Anda di halaman 1dari 4

AKU GENERASI UNGGUL KEBANGGAN BANGSA INDONESIA

“SAYA INDONESIA, INDONESIA ADALAH KITA”

Oleh: Jansen Wijayanto

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan berbagai macam


keanekaragaman hayati, etnik dan kebudayaan. Terbentang dari Sabang sampai Merauke
hingga dilalui oleh garis khatulistiwa, terpapar bermacam Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah serta didukung oleh potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat banyak,
tak pelak Indonesia dapat menjadi negara yang kuat dalam segi perekonomiannya. Terlebih
lagi dengan kondisi laju perekonomian yang cukup baik saat ini, tidak salah bahwa
International Monetary Fund (IMF) mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu
negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2025. Dengan prediksi tersebut
seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu khawatir akan kondisi
perekonomian Indonesia di masa depan. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu kita
renungkan bersama, sangat disayangkan pula ketika pada masa kini kita melihat bahwa masih
banyak masyarakat yang belum bisa menikmati manisnya kekayaan negaranya sendiri.
Kemiskinan, pengangguran, dan inflasi merupakan sebagian kecil permasalahan yang
dihadapi Indonesia saat ini. Dan, betapa miris pula ketika warga negara asing justru
berbondong-bondong datang ke negeri ini untuk mengeksploitasi kekayaan tanah kita.
Melihat hal yang seperti demikian, apakah kita akan berdiam diri saja dan hanya menjadi
penonton di negeri sendiri?
Indonesia harus bangkit dan maju. Jika tidak, niscaya keterpurukan demi keterpurukan
akan menggerogoti diri kita sendiri. Pembenahan-pembenahan harus mulai dilakukan sejak
dini. Peningkatan kualitas SDM, peningkatan digitalisasi modern, penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan peningkatan iman dan takwa harus segera dilakukan. Adalah
lembaga pendidikan, lembaga masyarakat, dan organisasi keagamaan merupakan beberapa
oknum yang harus mengambil langkah ini. Untuk mengajari, membina, dan mengawasi
seluruh kaum masyarakat Indonesia.
Lantas siapakah target yang akan menjadi sasaran sebagai generasi penggerak dan
generasi perubahan. Tentu saja pemuda. Pemuda adalah harapan, tulang punggung negara
dan generasi penerus bangsa. Begitulah julukan yang sudah tidak asing lagi kita dengar dari
berbagai media, pemimpin-pemimpin, dosen-dosen, guru-guru, dll. Begitu besar peran
pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Bahkan pendidiri negara ini Bapak Ir. Soekarno
berkata, “beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Perkataan yang sungguh
mencengangkan dan mungkin aneh didengar.
Pada tahun 2016 data BPS mencatat jumlah pemuda Indonesia mencapai 62.061.400 jiwa.
Jadi bisa dikatakan 1 dari 4 orang di Indonesia adalah pemuda. Angka yang sangat fantastis
untuk negara yang sedang berkembang dalam segi ekonomi, sosial, budaya, maupun
politiknya. Dengan jumlah pemuda yang begitu banyaknya seharusnya slogan “pemuda
sebagai tulang punggung negara” adalah hal yang sangat pantas disematkan kepada para
pemuda Indonesia. Namun, melihat kondisi para pemuda dewasa ini apakah slogan tersebut
masih pantas disematkan kepada pemuda. Penyalahgunaan narkoba, seks bebas, kriminalitas,
dan krisis identitas merupakan momok yang telah meracuni para pemuda bangsa, dan bahkan
sudah menjadi hal yang lazim.
Tentu saja semua kekhawatiran itu tidak perlu ditakutkan bila ada persiapan yang matang
dalam menghadapi segala permasalahan negara ini. Hanya mulai dari diri sendiri,
mengembangkan potensi diri sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Tidak perlu
menuggu besok, tidak perlu menunggu bonus demografi, maka lakukanlah sekarang.
Generasi unggul yang diharapkan untuk melanjutkan tonggak pemerintahan di masa
mendatang adalah generasi yang cerdas, berintegritas, dan peduli terhadap bangsa dan negara.
sesuai dengan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para generasi generasi muda. Generasi masa
sekarang diharapkan menjadi agent of change, agent of control, dan agent of action. Di mana
muda-mudi masa sekarang dituntut untuk merubah segala perilaku yang menyimpang,
menegakkan keadilan masyarakat, dan turut serta dalam perdamaian dunia.
Oleh karena pandangan saya, maka saya rasa kecerdasan intelektual saja tidak cukup.
Perbaikan dari segi ilmu pengetahuan bagi masyarakat hanya akan melahirkan pribadi-pribadi
yang egois dan apatis. Nah, hal ini bisa jadi menjadi bumerang kembali. Jadi bukan hanya
melalui perbaikan ilmu pengetahuan melainkan juga melalui perbaikan sisi moral dan akhlak.
Di sini yang megambil peran yaitu lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan tentunya
lembaga kemasyarakatan. Perlu adanya pendekatan-pendekatan moral persuation kepada
kaula-kaula muda baik itu melalui kegiatan di sekolah maupun di masyarakat. Memberikan
keleluasaan namun juga harus dikontrol. Dengan mengambil langkah tersebut, para generasi
penerus bangsa diharapkan dapat membawa Indonesia ke masa jaya. Yakni dengan terus
menggali potensi dan mengembangkan sumber daya yang telah ada. Dengan memiliki
karakter yang cerdas, berintegritas dan berbudi pekerti. Maka, karakter-karakter tersebut
diharapkan dimiliki para generasi penerus bangsa dan dengan karakter tersebut dapat
terbentuk sosok-sosok yang berkepribadian unggul sehingga menjadi world class people yang
mendorong kemajuan bangsa.
Generasi unggul adalah generasi yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri
melainkan juga peka dan peduli terhadap bangsa dan negara ini. Paling tidak kepada sesama
mahasiswa di kampus-kampus. Melalui kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan mahasiswa
dituntut turut aktif dalam pembangunan mentalitas negara ini.
Saya adalah generasi unggul, agen perubahan, agen pengawas dan agen pelaku. Melalui
pendidikan di bangku perkulihan saya ingin mengembangkan potensi diri saya dalam bidang
ekonomi. Bidang ekonomi adalah suatu pelajaran yang sangat unik bagi saya. Bagaimana
tidak, bidang ekonomi bukan hanya bercerita mengenai perdagangan, perindustrian,
keuangan, melainkan juga mempelajari mengenai perilaku dan tingkah laku manusia. Dengan
pengamatan dan praktek secara langsung saya menjadi tahu bagaimana melihat dan memilih
keputusan-keputusan yang cocok dan tepat bagi saya dan orang lain. Bukan hanya dalam segi
akademik, saya juga mengerti akan pentingnya kegiatan sosial, baik di kampus maupun di
lingkungan masyarakat. Bergabung dengan organisasi keagamaan kampus, maupun
organisasi eksternal kampus menjadi perjalanan saya saat ini. Dari mengikuti berbagai
kegiatan tersebut saya menyadari bahwa sebenarnya selama kegiatan tersebut saya tidak
sedang meluangkan waktu bagi orang lain, melainkan kepada diri saya sendiri. Karena saya
belajar banyak dari kegiatan-kegiatan tersebut, kepribadian saya menjadi lebih dewasa dan
memahami makna kehidupan dari banyak orang yang telah saya temui.
Walaupun saya boleh dikata masih awam dalam bangku perkuliahan, tetapi justru itulah
yang menjadi penyemangat saya sekarang. Terlebih jika melihat sederet teman-teman yang
susah untuk kuliah atau untuk membayar SPP, atau bahkan menganggur, maka itu akan
menjadi pemacu adrenaline saya untuk terus memperbarui diri. Saya memiliki cita-cita dan
harapan yang besar, bahkan mungkin melebihi ekspektasi orangtua saya. Dan apakah itu
tidak boleh, tentu saja boleh asal jalannya baik dan benar, dan tentu harus diwujudkan.
Mengenyam pendidikan di kampus dan fakultas ternama tentu saja menjadi kebanggan
tersendiri bagi saya. Hal ini pun mendorong saya untuk bisa mendapatkan lebih banyak ilmu
dan skill selama saya berada di sini. Tantangan demi tantangan pasti selalu ada. Itu tidak
penting selama kita memiliki potensi dan niat yang kuat untuk memperbaiki diri dan
membangun bangsa ini.
Sebagai mahasiswa saya menyadari kompleksnya permasalahan bangsa ini. Kemiskinan
dan pengangguran adalah dua masalah utama yang sebaiknya disokong penyelesaiannya oleh
berbagai kalangan terutama kaum intelektual. Memahami sulitnya lapangan pekerjaan, saya
berniat untuk kelak dapat berwirausaha agar membantu menyerap tenaga kerja.
Pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga menjadi sebagian
kecil tujuan saya. Di samping itu saya tetap berkeinginan menjadi akademisi yang berkutat di
bidang penelitian dan pengajaran. Saya merasa bahwa untuk menjadi pemuda kebanggaan
bangsa saya harus berusaha lebih keras lagi untuk mengasah potensi dan skill yang
dibutuhkan untuk meraih cita-cita dan segala harapan saya.
Menggapai cita-cita untuk bekuliah strata 2 maupun strata 3 di luar negeri juga menjadi
tujuan saya. Adalah Ludwig Maximilian University of Munich Germany, yang menjadi target
saya mendatang. Walaupun perihal tersebut masih lama dan bahkan saya juga belum
memperoleh gelar sarjana, tetapi saya mengerti bahwa segala sesuatunya harus dipersiapkan
jauh hari. Melalui program beasiswa saya yakin target itu akan tercapai. Oleh karena itu saya
telah mempersiapkan segalanya dengan belajar dengan giat dan juga bergabung bersama
komunitas pemburu beasiswa.
Dalam menghadapi segala permasalahan bangsa ini peran pemerintah, lembaga
keagamaan, masyarakat, dan khususnya pemuda sangatlah penting. Derap langkap pemuda
harus dibarengi dengan dukungan dari pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, kampus,
masyarakat, dan keluarga. Terutama oleh lembaga keagamaan yang harus mengajari dan
menanamkan sikap dan perilaku yang selaras dengan perkembangan zaman dan teknologi,
agar segala hal-hal dari luar yang berbau merusak dapat dicegah. Jika segala sesuatunya telah
direncanakan secara matang, harapan saya kedepannya semoga pemuda menjadi tulang
punggung dan bukan menjadi beban bagi negara nantinya, sehingga apa yang telah diprediksi
oleh IMF bisa tercapai, bahkan melebihi ekspektasi dunia.
Generasi unggul kebanggaan bangsa adalah saya. Yang berusaha memberikan hal positif
bagi lingkungan sekitar. Yang selalu tidak kenal lelah untuk belajar. Yang berusaha untuk
menjadi lebih baik dan bekerja keras setiap harinya. Yang mencintai tanah air karena telah
memberikan naungan nyaman dan sejahtera. Saya adalah satu dari jutaan generasi unggul
kebanggan bangsa yang bercita-cita untuk membangun Indonesia Jaya.
Saya Indonesia, Indonesia adalah kita.

Anda mungkin juga menyukai