Dalam prakteknya pada proses biologi dikenal dua sistem reaktor, yaitu aseptis dan non
aseptis. Bagaimana anda menjelaskan tentang keduanya dan juga peruntukannya dari
masing-masing reaktor tersebut? Dalam membuat obat seperti yang dijelaskan diatas,
sistem reaktor apa yang dipakai?
Jawaban :
Bioreaktor non aseptis
Bioreaktor non aseptis digunakan untuk membuat produk dengan
mikroorganisme kultur campuran. Pada proses non aseptis membutuhkan
mikroorganisme tertentu yang diinginkan sehingga dapat mengontaminasi
bahan baku dan dapat dihasilkan suatu produk yang bernilai. Dimana produksi
dengan bioreaktor ini dilakukan oleh produk fermentasi tradisional yang
diproduksi dalam skala volume besar tetapi dengan harga yang rendah.
Biasanya produk fermentasi tradisional ini dioperasikan dengan menggunakan
fermentor yang sederhana dan kemungkinan tidak dilakukan dalam kondisi
aseptis. Hal ini dikarenakan resiko kerusakan yang ditimbulkan lebih sedikit
apabila produk tersebut dalam kondisi pH yang ekstrim dan pada suhu yang
tinggi. Namun demikian, harus tetap dilakukan dengan mematuhi praktik
manufaktur yang baik untuk menghindari resiko kontaminasi mikroba
fermentasi kultur murni (axenic).
Bioreaktor aseptis
Pada bioreaktor aseptis digunakan untuk memproduksi produk yang
memiliki nilai yang tinggi dalam volume produk yang sedikit terutama dalam
industri farmasi dengan dilakukan dalam kondisi yang sangat aseptis. Design
yang harus dipenuhi dalam bioreaktor aseptis adalah tidak ada kontak langsung
antara bagian steril dan non steril untuk menghindari kontaminasi mikroba.
Setiap koneksi ke fermentor atau bioreaktor harus sesuai untuk dilakukan steam
treatment untuk membunuh mikroorganisme dan sistem harus didesain untuk
inokulasi aseptik, sampling dan harvesting. Setiap bagian dari fermentor harus
mudah untuk diperhatikan, dibersihkan dan dapat melakukan sterilisai uap
sendiri.
Bioreaktor aseptis
Pada bioreaktor aseptis digunakan untuk memproduksi produk yang memiliki nilai
yang tinggi dalam volume produk yang sedikit terutama dalam industri farmasi dengan
dilakukan dalam kondisi yang sangat aseptis. Desin yang harus dipenuhi dalam bioreaktor
aseptis adalah tidak ada kontak langsung antara bagian steril dan non steril untuk menghindari
kontaminasi mikroba. Setiap koneksi ke fermentor atau bioreaktor harus sesuai untuk
dilakukan steam treatment untuk membunuh mikroorganisme dan sistem harus didesain untuk
inokulasi aseptik, sampling dan harvesting. Setiap bagian dari fermentor harus mudah untuk
diperhatikan, dibersihkan dan dapat melakukan sterilisai uap sendiri. Saat ini setiap bak
fermentor menggunakan spray jets yang berada didalam bak sehingga dapat dilakukan
sterilisasi secara otomatis.
Fitur lainnya yang harus disediakan adalah pressure gauge atau alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan dan katup pengaman tekanan yang dibutuhkan untuk sterilisasi dan
operasi sistem. Katup pengaman tekanan digunakan untuk menghindari presurisasi berlebih
atau tekanan berlebih yang dapat mengurangi resiko bahaya. Biasanya safety valve berbentuk
piringan metal foil. Pompa harus dihindari jika digunakan dalam kondisi sistem aseptis, karena
pompa merupakan sumber kontaminasi terbesar. Namun, dapat digunakan pompa sentrifugal
tetapi penutupnya memiliki potensi kontaminasi. Pompa ini menghasilkan shear force yang
besar dan tidak sesuai untuk mempompa suspensi dari sel yang sensitif terhadap shear. Metode
alternatif untuk mentrasfer liquid selain pompa adalah menggunakan gaya gravitasi atau
presurisasi bak.
Dalam fermentor yang beroperasi dengan suhu yang tinggi dan menggunakan bahan-
bahan yang mudah menguap, kondenser sterilizeable dibutuhkan untuk menghindari
penguapan. Untuk alasan keselamatan dibutuhkan filter sterilisasi gas buangan didalam
fermentor dan juga fermentor biasanya dioperasikan dalam tekanan positif untuk mengindari
kontaminan yang dapat masuk.
Pembentukan obat biosimilar dengan sistem bioreaktor
Pengertian Biosimilar menurut badan kesehatan dunia (WHO) adalah istilah yang
dipakai untuk obat biologis yang memiliki karakteristik yang mirip dengan obat biologis yang
sudah disetujui (originator) atau dapat dibuat ketika masa paten obat originatornya sudah
habis, namun tidak identik. Biosimilar dapat berupa rekombinan protein terapetik, hormon
dan antibodi. Obat biologis adalah zat aktif yang terbuat atau diperoleh dari sel-sel hidup
melalui proses biologi sebagai contoh adalah insulin dapat diproduksi oleh mahluk hidup
(seperti bakteri dan yeast) melalui teknik rekayasa genetika. Efek produk biologis ini diyakini
lebih mudah dicerna tubuh karena terbuat dari bahan-bahan makhluk hidup.
Produksi obat-obat biosimilar dilakukan dengan teknologi DNA rekombinan dimana
DNA tersebut dimasukan kedalam DNA host. Kemudian host akan mengekspresikan protein-
protein yang diinginkan. Sistem-sistem ekspresi (host) tersebut diantaranya adalah bateri,
yeast, tanaman, serangga dan mamalia. Untuk dapat diproduksi dalam jumlah besar maka
diperlukan ekspansi sel dan produksi sel di dalam bioreaktor. Kemudian sel-sel yang
menghasilkan protein akan difiltrasi atau disentrifugasi. Untuk memperoleh produk yang
sesuai akan dilakukan purifikasi melalui kromatografi. Kemudian dilakukan pengujian standar
sebelum obat tersebut didstribusikan.
Rumusan masalah
Daftar pustaka
Eleryan M. G., Akhiyat s., Monica R.P., Ehrlich A., 2016, Biosimilars: potential
implications for clinicians, Department of Dermatology, The George Washington Medical
Faculty Associates, 2George Washington University School of Medicine & Health Sciences,
Washington, DC, USA, retrieved from <
https://www.dovepress.com/front_end/cr_data/article_fulltext/s91000/91691/> , [Accessed on
28 April, 2019]
Herawati. N, 2016, Biosimilar : Trend Obat Masa Kini, BioTrends, Vol 7 No 1
Waites, M.J., Morgan, N.L., Rockey, J.S., and Gary Higton (2001). Industrial
Microbiology: An Introduction. USA: Blackwell science.
Wemac, 2017, Beer Brewing Machine Design, Shandong China, retrieved from <
http://bestbeerbrewingequipment.com/Beer_brewing_machine_design/> [Accessed on 28
April 2019]
World Health Organization.2009: Expert Committee on Biological
Standardization.Guidelines on Evaluation of Similar Biotherapeutic Products (SBPs).World
Health Organization. [Online] 23 Oktober 2009 [Accessed on 28 April, 2019]