hukum antara Bank sebagai lembaga intermediasai dengan Nasabah sebagai pihak yang
menempatkan dananya di Bank dalam bentuk simpanan yang didasarkan oleh Perjanjian
antara Bank dengan Nasabah bersangkutan. Hubungan hukum yang terjadi antara 2 (dua)
subyek hukum tersebut tentu saja menimbulkan hak dan kewajiban di dalamnya. Hak dan
kewajiban yang timbul tersebut haruslah dilindungi oleh Hukum sehingga setiap orang
maupun badan hukum akan merasa aman dalam melakukan setiap tindakannya.
Perlindungan hukum diharpakan memberikan kepastian hukum serta rasa aman dan
keailan terhadap subyek hukum yang mengikatkan diri pada suatu hubungan hukum,
Hubungan hukum antara bank dengan nasabah dimaksud secara implisit dapat dilihat dari
“Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu”.
merupakan dasar hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan. Menurut
Munir Fuady, Hubungan hukum antara bank dengan nasabah terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1
2) hubungan non kontraktual.1
Lebih lanjut Munir Fuady memberikan penjelasan hubungan hukum antara bank
dengan nasabah sebagai Hubungan hukum antara bank dengan nasabah yang bersumber
dari ketentuan-ketentuan buku III yang tertuang dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya, sebagai aturan yang bersifat umum. Selain itu, didasarkan atas
aturan-aturan yang bersifat khusus mengenai pinjam pakai habis Pasal 1754 sampai dengan
Pasal 1769 KUH Perdata2. Ketentuan mengenai hubungan hukum yang demikian
menunjukkan bahwa hubungan antara bank dengan nasabah yang berdasarkan hubungan
tulisannya mengemukakan bahwa yang dimaksud dari hubungan non kontraktual antara
bank dan nasabah penyimpan adalah suatu hubungan hukum yang muncul bukan karena
perundang-undangan yang mengaturnya atau hukum tidak tertulis seperti hukum kebiasaan
dalam perbankan. 3
kontraktual ini dapat dilihat antara lain dalam Undang-Undang Perbankan No. 23 Tahun
1
Munir Fuady, 1999, Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan UU Th 1998) Buku Kesatu, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, hlm.102
2
Ibid. hlm.
3
Sulistyandari, Aspek Hukum Pembobolan Uang Nasabah Bank (Bagian II), Senin, 11 April 2011, tersedia:
http://gagasanhukum.wordpress.com diakses tanggal 25 Agustus 2019.
2
1999 Tentang Bank Indonesia beserta perubahannya, Undang_Undang No.7 Tahun 1992
pengaduan nasabah
tersebut dimaksud di atas, lebih lanjut Sulistyandari menguraikan lebh rinci terkait inti
tentang masing-masing hubungan non kontraktual antara bank dengan nasabah penyimpan,
bahwa:4
(1) Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank
yang bersangkutan;
(2) Untuk menjamin simpanan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan;
(3) Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
berbentuk badan hukum Indonesia;
(4) ketentuan mengenai penjaminan dana masyarakat dan Lembaga Penjamin
Simpanan, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
4
Ibid, hlm. 316
3
Hubungan ini diatur dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Perbankan dan diatur
menyatakan bahwa perlindungan hukum memiliki arti sebagai upaya atau tindakan yang
diberikan oleh hukum dalam arti peraturan perundang-undangan untuk melindungi subyek
hukum dari adanya pelanggaran atas hak dan kewajiban para pihak yang terdapat dalam
5
Ibid, hlm. 323
6
Ibid, hlm. 326
4
perlindungan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau hukum positif yang
berlaku bagi nasabah penyimpan dana. Perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana
bertujuan untuk melindungi kepentingan dari nasabah penyimpan dan simpanannya yang
penyimpan dana terhadap segala risiko kerugian yang timbul dari suatu kebijaksanaan
dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya risiko kerugian usaha yang
Perbankan baik secara eksplisit maupun implist sebagimana telah disebutkan dalam Huruf
A angka 1 di atas, perlindungan hukum terhadap nasabah tidak dapat dipisahkan dengan
Otoritas jasa Keuangan Nomor 1/POJK 07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa keuangan yang secara khusus melindungi hak-hak konsumen perbankan dalam hal ini
7
Hermansyah, 2006, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana, hlm. 124
8
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional…, hlm 132.
5
salah satunya adalah Nasabah Penyimpan. Pada dasarnya, Undang-Undang Perlindunagn
Konsumen (UUPK) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) inilah yang dijadikan
alas hak bagi perlindungan konsumen termasuk nasabah secara umum. Hal ini dikarenakan
dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada pokoknya hanyalah
secara langsung terhadap bank, sehingga hal tersebut dirasakan kurang memberikan
perlindungan kepada nasabah sebagai pihak yang menempatkan dana di Bank. Muskipun
hukum kepada Nasabahnya. Maka, kehadiran Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen serta Peraturan Otoritas jasa Keuangan Nomor 1/POJK 07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa keuangan dapat dikatakan sangat berkaitan
dengan aturan-aturan hukum yang terdapat dalam bidang praktik perbankan, khususnya
Sebagaimana telah disebutkan di atas, terlepas dari aturan-aturan hukum yang telah
dibuat guna melindungi hak dan kewajiban nasabah sebagai konsumen bank, pada
atas keamanan dana nasabahnya. Hal ini dikarenakan bank sebagai lembaga keuangan yang
melakukan kegiatan usaha dengan menarik dana langsung dari masyarakat dalam
6
Mengenai kasus hukum yang dialami oleh berberapa nasabah Bank Mandiri pada
Kantor Cabang Pembantu Sidrap di Sulawesi Selatan, sekilas dapat diambil kesimpulan
jika permasalahan yang dialami oleh sebagian nasabah tersebut terjadi dikarenakan
mengikuti program Promo Mandiri yang ditawarkan oleh Bank. Kasus tersebut dapat
ditinjau dari aspek hukum Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 Tentang
Transparasi Informasi Produk Bank dan Pengguna Data Pribadi Nasabah yang mengatur
ketentuan terkait kewajiban bank untuk selalu memberikan informasi yang cukup dan jelas
kepada nasabah maupun calon nasabah mengenai produk-produk yang ditawarkan Bank.
bersangkutan maupun produk lembaga keuangan lain yang dipasarkan melalui bank.
bahwa informasi yang disediakan untuk nasabah haruslah memenuhi kriteria-kriteria yang
ditetapkan, antara lain mengungkapkan secara berimbang terkait manfaat, risiko, maupun
biaya-biaya yang melekat pada suatu produk. Selain itu, dalam Peraturan Bank Indonesia
diatur pula bahwa penyampaian informasi harus dilakukan dengan memenuhi standar
tertentu, antara lain harus dapat dibaca secara jelas, tidak menyesatkan, dan mudah
dimengerti. Hal-hal yang mengatur terkait Produk Bank dapat ditemukan di berberapa
7
transparansi informasi mengenai Produk Bank; dan b. transparansi penggunaan
Data Pribadi Nasabah;
(3) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib diberlakukan
di seluruh Kantor Bank.
Ditinjau dari berberapa pasal dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang
memberikan pedoman pada Bank dalam kaitanya menawarkan produk pada nasabahnya,
bisa diartikan bahwa Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu sidrap tidak
permasalahan tersebut muncul dikarenakan ada unsur kesengajaan maupun kelalaian dari
pihak internal Bank Mandiri tersebut, maka hal ini mengindikasikan jika Bank Mandiri
telah lalai dalam menerapkan prinsip kehati-hatian yang seharusnya dilaksanakan dengan
(konsumen) atas kelalaian bank dikarenakan Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga
pengawas keuangan bank yang mana dalam kegiatan bank tersebut selalu diawasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan. Sehingga dalam hal kasus tersebut terbukti merupakan kelalaian
8
yang dilakukan oleh Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu Sidrap , maka selaku pelaku
usaha jasa keuangan yang memiliki tanggung jawab terhadap simpanan dana nasabahnya
secara otomatis menimbulkan akibat hukum berupa mengganti kerugian atas hilangnya
dana nasabah penyimpan sebagaimana telah diatur dalam pasal 25 Peraturan Otoritas
jasa Keuangan Nomor 1/POJK 07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Pasal 25
“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menjaga keamanan simpanan, dana, atau
aset Konsumen yang berada dalam tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa
Keuangan”
Kelalaian yang diduga dilakukan oleh oknum pegawai Bank Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Sidrap juga bertentangan dengan amanat dari Peraturan Otoritas jasa
Pasal 30
(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib mencegah pengurus, pengawas, dan
pegawainya dari perilaku:
a. memperkaya atau menguntungkan diri sendiri atau pihak lain,
b. menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukannya, yang dapat merugikan Konsumen.
(2) Pengurus dan pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib mentaati kode etik
dalam melayani Konsumen, yang telah ditetapkan oleh masing-masing Pelaku
Usaha Jasa Keuangan.
9
(3) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab kepada Konsumen
atas tindakan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang bertindak untuk
kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
Jikalau pelaku jasa keuangan dalam hal ini Bank Mandiri Kantor Cabang Sidrap
menolak untuk mengganti kerugian atas hilangnya dana simpanan berberapa nasabahnya,
maka selalin beresiko mendapatkan gugatan Perdata maupun tuntutan Pidana yang
dilakukan oleh nasabah yang merasa dirugikan, Bank Mandiri juga harus menanggung
sanksi OJK karena tidak melaksankan amanat POJK yang dituangkan dalam Pasal 53 ayat
1 berbunyi:
Pasal 53
(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak yang melanggar ketentuan
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dikenakan sanksi
administratif, antara lain berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha; dan
e. Pencabutan izin kegiatan usaha.
di atas berdasarkan pendapat-pendapat hukum maupun aturan hukum yang berlaku, posisi
hukum nasabah penyimpan pada kasus yang terjadi di Bank Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Sidrap adalah nasabah penyimpan memiliki hak berupa perlindungan terhadap
dananya yang hilang tersebut. Peranan Pemerintah sangat diperlukan guna mewujudkan
10
B. PERTANGGUNGJAWABAN BANK MANDIRI TERHADAP HILANGNYA
DANA NASABAH PADA KANTOR CABANG PEMBANTU SIDRAP
terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung
segala sesuatunya. Dengan kata lain, tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
kewajibannya.
yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang
menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang
bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara
aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang
gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah
9
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 335-337.
11
Pada dasarnya segala praktik kegiatan bidang udaha Perbankan di Indonesia
nasabah penyimpan baik karena sengaja atau karena kelalaian adalah suatu bank
yang tidak melaksanakan fungsi kepatuhan sebagaimana yang diatur oleh bank
Hal ini sebagaimana telah tercermin dalam Pasal 2 dan Pasal 29 Undang-Undang
agar bank selalu dalam keadaan sehat dan menjamin kemamanan dana para
10
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perbankan pada Bank, Alfabeta, Bandung. 2003,hlm.89
12
Kerugian nasabah penyimpan yang terjadi didalam dunia perbankan
Dalam kasus yang terjadi pada Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu Sidrap,
dengan dikaitkan berdasarkan faktor-faktor diatas maka kerugian yang dialami oleh
bank Mandiri tersebut dapat mengajukan upaya hukum ke Pengadilan dengan mengajukan
gugatan atas dasar Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1365
“Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
11
N.H.T Siahaan, pencucian uang dan kejahatan perbankan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), 2005, halaman 158
13
Berdasarkan rumusan pasal di atas, terdapat unsur-unsur hukum yang harus dipenuhi guna
perbuatan melanggar hukum sesuai dengan pasal dalam 1365 BW sebgaimana jikad irumuskan
a) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku. Artinya, adanya suatu perbuatan yang
dilakukan oleh Bank Mandiri yang bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang
b) Bertentangan dengan hak subyektif orang lain. Artinya, Perbuatan yang dilakukan oleh
Bank Mandiri bertentangan dengan hak nasabah untuk mendapatkan jaminan keamanan
c) Perbuatan bank Mandiri telah nyata menimbulkan kerugian bagi nasabah penyimpan.
d) Adanya hubungan kausal antara perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Bank
Dalam Hal Bank mandiri terbukti memenuhi unsur-unsur rumusan pasal 1365 BW diatas,
maka Bank Mandiri wajib bertanggung jawab atas kesalahannya secara Perdata karena terbukti
melakukan perbuatan melawan hukum dengan tidak menerpakan prinsip kehati-hatian dan
melanggar aturan-aturan hukum yang ada pada kegiatan Perbankan. Namun, muskipun nasabah di
kabupaten Sidrap yag dananya hilang tidak melakukan upaya hukum ke Pengadilan, seharusnya
Bank Mandiri tetap wajib bertanggungjawab untuk mengganti kerugian dana nasabah berikut
sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Peraturan Otoritas jasa Keuangan Nomor 1/POJK 07/2013
14
“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian Konsumen
yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian, pengurus, pegawai Pelaku
Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan
Pelaku Usaha Jasa Keuangan.”
Melihat uraian kasus yang terjadi pada berberapa nasabah Bank Mandiri di
kabupaten Sidrap, hal tersebut terjadi dikarenakan nasabah mengikuti program promo
yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Hal ini yang demikian dapat dikaitkan dengan terori
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang salah satunya
langsung dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan
produk yang dihasilkan. Pertanggung jawaban produk tersebut didasarkan pada Perbuatan
Melawan Hukum (tortius liability). Unsur-unsur dalam tortius liability antara lain adalah
unsur perbuatan melawan hukum, kesalahan, kerugian dan hubungan kasualitas antara
perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang timbul. Sehingga product liability dalam
hal tidak terdapat hubungan perjanjian (no privity of contract) antara pelaku usaha dengan
15
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/ataukerugian konsumen akibat mengkonsumsi
12
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Grasindo,2006), hal 80
16