Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KOMODITAS AYAM LOKAL

Diajukan unuk memenuhi salah satu tugas mata Kuliah Pengantar Peternakan

Kelompok 1 / F

Disusun oleh :

Sendi Maulana 200110180212

Sri Ratna 200110180104

Virya Trifiana 200110180141

Wulan Anisha 200110180193

Yonathan G. Ezra 200110180282

Yusuf Nurdiansyah 200110180216

Zalfa Andini 200110180062

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

NOVEMBER

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini
yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang “Komoditas Ayam
Lokal.”

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan karunianya untuk kita
semua.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh agar makalah ini mampu berguna
serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait
ayam lokal.

Karena keterbatasan pengetahuan kami, makalah ini belum bisa dikatakan


sempurna. Oleh karena, itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya. Atas segala kekurangan dan
kesalahan yang ada dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Jatinangor, 5 November 2018

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2

Daftar Isi...................................................................................................................3

Daftar Tabel.............................................................................................................4

Daftar Ilustrasi..........................................................................................................5

Bab I Pendahuluan.................................................................................................6

1.1 Peternakan Tradisional atau Peternakan Rakyat...........................................6


1.2 Peternakan Semi Tradisional.........................................................................6
1.3 Peternakan Maju atau Peternakan Skala Industri..........................................7
1.4 Skala Usaha...................................................................................................8

Bab II Pembahasan...................................................................................................9

2.1 Produksi Peternakan.....................................................................................9


2.1.1 Jenis Produk yang Dihasilkan Ayam Lokal..........................................9
2.1.2 Koefisien Teknis Usaha Peternakan....................................................10
2.1.3 Kandungan Gizi Produk Ternak dan Harga per kg Produk Ayam
Lokal....................................................................................................12
2.2 Produk Olahan Hasil Ayam Lokal.............................................................12
2.3 Pengolahan Produk Ternak........................................................................13
2.4 Lingkungan Peternakan..............................................................................16
2.4.1 Faktor Lingkungan Makro..................................................................17
2.4.2 Faktor Lingkungan Mikro...................................................................18
2.4.3 Ancaman Lingkungan Usaha..............................................................25

Bab III Penutup......................................................................................................26


3.1 Simpulan....................................................................................................26
Daftar Pustaka........................................................................................................27

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.................................................................................................................11

Table 1.2.................................................................................................................12

4
DAFTAR ILUSTRASI

Gambar 1.1...............................................................................................................6

Gambar 1.2...............................................................................................................7

Gambar 1.3...............................................................................................................7

Gambar 1.4...............................................................................................................9

Gambar 1.5.............................................................................................................10

Gambar 1.6.............................................................................................................10

Gambar 1.7.............................................................................................................14

Gambar 1.8.............................................................................................................16

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Peternakan Tradisional atau Peternakan Rakyat


Peternakan tradisional dalam ayam lokal dengan cara diumbar dan kandang
yang belum memenuhi syarat kandang yang baik, peternak kurang berperan
dalam pengelolaannya. Sistem ini tergolong pemeliharaan yang
membutuhkan biaya yang cukup murah karena pemberian pakan dan minum
masih menggunakan pakan yang seadanya serta belum diberikan pemberian
multivitamin. Kandang masih sederhana, untuk ventilasi belum begitu
dilaksanakan dengan kaidah yang baik.
Pada umumnya peternak yang menggunakan metode ini adalah peternak
yang mempunyai unggas dalam jumlah yang belum begitu banyak dan
tujuan pemeliharaan hanya untuk kepentingan keluarga. Dari sisi
pengeluaran memang metode ini membutuhkan biaya yang murah namun
produkivitas ayam kampung juga masih rendah. Jadi jika untuk tujuan bisnis
tentu saja cara ini kurang efisien.

Gambar 1.1

1.2 Peternakan Semi Tradisional


Peternakan semi tradisional sudah menggunakan cara yang lebih baik
dibandingkan peternakan tradisional. Sistem ini sudah menggunakan
kandang dan pemberian pakan dan minum namun peternak masih

6
mengumbarkan ayam yang dipelihara. Cara ini banyak digunakan peternak
kelas menengah yang belum mengetahui cara beternak yang efektif. Metode
ini masih mempunyai banyak kelemahan karena peternak belum
menerapkan vaksinasi, kandang juga belum mempunyai ventilasi yang baik.
Jadi jika ada wabah penyakit, peternak masih belum begitu mahir
mengatasinya.

Gambar 1.2

1.3 Peternakan Maju atau Peternakan Skala Industri


Bagi para peternak profesional, yang bertujuan untuk mengembangkan
usaha untuk menunjang pendapatan menggunakan cara beternak secara
intensif atau maju. Cara ini membutuhkan ilmu pengetahuan, modal yang
cukup, pengelolaan kandang dan pemeliharaan ayam dengan cara yang
tepat.

Gambar 1.3

7
1.4 Skala Usaha
Peternakan ayam lokal di Indonesia masih tergolong skala kecil dan
menengah. Padahal, permintaan ayam lokal di Indonesia kian meningkat
dan berpotensi untuk di ekspor. Komoditas ayam lokal merupakan
segmentasi kelas menengah lantaran harganya yang cukup mahal.

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Produksi Peternakan


Ayam lokal atau ayam kampung menjadi usaha peternakan sampingan
bagi masyarakat di desa. Ayam kampung ini memiliki harga jual yang
lebih mahal dibandingkan dengan ayam ras.

2.1.1 Jenis Produk yang Dihasilkan Ayam Lokal


Pada peternakan ayam lokal produk yang dihasilkan oleh ayam lokal
adalah telur dan daging. Karena ayam lokal digunakan untuk bahan
makanan masunia. Ayam lokal memiliki beberapa manfaat yang baik
bagi yang mengonsumsinya. Selain telur dan daging ayam, hasil lain
dari peternakan adalah tinja ayam. Tinja ayam ini mempunyai dua
bentuk. Pertama, tinja ayam yang tercampur alas litter untuk
peternakan yang menggunakan sistem ini dan kedua adalah tinja
ayam murni. Tinja yang tercampur dengan alas litter dapat
digunakan sebagai pupuk. Sementara itu, tinja murni dapat
digunakan untuk makanan ternak atau untuk keperluan lain, seperti
biogas atau pupuk organik.

Gambar 1.4

9
Gambar 1.5

Gambar 1.6

2.1.2 Koefisien Teknis Usaha Peternakan


1. Pertambahan bobot badan
Pertambahan bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir
(panen) dengan bobot badan awal pada saat tertentu.
Pertumbuhan ternak sangat tergantung dari pakan yang diberikan,
jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak dapat
mencapai bobot badan tertentu pada umur yang lebih muda. Nilai
rata-rata pertambahan berat badan ayam lokal sebesar 809,73

10
gram per 63 hari selama pemeliharaan dari awal hingga dipanen.
Pertambahan bobot badan anak ayam lokal yang dipelihara
intensif rata rata 373,4 g/hari dan yang dipelihara secara ekstensif
adalah 270,67 g/hari.
2. Produksi telur rataan/ekor/hari
Ayam kampung mampu memproduksi telur 115 butir per tahun,
jika dalam sehari ayam lokal bertelur 2-3 butir. Berat per butir
telur sekitar 45-50 g. Pertama kali bertelur ketika berumur sekitar
250 hari. Induk betina yang kecil mampu mengerami 8-10 butir
telur sedangkan induk betina besar dapat mengerami telur
sebanyak 15 butir.

Ayam Ayam
Ayam Ayam Kedu Ayam
Kedu Nunukan
Kampung Putih Pelung
Hitam
Umur pada saat 143
145 134 168 163
bertelur (hari)
Jumlah telur per 84
93 117 107 83
ayam/tahun
Produksi dalam
43,5
12 minggu (H.D. 29 37 49 38,5
%)
Produksi dalam
64,5
20 minggu (H.D. 50,5 56,5 69,6
%)
Tabel 1.1

3. Satuan ternak
Satuan ternak untuk ayam dewasa (100 ekor) adalah 1,00 ST,
ayam muda (100 ekor) adalah 0,50 ST, dan anak ayam (100
ekor) adalah 0,25 ST.
4. Sex ratio
Sex ratio jantan dan betina pada ayam lokal yang digunakan
oleh peternak yaitu 1:5, 1:8.

11
2.1.3 Kandungan Gizi Produk Ternak dan Harga per kg Produk Ayam
Lokal
Harga per kg produk ayam lokal biasanya Rp.40.000 untuk ayam
local yang kecil dan RP.150.000 untuk yang besar.
Kandungan Gizi Jumlah Kandungan

Kalori (kal) 302

Protein (g) 18,2

Lemak (g) 25

Kalsium (mg) 14

Fosfor (mg) 200

Zat Besi (mg) 1,5

Vitamin A (SI) 810

Vitamin B1 (mg) 0,08

Air (g) 55,9

Table 1.2

2.2 Produk Olahan Hasil Ayam Lokal


Hasil produk peternakan ayam lokal ini biasanya digunakan untuk bahan
makanan manusia. Karena sebagai makanan manusia, telur dan daging
ayam harus memenuhi kesehatan, yaitu sebagai berikut.
a. Telur dan daging ayam yang hendak dijual harus berasal dari ayam
yang sehat, termasuk bebas dari parasit.
b. Jangan diberikan obat apapun, termasuk berbagai hormon
perangsang semasa ayam berproduksi atau beberapa hari sebelum
dijual sebagai potongan karena akan berdampak buruk terhadap

12
hasil produk. Pemberian campuran vitamin dan mineral sudah
cukup karena keduanya merupakan nutrisi yang dibutuhkan ayam.
c. Jangan menjual telur ayam yang kerabangnya (kulit telur) kotor
oleh tinja karena bakteri perusak yang ada didalam tinja akan
masuk kedalam telur ayam melalui pori-pori dan kelak akan
merusak isi telur. Bila dari semula telur ayam telah kotor oleh tinja
ayam, sebelum dijual dibersihkan terlebih dahulu.

Itulah tiga inti memanen hasil utama produksi ayam kampung yang
bertalian dengan hal-hal penting dan harus dipatuhi peternak baik menjual
hasilnya sendiri maupun menjualnya kepada pedagang pengumpul. Yang
terpenting adalah ketika hasil produksi berpindah dari peternakan ke mobil
pedagang pengumpul harus dijaga dalam keadaan prima.

Produk hasil olahan ayam kampung ini seperti opor ayam kampung, ayam
kampung suwir, nasi goreng ayam kampung, roti bakar isi telur ayam
kampung, dan lain-lain.

2.3 Pengolahan Produk Ayam Lokal


A. Pengolahan Telur Ayam
Telur ayam yang dihasilkan dari kandang, diklarifikasikan berdasarkan
bobot telur, keadaan kulit telur, dan isi telur. Klarifikasi berdasarkan
bobot telur dilakukan agar telur diberikan nilai yang sesuai pada tiap
bobotnya. Telur harus dikeluarkan secepatnya dari kandang untuk
menghindari kontaminasi dan serbuan bakteri. Semakin lama telur
berada di dalam kandang, semakin cepat berkembangnya bakteri.
Telur-telur yang diserahkan ke bagian pengolahan hail, dipisahkan
antara telur utuh-normal-bersih dengan telur yang retak-pecah-kotor
atau lonjong-kecil. Telur yang retak, sedikit pecah, sedikit kotor, dan
telur yang lonjong masih dapat dipergunakan.
Untuk mengetahui isi telur, dapat dilakukan dengan cara meneropong
telur ke arah cahaya dengan bantuan gulungan koran atau karton.
Peneropongan ini berfungsi untuk mendeteksi telur yang memiliki
kuning ganda, bercak darah, atau tanpa kuning telur.

13
Contoh produk telur ayam kampung, salah satunya nasi goreng telur
ayam kampung, pengolahannya dengan cara :
- Iris bawang putih, bawang merah, Bombay, dan cabai keriting
hingga harum
- Masukkan telur orak-arik hingga sedikit kering
- Masukkan nasi, aduk perlahan dan tambahkan garam dan penyedap
rasa
- Hidangkan selagi hangat

Kandungan gizi yang terdapat pada nasi goreng telur ayam kampung ini
yaitu, energy 196 kkal, protein 13 gram, lemak 15,3 gram, karbohidrat
0,8 gram, kalsium 67 mg, fosfor 334 mg, zat besi 3,3 mg, vitamin A
231 IU, dan vitamin B1 0,31 mg. Harga nasi goreng ayam kampung ini
sekitar Rp 10.000 – 20.000.

Gambar 1.7

B. Pengolahan Ayam Potong


Ada dua cara yang dapat ditempuh pada ayam yang hendak dijual
sebagai potongan. Pertama, langsung dijual hidup dan kelak dinilai per

14
ekor. Kedua, dengan bentuk siap masak, artinya telah dipotong,
dicabuti bulunya, jeroan dikeluarkan, bersih, dan siap masak.
Pengolahan ayam siap masak pada prinsipnya adalah ayam dipotong
secara normal sesuai peraturan yang berlaku. Pemotongan dilakukan di
leher hingga darah keluar. Agar tidak berceceran kemana-mana,
digunakan cungkup potong ayam. Setelah tidak bergerak, tiba saatnya
untuk mencabut bulunya hingga bersih. Setelah itu, barulah jeroan
dikeluarkan semuanya, kepala dipisah, dan ceker hingga betis
dipotong.
Setelah kepala dan kaki dipotong, jeroan dikeluarkan, selanjutnya
bersihkan isi rongga perut dan masukkan es terlebih dahulu. Dan
jeroan dicuci bersih.
Dalam mengolah ayam kampung hidup menjadi ayam siap masak,
kunci utama yang perlu di pegang adalah kebersihan, terutama air
untuk mencuci dan ketika ayam telah dicabuti bulunya. Pada saat itu,
bagian daging telah terbuka dan mudah sekali bakteri menempel dan
dapat merusak daging ayam. Jangan masukkan bahan kimia atau bahan
lain apapun yang diboreh atau disuntikkan kedalam daging. Biarkan
apa adanya, sebab tindakan tersebut akan mencemari daging dan
merusak striktur daging. Jadi, kebersihan, kejujuran, dan ketelitian
dalam hal ini sangat diperlukan.

Contoh produk dari daging ayam kampung ini adalah ayam betutu,
cara pengolahannya yaitu :
- Cucilah ayam hingga bersih
- Buatlah bumbu ulek kasar yang terdiri dari ketumbar, terasi bakar,
kemiri, merica, jahe, lengkuas, kunyit, dan kencur. Campurkan
semua cabai dan bawang kedalamnya dan ulek kasar. Setelah itu
tambahkan gula dan daun jeruk agar wangi.
- Berilah sedikit minyak kelapa pada bumbu ulek kasar dan aduk
hingga merata.

15
- Lumuri ayam yang sudah dicuci dengan air jeruk nipis serta garam.
Diamkan hingga 15 menit.
- Letakkan ayam yang sudah dimemarkan didalam panci.
Tambahkan juga serai yang di keprek.
- Lumuri ayam dengan bumbu ulek secara merata sampai bagian
rongga perutnya.
- Tuanglah air sampai seluruh bagian ayam terendam. Masaklah
dengan api besar sampai mendidih. Setelah itu kecilkan volume api
dan tunggulah 1,5 – 2 jam sampai bumbu meresap.
- Angkat ayam jika air sudah menyusut dan tersisa sedikit.
- Sajikan bersama sambal matah, bawang goreng, dan kacang
goreng.
Kandungan gizi yang terdapat pada ayam betutu ini memiliki setiap 100
gram daging ayam mengandung 74% air, 22% protein, 13 mg zat kalsium,
190 mg zat fosfor dan 1,5 mg zat besi. Daging ayam mengandung vitamin
A, C, E, dan rendah lemak. Harga ayam betutu ini sekitar Rp 35.000-
50.000.

gambar 1.8

2.4 Lingkungan Peternakan


Saat ingin membangun peternakan, harus dilihat juga dari segi
lingkungannya.

16
2.4.1 Faktor Lingkungan Makro
1. Faktor Klimatik atau iklim, meliputi curah hujan, suhu udara,
kelembapan udara, sinar matahari dan kecepatan angin. Pada
penempatan kandang ayam lokal berkaitan dengan faktor klimatik
seperti kandang ditempatkan membujur dari utara ke selatan
sehingga sinar matahari pagi dan sore dapat masuk ke dalam
kandang. Selain itu, hembusan angin juga dengan bebas dapat
masuk ke dalamnya, kelembapan bisa mencapai 90% ketika
musim hujan yang menyebabkan ayam kampung terserang snot
atau pilek ayam, berak darah atau berak kapur.
2. Faktor Edafik meliputi air dan tanah. Pembangunan kandang
disesuaikan dengan permukaan tanah yang tersedia. Tanah pun
harus yang telah dipadatkan atau disemen.
3. Faktor Biotik meliputi flora dan fauna. Flora atau jenis tanaman
yang biasa dipakai menjadi ransum adalah jagung kuning,
sorgum, dan beras putih atau padi.
4. Teknologi pada ayam lokal meliputi mekanis yaitu mesin tetas
sederhana dan mesin dengan pemanas lampu minyak, biologis
yaitu silase dan pakan yang mengandung unsur protein tinggi,
sedangkan kimia adalah hasil pengolahan limbah hewan ternak
tersebut.
5. Ekonomi Finansial meliputi pasar dan pemasaran nya. Pertama,
perhatikan sistem pasar yang berlaku, tingkat pasar yang
bagaimana yang akan dihadapi, ketahui faktor-faktor yang
mungkin berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran.
Pemasaran untuk bisnis peternakan, diajukan dua jalur yaitu
pemasaran berganda dan pemasaran tunggal (untuk skala kecil).
6. Sosial Budaya meliputi pengadaan tenaga kerja, kebiasaan hidup
dan adat istiadat. Tenaga kerja yang dipekerjakan harus diberi
pengarahan terlebih dahulu mengenai situasi kerja, hak dan
kewajiban pekerja, dan melatih serta membimbing terlebih
dahulu.

17
7. Kebijakan umum pemerintah meliputi peraturan dan undang-
undang yang berhubungan dengan usaha. Berdasarkan Pasal 2
Perda 4/2006, setiap orang pribadi atau badan yang akan
mendirikan atau memperluas tempat usaha yang kegiatannya
dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, wajib
memperoleh izin terlebih dahulu dari Bupati. Dalam penjelasan
pasal 2 disebutkan bahwa peternakan termasuk sebagai tempat
usaha yang wajib memperoleh izin gangguan. Pasal 63 ayat (1)
dan (2) UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan, (“UU Peternakan”) untuk menjaga kesehatan lingkungan
dengan menjamin higiene dan sanitasi juga merupakan kewajiban
pemerintah dan pemerintah daerah dengan cara pengawasan,
inspeksi, dan audit terhadap tempat produksi, rumah pemotongan
hewan, tempat pemerahan, tempat penyimpanan, tempat
pengolahan, dan tempat penjualan atau penjajaan serta alat dan
mesin produk hewan.

2.4.2 Faktor Lingkungan Mikro


1. Breeding merupakan usaha budidaya ternak yang kita pelihara.
Dalam breeding ada beberapa faktor yang harus kita perharikan
diantaranya :
a. Menyiapkan Indukan
Dalam budidaya ayam kampung kita harus mampu
menyiapkan ayam jantan dan betina yang berkualitas untuk
menghasilkan bibit yang berkualitas pula. Dalam proses
perkawinan dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
i. Kawin Alami
perkawinan secara alami adalah perkawinan ayam pejantan
dengan induk betina dimana keduanya telah matang organ
reproduksinya. Perkawinan dilakukan dengan cara ayam
akan menaiki tubuh induk betina dan memasukkan
spermanya ke dalam vagina induk betina. Perkawinan ini

18
dilakukan tanpa ada campur tangan manusia, karena
biasanya saat induk betina sudah mulai siap kawin akan
menunjukkan tingkah laku yang dapat mengundang ayam
jantan untuk segera mengawininya.

ii. Kawin Semi Alami


Tidak semua indukan betina mau dikawini oleh ayam
pejantan, sehingga ayam pejantan yang telah siap kawin
akan mengejar indukan betina yang lari ketakutan.
Kalaupun ayam pejantan dapat mengejar dan mengawini
indukan betina, maka sperma jantan tidak akan dapat
masuk sempurna karena indukan betina akan terus meronta
dan ayam pejantan akan terburu buru mengeluarkan
spermanya walaupun posisinya belum tepat benar. Cara
menyiasatinya adalah dengan cara kawin dodok (diambil
dari istilah duduk), yaitu perkawinan ayam yang dilakukan
sama seperti cara konvensional, tetapi dibantu tangan
manusia. Caranya dengan memegangi induk betina yang
siap kawin dengan posisi didudukkan ke lantai agar tidak
meronta-ronta, sehingga ayam pejantan dapat
mengawininya secara alami. perkawinan ini hanya dapat
dilakukan pada ayam yang sudah jinak dan terbiasa.
iii. Kawin suntik
Untuk memperoleh DOC yang berkualitas dalam jumlah
banyak dan seragam dan dalam waktu yang singkat tentu
sulit tercapai, mekipun menggunakan ayam pejantan yang
unggul dan betina yang baik. meskipun secara kualitas telur
akan baik, tetapi jumlah telur yang dihasilkan akan terbatas
dan tingkat kegagalan tetas telur juga cukup tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan inseminasi


buatan (IB), atau secara awam disebut dengan kawin suntik.

19
Kawin suntik adalah perkawinan yang dilakukan tidak secara
alami, tetapi menggunakan bantuan manusia dengan cara
mengambil sperma dari pejantan kemudian dimasukkan ke
dalam organ reproduksi induk betina untuk dibuahi. Tujuannya
agar dapat memperbaiki kemampuan ayam betina dalam
menghasilkan telur dengan jumlah banyak, serta memperoleh
DOC yang baik dan seragam dalam waktu yang singkat.
Keuntungan inseminasi buatan:
 Cukup menggunakan satu pejantan untuk banyak
betina (satu pejantan bisa untuk 20 ekor betina)
 Dapat dipilih pejantan yang unggul dan induk betina
yang baik
 Masa produksi telur dapat bersamaan dengan betina
lainnya
 Dapat memperoleh telur yang berkualitas baik
dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang
singkat
 Dimungkinkannya melakukan perkawinan silang
dengan ayam jenis tertentu
 Dapat dilakukan pada ayam, baik pejantan maupun
induk betina yang kesulitan melakukan kawin
secara alami
Kekurangan inseminasi buatan:
 Diperlukan alat dan bahan untuk melakukan
inseminasi buatan
 Diperlukan keahlian dan pengetahuan untuk
melakukan inseminasi buatan
 Diperlukan waktu untuk pemisahan terlebih dahulu
bagi pejantan dan betina
 Diperlukan kandang terpisah untuk ayam jantan dan
betina sebelum dilakukan inseminasi buatan

20
 Diperlukan kandang baterai untuk menempatkan
betina yang sedang bertelur
 Diperlukan mesin tetas dengan kapasitas tertentu,
karena satu betina tidak mampu mengerami telur
secara alami dalam jumlah yang banyak

2. Feeding merupakan proses pemberian pakan pada hewan ternak.


Pakan merupakan salah satu kebutuhan dasar ayam,
dimanfaatkkan ayam sebagai sumber energi untuk berproduksi
serta menjalankan hidup pokoknya. Secara umum zat makanan
yang dutuhkan ayam adalah protein, energi, vitamin, mineral, dan
air.

3. Management merupakan cara pemeliharaan hewan agar proses


ternak berjalan dengan baik. Salah satu jenis management adalah
perkandangan. Kendang adalh tempat ternak disimpan dan
beristirahat. Kalau melihat bentuk lantai, kita bisa
mengelompokkan kandang menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Kandang litter
Kandang dengan sistem litter adalah kandang yang
menggunakan tanah sebagai lantainya. Lantai tersebut bisa
dilapisi dengan cor semen atau langsung menggunakan tanah
sebagai medianya.
Untuk menghindari penyakit yang bersumber dari kotoran
ayam, maka lantai dilapisi dengan litter (sekam padi) dengan
ketebalan 5-10 cm.
Keuntungan dari kandang litter adalah kokoh dan mudah
dalam pembuatannya serta hama tikus tidak mudah
bersarang. Selain dari pada itu, biaya untuk membangun
kandang jenis ini lebih murah.
Kerugian dari kandang litter adalah jumlah ayam yang dapat
dipelihara per m2 terbatas dan juga pengontrolan gas

21
amoniak yang harus mendapat perhatian lebih.
Beberapa cara mengatasi hal tersebut adalah :
1. Memperbaiki sirkulasi udara dalam kandang.
2. Jumlah populasi ayam yang dipelihara tidak terlalu
padat.
3. Menambahkan kapur pada litter/sekam padi untuk
membantu penyerapan kadar air dan kelemababan udara.
4. Membolak-balik secara teratur sekam padi tiap 3 sampai
4 hari sekali.
5. Kalau gumpalan sekam sudah banyak/merata, segera
lakukan penggantian sekam.
6. Kalau ingin menambahkan sekam (tanpa membuang
sekam lama), terlebih dahulu taburi kapur pada sekam
lama tersebut.

Lakukan perbaikan pada tempat minum ayam, jangan sampai


air dengan mudah tumpah dan membasahi litter.

b. Kandang slat
Kandang slat memiliki jarak antara lantai kandang dengan
tanah berkisar 2 m. Jenis kandang ini biasa disebut kandang
panggung. Lantai dari kandang jenis ini biasanya
menggunakan bilah bambu yang disusun sejajar dengan jarak
kurang lebih 2 cm. Namun saat ini sudah ada slat yang
terbuat dari plastik dengan ukuran standar 100 x 50 cm
dengan harga yang terjangkau sekitar 100ribuan.
Keuntungan menggunakan kandang jenis ini adalah jumlah
ayam yang dipelihara lebih banyak per meter persegi, ayam
lebih bersih dan tidak banyak menghirup gas amoniak karena
ayam tidak bersentuhan langsung dengan kotoran serta gas
amoniak yang timbul dengan mudah dikontrol.
Sementara kelemahannya adalah biaya untuk membangun
kandang lebih besar, karena kandang harus dibuat kokoh

22
untuk menopang pekerja yang memberikan makan/minum
dan sebagainya. Lantai harus sering dikontrol untuk
melakukan perbaikan jika ada yang lapuk/rusak (slat plastik
lebih tahan).

c. Kandang campuran
Kandang campuran adalah model kandang gabungan dari
kedua jenis kandang di atas yaitu kandang litter dan kandang
slat. Biasanya digunakan pada peternakan yang berfokus
pada pembibitan ayam ras. Perbandingan penggunaan
kandang biasanya 2/3 bagian kandang slat dan 1/3 bagian
kandang dengan sistem litter.
Selain kandang, penyakit juga merupakan bagian dari
management. Penyakit sudah jadi hal biasa bagi makhluk
hidup tak terkecuali hewan peliharaan seperti ayam kampung
yang konon katanya punya data tahan lebih baik. Bagi Anda
yang sedang membudidayakan ayam kampung, berikut ini
beberapa penyakit yang biasa menyerang :
i. Tetelo (ND)
Tetelo (ND) termasuk salah satu penyakit yang sering
menyerang ayam kampung, paling sering ditemukan dan
satu dari sedikit yang paling mematikan.
Penyebab : paramyxivirus
Gejala penyakit Tetelo: badan gemetaran, ngorok, batuk-
batuk, kepala berputar-putar, kelumpuhan pada kaki atau
sayap, kotoran bila diperhatikan berwarna putih kehijauan.
Pencegahan Tetelo: vaksinasi secara teratur, sanitasi
kandang, terhadap ayam yang terkena ND maka harus
dibakar.
Pengobatan : belum ada

ii. Gumboro (gumboro disease)

23
Penyebab : virus
Gejala Gumboro : ayam tiba-tiba sakit dan gemetar tapi
disertai dengan gejala lain berupa bulunya yang tiiba tiba
berdiri, sangat lesu, malas untuk bergerak, diare putih di
sekitar anus.
Pencegahan : vaksinasi secara teratur dan menjaga sanitasi
kandang
Pengobatan : belum ada
iii. Penyakit cacing ayam (worm disease)
Penyebab : Cacing
Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu
kelihatan kusam.
Pencegahan : Berikan obat cacing secara berkala,
kemudian usahakan untuk melakukan sanitasi kandang
yang teratur dan baik, penggantian litter kandang secara
teratur, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk
semang perantara.
Pengobatan : Terdapat beberapa jenis obat cacing yang
dapat digunakan seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin,
sulfamezatin, sulfamerazi dan piperazin.
iv. Berak kapur (Pullorum)
Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum
Gejala : Ayam anakan biasanyakanan kumpul di bawah
pemanas, kepala lesu ditandai dengan menunduk rendah,
kotoran melekat pada bulu-bulu disekitar anus.
Pencegahan : Lakukan fumigasi yang tepat pada mesin
penetas dan juga kandang
Pengobatan : Obat yang dapat digunakan antara lain noxal,
quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn atau obat lain
sesuai rekomendasi ahli.
v. Berak darah (Coccidiosis)

24
Penyebab : protozoa Eimeria sp.
Gejala : anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai,
kotoran encer yang warnanya coklat campur darah, bulu-
bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi atau
sudut kandang.
Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan
sirkulasi udara yang baik pula atau bisa juga dengan
pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran
Pengobatan : noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau
lainnya

2.4.3 Ancaman Lingkungan Usaha


Saat beternak selalu terdapat ancaman di lingkungan, dikarenakan
sebagai berikut.
1. Bencana alam, dapat diatasi dengan mengikuti program
asuransi.
2. Banjir, air dapat masuk ke sela-sela kandang apalagi jika
sistem kandang litter.
3. Kebakaran, api dapat membuat kandang menjadi hangus
terutama bahan baku kandang yang terbuat dari bahan yang
mudah terbakar.
4. Kerusuhan warga, sebaiknya lokasi peternakan hendaknya jauh
dari pemukiman.
5. Cuaca ekstrim, angin yang kencang dapat merobohkan
kandang yang terbuat dari bambu.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Ayam lokal sering juga disebut ayam kampung. Ayam kampung perlu
dipelajari dan diketahui cara pemeliharaannya yang baik dan benar.
Peternakan ayam kampung dibagi menjadi tiga sistem, yaitu peternakan
tradisional yang tidak ada campur tangan manusia sebagai pemilik, karen
sistem ini hanya mengumbar ternak di halaman, ada juga peternakan semi
tradisional yang sudah mulai ada campur tangan pemelihara, dan
peternakan maju yang pada sistem ini sudah memakai campur tangan
manusia sepenuhnya cara ini membutuhkan modal dan pengetahuan yang
sangat besar agar hasil yang diperileh jauh lebih baik dan memuaskan.
Skala usaha dalam tenak ayam kampung ini masih pada skala rendah dan
menengah.
Produk yang dihasilkan ayam lokal adalah telur dan daging ayam.
Koefisien teknis pada usaha peternakan dilihat dari pertambahan bobot
badan harian, produksi telur rataan/ekor/hari, dan kandungan gizi yang
terdapat pada ayam lokal.
Produk hasil olahan ternak ayam lokal adalah telur dan daging. Ayam
yang ingin dijual pastikan sehat,dan bebas parasit. telur yang ingin dijual
harus bersih dan bagus keadaannya. Tinja ayam juga termasuk hasil
olahan ternak yang dapat digunakan sebagai pupuk. Dalam pengolahan
produk hasil ternak ayam lokal juga perlu diperhatikan agar produk seperti
telur dan daging ayam tidak terkontaminasi oleh bakteri. Kebersihan,
kejujuran, dan ketelitian sangat diperlukan.
Saat ingin membangun peternakan harus dilihat dari segi lingkungannya.
Dalam ternak ayam lokal, ayam akan terkena penyakit apabila salah
penempatan pada lingkungannya. Maka dari itu lingkungan peternakan
dilhat dari faktor lingkungan makro, faktor lingkungan mikro. Lingkungan
peternakan juga memiliki ancaman bagi para peternak. Ancaman ini dapat
berupa bencana alam, cuaca, maupun ulah tangan manusia sendiri.

26
DAFTAR PUSTAKA

Rasyaf, M. 2012. Beternak Ayam Kampung. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nurcahyo, Eko M dan Yustina Erna Widyastuti. 1997. Usaha Peternakan Ayam
Kampung Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yahya, M dan Taufik Hidayat. 2013. Beternak Ayam Kampung di Lahan Sempit.
Jakarta: Info Pustaka.

Setiawan, Ade I dan Kliwon Sujionohadi. 1993. Ayam Kampung Petelur. Jakarta:
Penebar Swadaya.

A.M, Dudung. 1989. Memelihara Ayam Kampung Sistem Battery. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.

27

Anda mungkin juga menyukai