Cairan amnion mempunyai peran penting selama kehamilan, yaitu
perkembangan musculoskeletal, perkembangan saluran ceran dan paru. Cairan amnion juga berperan untuk melindungi umbilical cord dari kompresi dan janin dari trauma dan bahkan cairan amnion bersifat bakteriositik. Cairan amnion dapat ditemukan abnormal yang disebabkan oleh gangguan produksi dan sirkulasi sebagai akibat dari kelainan janin maupun plasenta. Hal ini berkorelasi dengan peningkatan resiko hasil akhir kehamilan yang buruk.1 Gangguan dari volume cairan amnion ini mencerminkan ada masalah dari produksi cairan maupun sirkulasinya. Peningkatan volume mungkin dihubungkan dengan resiko terhadap kehamilan.1,2 Polihidramnion merupakan kondisi yang menjelaskan kelebihan cairan amnion pada kantong amnion dimana dapat muncul pada 1-2% wanita. Sekitar 750 kehamilan dilaporkan penemuan polihidramnion. Perkiraan dari berbagai studi sekitar 0,2-3,9% insidensi polihidramnion, terlepas dari etiologic yang mendasarinya. Rata-rata 50-60% kasus bersifat idiopatik dengan tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Polihidramnion dilaporkan menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian morbiditas maternal dan perinatal. Beberapa factor resiko yang menjadi penyebab terjadinya polihidramnion meliputi berbagai kondisi ibu dan janin seperti diabetes gestasional, abnormalitas plasenta, isoimunisasi, kehamilan multiple, anomaly kongenital, dan kelianan kromosom. 2,3