Anda di halaman 1dari 7

WINDA PARAMITHA (2018020102)

AGRIBISNIS B

RESUME PEMASARAN PERTANIAN

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARJIN PEMASARAN

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga diantara tingkat lembaga


pemasaran dalam suatu system pemasaran, atau selisih harga antar dua
lembaga pemasaran yang melakukan transaksi jual-beli pada suatu system
saluran pemasaran tertentu. Misalnya produsen menjual cabai Rp. 20.000/kg
kepada pedagang pengecer, kemudian pedagang pengecer menjual ke
konsumen Rp. 22.000/kg, maka marjin yang terjadi Rp. 2000/kg atau
disebut retail absolute margin. Emhar et al. (2014) menjelaskan bahwa
marjin pemasaran merupakan bagian biaya yang dibayarkan dan pendapatan
yang diterima oleh setiap mata rantai yang terlibat dalam proses rantai
pasokan. Marjin pemasarann juga merupakan perbedaan jarak vertical antar
kurva permintaan dan penawaran tingkat produsen dengan tingkat lembaga
pemasaran yang terlibat pada pesaing sempurna yang terdiri atas biaya dan
keuntungan tata niaga. Setiap lembaga yang ingin melibatkan diri dalam
suatu system pemasaran komoditas tertentu, baik itu komoditas industry
atau pertanian pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
mencari dan memperoleh keuntungan atau imbalan pengorbanan yang
diberikan oleh lembaga. Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga
akan menyebabkan perbedaan harga jual antara lembaga satu dengan
lembaga yang lain.

Dari definisi marjin pemasaran yang merupakan perbedaan harga yang


dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka selanjutnya
dapat dianalisa sebagai berikut; Harga yang dibayarkan konsumen
merupakan harga di tingkat pengecer yang merupakan perpotongan antara
kurva permintaan primer dengan kurva penawaran turunan. Sedangkan
harga di tingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan
turunan dengan kurva penawaran primer.
Komponen marjin pemasaran menurut pendapat Crawford (1997) terdapat
dua macam, yaitu:

a. Komponen marjin pemasaran yang diperhitungkan berdasarkan


tingkat pengembaliannya kepada faktor produksi (input) yang
digunakan dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, seperti
melakukan kegiatan pengolahan dan jasa pemasaran yang
dibayarkan mulai dari tingkat petani (produsen) ke tingkat konsumsi
meliputi gaji yang dibayarkan kepada buruh tani, bunga yang
dibayarkan kepada lembaga pembiayaan terhadap modal yang
dipinjam, sewa untuk penggunaan tanah/gedung/investasi serta profit
yang diterimakan kepada pengusaha pemasaran atas keberaniannya
menanggung risiko dan penanaman modal. Seluruh komponen biaya
yang terlibat atau dibayarkan dalam proses pemasaran disebut
marketing cost.
b. Komponen marjin yang merupakan pengembalian/penerimaan yang
diambil dari berbagai macam lembaga atau institusi yang terlibat
dalam pemasaran komoditi seperti jumlah uang yang masuk ke
pedagang besar, pengepul dan pengecer atas pelayanan mereka.
Komponen ini disebut sebagai pembayaran jasa marketing
(marketing charges) atau imbalan jasa pengusaha dalam
menjalankan fungsi pemasaran, menanggung risiko dan penanaman
modalnya.

Menurut Sudiyono (2002) komponen dari marjin pemasaran terdiri dari


biaya-biaya yang diperlukan lembaga pemasaran untuk melakukan
fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran. Biaya
pemasaran adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-
lembaga yang terlibat dalam system pemasaran suatu komoditas dalam
proses penyampaian barang atau komoditas mulai dari titik produsen ke
titik konsumen. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap marjin pemasaran adalah
harga di tingkat produsen. Selain itu dalam perjalanannya, hasil
pertanian akan mendapat perlakuan sebelum akhirnya sampai ke tangan
konsumen. Oleh karena itu, selain harga di tingkat produsen biaya
pemasaran juga akan mempengaruhi marjin pemasaran. Proses dalam
pendistribusian hasil pertanian melibatkan beberapa pedagang yang
berperan sebagai lembaga pemasaran. Variabel ini juga merupakan salah
satu yang mempengaruhi marjin pemasaran.

Pada prinsipnya seluruh komponen marjin pemasaran ditampilkan


sebagai biaya pemasaran dan keuntungan bersih (profit). Profit
merupakan perbedaan antara marjin pemasaran dan biaya pemasaran.
Keuntungan bersih mencerminkan pembayaran atas risiko, manajemen
dan modal yang dimasukkan dalam memindahkan produk dari tingkat
pasar ke tingkat pasar yang lain. Marjin pemasaran yang besar seringkali
karena konsumen meminta layanan pemasaran yang lebih. Selain itu,
tingginya marjin pemasaran bisa juga disebabkan oleh manajemen yang
buruk dalam pengelolaan usaha dan modal atau dengan kata lain terjadi
pengeluaran biaya pemasaran yang out of control atau berlebihan dan
tidak efisien. Tingginya biaya pemasaran dapat disebabkan karena
kurangnya informasi pasar, kurangnya pelatihan pemasaran dan
organisasi yang lemah serta peran pemerintah dan organisasi dalam
mengawasi hak konsumen.

Dengan demikian, tingginya marjin dapat disebabkan karena biaya


pemasaran yang tinggi sehingga tidak akan meningkatkan profit.
Besarnya marjin pemasaran juga tergantung panjangnya saluran
pemasaran dan seberapa besar biaya produk itu mulai tahap transportasi,
pengolahan, penyimpanan hingga penjualan. Untuk mengetahui apakah
marjin yang terjadi itu memberikan profit yang wajar atau tidak maka
perlu memahami asal-usul dan komposisi biaya pemasaran secara benar
sehingga biaya pemasaran yang dihitung sudah tepat dan tidak under
costing maupun over costing. Karena itu, keuntungan yang dihitung dari
selisih marjin terhadap biaya pemasaran akan mencerminkan apakah itu
merupakan profit yang wajar atau tidak.
Contoh hasil penelitian tentang marjin pemasaran dari jurnal yang
berjudul ‘Analisis Pemasaran Padi Sawah di Sleman’ menunjukkan di
tingkat produsen harga berpengaruh negative dan signifikan. Artinya,
tingginya harga di tingkat petani akan menyebabkan marjin pemasaran
semakin rendah. hal ini disebabkan karena pasar yang sudah
menentukan harga beras.sehingga harga beras pada umumnya sudah
memiliki standar. Jadi jika petani menjual padinya dengan harga yang
tinggi maka keuntungan dari pedagang yang menyalurkan beras tersebut
hingga ke tangan konsumen akan menjadi sedikit karena harga beras di
pasaran sudah ada. Jika pedagang tetap menjual beras dengan harga
yang melebihi standar yang telah disepakati oleh pasar dikarenakan
membeli padi dari produsen dengan harga mahal maka mereka akan
menerima konsekuensi yaitu pelanggannya akan pindah dan membeli ke
pedagang lain yang harganya setara dengan standar di pasaran atau
bahkan lebih murah. Oleh karena itulah jika petani memberikan patokan
harga awal yang rendah maka marjin pemasarannya akan tinggi.
Sedangkan jika harga awal yang ditetaokan dari petani sudah tinggi
maka marjin pemasran akan rendah. Akan tetapi, pada kenyataannya
beberapi petani menjual hasil padinya dalam bentuk borongan dan masih
basah karena itu keuntungan yang didapat petani hanya sedikit. Hasil
dari penjualan padi tersebut biasanya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan menggarap sawah kembali. Berbeda dengan
mereka yan dapat berperan sebagai pedagang atau pengecer yang dapat
mengambil keuntungan lebih dari hasil pertanian yang dijual produsen.

Selain hasil dari tingkat produsen. Biaya pemasaran ternyata


berpengaruh positif dan signifikan terhadap marjin pemasaran. Hal ini
berkaitan dengan padi yang dijual petani tidak dapat langsung
dikonsumsi oleh konsumen. Padi yang telah dipanen perlu melalui
proses penjemuran dan penggilingan. Penjemuran padi biasanya
dilakukan lebih dari satu kali sampai padi benar-benar kering dan siap
untuk digiling. Pada saat proses pengeringan dan penggilingan ini pasti
membutuhkan banyak tenaga dan waktu yang cukup banyak. Hal ini
tentunya berkaitan dengan biaya untuk tenaga kerja. Selain biaya untuk
tenaga kerja, ada biaya transportasi yang juga mempengaruhi karena
semakin jauh produksi padi dari tempat asalnya maka semakin tinggi
harga jualnya. Faktor yang terakhir adalah lembaga pemasaran yang
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap marjin pemasaran.
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses
pemasaran kan menyebabkan marjin pemasaran semakin tinggi. Hal
tersebut karena masing-masing lembaga pemasaran pasti akan
mengambil keuntungan dan mereka juga akan membutuhkan biaya-
biaya lainnya dalam proses pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., Harahab, N., & Lina, A. (2017). Pemasaran Hasil Perikanan.
Malang: UB Pres.

Asmarantaka, R. W., Atmakusuma, J., Muflikh, Y., & Rosiana, N. (2017).


Konsep Pemasaran Agribisnis: Pendekatan Ekonomi dan Manajemen.
Jurnal Agribisnis Indonesia , 151-172.

Charisma, A. Y. (2017). Analisis Pemasaran Padi Sawah di Kabupaten


Sleman. Jurnal Ilmiah Agritas .

Koesmara, H., Nurtini, S., & Budisatria, I. G. (2015). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Margin Pemasaran Sapi Potong dan Daging Sapi di
Kabupaten Aceh Besar. Buletin Peternakan , 57-63.

Frisca R. M. 2018. Analisis Produksi dan Pemasaran Cabai Merah


(Capsicum annum L) di Desa Margototo Kecamatan Metro Kibang
Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai