada kulit, seperti
antibiotik. Agar aman, konsultasikan kepada dokter terlebih dulu.
 Lakukan pemeriksaan kulit secara rutin dan segera konsultasikan kepada dokter, jika Anda
mencurigai adanya perubahan atau kelainan pada kulit.

2.Pruritus

Pruritus adalah sensasi kulit yang iriatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus
merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit.
Pruritus merupakan hasil stimulasi gradiasi ringan pada serat saraf. Bila gradiasi berubah mungkin
tidak akan timbul priritus, tetapi rasa nyeri. Sensivitas pruritus bervariasi, bergantung pada perbedaan
perseorangan dan regio terkena. Garukan memperingan rasa gatal, karena merubah ritme impuls
aferen pada korfus spinalis.Keadaan emosional penderita dapat mempengaruhi ambang rangsang
apresiasi sadar terhadap pruritus. Gosokan merupakan stimulasi kutan. Respons vasokontriksi dan
vasodilatasi arteriolar.

Etiologi

Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen dan endogen.

Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak (pakaian, logam, benda asing), rangsangan oleh
ektoparasit (serangga, tungau scabies), atau faktor kulit lembab dan kering.
Faktor endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit. Sebagai contoh dapat disebut diskriasia darah,
limfoma, keganasan alat dalam, dan kelainan bapar atau ginjal. Acapkali kausa secara klinis pada
permulaan belum diketahui.

Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pruritus adalah tanda-tanda gerakan dan eskoriasi.pada garukan akut dapat timbul
urtika, sedangkan pada garukan kronik dapat timbul pendarahan kutan dan likenifikasi. Garukan
dengan kuku menyebabkan eskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.

Kekeringan perasaan gatal dan garukan hanya akan ada bila kausa priritus tidak terletak dialat sentral.

3.Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya belum di ketahui, bersifat kronik dan residif, di tandai
dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan
transparan: disertai penomena tetesan lilin atau auspitsz.Kasus psoriasis makin sering di jumpai.
Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik,
berlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif.Insiden pada orang kulit putih
lebih tinggi dari pada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7 % di Amerika
Serikat 1-2%. Pada bangsa kulit hitam jarang dilaporkan. Insiden pada pria agak lebih banyak dari
pada wanita, pseriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.

Etiologi

Etiologi hingga kini belum diketahui pasti, yang jelas bahwa pembentukan epidermis dipercepat
menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Pada sebagian penderita terdapat
faktor herediter yang bersifat dominan. Faktor psikik dikatakan mempercepat terjadinya residif.

Gejala klinis

Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritiderma. Sebagian
penderita mengeluh gatal ringan, tempat predileksi pada kulit kepala perbatasan daerah tersebut
dengan muka, ektremitas bagian ektensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi dengan skuama diatasnya. Eritema
berbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang ditengah
menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti
mika, serta transfaran. Besar kelainan bervariasi : lentikular, nummular atau plakat, dapat
berkonfluensi. Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih, seperti
pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias, cara menggores
dapat dengan pinggir gelas alas.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak 50%, yang agak khas adalah ynag
disebut puung nail atau nailput berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tak khas adalah kuku
yang keruh, tebal bagian distaalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya.

Pengobatan

Karena penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti, maka belum ada obat pilihan. Dalam
kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan, sebagian hanya berdasarkan empirik. Psosiaris
sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan
sistemik, karena efek samping pengobatan sistemik lebih banyak.

Obat sistemik yang paling sering diberikan adalah golongan kortikosteroid yaitu prednison 40-60
mg sehari, jika telah sembuh dosis diturunkan secara perlahan-lahan.

4. Dermatitis

Defenisi dermatitis tidak memuaskan. Salah satu defenisis yang cukup baik adalah : dermatitis
merupakan epidermo-dermiitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi
eritrema, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu
timbul pada saat sama. Penyakit bertendensiresidif dan kronik.

Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe 4, yakni respon tipe tuberkulin, yang bersifat sel mediated.
Reaksi spesifik memerlukan beberapa jam untuk mencapai maksimun. Klinik biasanya baru tampak
respon sesudah 24-48 jam. Pada interaksi antara antigen dan antibodi terjadi pembebasan berbagai
mediator farmakologik, misalnya histamin, serotonin, bardiknin, dan anafilaktosin.

Etiologi

Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen yang beraneka ragam, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon
tersebut biasanya berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang
didapat dan spesifik untuk bereaksi.

Reaksi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibodi. Karena banyaknya agen-agen
penyebab, maka ada anggapan bahwa nama dermatitis digunakan sebagai nama tong sampah (catch
basket term). Banyak penyakit alergi yang disertai tanda-tanda polimorfi disebut dermatitis.

Gejala klinis
Subyektif ada tanda-tanda akut, terutama pruritus (sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula
kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), dan gangguan fungsi kulit (fungsio lesa).

Obyektif, biasanya batas kelainan tidak jelas dan terdapat polimorfi, yang dapat timbul secara
serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritema dan edema. Edema sangat jelas pada
kulit yang longgar, misalnya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genitalia eksterna, infiltrasi
biasanya terdiri atas papul-papul.

Tatanama Dermatitis

Di belakang perkataan dermatitis dapat ditambahkan adjektif, yang bersifat etiologik atau deskriptik.
Tatanama tersebut atas dasar etiologi, morfologi, bentuk, lokalisasi, atau lama penyakit.

Etiologi

a. Eksogen

 Dermatitis kontak (iritan dan alergik), karena kontak langsung dengan zat eksterna.
 Dermatitis traumatik, trauma merupakan faktor predisposisi.
 Radio-dermatitis (karena sinar X, torium, dan sebagainya), dermatitis solaris, karena sinar
matahari
 Dermatitis kalorik (kombustionis, karena suhu tinggi dan suhu rendah).
 Dermatitis medikamentasi, karena obat sistemik.
 Dermatitis ab ingesta, dermatitis alimentosa (minuman, makanan).
 Dermatitis ab inhalationis (melalui pernafasan)

b. Endogen

 Dermatitis sirkulatorius, karena gangguan sirkulasi darah. Dermatitis statis karena statis vena
di tungkai bawah. Dermatitis livedoides, karena omboli di arteri.
 Dermatitis karena penyakit sistemik : diabetes millitus, leukimia, hepatitis.
 Dermatitis neurogen atau psikogen.

5. Tinea Versikolor

Tinea versikolor adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, tidak memberikan keluhan
subyektif, berupa bercak halus berwarna putih sampai cokelat hitam, terutama meliputi badan dan
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang
berambut.

Tinea versikolor disebut juga patriasis versikolor, kromotitosis, dermatomikosis, tine aflata, dan
panu. Merupakan penyakit universal dan terutama di temukan di daerah tropis.
Gejala klinis

Kelainan kulit tinea versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama dibadan. Kelainan ini
terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas
sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluorensi bila dilihat dengan lampu wood bentuk
populovesikular dapat terlihat maupun jarang. Kelainan biasanya asimptomatik sehingga adakalanya
penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat. Penyakit
ini sering ditemukan pada remaja , walaupun anak-anak dan orang dewasa, tua tidak luput dari
infeksi. Menurut BURKE (1961) ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu faktor
herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan lampu
wood, dan sediaan langsung. Fluoresensi resi kulit pada pemeriksaan lampu wood berwarna kuning
keemasan dan pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa
pendek dan spora bulat yang berkelompok.

Pengobatan

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Obat-obatan yang dapat dipakai
misalnya: suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu. Obat
digosokkan pada sistem lesidan didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi. Obat-obatan yang lain
berkhasiat terhadap penyakit ini addalah: salisil spiritus 10%, derivate-derivate azol misalnya
mikonazol, klotrimazole, isokonazole, sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4 20%, tolsiklat; dan
haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25 % dapat pula digunakan; dioleskan dua kali sehari sehabis
mandi selama 2 minggu jika sulit disembuhkan ketokanasole dapat mempertimbangkan dengan
dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari.

6. Acne Vulgaris

Penyakit peradangan kelenjar sebasea yang sering dijumpai dan berkaitan dengan folikel rambut
(disebut unit pilosebasea).

Berbagai faktor. Penyebab acne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik, endokrin
(androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea sendiri,
faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia
lainnya.

Tanda dan Gejala


Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus); papula (komedo
tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan
mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo tertutup–penonjolan pada kulit yang lebih besar dari
papula), dan jaringan parut.

Pencegahan

 Pencegahan primer

Penggunaan sabun antibakteri setiap mencuci muka pada saat mandi dan menjelang tidur.

 Pencegahan sekunder

Pemberian obat topikal misalnya benzoid peroksida dan asam retinoat (vitamin A, retin A)
digunakan untuk mengeringkan dan menglupaskan kulit.

7.Rubeola (Campak)

Suatu penyakit infeksi virus yang ditandai dengan ruam makulopapulaaar eritematosa, mulai dari
wajah, badan lalu ekstremitas. Bercak koplik pada mulut 1-3 hari sebelum ruam.

Tanda dan Gejala

1) Letih lesu, mata berair dan meradang, filek serta batuk. Gejala awal ini mirip sekali dengan batuk
filek biasa.

2) Muncul demam yang tinggi , demam bisa mencapai 40 derajat Celcius atau lebih dan kaadaan ini
biasanya berlangsung selama 3 sampai dengan 5 hari.

3) Timbul bercak-bercak (bintikl-bintik) berwarna merah di badan, bercak dalam campak berbeda
dengan bercak pada sakit cacar. Bercak timbul pertama kali di bagian belakang telinga, lalu ke
bagian wajah, leher dan tangan dan akhirnya bercak menyebar ke seluruh bagian tubuh dan kaki.
Saat bercak berwarna kemerahan muncul demam biasanya masih dirasakan penderita sampai
dengan 2 hari sesudahnya. Dalam waktu 3 sampai dengan 4 hari bercak ini akan menghilang
dengan sendirinya dan berubah warna menjadi kecoklatan.

Pencegahan

a) Pencegahan primordial :

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin
MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR,
dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain
itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang
bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

b) Pencegahan primer
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :
 Mengenal lebih dalam seluk-beluk penyakit ini.
 Menjaga kondisi fisik dan menghindari stres psikis.
 Menjaga mutu gizi dan kondisi badan dengan baik.
 Pencegahan dengan vaksinasi menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan pada usia 15
bulan setelah kelahiran.
c) Pencegahan sekunder
Pengobatan dengan antibiotic, Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya
menjalani istirahat. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika
terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
d) Pencegahan tersier
Pada penderita campak untuk menghindari bertambah parahnya campak atau untuk menghindari
suatu kecacatan, penderita sebaiknya selama masih menderita penyakit campak berdiam diri di
rumah (dalam artian banyak-banyak istirahat).
DAFTAR PUSTAKA

Burfeind, Daniel B. 2007. Dermatology nursing. Vol 19. Pitman: Anthony J.Janetti, Inc . p. 93.

Carneiro J., Junqueira L., Kelly R. O. 1997. Kulit. Dalam: Histologi dasar. Edisi8. Jakarta: EGC.
h. 357-369.

Fiore, Mariano S. H. di. 1992. Kulit. Dalam: Atlas Histologi Manusia. Edisi 6.Jakarta: EGC. h.
105.

Ganong, William F. 2002. Homeostasis kardiovaskular dalam keadaan sehat dan sakit. Dalam:
Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. h. 609-610.

H. Syaifuddin. 2001. Fisiologi sistem integumen. Dalam: Fungsi sistem tubuh manusia. Jakarta:
Widya Medika. h. 256-262.

Irman Somantri. 2007. Perawatan luka. http://www.fkep.unpad.ac.id/?p=88, 17


Desember 2008.

Ismail. 2009. Luka dan perawatannya. http://images.mailmkes.multiply.multiply


content.com/.../Merawat%20luka.pdf, 28 Agustus 2009.

King, D. 2006. Introduction to skin histology. http://www.siumed.edu/~dking2/


intro/skin.htm., August 27th, 2009.

Memmler, Ruth Lundeer, Cohen, Wood. 1996. The skin. In: Structure and function
of human body. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers. p. 47-51.

Mirzal Tawi. 2008. Proses penyembuhan luka.


http://cupu.web.id/category/kesehatan/page/2/, 17 Desember 2008.

Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2006. Anatomi dan fisiologi kulit. Dalam:
Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.Jakarta: EGC. h. 1416-1417.

Sherwood, Lauralee. 2001.Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem) Jakarta: EGC

Sinaga, Erlintan, M. Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan:UNIMED


Sloane, Ethel. 2003.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Sobotta, Frithjof Hammersen. 1993. Histologi Atlas Bewarna Anatomi Mikroskopik Edisi III .
Jakarta: EGC

Sriyono,dkk.2005. Ilmu Pengetahuan Alam Biologi. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.

Suripto.1994. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Bandung : ITB

Syamsuri,istamar.dkk.2007.Ipa Biologi. Semarang: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai