Apendisitis
Apendisitis
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi/Pengertian
a. Peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ, dimana patogenis
utamanya diduga karena obstruksi pada lumen yang disebabkan oleh fekalit (feses keras
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat Brunner & Suddart, 2008.
c. Appendisitis adalah merupakan peradangan pada appendik periformil, yaitu saluran kecil
yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi appendik pada
daerah illiaka kanan, dibawah katup illiocaecal, tepatnya pada dinding abdomen dibawah
titik Mc burney.
B. Klasifikasi
1. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul
striktur lokal.
1. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
usia tua.
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria
yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia jaringan limfe,
fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan
tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang mempermudah
a. Faktor sumbatan
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab
diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65%
pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus
b. Faktor Bakteri
Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
c. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah
terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam
keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolith
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi dari
Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi
serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke
pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.
Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza dan
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis antara lain :
a. Nyeri perut.
Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau
periumbilikus. Nyeri perut yang klasik pada apendisitis adalah nyeri yang dimulai dari
ulu hati, lalu setelah 4-6 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc
Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan
nyeri somatik setempat. Namun pada beberapa keadaan tertentu (bentuk apendiks
yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di daerah lain (sesuai posisi apendiks). Ujung
apendiks yang panjang dapat berada pada daerah perut kiri bawah, punggung, atau
perforasi.
Dapat terjadi, tetapi gejala ini tidak menonjol atau berlangsung cukup lama,
e. Demam
juga dapat timbul, tetapi biasanya kenaikan suhu tubuh yang terjadi tidak lebih dari
1oC (37,8oC – 38,8oC). Jika terjadi peningkatan suhu yang melebihi 38,8oC. Maka
kemungkinan besar sudah terjadi peradangan yang lebih luas di daerah perut
(peritonitis).
oleh sekum),
Tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal.
Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan
Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari
dorsal.
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga
biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana
E. Patofisiologi
hyperplasia folikel limfoid, fecolith, benda asing, striktur akibat peradagan sebelumnya atau
tumor.
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak namun elastisitas dinding appendiks
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapendesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
Bila sekresi mucus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan
mengakibatkan obstruksi vena, udem bertambah, dan bakteri menembus dinding. Karena
obstruksi vena dapat terbentuk thrombus yang menyebabkan timbulnya iskemi yang
bercampur kuman yang mengakibatkan timbulnya pus. Peradangan ini dapat meluas dan
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka akan terjadi infark dinding appendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini diserbut appendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak
ke arah appendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrat appendikularis.
F. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci
diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada
perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di
perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini
menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang
terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis
pelvika.
Dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan
dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi
aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang
nyeri.
Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul
pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator
internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
b. Radiologi
Pemeriksaan ultrasonografi → Ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
apendisitis (71 – 97 %)
CT-scan → Ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari
keakuratannya 93 – 98 %.
9. Penatalaksanaan
a. Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah
1. Cara terbuka
2. Cara laparoskopi.
tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi
terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob
dan anaerob.
Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi dapat
dilakukan.
Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses, maka dianjurkan
Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan pemeriksaan
Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses
apendiks
a. Tromboflebitis supuratif
b. Abses subfrenikus
c. Obstruksi intestinal
BAB II
1. Pengkajian
a) Identitas klien, Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat.Jenis kelamin dalam hal ini klien adalah laki - laki berusia lebih dari 50 tahun.
b) Keluhan utama
luka bekas operasi dengan skala (0-10) dan nyeri timbul memberat ketika bergerak.
Kebiasaan makan makanan rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi sehingga
appendisitis akut.
Klien yang di lakukan anasthesi tidak boleh makan dan minum sebelum flatus.
3) Pola eliminasi
Setelah menjalani post operasi appendiks, pasien masih menggunakan dower chateter
karena masih dalam pengaruh anastesi, dan pasien akan dilatih untuk berkemih.
Adanya keterbatasan aktivitas karena kondisi klien yang lemah. Namun, setelah 6
jam pasien diharapkan pasien sudah mampu untuk bergerak miring kanan dan miring
Rasa nyeri akibat post operasi dan perubahan situasi karena hospitalisasi
operasi appendiks.
Karena klien harus menjalani perawatan di rumah sakit maka dapat mempengar
uhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga tempat kerja dan masyarakat.
Klien tidak mengalami masalah produksi karena bekas operasi tidak ada hubungannya
Stress dapat dialami klien karena kurang pengetahuan tentang perawatan post
operasi. Gali
adanya stres pada klien dan mekanisme koping klien terhadap stres tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pre-tindakan
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder akibat
infeksi gastrointestinal.
Diagnosa post-tindakan
1) Nyeri akut berhubungan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
operasi
akibat pembedahan
3. Rencana Tindakan
Diagnosa pre-tindakan
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder akibat
infeksi gastrointestinal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam diharapkan pasien
tua.
Intervensi :
R/ : Untuk segera mengambil tindakan rujukan apabila nyeri yang dialami pasien
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam diharapkan suhu
tubuh pasien dapat turun menjadi rentang normal (36,5 – 37,5o C / aksila).
Intervensi :
1. Observasi TTV.
4. Ukur TTV.
Intervensi :
intravena.
R/ : Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien, jangan memberi cairan per oral
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x 24 jam diharapkan cemas
akan dilakukan..
Intervensi :
R/ : Agar emosi pasien dapat tersalurkan sehingga pasien merasa lebih tenang.
Diagnosa post-tindakan
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x 24 jam, diharapkan nyeri
tua.
Intervensi :
4. Beri analgetik
akibat pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam diharapkan luka
perubahan fungsi)
Intervensi :
R/ : Untuk melihat apakah ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, lubor, tumor, dan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan tingkat
Intervensi :
2. Lakukan BHSP.
yang dihadapi.
4. Implementasi
Diagnosa pre-tindakan
2. Suhu tubuh pasien dapat turun menjadi rentang normal (36,5 – 37,5oC / aksila).
Diagnosa post-tindakan
2. Luka pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, lubor, tumor, perubahan
fungsi)
3. Tingkat pengetahuan orang tua pasien tentang perawatan luka dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall- Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Mansjoer A,. dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
‹
›
Beranda