Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya yaitu

mengurangi angka kematian termasuk penyakit yang berhubungan dengan

saluran pencernaan yang masih sangat besar menjadi penyokong terjadinya

pembedahan salah satunya adalah penyakit apendisitis. Tiap tahunnya baik di

negara maju maupun negara berkembang terjadi peningkatan kasus yang

berhubungan dengan pencernaan. Kesehatan merupakan suatu hal yang

sangat penting bagi kehidupan manusia. Petugas kesehatan khususnya

perawat dalam hal ini memiliki tanggung jawab untuk meningkat

pengetahuan dan ketrampilan untuk memberikan suatu pelayanan kesehatan

yang baik kepada masyarakat. Kesehatan dan gaya hidup dipengaruhi oleh

perkembangan zaman. Salah satu contohnya adalah kurangnya konsumsi

makanan berserat dalam menu sehari- hari, diduga sebagai salah satu

penyebab terjadinya masalah kesehatan yaitu appendiksitis (Sulistyowati,

dkk. 2012)

Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus buntu

atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan

akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya. (Nanda, 2015). Apendiks diperkirakan

ikut serta dalam system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun,

pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang

jelas (Syamsyuhidayat, 2014). Peradangan pada apendiks selain mendapat

1
2

intervensi farmakologik juga memerlukan tindakan bedah segera untuk

mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada perawat dalam bentuk

asuhan keperawatan.

Berdasarkan data dunia di negara-negara berkembang menurut WHO

(World Health Organization) mencapai 3442 juta kasus tiap tahun (Stacroce,

2015). Statistik di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 30 – 35 juta kasus

apendisitis (Departemen Republik Indonesia, 2015). Penduduk di Amerika

10% menjalani apendektomy (pembedahan untuk mengangkat apendiks).

Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat

oleh karena pola diitnya yang mengikuti orang barat.

Survey di 15 provinsi di Indonesia tahun 2014 menunjukan jumlah

apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini

meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak

3.236 orang. Awal tahun 2014, tercatat 1.889 orang di Jakarta yang dirawat di

rumah sakit akibat apendisitis. Kementrian Kesehatan menganggap

apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional

karena mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Depkes RI,

2013). Dinas kesehatan Jawa tengah menyebutkan pada tahun 2014 jumlah

kasus apendisitis sebanyak 1.355 penderita, dan 190 penderita diantaranya

menyebabkan kematian. Dinas kesehatan Jawa Timur menyebutkan pada

tahun 2017 jumblah pasien appendiksitis di jawa timur sebanyak 5.980

penderita dan 177 penderita menyebabkan kematian (Dinas Kesehatan, 2017).

Sedangkan di RSI Fatimah mulai bulan Januari s.d Agustus 2019 pasien yang

mengalami Appendiksitis mencapai 13 (25%) pasien.


3

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks

oleh hyperplasia folikel limfosid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis

akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.

Semakin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas apendiks

mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan

intraluminal. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran

limfe yang mengakibatkan odema, diapedisis, bakteri dan ulserasi mukosa.

Pada saat ini terjadi apendisitis akut yang ditandai dengan nyeri epigastrium

(Mansjoer, 2010). Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko

terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan

cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan

respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila

perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan memberikan

manifestasi nyeri lokal akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan

memberikan 2 respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi

apendiks adalah nyeri hebat yang tiba - tiba datang pada abdomen kanan

bawah (Tzanakis, 2014).

Upaya yang dilakukan pertama kali adalah dengan mengonsumsi

makanan yang mengandung serat dan pemberian antibiotic sebelum

dilakukan tindakan apendektomi. Setelah dilakukan oprasi apendiks Upaya

kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk

mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain

secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau


4

penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai pentingnya

mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein

guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta perawata dirumah

setelah penderita pulang.

Berdasarkan latar belakang diatas, kita sebagai mahasiswa keperwatan

harus mampu mengenal tanda dan gejala apendiks dan penatalaksanaan pada

pasien tersebut. Sehingga ketika menemukan kasus ini mahasiswa mampu

memberikan pertolongan pertama pada klien. Oleh karena itu mahasiswa

perlu mempelajari tentang pasien apendiks.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah

penulis mampu mengungkapkan pola pikir ilmiah dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan apendiks secara

komprehensif dan memperoleh pengalaman secara nyata tentang

apendiks.

1.2.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain:

1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada klien yang

mengalami apendisitis di ruang marwah RSI Fatimah Banyuwangi

2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien

yang mengalami apendisitis di ruang marwah RSI Fatimah


5

3. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi keperawatan pada klien

yang mengalami apendisitis di ruang marwah RSI Fatimah

4. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien

yang mengalami apendisitis di ruang marwah RSI Fatimah

5. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien

yang mengalami apendisitis di ruang marwah RSI Fatimah

6. Menjelaskan konsep dalam asuhan keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi

1.3 MANFAAT PENULISAN

1.3.1 Manfaat teoritis

Dengan adanya asuhan keperawatan komprehensif yang berjudul” Asuhan

Keperawatan KMB Yaitu Mengenai apendisitis” diharapkan dapat

memberikan manfaat yaitu menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

bagi para pembaca

1.3.2 Manfaat praktik

a. Bagi penyusun

Manfaat penyusun asuhan keperawatan ini adalah sebagai proses

pembelajaran dan penambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan

KMB yaitu mengenai apendiks yang nantinya dapat diterapkan sebagai

dasar melakukan asuhan keperawatan pada pasien di RS.

b. Bagi perawat

Manfaat penulisan makalah ini bagi perawat adalah sebagar dasar teori

sekaligus praktik dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien


6

c. Bagi pasien dan keluarga

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan bagi pasien dan keluarga

d. Bagi institusi pendidikan

Manfaat penulisan makalah ini bagi institusi pendidikan adalah sebagai

dasar teori dalam pemberian asuhan keperawatan bagi seorang

mahasiswa yang nantinya akan diterapkan di lapangan.

e. Bagi lahan praktek

Manfaat penyususan asuhan keperawatan ini dapat di jadikan

pendokumentasian hasil praktikan klinik yang bisa menunjang RS

menjadi RS pendidikan yang lebih baik serta menjadi tambahan ilmu

bagi perawat.

Anda mungkin juga menyukai