Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI TABAYYUN DALAM UPAYA MENCEGAH PENYEBARAN HOAKS

SEBAGAI UPAYA MENJAGA PERSATUAN BANGSA

MQ_10

MUSABAQOH MAKALAH AL-QUR’AN PUTRA

MUSABAQOH TILAWATIL QUR’AN KE-17

TINGKAT KABUPATEN MUARO JAMBI

BAHAR SELATAN

2019
Abstrak
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa manusia dalam proses
komunikasi yang lebih praktis. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi ini terdapat oknum-
oknum yang dengan sengaja menyalahgunakannya demi kepentingan pribadi atau kelompok. Salah satu
bentuk penyalahgunaan teknologi informasi adalah merebaknya hoaks di masyarakat. Tentunya hoaks
sangat berbahaya Karena berpotensi untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Islam sebagai
agama rahmatan lil ‘alamin telah memiliki cara tersendiri untuk menanggulangi permasalahan ini, yang
telah diperintahkan Allah swt. di dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 6 yang disebut dengan
tabayyun. Tabayyun adalah sebuah sikap menelaah info rmasi yang diterima terlebih dahulu hingga jelas
kedudukan informasi tersebut. Dengan mengimplementasikan tabayyun dalam kehidupan sehari-hari
didukung dengan sinergi seluruh elemen masyarakat niscaya akan mampu mencegah penyebaran hoaks di
masyarakat dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Kata Kunci : Hoaks, Tabayyun, Persatuan Bangsa

A. Pendahuluan
manusia setiap zaman pasti mengalami perkembangan. Salah satu bidang yang
mengalami perkembangan pesat adalah bidang teknologi. Perkembangan teknologi selalu
terjadi setiap saat hal ini tentu saja sejalan dengan kebutuhan manusia, salah satu teknologi
yang mengalami perkembangan yang cukup pesat adalah teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan perkembangan teknologi ini kita bisa menikmati kecanggihan alat-alat
komunikasi seperti gawai, laptop, komputer, dan lain sebagainya. Berkembangnya teknologi
ini telah banyak membantu manusia dalam berkomunikasi.
Beberapa tahun terkahir, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal inilah yang melatarbelakangi perubahan teknologi
komunikasi dari konvensional menjadi modern dan serba digital, misalnya seperti internet.
Kehadiran internet sebagai media komunikasi modern telah membuat dunia semakin mudah
digenggam.1 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan sebuah
media yang sangat diminati oleh masyarakat yaitu media sosial.
Media sosial menjadi sarana seeorang untuk menyampaikan pesan/berita/dan lain
sebagainya. Disadarai atau tidak, kehadiran media baru khususnya media sosial telah
memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia sebagai seorang individu

1
Astara Clara Sari, DKK. Komunikasi dan Media Sosial. Fakultas Sastra, Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
maupun masyarakat secara umum. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi baru telah
mengubah perilaku manusia dalam menggunakan teknolgi.2
Berkembangnya media sosial di tengah masyarakat juga telah merubah pola
komunikasi masyarakat. Yang dahulu untuk menyampaikan pesan atau informasi butuh
waktu berhari-hari, namun sekarang bisa dilakukan dalam hitungan detik. Tentu hal ini telah
banyak membantu masyarakat dalam berkomunikasi dengan sesama. Hal ini juga membantu
manusia untuk saling mempererat hubungan antar sesame manusia atau hablum minannas
dan tali silaturrahmi. Namun, seiring dengan perkembangannya teknologi ini terdapat
beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab yang menyalahgunakn media sosial. Salah
satu bentuk penyalahgunaannya adalah menyebarkan berita bohong atau hoaks.
Berita bohong atau hoaks adalah informasi salah yang sengaja disebarkan luaskan
demi kepenringan tertentu. Penyebaran berita palsu (hoaks) melaui media sosial saat ini
sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Berita palsu
seringkali hadir tanpa diminta di lini massa media sosial yang kita miliki. Konten beritanya
yang provokatif seringkali memantik rasa permusuhan, kebencian, perseteruan antar
kelompok, serta mendiskreditkan para pihak yang dianggap lawan.3
Salah satu contoh nyata dampak negatif yang diakibatkan oleh hoaks adalah
kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua. Pada kasus tersebut beredar sebuah berita yang
menyampaikan bahwa telah terjadi pelecehan yang dilakukan oleh seorang guru terhadap
muridnya. Pelecehan yang disampaikan oleh berita tersebut berupa sang guru telah mencaci
sang murid dengan kata-kata yang mengandung rasisme. Mengetahui hal tersebut, untuk
menunjukkan solidaritas melawan ujaran berbau rasis yang beredar, sekumpulan siswa SMA
PGRI dan sekelompok masyarakat yang kurang lebih berjumlah 200 orang berjalan menuju
sebuah sekolah yang berada di Wamena. Namun, sepanjang perjalanan jumlah massa
bertambah dan kerusuhan mulai terjadi. Aksi lempar batu, pembakaran bangunan mulai dari
rumah warga hingga kantor institusi pemerintah tak bisa dihindarkan. Peristiwa ini
mengakibatkan sebanyak 33 orang maninggal, 62 orang terluka, dan lebih dari 1.500 orang
harus menjadi pengungsi.4

2
Ibid.
3
Budi Prayitno. Langkah Pemerintah Menngkal Diseminasi Berita Palsu. Jurnal Wacana Kinerja Volume 20 Nomor 2
Tahun 2017.
4
Penulis kutip dari laman cnnindonesia.com dan kompas.com
Melihat hal ini sungguh besar dampak yang dapat ditimbulkan oleh hoaks. Islam
sebagai agama rahmatan lil ‘alamin telah memiliki cara tersendiri agar tidak terjebak oleh
dampak buruk yang diakibatkan oleh hoaks, yang telah diperintahkan oleh Allah swt. dalam
Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 6 yang dikenal dengan tabayyun. Tabayyun adalah sikap
tidak langsung percaya terhadap sebuah informasi tetapi mencari kebenaran akan informasi
tersebut terlebih dahulu. Dengan bertabayyun niscaya kita akan terhindar dari bahaya hoaks.
Dengan beredarnya berita bohong atau hoaks di masyarakat tidak menutup
kemungkinan akan timbul perpecahan dalam masyarakat karena informasi yang beredar salah
dan dapat mengakibatkan perpecahan. Untuk itu diharapkan kita senantiasa menerapkan
tabayyun agar terhindar dari sifat su’dzan dan mengakibatkan perpecahan.
Berdasarkan paparan data yang telah penulis sampaikan di atas, maka penulis merasa
perlu diadakannya kajian mengenai tabayyun dan hoaks. Oleh karena itu penulis mengambil
judul “Implementasi Tabayyun dalam Upaya Mencegah Penyebaran Hoaks sebagai
Upaya Menjaga Persatuan Bangsa.” Adapaun materi yang akan penulis bahas dalam
makalah ini adalah tentang tabayyun, bahaya hoaks, dan cara mengimplementasikan
tabayyun dalam upaya mencegah penyebaran hoaks sebagai upaya menjaga persatuan
bangsa.

B. Tabayyun
Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas
dan benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan menyeleksi berita, tidak
tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan, dan sebagainya
hingga jelas benar permasalahannya.5 Perintah untuk malaksankan tabayyun dalam Islam
termaktub dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 6.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang fasik datang kepadamu membawa
suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena

5
Marzani Anwar. Pentingnya Tabayyun. Penulisa kutip dari marzanianwar.wordpress.com
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu.” (Q.S Al-Hujurat [49] :
6).6
Ayat ini, menurut banya ulama, turun menyangkut kasus al-Walid Ibn ‘Uqbah Ibn Mu’ith
yang ditugaskan Nabi saw. Menuju ke Bani al-Musthalaq untuk memungut zakat. Ketika anggota
masyarakat yang dituju tersebut mendengar tentang kedatangan utusan Nabi saw., yakni al-
Walid, mereka keluar dari perkampungan mereka untuk menyambutnya sambil membawa
sedekah mereka, tetapi al-Walid menduga bahwa mereka akan menyerangnya. Karena itu, ia
kembali sambil melaporkan kepada Rasul saw. bahwa Bani al-Musthalaq enggan membayar
zakat dan hendak menyerang Nabi saw. (dalam riwayat lain dinyatakan bahwa mereka telah
murtad). Rasul saw. marah dan mengutus Khalid Ibn Walid menyelidiki keadaan sebenarnya
sambil berpesan agar tidak menyerang mereka sebelum duduk persoalan menjadi jelas. Khalid
ra. mengutus seorang informannya menyelidiki perkampungan Bani al-Musthalaq yang ternyata
masyarakat desa itu mengumandangkan adzan dan melaksanakan shalat berjamaah. Khalid lalu
menemui mereka lalu menerima zakat yang telah mereka kumpulkan. Riwayat lain menyatakan
justru mereka yang datang kepada Rasul saw. Menyampaikan zakat sebelum Khalid Ibn Walid
melangkah ke perkampungan mereka. 7
Ayat ini menggunakan kata in/jika yang biasa digunakan untuk sesuatu yang diragukan
atau jarang terjadi. Ini mengisyaratkan kedatangan seorang fasik kepada orang-orang beriman
diragukan atau jarang terjadi. Hal itu disebabkan orang-orang fasik mengetahui bahwa kaum
beriman tidak mudah dibohongi dan bahwa mereka akan meneliti kebenaran setiap informasi
sehingga sang fasik dapat dipermalukan dengan kebohongannya. Kata fasiq terambil dari kata
fasaqa yang biasa digunakan untuk melukiskan buah yang telah rusak atau terlalu matang
sehingga terkelupas kulitnya. Seorang durhaka yang keluar dari koridor agama akibat melakukan
dosa besar seringkali melakukan dosa kecil. Kata naba’ digunakan dalam arti berita yang
penting. Berbeda dengan kata khabar yang berarti kabar secara umum,baik penting maupun
tidak. Dari sini, terlihat perlunya memilah informasi apakah itu penting atau tidak dan memilah
pula pembawa informasi apakah dapat dipercaaya atau tidak. Orang beriman tidak dituntut untuk
menyelidiki kebenaran informasi dari siapapun yang tidak penting, bahkan didengarkan tidak
wajar, karena jika demikian akan banyak energi dan waktu yang dihamburkan untuk hal-hal yang

6
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-hikmah. (Jawa Barat, Diponogoro, 2015). Hlm 516.
7
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Volumen 12. (Jakarta, Lentera Hati, 2009). Hlm 587.
tidak penting. Kata bi jahalah dapat berarti tidak mengetahui dan dapat juga diartikan serupa
dengan makna kejahilan, yaitu perilaku seseorang yang kehilangan control dirinya sehingga
melakukan hal-hal yang tidak wajar, baik atas dorongan nafsu, kepentingan sementara, maupun
kepicikan pandangan. Isitilah ini juga digunakan dalam arti mengabaikan nilai-nilai ajaran Ilahi.8
Ayat di atas merupakan salah satu dasar yang ditetapkan agama dalam kehidupan sosial
sekaligus ia merupakan tuntunan yang sangat logis bagi penerimaan dan pengamalan suatu
berita. Kehidupan manusia dan interaksinya haruslah didasarkan pada hal-hal yang diketahui dan
jelas. Manusia sendiri tidak dapat menjangkau seluruh informasi. Karena itu, ia membutuhkan
pihak lain. Pihak lain itu ada yang jujur dan memiliki integritas sehingga hanya menyampaikan
hal-hal yang benar, dan ada pula sebaliknya. Karena itu pula berita harus disaring, khawatir
jangan sampai seseorang melangkah tidak jelas atau dalam bahasa ayat di atas bi jahalah.
Dengan kata lain, ayat ini menuntun kita untuk menjadikan langkah kiita berdasarkan
pengetahuan sebagai lawan dari jahalah yang berarti kebodohan, di samping melakukannya
berdasar pertimbangan logis dan nilai-nilai yang ditetapkan Allah swt. sebagai lawan dari makna
kedua kata jahalah. 9
Penekana pada kata fasiq bukan pada semua penyampai berita karena ayat ini turun di
tengah masyarakat muslim yang cukup bersih. Sehingga bila semua penyampai berita harus
diselidiki kebenaran infromasinya, maka ini akan menimbulkan keraguan di tengah masyarakat
muslim dan pada gillirannya akan melumpuhkan masyarakat. Namun demikian, perlu dicatat
bahwa, bila dalam suatu masyarakat sudah sulit dilaca sumber pertama dari satu berita sehingga
tidak diketahui apakah penyebarnya fasik atau bukan atau bila dalam masyarakat telah
sedemikian banyak orang-orang fasik, maka ketika itu berita apapun yang penting tidak boleh
begitu saja diterima. Dalam kontes serupa, Sayyidina Ali ra. berkata : “Bila kebaikan meliputi
satu masa beserta orang-orang di dalamnya, lalu seorang berburuk sangka terhadap orang lain
yang belum pernah melakukan cela, maka sesungguhnya ia telah menzaliminya. Tetapi, apabila
kejahatan meliputi satu masa disertai banyaknya yang berlaku zalim, lalu seseorang berbaik
sangka terhadap orang yang belum dikenalnya, maka ia akan sangat mudah tertipu.”10
Perlu dicatat bahwa banyaknya orang yang mengedarkan informasi atau isu bukan
jaminan kebenaran informasi itu. Banyak faktor yang harus diperhatikan. Dahulu, ketika ulama

8
Ibid. hlm. 588.
9
Ibid. hlm. 589.
10
Ibid. hlm. 590.
menyeleksi informasi para perawi hadits-hadits Nabi, salah satu yang diperbincangkan adalah
penerimaan riwayat yang disampaikan oleh sejumlah orang yang dinilai mustahil menurut
kebiasaan mereka sepakat untuk berbohong, atau yang diistilahkan dengan mutawattir. Ini diakui
oleh semua pakar, hanya masalahnya jumlah yang banyak itu harus memenuhi syarat-syarat.
Boleh jadi orang banyak itu tidak mengerti persoalan, boleh jadi juga mereka telah memiliki
asumsi dasar yang keliru. Disini, sebanyak apapun yang menyampaikannya tidak menjamin
jaminan kebenarannya.11
Berdasarkan tafsir di atas dapat dirangkum menjadi beberapa point penting yang dapat
kita ketahui, yaitu :
1. Orang-orang yang beriman akan teliti ketika menerima informasi baru.
2. Kita harus memilah informasi terlebih dahulu, apakah informasi yang kita terima
penting atau tidak.
3. Kita harus memilah pembawa informasi, dapat dipercaya atau tidak.
4. Seorang mukmin tidak diwajibkan untuk menyelidiki informasi yang tidak
penting.
5. Terdapat orang-orang yang menyebarkan berita palsu,yang disebabkan karena
kehilangan kontrol dirinya sehingga melakukan hal-hal yang tidak wajar, baik
atas dorongan nafsu, kepentingan sementara, maupun kepicikan pandangan.
6. Kehidupan dan interaksi manusia haruslah didasarkan pada hal-hal yang diketahui
dengan jelas.
7. Manusia membutuhkan pihak lain untuk mengumpulkan informasi.
8. Banyaknya orang yang menyebarkan informasi tidak menjamin akan kebenaran
informasi tersebut.
Selain memiliki sikap tabayyun umat muslim dianjurkan untuk memiliki kemampuan
untuk menilai kualitas informasi sehingga lebih dapat mengidentifikasikan mana informasi yang
salah atau benar. Kemampuan menilai kualitas informasi menjadi hal yang penting, karena
informasi yang benar sekalipun belum tentu memiliki nilai informasi yang bermanfaat bagi
dirinya atau orang lain. Apalagi jika informasi tersebut salah atau bohong. Informasi bohong
banyak memberikan efek buruk hingga sampai ke pola pikir yang menerimanya. Banyaknya

11
Ibid. hlm. 590.
informasi bohong bisa menggiring orang yang menerima menjadi percaya pada informasi
bohong tersebut.12
Umat muslim juga hendaknya ketika menerima suatu berita untuk tidak langsung
menyebarluaskannya dengan tergesa-gesa karena informasi yang termuat dalam berita tersebut
sensitif dengan kehidupan kita. Islam menyeru kepada manusia agar senantiasa bersikap waspada
dan hati-hati dalam segala hal, termasuk pengambilan keputusan. Seseorang yang tergesa-gesa
tidak akan melakukan perencanaan secara sungguh-sungguh. Sebab, ia mengutamakan emosi
saat menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai yang
harapannya, bahkan bisa menimbulkan dampak buruk. Dalam hal ini, Rasulullah saw. Bersabda
yang artinya : “Sikap berhati-hati itu datangnya dari Allah swt. dan sifat tergesa-gesa itu
datangnya dari setan.” (HR.Baihaqi).13
Oleh karena itu hendaknya kita semua selalu berhati-hati ketika menerima sebuah
informasi baru. Dengan menerapkan nilai-nilai yang terdapat dalam sikap tabayyun dalam
kehidupan sehari-hari semoga kita semua dapat terhindar dari dampak buruk yang diakibatkan
oleh hoaks.

C. Bahaya Hoaks
Hoaks adalah kabar, informasi, berita palsu atau bohong. Mmenurut KBBI hoaks artinya
berita bohong.14 Hoaks merupakan ekses negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di
internet, khususnya media sosial dan blog.15hoaks bertujuan membuat opini publik, menggiring
opini, membentuk persepsi, juga untuk bersenang-senang yang menguji kecerdasan dan
kecermatan pengguna internet dan media sosial.16
Hoaks merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya,
dengan kata lain hoaks diartikan sebagai upaya pemutarbalikkan fakta menggunakan informasi
yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya, dapat pula diartikan sebagai
tindakan mengabutkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan

12
Muhammad Usman Noor. Penilaian Kualitas Informasi sebagai Bentuk Sikap Tabayyun ketika Menerima
Informasi di Sosial Media dan Internet. Jurnal Kajian Perpustakaan dan Informasi Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018.
Hlm. 36
13
Zahratun Nisa. Peaceful Life. (Depok, Noktah, 2018). Hlm. 224..
14
KBBI Daring. Hoaks.
15
Herlinda. Pengertian Hoax : Asal usul dan Contohnya. Penulis kutip dari komunikasipraktis.com
16
Wikipedia. Pemberitaan Palsu. Penulis kutip dari id.wikipedia.org
pesan yang salah agar bisa menutupi informasi yang benar. Hoaks atau berita bohong adalah
salah satu bentuk cyber crime yang kelihatannya sederhana, mudah dilakukan namun berdampak
sangat besar bagi kehidupan sosial masyarakat.17 Pada saat ini saluran penyebaran hoaks paling
banyak terdapat di media sosial yaitu sebanyak 92,40% , diikuti oleh aplikasi chatting 62,80%,
situs web 34,90%, televisi 8,70%, dan media cetak 5%. Adapun bentuk hoaks yang paling
banyak beredar di masyarakata adalah berbentuk tulisan sebanyak 62,10%, diikuti berbentuk
gambar 37,50%, dan berbentuk video 0,40%.18 Merebaknya peredaran hoaks di media sosial,
telah memberikan dampak negatif yang signifikan, beberapa dampak yang dihasilkan adalah
sebagaimana berikut :
1. Merugikan masyarakat, karena berita hoaks berisi kebohongan besar dan fitnah.
2. Memecah belah publik, baik mengatasnamakan kepentingan politik maupun
organisasi agama tertentu.
3. Memengaruhi opini publik. Hoaks menjadi provokator untuk memundurkan
masyarakat.
4. Berita-berita hoaks sengaja dibuat untuk kepentingan mendiskreditkan salah satu
pihak, sehingga bisa mengakibatkan adu domba terhadap sesama umat Islam.
5. Sengaja ditujukan untuk menghebohkan masyarakat, sehingga menciptakan
ketakutan terhadap masyarakat.19
Dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya peredaran hoaks
tersebut, maka masyarakat awam yang akan sangat dirugikan. Upaya untuk meminimalkan
tentu sangat diharapkan agar masyarakat kembali sadar dan berhati-hati.
Hoaks merupakan berita bohong yang tidak dapat dipercayai kredibelitasnya. Tentunya
berita yang tergolong ke dalam berita bohong atau hoaks adalah berita yang tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan berita yang seharusnya. Berita merupakan sumber informasi
yang penting dan actual bagi masyarakat. Oleh karena itu penyusunan berita tidak lepas dari
unsur-unsur yang harus dipenuhinya. Karena jika hal itu terjadi maka berita akan dianggap tidak
lengkap, mengada-ada, dan kurang terpercaya. Agar menjadi berita yang bagus maka suatu
berita harus memenuhi beberapa hal. mungkin kita sudah tidak asing dengan istilah 5W+1H
17
Henri Septanto. Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber Crime dengan Teknologi Sederhana di
Kehidupan Sosial Masyarakat. Jurnal Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 5 Tahun 2018. Hlm 157.
18
Ibid. Hlm. 159.
19
Lutfhi Maulana. Kitab Suci dan Hax : Pandangan AlQuran Dalam Menyikapi Berita Bohong. Jurnal Ilmiah Agama
dan Sosial Budaya Desember 2017. Hlm. 213.
yang sering kita dengar saat membahas sebuah berita, maka keterangan yang harus dipenuhi
suatu berita itu antara lain :
1. What, yaitu berita harus memuat informasi mengenai apa yang sedang terjadi.
2. Who, yaitu berita harus memuat informasi mengenai siapa saja yang terlibat dalam
kejadian yang diberitakan.
3. Why, yaitu berita harus memuat informasi mengenai alasan/latar belakang kejadian
yang diberitakan.
4. When, yaitu berita harus memuat informasi mengenai kapan kejadian berita yang
diberitakan terjadi.
5. Where, yaitu berita harus memuat informasi tentang lokasi kejadian.
6. How, yaitu berita harus memuat informasi mengenai bagaimana kejadian yang
diberitakan terjadi.
Dengan memenuhi unsur-unsur di atas maka berita dapat disebut lengkap secara materinya.
Informasi peristiwa yang disajikan lengkap dan saling melengkapi sehingga pembaca seakan
dibawa masuk ke peristiwa tersebut.20
Berita bohong atau hoaks muncul dan lebih berkembang pesat di era internet. Dalam berita
bohong tidak hanya berbentuk berita tulisan saja, namun juga menggunakan rekayasa foto atau
video yang bisa terlihat seakan-akan asli dan nyata. Dalam perekayasaan itu bisa saja dengan
mengubah, menghilangkan, atau menambah suatu yang ada dalam foto atau video tersebut.
Berita bohong (hoaks) khususnya yang ada di media elektronik mempunyai beberapa ciri yang
dapat kita kenali yaitu :
1. Tidak mengikuti kaidah 5W+1H bahkan cenderung mengabaikan.
2. Terdapat kalimat “kirimkan ini ke setiap orang yang anda kenal” semakin medesak
permintaannya, makin mencurigakan pesan tersebut.
3. Cemati bahasa yang terlalu berempati, begitu juga dengan penggunaan huruf kapital
yang banyak dan kumpulan tanda seru.
4. Pesannya terkesan ingin memberikan informasi yang sangat penting, namun Anda
belum pernah mendengarnya atau membacanya di media resmi.
5. Tidak konsisten, bertentangan dengan akal sehat, dan klaim yang mencolok.
6. Pesan yang di forward berulang-ulang sebelum sampai ke anda.

20
Pareno Sam Abede. Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realit. (Surabaya, papyrus, 2005). Hlm. 73.
Penyebaran hoaks di tengah masyarakat tentunya memiliki motif atau tujuan mengapa
hal tersebut disebarluaskan. Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab merebaknya hoaks
di masyarakat antara lain sebagai berikut :
1. Motif politik kekuasaan yang menghalalkan segala cara menjadikan hoaks
sebagai sebuah cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan.
2. Masyarakat belum memiliki kesadaran sosial dalam menyeleksi berbagai
informasi yang didapat melalui media sosial sehingga kebanyakan informasi
ditelan mentah-mentah tanpa mengecek kebenarannya.
3. Orang-orang atau tokoh-tokoh yang mempunyai banyak pengikut dan pengarus
sering menyalahgunakan pengaruhnya dengan membuat atau menyebarkan opini
pribadinya tanpa mempedulikan akibatnya di masyarakat.
4. Hoaks sudah menjadi lading bisnis dan industri yang menjanjikan.
Tentunya motif atau maksud pelaku penyebaran hoaks bertentangan dengan nilai-nilai
yang di ajarkan oleh Islam, seperti untuk mengadu domba dan memecah belah masyarakat.
Rasulullah saw. dari Hudzaifah ra.bersabda yang artinya : “Orang yang suka mengadu domba
tidak akan masuk surga”.(Riwayat Bukhari dan Muslim).21 Berdasarkan hadits tersebut tentunya
telah merepresentasikan bahwa mengadu domba adalah sebuah perilaku yang tidak terpuji. Oleh
karena itu janganlah kita menjadi orang-orang yang termasuk dalam orang-orang yang tidak akan
masuk surga.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengatur bagaimana tata cara bermuamalah
melalui media sosial yang baik benar sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang
Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial. Setiap muslim yang bermuamalah
melalui media sosial diharamkan untuk :
a) Melakukan ghibah, fitnah, namimah, dan penyebaran permusuhan.
b) Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan atas dasar suku,
agama, ras, atau antar golongan.
c) Menyebarkan hoaks serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik,
seperti info tentang kematian seseorang yang masih hidup.
d) Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala hal yang terlarang
secara syar’i.

21
Drs. Musclich Shabir, MA. Terjemah Riyadhus Shalihin. (Semarang, 2004, PT. Karya Toha Putra). Hlm. 237
e) Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai tempat dan/atau
waktunya.22
Mengetahui hal tersebut tentunya kita sebagai umat Islam semakin bijak dalam
memanfaatkan media sosial agar senantiasa menjadi kebaikan bagi kita.

D. Implementasi Tabayyun dalam Upaya Mencegah Penyebaran Hoaks sebagai Upaya


Menjaga Persatuan Bangsa.
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap sempurna. Mengimplementasikan tabayyun dalam upaya
pencegahan penyebaran hoaks berarti menerapkan nilai-nilai kehidupan yang terdapat
dalam tabayyun ke dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari dampak buruk yang
diakibatkan oleh hoaks.
Islam senantiasa menyeru kepada umatnya untuk senantiasa menelaah dan mencerna
baik-baik setiap informasi yang diterima agar tidak menyebabkan timbulnya fitnah dan
su’udzan antar sesama. Hal ini tentunya untuk senantiasa menjaga perstuan dan ukhuwah
antar sesama. Ukhuwah berarti persaudaraan. Secara umum ukhuwah adalah
persaudaraan, kerukunan, persatuan, dan solidaritas yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain. Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Perumpamaan orang-orang
beriman di dalam kecintaan, kasih sayang dan kelembutan seperti satu tubuh apabila
mengeluh satu anggota tubuh, maka seluruh anggota tubuh lainnya merasakan sakit
dengan tidak dapat tidur dan demam”.(HR. Muslim). Berdasarkan hadits tersebut
hendaknya kita sebagai umat muslim untuk senantiasa menjaga ukhuwah atau persatuan
antar sesama.23
Terdapat beberapa macam bentuk ukhuwah yang sangat besar peranannya dalam
kehidupan masyarakat, yaitu :
a) Ukhuwah Islamiyah
Adalah upaya dalam rangka menumbuhkembangkan persaudaraan yang
didasarkan pada kesamaan agama Islam. Ukhuwah Islamiyah tidak dibatasi

22
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui
Media Sosial.
23
Kementerian Agama RI. Akidah Akhlak kelas XII. (Jakarta, Kementerian Agama RI, 2016). Hlm. 39
oleh wilayah, suku, ras, dan kebangsaan. Dengan demikian seluruh umat Islam
dunia ini bersaudara. Di dalam sejarah Rasulullah saw. sudah melakukan hal
ini saat menyatukan antara kalangan Muhajirin dan anshar.
b) Ukhuwah Wathaniyah
Berarti persaudaraan kebangsaan. Ini artinya seluruh warga Negara
Indonesia adalah bersaudara. Ikatan yang mengikat persaudaraan ini adalah
wilayah dan tertumpu pada hal-hal yang bersifat sosial budaya. Ukhuwah
wathaniyah diperlukan karena ia sebagai spirit bagi kesejahteraan kehidupan
bersama serta merupakan alat yang sangat penting bagi proses kesadaran suatu
bangsa dalam mewujudkan persamaan derajat dan tanggung jawab di antara
warga Negara.
c) Ukhuwah Insaniyah
Berarti persaudaraan sesama manusia. Dalam terminologi agama istilah
ukhuwah insaniyah diistilahkan dengan ukhuwah bashariyah yaitu ukhuwah
yang tumbuh dan berkembang atas dasar kemanusiaan. Motivasi manusia
dalam melakukan persaudaraan kemanusiaan adalah agar tercipta sisi-sisi
kemanusiaan yang bersifat universal. Seluruh manusia di dunia adalah
bersaudara.24
Dengan mengetahui macam-macam ukhuwah hendaknya kita semakin tergerak untuk
mengimplementasikan tabayyun dalam kehidupan sehari-hari agar tetap dapat menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa. Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwanya telah
mengatur pedoman verifikasi konten/informasi di media sosial, yaitu :
1. Setiap orang yang memperoleh konten/informasi melalui media sosial (baik yang
positif maupun negatif) tidak boleh langsung menyebarkannya sebelum
diverifikasi dan dilakukan proses tabayyun serta dipastikan kemanfatannya.
2. Proses tabayyun terhadap konten/informasi bisa dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
a) Dipastikan aspek sumber informasi (sanad)nya, yang meliputi kepribadian,
reputasi, kelaikan, dan keterpercayaannya.

24
Ibid. 41
b) Dipastikan aspek kebenaran konten (matan)nya, yang meliputi isi dan
maksudnya.
c) Dipastikan konteks tempat dan waktu serta latar belakang saat informasi
tersebut disampaikan.
3. Cara memastikan kebenaran informasi antara lain dengan langkah :
a) Bertanya kepada sumber informasi jika diketahui.
b) Permintaan klarifikasi kepada pihak-pihak yang memiliki otoritas dan
kompetensi.
4. Upaya tabayyun dilakukan secara tertutup kepada pihak yang terkait, tidak
dilakukan secara terbuka di ranah publik (seperti melalui grup media sosial),
yang bisa menyebabkan konten/informasi yang belum jelas kebenarannya
tersebut beredar luar ke publik.
5. Konten/informasi yang berisi pujian, sanjungan, dan/atau hal-hal positif tentang
seseorang atau kelompok belum tentu benar, karenanya juga harus dilakukan
tabayyun.25
Adapun langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan tabayyun
dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya mencegah penyebaran hoaks sebagai upaya menjaga
persatuan adalah sebagai berikut :
1. Menelaah sumber informasi.
Ketika menerima sebuah informasi baru hendaknya kita mencari tahu terlebih
dahulu dari mana asal informasi tersebut. Hal ini diperlukan untuk memeriksa akankah
sumber utama yang memberikan informasi adalah sumber yang kredibel dan bertanggung
jawab.
2. Membaca informasi secara utuh
Ketika menerima sebuah informasi hendaknya kita membacanya secara utuh.
Karena apabila informasi yang diterima tidak dibaca secara utuh berpotensi menimbulkan
sikap su’udzan, hal ini tentu saja berpotensi untuk menimbulkan perpecahan di
masyarakat.
3. Memeriksa media yang lazim memberikan informasi

25
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah di Media
Sosial.
Ketika menerima sebuah informasi terlebih informasi yang diterima adalah
informasi yang belum diketahui sebelumnya hendaknya kita memeriksa media-media
yang lazim memberikan informasi. Hal ini diperlukan guna mengecek apakah informasi
yang kita terima tersebut benar atau tidak, karena media-media yang lazim memberikan
informasi telah mempunyai standar dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
4. Jangan mudah percaya pada gambar atau video
Ketika menerima informasi yang mengandung gambar atau video tidak menjamin
kebenaran akan informasi tersebut. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa gambar
atau video yang terdapat dalam informasi tersebut telah mengalami proses pengeditan
terlebih dahulu.
5. Memahami informasi dalam keadaan tenang
Ketika menerima sebuah informasi baru terlebih informasi tersebut mengandung
konten yang sensitif dengan kehidupan kita hendaknya memahamai isi informasi tersebut
dalam keadaan tenang dan tidak terbawa emosi. Hal ini diperlukan agar kita tidak
tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengenai informasi tersebut.

E. Simpulan
Berdasarkan pemaparan data yang telah penulis buat di atas, adapun simpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
Pertama, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa manusia
dalam proses komunikasi yang baru, yaitu berkomunikasi dapat dilakukan dengan mudah
walaupun terbatasi oleh jarak yang jauh. Masyarakat kini dapat memanfaatkan media sosial
sebagai sarana untuk berkomunikasi. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi ini
juga terdapat penyalahgunaannya yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Salah satu bentuk penyalahgunaannya adalah dengan menyebarkan
berita bohong atau hoaks. Hoaks yang beredar di masyarakat sangat berbahaya karena
berpotensi untuk memecah belah bangsa untu itu diperlukannya sebuah upaya untuk
mencegah penyebaran hoaks.
Kedua, Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin telah memiliki cara untuk menanggulangi
penyebaran hoaks yang beredar di masyarakat yaitu dengan cara mengklarifikasi informasi
yang diterima terlebih dahulu atau dikenal dengan istilah tabayyun. Tabayyun adalah sebuah
sikap meneliti atau menelaah akan kebenaran akan informasi tersebut. Tabayyun dapat terus
dilakukan sampai informasi yang diterima benar-benar jelas kedudukannya. Adapun langkah
konkret yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran hoaks di masyarakat adalah : 1)
Menelaah sumber informasi. 2) Membaca informasi secara utuh. 3) Memeriksa media yang
lazim memberikan informasi. 4) Jangan mudah percaya pada gambar atau video. 5)
Memahami informasi dalam keadaan tenang.
Daftar Pustaka

Abede, Pareno Sam. Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realit. Surabaya : papyrus, 2005.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya Al-hikmah. Jawa Barat : Diponogoro,
2015.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman
Bermuamalah di Media Sosial.

Kementerian Agama RI. Akidah Akhlak kelas XII. Jakarta : Kementerian Agama RI, 2016.

Marzani Anwar. Pentingnya Tabayyun. Penulisa kutip dari marzanianwar.wordpress.com

Maulana, Lutfhi. Kitab Suci dan Hax : Pandangan AlQuran Dalam Menyikapi Berita Bohong.
Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Desember 2017.

Nisa, Zahratun. Peaceful Life. Depok : Noktah, 2018.

Noor , Muhammad Usman. Penilaian Kualitas Informasi sebagai Bentuk Sikap Tabayyun ketika
Menerima Informasi di Sosial Media dan Internet. Jurnal Kajian Perpustakaan dan
Informasi Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018.

Prayitno , Budi. Langkah Pemerintah Menngkal Diseminasi Berita Palsu. Jurnal Wacana Kinerja
Volume 20 Nomor 2 Tahun 2017.

Sari, Astara Clara, DKK. Komunikasi dan Media Sosial. Makassar : Fakultas Sastra, Universitas
Muslim Indonesia.

Septanto, Henri. Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber Crime dengan Teknologi
Sederhana di Kehidupan Sosial Masyarakat. Jurnal Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor
5 Tahun 2018. Hlm 157.

Shabir , Musclich. Terjemah Riyadhus Shalihin. Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2004.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Volumen 12. Jakarta : Lentera Hati, 2009.

Herlinda. Pengertian Hoax : Asal usul dan Contohnya. https://komunikasipraktis.com

Kapolda Papua Buru Penyebr Hoaks di Wamwna, https://www.cnnindonesia.com

KBBI Daring. Hoaks, https://kbbi.kemdikbud.go.id

Kronologi Ricuh Wamena, Penyebab, Dampak, Hingga Tanggapan Presiden,


https://www.kompas.com
Wikipedia. Pemberitaan Palsu. https://id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai