Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU TANAH HUTAN

“Keragaman Organisme Tanah”

Dosen Pengampu : Ise Afitah, S.Hut., MP

Disusun Oleh : Kelompok 3

Anggota : Mawaddah NIM. 18.61.019983

Rizky Alfahrezi NIM. 18.61.019984

Okta Fiandi NIM. 18.61.019985

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALANGKARAYA

TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Keragaman Organisme
Tanah”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Tanah Hutan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yth :
1. Ibu Ise Afitah, S.Hut., MP selaku Dosen Ilmu Tanah Hutan.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata
kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.

Palangka Raya, 11 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisme Tanah

B. Keragaman Organisme Tanah

C. Faktor-faktor Penyebab Keragaman Organisme Tanah

BAB III PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah juga merupakan


habitat bagi berbagai organisme yang hidup di dalamnya. Antara tanaman dengan
organisme dalam tanah terjadi suatu hubungan saling ketergantungan yang sangat erat.
Oleh karena itu populasi organisme tanah ditentukan oleh kualitas vegetasi di atasnya.
Sebaliknya, aktivitas organisme dalam tanah juga akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produktivitas lahan tempat mereka
hidup.

Menurut BIS (2010) organisme penghuni ekosistem tanah diperkirakan sejumlah


seperempat dari seluruh organisme di bumi. Diilustrasikan bahwa dalam satu sendok
teh tanah kebun yang subur dapat ditemukan ribuan spesies, milyaran individu bakteri
dan ratusan meter jaringan hifa jamur. BIS (2010) memperkirakan total biomassa
bakteri pada tanah padang rumput di daerah mencapai 1-2 ton/ha yang setara dengan
berat 1-2 ekor sapi. Walaupun ukurannya sangat kecil, menurut Breure (2004)
mikroorganisme tanah bertanggung jawab terhadap sebagian besar proses-proses
biologis (60-80%) yang berkaitan dengan siklus unsur hara dan dekomposisi bahan
organik.

Untuk dapat berlangsungnya suatu ekosistem secara harmonis dan dinamis


masing-masing individu dan spesies harus dapat memainkan peranannya di ekosistem
tersebut secara optimal. Peran yang sama dapat dimainkan oleh kelompok organisme
yang berbeda. Peran sebagai produsen tentu saja hanya dimainkan oleh kelompok
tumbuhan. Namun organisme yang berperan di tingkat tropik yang lebih tinggi dapat
dimainkan oleh golongan fauna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Lavelle and
Beare (2009) menggolongkan organisme tanah berdasarkan fungsinya di ekosistem.

Pada setiap ekosistem dihuni oleh berbagai organisme yang memiliki peran
tertentu. Ketika masing-masing kelompok fungsional dapat berperan dengan optimal
maka ekosistem berjalan secara dinamis dan produktif. Masing-masing kelompok
tidak berdiri sendiri, tetapi terjadi suatu ikatan saling ketergantungan. Oleh karena itu
gangguan yang terjadi pada suatu kelompok akan mengakibatkan terjadinya
perubahan struktur dan fungsi ekosistem.

Sejak perkembangan industri sektor kehutanan secara pesat mengakibatkan


pasokan bahan baku tidak mampu dicukupi oleh kayu yang dipanen dari hutan alam.
Sehingga pembangunan hutan tanaman mulai berkembang untuk memenuhi bahan
baku tersebut. Supaya keragaman fungsional tanah tetap terjaga, pembangunan hutan
tanaman harus tetap memperhatikan keragaman, termasuk keragaman habitat,
komunitas species dan keragaman genetik dalam satu spesies. Sebab menurut
Griffiths . (2001), hilangnya suatu spesies akan menyebabkan hilangnya fungsi-fungsi
dalam tanah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan organisme tanah?

2. Bagaimana keragaman dari organisme tanah?

3. Apa penyebab keragaman organisme tanah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahu apa yang di maksud dengan organisme tanah.

2. Untuk mengetahui bagaimana keragaman dari organisme tanah.

3. Untuk mengetahui apa penyebab keragaman organisme tanah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisme Tanah

Organisme tanah atau yang sering di sebut juga dengan biota tanah adalah semua
mahluk hidup yang berukuran mikro atau kecil atau pun yang berukuran makro atau
besar, baik hewan atau fauna maupun tumbuhan atau flora yang dimana fase hidupnya
sebagian atau seluruhnya berlangsung di dalam tanah, walau mahluk hidup atau
organisme tanah ini posisi atau habitatnya berada di dalam tanah namun mereka
sendiri memiliki peranan yang sangat besar untuk mahluk hidup di atas tanah,
terutama untuk tumbuhan. Peran dari organisme tanah yang sangat besar tersebut
adalah untuk dekomposisi bahan organic ( baik seresah pohon, daun, hewan atau
manusia yang tidak bernyawa) , distribusi atau pencampuran bahan organic serta juga
berperan dalam pengendalian pathogen yang menyerang tanaman khususnya untuk
pathogen yang ada di dalam tanah, sehingga organisme tanah ini dapat di katakan
memiliki peran yang sangat besar
Organisme tanah sendiri di dalam rantai makanan memiliki kedudukan yang
paling tinggi walau ukuran mereka sangat kecil, posisi organisme tanah sendiri di
dalam rantai makanan berada diatas semua mahluk hidup yang sangat buas, karna
peran organisme tanah yang dimana sebagai pengurai jadi bisa di bayangkan
bagaimana keadaan bumi sekarang jika tanpa ada organisme tanah bisa di bayangkan
semua mahluk hidup yang sudah mati, baik itu hewan yang berukuran sangat besar
seperti misalnya dinasaurus pada jaman purba dan juga semua tumbuhan, setelah mati
tanpa ada proses dekomposisi atau penguraian yang dilakukan oleh mikroorgabisme
tanah maka dapat di pastikan semua tubuh yang sudah mati tersebut masih bisa kita
temukan bertebaran dimana mana, tentu hal ini akan menjadi pemandangan yang
sangat mengerikan, namun berkat adanya organisme tanah yang hidup di dalam tanah
maka tubuh tubuh yang sudah terbujur kaku atau menjadi mayat tersebut dalam
hitungan minggu atau bulan maka smuanya dapat hilang atau terurai.
Jauh dari semua peran organisme yang sangat besar di dalam alam semesta ini
dengan semua fungsi dan perananya di dalam kehidupan, namun tidaklah semuanya
organisme di dalam tanah memiliki fungsi yang baik untuk kehidupan baik itu untuk
hewan maupun tumbuhan dan juga untuk manusia, beberapa spesies organisme di
dalam tanah juga memiliki peran yang tidak bagus atau dengan kata lain merugikan,
dimana organisme ini biasanya bisa menimbulkan penyakit misalan saja untuk
tumbuhan atau tanaman akan banyak organisme yang menyebabkan penyakit bagi
tumbuhan, missal seperti jamur akar putih pada tanaman karet yang di sebabkan oleh
infeksi jamur Rigidoporus lignosus.

B. Keragaman Organisme Tanah

Ketersediaan atau keberadaan organisme tanah merupakan suatu faktor utama


yang sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah, dan sebagian besar kehidupan
tumbuhan tidak bisa di lepaskan dari peran organisme tanah, terutama untuk
perombakan atau dekomposisi bahan organik, di dalam tanah sendiri tidaklah hanya
satu jenis mikro organisme tanah melainkan terdapat beberapa jenis organisme tanah.
Beberapa jenis organisme yang terdapat di dalam tanah diantaranya adalah :
- Organisme tanah pemecah bahan organik seperti slaters yang termasuk dalam
spesies isopoda, tungau atau mites kumbang, dan collembola yang memecah bahan
organic menjadi bagian bagian yang kecil
- Pembusuk bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecah bahan bahan
celluar atau berukuran kecil
- Organisme yang bersimbiosis atau hidup pada atau di dalam akar tanaman dan
membantu tanaman untuk mendapatkan unsur hara di dalam tanah misalnya
Mycorriza yang bersimbiosis dengan tanaman untuk membantu tanaman
mendapatkan hara phospor dan organisme penambat nitrogen seperti rhizobium
- Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter yang mengikat hara di
dalam tanah
- Pembangun struktur tanah seperti cacing tanah, ulat dan jamur yang dimana
organisme ini membantu mengikat partikel partikel tanah sehingga struktur tanah
menjadi stabil dan tahan terhadap erosi
- Pathogen seperti jamur bakteri dan nematode dari spesies tertentu yang dapat
menyerang atau menginfeksi jaringan tanaman
- Predator atau pemangsa termasuk protozoa, nematode parasite dan jenis jenis jamur
tertentu yang dimana kelµompok ini memangsa organisme lain sebagai sumber
makana
- Occupant atau penghuni, adalah kelompok organisme tanah yang menjadikan tanah
sebagai tempat tinggal sementara dalam siklus tertentu masa hidupnya misalnya
seperti ulat atau larva

1. Penggolongan organisme tanah berdasarkan ukuran


Organisme atau mahluk hidup baik fauna atupun flora di dalam tanah memiliki
ukuran tubuh yang diantaranya sangat kecil sehingga tidak dapat di lihat
menggunakan mata telanjang melainkan harus memalui bantuan alat pembesar,
namun beberapa diantaranya juga dapat di lihat menggunakan mata telanjang hal ini
di karnakan ukuranya yang tidak sangat kecil seperti cacing tanah, ulat, orong orong
dan yang lainya, menurut Wallwork, (1974) organisme tanah dapat di bedakan
menjadi 3 yang di dasarkan pada ukuran tubuhnya yaitu:
a. Mikrofauna adalah organime tanah dengan ukuran tubuh antara 20-200µ yang
termasuk organisme golongan ini adalah protozoa, Acarina, Nematoda, Rotifera,
bakteri, fungi dan lain lain
b. Mesofauna adalah organisme yang ukuran tubuhnya antara 200µ- 1 cm yang
termasuk golongan ini adalah Acarina, Collembola, Nematoda, Rotifera,
Araneida, Larva serangga, isopoda dan lain lain
c. Makrofauna adalah organisme dengan ukuran tubuh ≥ 1 cm yang tergolong di
dalamnya adalah Megascolesidae, Mollusca, Insecta, Vertebrata kecil dan lain
lain
2. Organisme tanah berdasarkan perananya
Organisme atau mahluk hidup di dalam tanah baik fauna ataupun flora sangat
beragam di dalam tanah, semua organisme ini memiliki perananya masing masing
seperti penguraiaan bahan organic atau decomposer, pengikat bahan organic, namun
tidaklah semua organisme tanah tersebut memiliki peran yang baik bagi tanaman,
namun beberapa organisme tanah dari klompok spesies tertentu bahkan
mengakibatkan kerugian bagi tanaman, berdasarkan perananya bagi tanaman
organisme tanah dapat di kelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Organisme yang menguntungkan


Organisme tanah dalam kelompok ini adalah organisme tanah yang berperan
baik bagi tumbuhan yang dimana perananya sangat besar baik dalam
pertumbuhan tanaman, ataupun kesuburan tanah, contohnya seperti organisme
pelarut phospat seperti pseudomonas dan fungi pelarut fosfat, bakteri pemfiksasi
nitrogen seperti Rhizobium,Azosphirillium, Azotobakter dll.
b. Organisme yang merugikan bagi tanaman,
Organisme yang termasuk kelompok ini di dalam tanah adalah sangat
merugikan dimana keberadaanya sendiri di dalam tanah menyebabkan kerugian
misalnya menjadi pathogen bagi tanaman yang akhirnya menimbulkan berbagai
penyakit bagi tanaman, dan dampak terburuknya adalah dapat membunuh
tanaman itu sendiri, sebagai contohnya adalah fungi yang meenyebabkan
penyakit akar putih pada tanaman karet.
c. Organisme tanah yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan
Organisme tanah kelompok ini keberadaanya di dalam tanah tidaklah
memberikan dampak apa apa bagi tanah dan tanaman, tidak juga merugikan dan
tidak juga menguntungkan,
C. Faktor-faktor Penyebab Keragaman Organisme Tanah

Keragaman organisme di dalam tanah sangat di pengaruhi oleh dua factor yaitu
factor abiotic yang termasuk di dalamnya adalah kondisi iklim dan kondsi tanah
(BIS,2010) dan kondisi biotik yang termasuk di dalamnya adalah vegetasi menurut
Breur (2004) bahwa penggunaan lahan atau sisem penggolahan lahan yang di pakai
oleh petani merupakan factor yang bisa di katakana bentuk interfensi manusia
terhadap keragaman fungsional di dalam tanah, dapat di simpulkan keberadaan
manusia dalam pengolahan lahan memiliki peranan yang sangat besar terhadap
keragamaan organisme yang terdapat di dalam tanah. Berikut adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi keragaman organisme tanah.

1. Kondisi Iklim

Faktor iklim terutama suhu dan kelembaban tanah (dipengaruhi oleh curah hujan)
sangat menentukan keragaman fungsional organisme tanah. Secara keseluruhan iklim
akan mempengaruhi fisiologi organisme tanah, misalnya aktivitas dan pertumbuhan
mereka akan meningkat ketika suhu dan kelembaban tanah meningkat (BIS, 2010).
Karena kondisi iklim di muka bumi berbeda pada daerah yang memiliki perbedaan
letak lintang atau pada daerah lintang yang sama tetapi pada musim yang berbeda
maka akan memiliki keragaman fungsional yang berbeda pula. Sehingga keragaman
fungsional berbeda menurut tempat (spasial) dan waktu (temporal).

2. Kondisi Tanah

Tekstur, struktur, salinitas dan kemasaman tanah serta kandungan unsur hara
sangat mempengaruhi keragaman fungsional tanah (BIS, 2010). Pada tanah bertekstur
lempung dan liat sedang akan cocok untuk pertumbuhan cacing dan organisme tanah.
Sebaliknya pada tanah bertekstur pasir yang memiliki kapasitas menahan air rendah
tidak cocok untuk pertumbuhan organisme tanah. Kadar garam (salinitas) tanah yang
lebih tinggi pada bagian dekat permukaan tanah akan menyebabkan “stress” pada
organisme tanah. Namun demikian tingkat sesitivitas terhadap kadar garam
berbeda-beda diantara spesies yang berbeda. Perubahan pH tanah dapat mengganggu
ketersediaan nutrisi dan metabolisme (dapat mengganggu kerja ensim) yang dapat
mengakibatkan kematian bagi organisme tanah.

3. Kondisi Vegetasi dan Populasi Organisme Tanah

Organisme tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan organisme lain yang


hidup di atas tanah dan sebaliknya. Tanaman dapat mempengaruhi secara kuat
aktivitas dan komposisi komunitas mikroorganisme rizosfir (Rodriguez-Lionaz .,
2008). Sebaliknya, pertumbuhan tanaman dapat dibatasi atau dipacu oleh keberadaan
mikroorganisme tanah. Tumbuhan menentukan komposisi, kemelimpahan dan
aktivitas pengendali biologi (biological regulator) dan perekayasa ekosistem
(ecosystem engineers), sedangkan keragaman fungsional menentukan produktivitas
dan komposisi vegetasi di atasnya. Diantara organisme tanah terjadi suatu interaksi
membangun jejaring makanan. Dalam jejaring makanan tersebut masing-masing
kelompok fungsional dikendalikan oleh interaksi biotik “bottom up” atau “top down”.
Interaksi “top-down” dikendalikan oleh hubungan pemangsaan (perdation),
penggembalaan (grazing), dan mutualisme. Sedangkan interaksi “bottom up”
tergantung pada interaksi kompetisi dalam mengakses sumberdaya (BIS, 2010).

4. Pola Penggunaan Lahan

Lahan yang menjadi padang rumput memiliki keragaman fungsional yang paling
tinggi. Hal ini karena padang rumput yang didominasi oleh tumbuhan berdaur pendek
dengan jarak tumbuh yang rapat terjadinya pengembalian bahan organik ke dalam
tanah melalui produksi eksudar akar dan tumbuhan yang mati berlangsung secara
cepat. Pada ekosistem hutan yang klimaks keragaman fungsional lebih rendah karena
cahaya matahari tidak dapat menembus lantai hutan yang rapat. Pada lahan pertanian
dan hutan tanaman keragaman fungsional juga rendah karena keragaman vegetasinya
sangat rendah (monokultur). Disamping itu, pengelolaan yang dilakukan secara
intensifikasi dengan melalui pemupukan, aplikasi pestisida dan pengolahan lahan
dengan alat berat dapat mengganggu keragaman fungsional dalam tanah.

Namun demikian, Zhangfeng et al. (2007) berpendapat bahwa tidak semua


pengelolaan lahan berdampak negatif terhadap keragaman fungsional tanah.
Penggunaan mulsa, penambahan kompos dan rotasi tanaman merupakan praktek
pengelolaan lahan yang dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan ketersediaan
air tanah dan rosot karbon.
Rodriguez-Loinas et al (2008) menyatakan bahwa salah satu konsekuensi yang
diakibatkan dari perubahan pola penggunaan lahan dari ekosistem hutan atau padang
rumput menjadi lahan pertanian modern adalah menurunnya keragaman fungsional
tanah. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa populasi cacing tanah dan
keragaman organisme pemakan patogen akar menurun secara drastis. Penggunaan
bahan kimia, pengolahan tanah ekstensif dan penanaman jenis monokultur telah
merusak jejaring interaksi komunitas antara hama dengan musuh alaminya sehingga
akan memacu terjadinya ledakan hama dan penyakit. Selain itu, penggunaan mesin
dalam pengolahan lahan akan menurunkan keragaman kelompok perekayasa kimia
tanah sehingga dapat mengganggu proses-proses tanah yang penting bagi
pertumbuhan tanaman. Hilangnya ekosistem hutan menurut Rodriguez-Loinas et al.
(2008) berdampak langsung terhadap populasi fauna tanah seperti rayap, cacing tanah,
semut dan larva serangga, karena kelompok ini sangat tergantung pada serasah yang
dihasilkan oleh pohon.

BAB III
PENUTUP

Oganisme tanah meskipun memiliki ukuran yang kecil tetapi menentukan


kelangsungan ekosistem di muka bumi. Kondisi keragaman fungsional organisme
tanah yang stabil akan menghasilkan ekosistem tumbuhan yang optimal sehingga
menghasilkan produktivitas lahan (baik barang maupun jasa) yang optimal. Kondisi
keragaman fungsional sangat dipengaruhi oleh iklim, kondisi tanah dan kondisi
vegetasi di atasnya. Kondisi tanah dan iklim juga terpengaruh oleh kondisi vegetasi.
Oleh karena itu, kondisi tegakan hutan yang sehat dan dalam jumlah luasan yang
proporsional akan menjamin kestabilan keragaman fungsional tanah yang muaranya
adalah kestabilan ekosistem di bumi. Jadi pembangunan hutan tanaman walaupun
unsur keseragaman merupakan pola yang paling ekonomis disarankan untuk tetap
memelihara keragaman untuk mendukung kelestarian ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA

Bio Intelligence Service (BIS), Europe Commision. 2010. Soil Biodiversity:


Functions, Threats and Tools for Policy Makers. Technical Reports 2010.
Tersedia di : www.biois.com/soilbiodiversity/ 231_html.

Breure, A.M. 2004. Soil Biodiversity: Measurements, Indicators, Threats and Soil
Functions. September 15th 17th 2004, León Spain. www. intl'conf
/soil_compost_ectersedia di: obiology _2004/breure/ paper_oral.

Carney, K.M. and P.A. Matson. 2005. Plant Communities, Soil Microorganisms, and
Soil Carbon Cycling: Does Altering the World Belowground Matter To
Ecosystem Functioning? Ecosystems 8:928-940.

Emmerling, C., M. Schloter,A. Hartman and E. Kandeler. 2002. Functional Diversity


of Soil organisms- a Review of Recent Research in Germany. J. Plant Nutr.
Soil Sci. (2002), 165, 408-420.

Anda mungkin juga menyukai