Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL

Judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Rokok pada


PT. Gentong Gotri Semarang Guna Mengingkatkan Efisiensi
Biaya Persediaan
Tahun 2013
Penulis Nova Renta P., Handoyo Djoko W., dan Sendang Nurseto

Abstrak Pengendalian persediaan bahan baku yang tepat akan


mengakibatkan pencapaian efisiensi biaya, di mana efisiensi biaya
adalah tujuan dari pengendalian persediaan bahan baku. Hasil
penelitian ini diketahui dengan menggunakan metode EOQ total
persediaan lebih sedikit dan frekuensi pembeliaan lebih kecil
dibandingkan tanpa EOQ, dan terdapat persediaan pengaman
(safety stock) yang telah diperhitungkan sehingga tidak akan
terjadi kelebihan maupun kekurangan bahan baku. PT. Gentong
Gotri Semarang dalam melakukan pembeliaan bahan baku
hendaknya menggunakan metode EOQ agar dapat menghemat
biaya persediaan.
Pendahuluan Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa penunjuang kelancaran suatu
proses produksi dalam perusahaan adalah pengadaan persediaan
bahan baku yang baik. Pelaksanaan kegiatan proses produksi akan
terganggu ketika perusahaan tidak mempunyai bahan baku atau
keterlambatan datangnya bahan baku yang telah dipesan.
Dikatakan juga, persediaan bahan baku yang cukup besar akan
merugikan perusahaan sebab dapat menimbulkan biaya
penyimpanan yang besar.
Proses produksi PT. Gentong Gotri Semarang bergerak bahan
baku utamanya yaitu tembakau yang dibeli dari supplier.
Perusahaan melakukan pembelian atau pemesanan bahan baku
rokok tersebut didasarkan pada kebutuhan bahan baku tahun-
tahun sebelumnya dan dengan melihat posisi stock terakhir
digudang, dikarenakan frekuensi tingkat pemakaian bahan baku
dalam proses produksi yang berbeda sehingga sulit melakukan
pengendalian bahan baku yang efisien. Hal ini mengakibatkan
perusahaan kadang mengalami kelebihan persediaan bahan baku
yang berarti penambahan biaya penyimpanan bahan baku.
Kerangka Teori - Persediaan merupakan suatu aktiva yang berupa barang-barang
milik perusahaan yang yang tersedia untuk dijual, masih dalam
proses produksi atau yang akan digunakan untuk produksi
barang-barang jadi dalam rangka menjalankan kegiatan usaha
suatu perusahaan.
- Bahan baku merupakan bahan yang dipergunakan dalam
perusahaan untuk diolah menjadi bagian dari produk tertentu.
- Efesiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum
guna pencapaian hasil yang optimum. Pengukuran efisiensi
dalam penelitian ini dilihat dari bagaimana cara pengendalian
persediaan bahan baku yang benar dan tepat agar sesuai
dengan kebutuhan dan kesesuaian biaya yang diperlukan untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal.
- Biaya-biaya persediaan yaitu total dari biaya penyimpanan dan
biaya pemesanan bahan baku.
- Persediaan pengaman (safety stock) merupakan persediaan
barang yang diadakan sebagai cadangan jika pemesanan
barang datang lebih lama dari waktu tunggu (lead time).
- Reorder Point adalah saat atau titik dimana harus diadakan
pemesanan lagi sedimikian rupa sehingga kedatangan atau
penerimaan material dipesan itu adalah tepat pada waktu.
Metode - Analisis perhitungan EOQ (Jumlah pembelian bahan baku
yang paling ekonomis)
EOQ= √
2 DS
C
D = permintaan bahan baku; S = biaya pemesanan; C = biaya
penyimpanan

- Perhitungan persediaan pengaman (safety stock)


Safety stock = Z x S
Z = faktor yang merupakan jumlah deviasi kepercayaan
terhadap pelayanan; S = standar deviasi permintaan selama
tenggang waktu pemesanan
- Penentuan tingkat pemesanan kembali (reorder point)
Reorder point = m + Zs
m = kebutuhan selama lead time; Zs = besarnya safety stock
Hasil Penelitian Pada jurnal ini hasil penelitian dilihat dari perbandingan total
biaya persediaan bahan baku perusahaan dengan dan tanpa
menggunakan metode EOQ untuk mengetahui seberapa besar
penghematan total biaya persediaan dalam perusahaan. Dari hasil
perhitungan, total biaya persediaan tanpa menggunakan metode
EOQ jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan TIC
perusahaan menggunakan metode EOQ sehingga terjadi
penghematan biaya persediaan. Setelah dilakukan perhitungan,
penulis mendapatkan bahwa pada tahun 2008 terjadi
penghematan dalam biaya persediaan sebesar Rp. 6.092.298,
tahun 2009 penghematan biaya persediaan Rp. 4.399.288, tahun
2010 penghematan sebesar Rp. 3.819.485, tahun 2011
penghematan Rp. 4.280.834, dan tahun 2012 penghematan biaya
persediaan sebesar Rp. 3.645.476. Dari hasil perbandingan
tersebut bahwa total biaya persediaan bahan baku dengan
menggunakan metode EOQ lebih efisien jika dibandingkan tanpa
menggunakan metode EOQ yang selama ini dipakai oleh
perusahan.
Kesimpulan 1. Pembeliaan bahan baku berdasarkan perencanaan pembelian
pada PT. Gentong Gotri Semarang tanpa menggunakan EOQ
dilakukan sebanyak empat kali, sedangkan dengan
menggunakan metode EOQ pembeliaan bahan baku hanya
dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun sehingga
pengeluaran untuk biaya pemesanan menjadi lebih efesien.
2. Persediaan pengaman yang dilakukan oleh pihak perusahaan
sebesar 0,8% dari total pembelian, sedangkan persediaan
pengaman (safety stock) dengan menggunakan EOQ sebesar
1,8% dari total pembelian dengan metode EOQ.
3. Pembelian kembali bahan baku perusahaan belum ada
perhitungan yang tepat dan jelas, hal ini dikarenakan waktu
pembelian bahanbaku tersebut tergantung dari permintaan
manajemen produksi.
4. Total persediaan bahan baku perusahaan (tanpa menggunakan
EOQ) bila dibandingkan dengan metode EOQ lebih besar
sehingga selama ini perusahaan belum terdapat efisiensi dalam
biaya persediaan.
RESUME JURNAL

Judul Analisis Persediaan Bahan Baku Tebu pada Pabrik Gula


Pandji PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) Situbondo,
Jawa Timur
Volume, Halaman Vol. 2, No.1, Hal. 23 – 31
Tahun 2013
Penulis Chairul Bahtiar Robyanto, Made Antara, dan Ratna Komala
Dewi

Latar Belakang Pada bagian ini dijelaskan bahwa setiap perusahaan industri harus
mengadakan persediaan bahan baku agar proses produksi tidak
terganggu guna memperoleh keuntungan. Kelebihan persediaan
akan merugikan perusahaan karena berdampak pada banyaknya
biaya yang timbul akibat persediaan tersebut, sedangkan
kekurangan persediaan akan menghambat proses produksi.
Sampai saat ini Pabrik Gula Pandji PT. Perkebunan Nusantara XI
belum melakukan analisis perhitungan dan penggunaan metode
pembelian yang memadai. Bahan baku tebu merupakan tanaman
semusim yang hanya berproduksi satu tahun sekali dan
perusahaan harus melakukan kegiatan produksi secara kontinyu,
agar mesin-mesin dapat beroperasi secara efisien.
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui proses produksi gula kristal putih pada Pabrik
Gula Pandji PT. Perkebunan Nusantara XI.
2. Menganalisis persediaan bahan baku di Pabrik Gula Pandji PT.
Perkebunan Nusantara XI, yang terdiri dari jumlah pemesanan
ekonomis, persediaan penyelamat, titik pemesanan kembali,
jumlah persediaan maksimal.
3. Menganalisis efisiensi biaya persediaan bahan baku di Pabrik
Gula Pandji PT. Perkebunan Nusantara XI dengan
membandingkan total biaya biaya persediaan sesungguhnya
dan total biaya persediaan menggunakan pengawasan
persediaan bahan baku yang efektif.
Metode 1. Melakukan jumlah pembelian yang ekonomis (EOQ)
EOQ= √
2 RS
PI
R = permintaan dalam satu periode (ton); S = biaya pemesanan
(Rp); P = harga pembelian/unit (Rp); I = biaya penyimpanan
dan pemeliharaan di gudang (%)
2. Menentukan persediaan pengaman
Safety Stock (SS) = Rata-rata keterlambatan bahan baku per
hari x kebutuhan bahan baku per hari
3. Menentukan titik pemesanan kembali
Reorder point = SS + kebutuhan bahan selama lead time
4. Menentukan persediaan maksimal
Maximum Inventory (MI) = SS + EOQ
5. Menentukan besarnya biaya persediaan
c×T ×q R×o
TIC= +
2 q
TIC = Total Inventory Cost; R = jumlah kebutuhan bahan baku
selama setahun; o = biaya pemesanan; c = biaya penyimpanan;
T = periode penyimpanan (1 hari); q = jumlah pemesanan
6. Efisiensi biaya
Efisiensi = TIC sebelum EOQ – TIC setelah EOQ
Hasil Penelitian Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengadaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ dapat
mengakibatkan efisiensi terhadap biaya persediaan. Dengan
metode EOQ, kuantitas pembelian bahan baku yang ekonomis
adalah 3.315,62 ton tebu sehingga selama periode giling (150
hari) dilakukan pembelian bahan baku sebanyak 71 kali dalam
setahun dengan jumlah total persediaan 235.409,18 ton. Hal ini
mengakibatkan penghematan sebesar 1.325,81 ton atau 0,56%
dari sistem pembelian bahan baku yang diterapkan perusahaan
yang melakukan pembelian bahan baku sebanyak 75 kali dengan
jumlah total rata-rata persediaan bahan baku sebanyak 236.735
ton.
Lalu berdasarkan perhitungan, safety stock yang sebaiknya
diterapkan adalah sebanyak 1.578,23 ton, dibanding dengan rata-
rata persediaan minimum yang dimiliki perusahaan yang
sebanyak 1.740,69 ton, sehingga akan diperoleh penghematan
sebesar 162,47 ton atau 9,33%. Pabrik Gula Pandji PTPN XI
melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan bahan baku
tebu sebanyak 3.481,39 ton dalam sekali proses pemesanan.
Sedangkan dengan melaksanakan analisis persediaan bahan baku
yang efisien, perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali
pada saat persediaan bahan baku tebu sebanyak 3.156,47 ton
dalam sekali proses pemesanan, sehingga terjadi penghematan
(efisiensi) pada reorder point sebanyak 324,93 ton atau
penghematan sebesar 9,33%.
Setelah melakukan perhitungan pada persediaan maksimum
(maximum inventory) diperoleh hasil bahwa persediaan
maksimum yang sebaiknya dipertahankan oleh perusahaan setiap
2 hari sekali adalah sebesar 4.893,86 ton sehinggan dapat
diperoleh penghematan sebesar 0,06%. Begitu pula pada dengan
analisis biaya persediaan bahan baku yang efisien, diperoleh total
biaya persediaan bahan baku yang harus ditanggung sebesar Rp
2.399.473.609,66 yang menunjukkan adanya penurunan biaya
sebesar 0,12% dari jumlah biaya persediaan bahan baku tebu yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Bedasarkan hasil analisis efisiensi
biaya persediaan bahan baku di atas, Pabrik Gula Pandji PT.
Perkebunan Nusantara XI dapat melakukan efisiensi terhadap
biaya persediaan sehingga perusahaan dapat mengalokasikan
anggaran persediaan yang berlebih untuk keperluan lainnya yang
lebih menguntungkan.
RESUME JURNAL

Judul Analisis Efisiensi Persediaan Bahan Baku Industri Abon Lele


Karmina di Kabupaten Boyolali
Tahun 2012
Penulis Azis Slamet Riyadi

Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perikanan air tawar yang
semakin berkembang di Kabupaten Boyolali yaitu komoditas ikan
lele yang menjadi bahan baku dari industri Abon Lele Karmina.
Pengolahan ikan lele menjadi abon lele sering menemui kendala
terkait persediaan ikan lele sebagai bahan baku, di mana
pengolahan ikan lele ini memerlukan perlakuan baik dalam
pemesanan sampai penyimpanannya. Oleh karena itu diperlukan
perencanaan persediaan bahan baku yang baik untuk
meminimalkan biaya yang terkait dengan bahan baku.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
1. Jumlah persediaan ikan lele di Industri Abon Lele Karmina.
2. Lead time di Industri Abon Lele Karmina.
3. Total biaya persediaan ikan lele di Industri Abon Lele
Karmina.
4. Jumlah pemesanan dan biaya persediaan ikan lele di Industri
Abon Lele Karmina menurut metode EOQ.
5. Jumlah safety stock dan reorder point yang dibutuhkan Industri
Abon Lele Karmina.
6. Tingkat efisiensi persediaan ikan lele di Industri Abon Lele
Karmina.
Metode 1. Jumlah persediaan bahan baku ikan lele sesusai dengan
Economic Order Quantity (EOQ)
Q∗¿ √
2 RS
C
R = permintaan tahunan (Kg); S = biaya pemesanan per
pemesanan (Rp); C = biaya penyimpanan per Kg per tahun.
2. Frekuensi pembelian bahan baku
R
I=
Q∗¿
¿
I = frekuensi pemesanan optimal; R = permintaan tahunan
(Kg); Q* = jumlah optimal per pemesanan (Kg).
3. Total biaya persediaan bahan baku (TIC)
Q∗¿ R
×C )+( ×S )
2 Q∗¿
TIC =( ¿
¿
Q* = jumlah optimal per pemesanan (Kg); R = permintaan
tahunan (Kg); S = biaya pemesanan per pemesanan (Rp); C =
biaya penyimpanan per Kg per tahun.
4. Safety stock (SS)
SS = Z x SL
Z = faktor pengganda pada tingkat pelayanan yang diinginkan
dikalikan dengan penyimpangan 5% (dilihat pada tabel Z
kurva normal); SL = standar penyimpangan permintaan
keadaan selama waktu tunggu
5. Reorder point (ROP)
ROP = SS + (LT x AU)
LT = lead time; AU = pemakaian rata-rata ikan lele dalam 1
tahun; SS = safety stock
6. Analisis tingkat efisiensi persediaan bahan baku perusahaan
Dilihat dari apabila total biaya persediaan bahan baku menurut
analisis EOQ > total biaya persediaan menurut kebijaksanaan
perusahaan = efisien.
Hasil Berdasarkan perhitungan menurut metode EOQ, kuantitas
pemesanan optimal periode 2008, 2009, 2010, dan 2011 secara
berturut-turut adalah 230,11 kg; 355,18 kg; 488,630 kg; dan 595
kg dengan frekuensi pemesanan 8 kali untuk tahun 2008 dan 2009
serta 11 kali pemesanan untuk tahun 2010 dan 2011. Sangat jauh
berbeda dengan frekunsi pemesanan yang dilakukan Industri
Abon Lele Karmina yang mencapai 44 kali pemesanan pada
tahun 2008 bahkan mencapai 110 kali pemesanan pada tahun
2011. Adapun jumlah persediaan bahan baku yang dibutuhkan
perusahaan (safety stock) adalah 12,42 kg pada periode produksi
2012 dengan titik pemesanan kembali sebesar 173,49 kg.
Berdasarkan data tersebut, kemudian dilakukan perbandingan
total biaya persediaan bahan baku antara kebijakan yang
diterapkan Industri Abon Lele Karmina dengan perhitungan
metode EOQ sebagai berikut
Periode Total biaya Industri Abon Total biaya menurut
Lele Karmina (Rp) metode EOQ (Rp)
2008 6.870.000 663.400,33
2009 8.075.000 709.929,57
2010 14.155.000 934.344,69
2011 15.620.000 979.948,98
Berdasarkan tabel di atas, total biaya persediaan bahan baku ikan
lele menurut kebijakan Industri Abon Lele Karmina jauh lebih
besar daripada total biaya persediaan bahan baku ikan lele
menurut metode EOQ. Selisih biaya persediaan biaya bahan baku
berturut-turut dari tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah Rp
6.206.599, Rp 7.365.070, Rp 13.220.655, dan Rp 14.640.051.
Besarnya selisih biaya ini disebabkan oleh besarnya biaya
pemesanan ikan lele akibat terlalu seringnya dilakukan
pemesanan bahan baku ikan lele dalam setahun. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan Industri Abon Lele Karmina
dalam mengelola persediaan bahan baku ikan lele selama periode
produksi 2008 – 2011 masih belum efisien.

Anda mungkin juga menyukai