Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga diantara tingkat lembaga
pemasaran dalam suatu system pemasaran, atau selisih harga antar dua lembaga pemasaran yang melakukan transaksi jual-beli pada suatu system saluran pemasaran tertentu. Misalnya produsen menjual cabai Rp. 20.000/kg kepada pedagang pengecer, kemudian pedagang pengecer menjual ke konsumen Rp. 22.000/kg, maka marjin yang terjadi Rp. 2000/kg atau disebut retail absolute margin. Emhar et al. (2014) menjelaskan bahwa marjin pemasaran merupakan bagian biaya yang dibayarkan dan pendapatan yang diterima oleh setiap mata rantai yang terlibat dalam proses rantai pasokan. Marjin pemasarann juga merupakan perbedaan jarak vertical antar kurva permintaan dan penawaran tingkat produsen dengan tingkat lembaga pemasaran yang terlibat pada pesaing sempurna yang terdiri atas biaya dan keuntungan tata niaga. Setiap lembaga yang ingin melibatkan diri dalam suatu system pemasaran komoditas tertentu, baik itu komoditas industry atau pertanian pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencari dan memperoleh keuntungan atau imbalan pengorbanan yang diberikan oleh lembaga. Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual antara lembaga satu dengan lembaga yang lain.
Dari definisi marjin pemasaran yang merupakan perbedaan harga yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka selanjutnya dapat dianalisa sebagai berikut; Harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga di tingkat pengecer yang merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer dengan kurva penawaran turunan. Sedangkan harga di tingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan dengan kurva penawaran primer. Komponen marjin pemasaran menurut pendapat Crawford (1997) terdapat dua macam, yaitu:
a. Komponen marjin pemasaran yang diperhitungkan berdasarkan
tingkat pengembaliannya kepada faktor produksi (input) yang digunakan dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, seperti melakukan kegiatan pengolahan dan jasa pemasaran yang dibayarkan mulai dari tingkat petani (produsen) ke tingkat konsumsi meliputi gaji yang dibayarkan kepada buruh tani, bunga yang dibayarkan kepada lembaga pembiayaan terhadap modal yang dipinjam, sewa untuk penggunaan tanah/gedung/investasi serta profit yang diterimakan kepada pengusaha pemasaran atas keberaniannya menanggung risiko dan penanaman modal. Seluruh komponen biaya yang terlibat atau dibayarkan dalam proses pemasaran disebut marketing cost. b. Komponen marjin yang merupakan pengembalian/penerimaan yang diambil dari berbagai macam lembaga atau institusi yang terlibat dalam pemasaran komoditi seperti jumlah uang yang masuk ke pedagang besar, pengepul dan pengecer atas pelayanan mereka. Komponen ini disebut sebagai pembayaran jasa marketing (marketing charges) atau imbalan jasa pengusaha dalam menjalankan fungsi pemasaran, menanggung risiko dan penanaman modalnya.
Menurut Sudiyono (2002) komponen dari marjin pemasaran terdiri dari
biaya-biaya yang diperlukan lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran. Biaya pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga- lembaga yang terlibat dalam system pemasaran suatu komoditas dalam proses penyampaian barang atau komoditas mulai dari titik produsen ke titik konsumen. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap marjin pemasaran adalah harga di tingkat produsen. Selain itu dalam perjalanannya, hasil pertanian akan mendapat perlakuan sebelum akhirnya sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, selain harga di tingkat produsen biaya pemasaran juga akan mempengaruhi marjin pemasaran. Proses dalam pendistribusian hasil pertanian melibatkan beberapa pedagang yang berperan sebagai lembaga pemasaran. Variabel ini juga merupakan salah satu yang mempengaruhi marjin pemasaran.
Pada prinsipnya seluruh komponen marjin pemasaran ditampilkan
sebagai biaya pemasaran dan keuntungan bersih (profit). Profit merupakan perbedaan antara marjin pemasaran dan biaya pemasaran. Keuntungan bersih mencerminkan pembayaran atas risiko, manajemen dan modal yang dimasukkan dalam memindahkan produk dari tingkat pasar ke tingkat pasar yang lain. Marjin pemasaran yang besar seringkali karena konsumen meminta layanan pemasaran yang lebih. Selain itu, tingginya marjin pemasaran bisa juga disebabkan oleh manajemen yang buruk dalam pengelolaan usaha dan modal atau dengan kata lain terjadi pengeluaran biaya pemasaran yang out of control atau berlebihan dan tidak efisien. Tingginya biaya pemasaran dapat disebabkan karena kurangnya informasi pasar, kurangnya pelatihan pemasaran dan organisasi yang lemah serta peran pemerintah dan organisasi dalam mengawasi hak konsumen.
Dengan demikian, tingginya marjin dapat disebabkan karena biaya
pemasaran yang tinggi sehingga tidak akan meningkatkan profit. Besarnya marjin pemasaran juga tergantung panjangnya saluran pemasaran dan seberapa besar biaya produk itu mulai tahap transportasi, pengolahan, penyimpanan hingga penjualan. Untuk mengetahui apakah marjin yang terjadi itu memberikan profit yang wajar atau tidak maka perlu memahami asal-usul dan komposisi biaya pemasaran secara benar sehingga biaya pemasaran yang dihitung sudah tepat dan tidak under costing maupun over costing. Karena itu, keuntungan yang dihitung dari selisih marjin terhadap biaya pemasaran akan mencerminkan apakah itu merupakan profit yang wajar atau tidak. Contoh hasil penelitian tentang marjin pemasaran dari jurnal yang berjudul ‘Analisis Pemasaran Padi Sawah di Sleman’ menunjukkan di tingkat produsen harga berpengaruh negative dan signifikan. Artinya, tingginya harga di tingkat petani akan menyebabkan marjin pemasaran semakin rendah. hal ini disebabkan karena pasar yang sudah menentukan harga beras.sehingga harga beras pada umumnya sudah memiliki standar. Jadi jika petani menjual padinya dengan harga yang tinggi maka keuntungan dari pedagang yang menyalurkan beras tersebut hingga ke tangan konsumen akan menjadi sedikit karena harga beras di pasaran sudah ada. Jika pedagang tetap menjual beras dengan harga yang melebihi standar yang telah disepakati oleh pasar dikarenakan membeli padi dari produsen dengan harga mahal maka mereka akan menerima konsekuensi yaitu pelanggannya akan pindah dan membeli ke pedagang lain yang harganya setara dengan standar di pasaran atau bahkan lebih murah. Oleh karena itulah jika petani memberikan patokan harga awal yang rendah maka marjin pemasarannya akan tinggi. Sedangkan jika harga awal yang ditetaokan dari petani sudah tinggi maka marjin pemasran akan rendah. Akan tetapi, pada kenyataannya beberapi petani menjual hasil padinya dalam bentuk borongan dan masih basah karena itu keuntungan yang didapat petani hanya sedikit. Hasil dari penjualan padi tersebut biasanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menggarap sawah kembali. Berbeda dengan mereka yan dapat berperan sebagai pedagang atau pengecer yang dapat mengambil keuntungan lebih dari hasil pertanian yang dijual produsen.
Selain hasil dari tingkat produsen. Biaya pemasaran ternyata
berpengaruh positif dan signifikan terhadap marjin pemasaran. Hal ini berkaitan dengan padi yang dijual petani tidak dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen. Padi yang telah dipanen perlu melalui proses penjemuran dan penggilingan. Penjemuran padi biasanya dilakukan lebih dari satu kali sampai padi benar-benar kering dan siap untuk digiling. Pada saat proses pengeringan dan penggilingan ini pasti membutuhkan banyak tenaga dan waktu yang cukup banyak. Hal ini tentunya berkaitan dengan biaya untuk tenaga kerja. Selain biaya untuk tenaga kerja, ada biaya transportasi yang juga mempengaruhi karena semakin jauh produksi padi dari tempat asalnya maka semakin tinggi harga jualnya. Faktor yang terakhir adalah lembaga pemasaran yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap marjin pemasaran. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran kan menyebabkan marjin pemasaran semakin tinggi. Hal tersebut karena masing-masing lembaga pemasaran pasti akan mengambil keuntungan dan mereka juga akan membutuhkan biaya- biaya lainnya dalam proses pemasaran. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., Harahab, N., & Lina, A. (2017). Pemasaran Hasil Perikanan. Malang: UB Pres.
Asmarantaka, R. W., Atmakusuma, J., Muflikh, Y., & Rosiana, N. (2017).
Konsep Pemasaran Agribisnis: Pendekatan Ekonomi dan Manajemen. Jurnal Agribisnis Indonesia , 151-172.
Charisma, A. Y. (2017). Analisis Pemasaran Padi Sawah di Kabupaten
Sleman. Jurnal Ilmiah Agritas .
Koesmara, H., Nurtini, S., & Budisatria, I. G. (2015). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Margin Pemasaran Sapi Potong dan Daging Sapi di Kabupaten Aceh Besar. Buletin Peternakan , 57-63.
Frisca R. M. 2018. Analisis Produksi dan Pemasaran Cabai Merah
(Capsicum annum L) di Desa Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.