Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TEORI UMUM

2.1 KAYU
Kayu sebagai hasil tumbuhan hutan merupakan sumber kekayaan
alam yang mengikuti peredam alam dengan rantai bahan yang tidak
mengalami perubahan yang mempengaruhi keseimbangan keadaan entropi
maupun peredaran karbon dioksida (CO2). Sebagai bahan bangunan, kayu
dapat diperoses dan dikerjakan dengan mudah, dengan membandingkan
energy sedikit dan akhirnya dapat dimusnahkan tanpa merusak
lingkungan. Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan
orang. Diperkirakan pada abad-abad yang akan datang kayu masih akan
selalu dibutuhkan. Dari segi manfaat bagi kehidupan manusia, kayu dinilai
mempunyai sifat-sifat utama yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan
manusia. Membicarakan masalah kayu, mengerjakan kayu, atau
mengkonstruksikan sesuatu kayu berarti harus mengenal sifat-sifatnya dan
mengingat pohon hidup. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap
jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat
kayu setiap tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk
tujuan penggunaan tertentu hatus betul-betul sesuai dengan yang kita
inginkan.

1. Berat Jenis Kayu


Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar
air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat jenis adalah perbandingan antara
kepadatan kayu dengan kepadatan air pada volume yang sama. Kayu
terdiri dari bagian pada (sel kayu), air dan udara. Ketika kayu dimasukan
kedalam oven atau dikeringkan maka volume yang tinggal adalah volume
bagian padat dan volume udara saja sedangkan airnya sudah
menguap/hilang. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan berat
jenisnya (BJ). Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisaran
antara BJ minimum 0,2 (kayu biasa) sampai BJ 1,28 (kayu nani).
Umumnya semakin tinggi BJ kayu, semakin berat dan semakin kuat pula
kayunya.

2. Sifat Mekanik Pada Kayu yaitu :


a. Keteguhan Tarik
Keteguhan Tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha menarik kayu, terdapat dua macam keteguhan Tarik,
yaitu :
⮚ Keteguhan Tarik sejajar arah serat dan
⮚ Keteguhan Tarik tegak lurus arah serat
Kekuatan Tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.
b. Keteguhan Tekan atau Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan
muatan/beban. Terdapat dua keteguhan tekan, yaitu :
⮚ Keteguhan Tekan sejajar arah serat dan
⮚ Keteguhan Tekan tegak lurus arah serat
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil dari pada
keteguhan kompresi sejajar arah serat.
c. Keteguhan geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
membuat suatu bagian kayu tutur bergeser dari bagian lain di
dekatnya. Terdapat tiga macam keteguhan geser, yaitu
⮚ Keteguhan geser arah sejajar serat
⮚ Keteguhan geser tegak lurus arah serat.
⮚ Keteguhan geser miring.
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan
geser sejajar arah serat
d. Keteguhan lengkung (Lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya
yang berusahan melengkungkan kayu atau untuk menahan beban
mati maupun hidup selain beban pukulan. Terhadap dua macam
keteguhan lengkung, yaitu:
⮚ Keteguhan lengkung statis, yaitu kekuatan kayu menahan
gaya yang mengenai secara perlahan-lahan.
⮚ Keteguhan lengkungan pukul, yaitu kekuatan kayu
menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
e. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan
perubahan bentuk atau lengkung. Kekakuan tersebut dinyatakan
dalam modulus elastisitas.
f. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang
relative besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-
tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional
serta mengakibatkan perubahan yang permanen dan kerusakan
sebagian.
g. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya
yang membuaat takik atau lekukan atai kikisan (abrasi). Bersama-
sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang
ketahanan terhadap pengausan kayu.
h. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah
yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar.
Sebaliknya, keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk
pembuatan ukiran-ukiran (patung). Pada umumnya, kayu mudah
dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari arah tangensial.
Karena kayu merupakan bahan bangunan alam maka dari
pohonnya kayu dapat dibentuk berbagai macam ukuran yang
berupa balok dan papan. Di perdagangkan, ukuran kayu umumnya
sudah ditentukan, antara lain (ukuran dalam CM)
6/12; 6/10; 8/12; 10/10; 15/15 Disebut balok

2/15; 2/20; 3/25; 3/30; 4/40 Disebut papan

4/6; 5/7 Disebut usuk atau kaso

2/3; 3/4 Disebut reng

1/3; 1/4; 1/6 Disebut plepet

Konstruksi bangunan kayu adalah ilmu yang sangat


kompleks. Tidak ada penyelesaian yang pasti bagi suatu
permasalahan seperti pada ilmu matematika. Tetapi, ilmu
konstruksi kayu mutahir yang berdasarkan penelitian dan ilmu
pengetahuan teknik dapat memberikan penyelesaian yang optimal
dengan menghindari cacat konstruksi pada setiap bangunan.
Konstruksi kayu mengalami perkembangan luar biasa sejak perang
dunia kedua, walaupun belum demikian terwujud pada bangunan
Indonesia.

2.2 Konstruksi Kuda-Kuda


Konstruksi kuda-kuda kayu di Indonesia sangat kuat dalam hal
khazanah arsitektur dan kebudaan yang beragam-ragam. Konstruksi kuda-
kuda kayu umumnya merupakan suatu konstruksi penyanggah atau
pendukung utama dari atap. Konstruksi kuda-kuda kayu mempunyai syarat
tidak boleh berubah bentuk, terutama jika sudah berfungsi. Beban-beban
atap yang harus diterima konstruksi kuda-kuda kayu melalui gording-
gording yang sedapat mungkin disalurkan/diterima tepat pada titik buhul.
Dengan demikian rangka batang dapat bekerja sesuai dengan perhitungan
besarnya gaya-gaya batang dan juga batang tersebut tidak terjadi tegangan
lentur melainkan hanya terdapat tegangan normal tekan dan tarik. Dimensi
konstruksi kuda-kuda kayu umumnya tidak ditentukan oleh perhitungan
yang disebabkan oleh beban saja, melaikan banyak juga yang ditentukan
oleh persyaratan-persyaratan cara tata letak sambung. Perhitungan harus
mempertimbangkan beban-beban yang ada diatap biasa disebut beban
nominal, yaitu beban yang ditentukan dalam Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987. SNI 03-1727-
1989 Tata cara perencanaan pembebanan rumah dan gedung atau
penggantinya.
Beban nominal yang ditinjau adalah sebagai berikut:
✔ D : beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, atap, plafon, partisitetap, tangga, peralatan layap tetap.
✔ L : beban hidup yang timbul oleh penggunaan gedung, termasuk pengaruh
kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-
lain.
✔ La : beban hidup diatap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak.
✔ H : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air
✔ W : beban angina termasuk dengan memperhitungkan bentuk aerodinamik
bangunan dan peninjauan terhadap pengaruh terhadap angina topan, puyuh,
tornado bila diperlukan.
✔ E : beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989, atau
penggantinya.

Kombinasi Pembebanan

Perencanaan struktur dengan menggunakan kombinasi pembebanan


yang dipakai adalah sebagai berikut :

⮚ 1.4D
⮚ 1.2D + 0.5La
⮚ 1.2D + 1.6 La + 0.8 W
⮚ 1.2D + 1.3W + 0.5 La

Kerena keterbatasan panjang kayu yang ada perdagangakan maka


untuk suatu konstruksi kayu yang panjang diperlukan adanya
sambungan kayu. Pengertian sambungan kayu adalah dua batang kayu
atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain sehingga menjadi
satu batang kayu yang panjang. Sambungan kayu tanpa alat-alat
sambungan sederhana seperti pengikatan, paku, pasak, kelam, atau besi
strip berfungsi sebagai pengaman pada titik letak sambungan.

2.3 Beban yang bekerja pada atap

2.3.1 Beban Mati (G)


Diasumsikan bekerja vertical pada tiap titik tepi atas, sendiri terdiri :
Berat penutup atap + gorging
Gg = g (kg/m) x 1 (m) (kg)
g = lihat pembebanan pada gording
l = jarak antara kuda-kuda
Beban pengguna (P)
Karena beban ini kecil sekali pengaruhnya pada kuda-kuda, maka
dapat diabaikan.
Beban sendiri kuda-kuda (Gk)
Untuk menentukan B.S kuda-kuda dilakukan dengan cara
menaksir terlebih dahulu menggunakan pendekatan sbb.
𝑔𝑘.𝐿
𝐺𝑘 = (𝑘𝑔)…………………………………………(2-1)
𝑛−1

Dimana :
L = penjang bentang kuda-kuda
I = jarak antara kuda-kuda
n = jumlah titik simpul pada batang tepi atas
gk = b.s kuda-kuda
Berat ikatan angin dan alat sambung Gia
Biasanya diambil sebesar 25% dari b.s kuda-kuda.
Jadi besarnya beban mati adalah:
𝐺 = 𝐺𝑔 + 𝐺𝑘 + 𝐺𝑖𝑎 ………………………………….(2-2)
2.4 Beban Angin
Tekanan angin tergantung pada bentuk dan tinggi
konstruksi serta besarnya kemiringan atap, dan juga tergantung
dari lokasi dimana akan dibangun dibuat.
Bagian bangunan yang berhadapan dengan datangnya angin
menerima angin tekan dan bagian dibelakangnya menerima angin.
Beban angin bekerja pada bidang yang dikenainya. Pada konstruksi
rangka kuda-kuda, beban angin diasumsikan bekerja di bidang atap
pada tiap titik simpul batang tepi atap. Beban angin terdiri dari :
a. Angin Tekan (W)
W = c.l.a.Wa …………………………………………..( 2-3 )
b. Angin Hisap
W’ = -0,4.l.a.Wa ………………………………………..( 2-4 )
Dimana :
W = tekanan angin/titik simpul
c = koefisien angin tekan
l = jarak kuda-kuda
a = jarak titik simpul
Wa = tekanan angin per m2
-0,4 = koefisien angin hisap

2.5 Beban Plafon


Untuk bangunan yang ada konstruksi plafon perlu dihitung beban plafon
pada kuda-kuda. Beban plafon dianggap vertical pada tiap titik
simpul batang tepi bawah.
Pf = λ . l . gf (kg) ………………………………………(2-5)
Pf = berat plafon per titik simpul
λ = jarak antara titik simpul batang tepi bawah
l = jarak antara kuda-kuda
gf = berat per m2 plafond
2.6 Alat Sambung
Alat sambung yang dipakai untuk tugas besar struktur kayu ini
adalah paku. Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam
konstruksi maupun struktur kayu. Ini karena alat sambung ini cukup
mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam berbagai bentuk, dari paku
lolos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari panjang
paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku ditujukan pada gambar 2.1

Gambar 2.1
Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya
memiliki kuat cabut yang besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut
sering menyebabkan pecahnya kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat
mengurangi pecah dapa kayu, namun karena ujung tumpung tersebut
merusak serat, maka kuat cabut paku pun akan berkurang pula. Kepala
paku, badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter
sunk) umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kapala paku
ini umumnya sebnding dengan diameter paku. Paku kepala benam di
masukan untuk dipasang masuk – terbenam dalam kayu.
2.7 Spesifikasi Bahan
Bahan untuk kuda-kuda kali ini harus dipilih dari kayu yang baik
dan ukurannya mencukupi dengan ukuran yang dibutuhkan dan mencakup
soal yang diberikan. Kayu bangkirai memiliki mutu kayu E23 dengan
dimensi 12cm x 14cm.

1. Kayu Bangkirai
Di dalam negeri lebih dikenal dengan nama kayu bengkirai,
sedangkan di luar Indonesia lebih dikenal dengan nama Yellow Balau atau
kadang hanya disebut Balau, yang sebenarnya merupakan nama dari
Malaysia. Kayu ini banyak di temukan di Indonesia, Malaysia, & Filipina.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan rata-rata kayu bangkirai,
kruing dan kelapa secara beturut-turut untuk kuat tekan sebesar 222,88
kg/cm2, 152,95 kg/cm2 dan 171,12 kg/cm2, serta kuat lentur 435,91
kg/cm2, 194,42 kg/cm2 dan 181,49 kg/cm2, serta untuk kuat geser 18,81
kg/cm2, 19,14 kg/cm2 dan 8,20 kg/cm2. Hasil ini juga menunjukan, bahwa
ketiga kayu tersebut termasuk kelas kuat I terhadap kuat tekan dan kuat
lentur. Untuk kuat geser, kayu bangkirai dan ruing termasuk kelas kuat II,
sedangkan kayu kelapa termasuk kelas kuat III.
2. Pohon
Bangkirai bisa berdiameter hingga 120 cm dan tinggi pohon
mencapai 40 m. Diameter rata-rata adalah 70-90 cm.
3. Warna Kayu
Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh
karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal
dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebil terang. Pada
saat baru saja dibelah/dipotong, bagian kayu teras terkadang
terlihat coklat kemerahan.
4. Densitas
Kekerasan kayu Bangkirai cukup tinggi, antara 880-990
kg/cm3 pada kekeringan MC 12%. Bahkan bisa mencapai 1050
kg/cm3.
5. Pengeringan
Proses pengeringan Bangkirai dengan suhu normal adalah
12-25 hari. Resiko paling besar adalah kayu melengkung arau
bahkan retak pada saat masih di dalam ruang.

6. Proses mesin
Jenis serat dengan ikatan kuat, proses mesin akan cukup
mudah dan halus, namun setelah beberapa jam berada di udara
terbuka, serat bangkirai memiliki kecenderungan terbuka dan
menlintir sehingga kurang cocok untuk konstruksi yang
membutuhkan kesetabilan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai