Dosen pembimbing :
Yulinda Devi Pramita, SE,M.Sc
Disusun Oleh:
1. Evi Yulia Annisa 16.0102.0101
2. Edo Anantya Sunarto 16.0102.0105
3. Cici Dwi Anggriantari 16.0102.0113
4. Atika Rahma Yuniar 16.0102.0119
Pendahuluan
Ketika prinsip – prinsip atau peraturn tertentu yang terkandung dalam kode etik
tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah yang dihadapi oleh seorang akuntan
propesional, para pembuat keputusan dapat berpedoman pada prinsip – prinsip umum
untuk sampai pada keputusan etis yang dipertahankan.
Memotivasi Perkembangan
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom menimbulkan kemarahan
publik, runtuhnya pasar modal, dan akhirnya Sarbanes – Oxley Act 2002, yang membawa
reformasi tata kelola tersebar luas. Pengendalian opini publik juga bersikap keras kepada
perusahaan dan individu yang berperilaku tidak etis. Kehilangan reputasi karena tindakan
yang tidak etis dan atau ilegal telah terbukti dapat mengurangi pendapatan dan
keuntungan, merusak harga saham, dan menjadi akhir karier bagi para eksekutif, bahkan
sebelum tindakan mereka sepenuhnya diselidiki dan tanggung jawab mereka dibuktikan
sepenuhnya.
Perkembangan ini menjadi sangat penting bahwa para eksekutif dan direksi
perusahaan harus memberikan tambahan perhatian pada tata kelola perusahaan dan
panduan yang diberikan, sebagai tambahan peran mereka sendiri dalam perusahaan. Pada
tahun 2003, International Federation of Accountants ( IFAC ) juga menyatakan bahwa
pendidika etika dibutuhkan dalam pendidikan etika bagi akuntan propesional.
Tidak cukup jika hanya membuat keputusan dan mengambil tindakan yang sah –
tindakan juga harus dapat dipertahankan secara etis.
Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya
Hak dan kewajiban yang terkena dampak
Kesetaraan yang dilibatkan
Motivasi atau kebijakan yang diharapkan.
Tiga perkembangan pertama yaitu – konsekuensialisme, dentologi, dan keandilan –
ditelaah dengan memfokuskan pada dampak dari keputusan terhadap pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain, sebuah pendekatan yang dikenala sebagai analisis
dampak pengakuan kepentingan. Pertimbangan keempat – motivasi pembuatan
keputusan, merupakan suatu pendekatan yang dikenal sebagai etika kebijakan.
Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi
positif lebih besar dari pada konsekuensi negatif. Selain itu, beberapa percaya bahwa
hanya tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bersih minus konsekuensi
negatiflah yang secara moral benar atau etis.
Para ahli juga membahas :
2. Deontologi
Dalam artian bahwa deontologis berfokus pada kewajiban atau tugas memotivasi
keputusan atau tindakan, bukan pada konsekuensi dari tindakan. Etika dentologi
mengambil posisi bahwa kebenaran bergantung pada rasa hormat yang ditunjukan dalam
tugas, serta hak dan keadilan yang dicerminkan oleh tugas –tugas tersebut. Akibatnya :
Suatu pendekatan dentologis mengangkat isu – isu yang berkaitan dengan tugas, hak,
serta pertimbangan keadilan dan mengajarkan para mahasiswa untuk menggunakan
standar moral, prinsip, dan aturan-aturan sebagai panduan untuk membuat keputusan
etis yang baik.
3. Etika Kebajikan
Etika kebajikan berkaitan dengan aspek yang memotivasi karakter moral yang
ditunjukan oleh para pengambil keputusan. Tanggung Jawab – khususnya kesalahan atau
layak dianggap salah – baik moralitas dan hukum, memiliki dua dimensi : Actus Reus (
tindakan yang salah ) dan Mens Rea ( pikiran yang salah ). Konsekuensialisme, yang
dipelajari sebelumnya, dikatakan sebagai “ berpusat pada tindakan “ dari pada “ berpusat
pada agen “ sebagaimana deontologi dan etika kebajikan.
Menurut AACSB :
Etika kebajikan berfokus pada karakter atau intergritas moral para pelaku dan melihat
pada moral masyarakat, seperti masyarakat profesional, untuk membantu
mengidentifikasi isu – isu etis dan panduan tindakan etis.
Kebijakan adalah karakter yang membuat orang yang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Bagi Aristoteles, kebijak memperoleh
seseorang untuk membuat keputusan yang waja. Kebijaksanaan adalah kunci kebajikan
dalam menentukan pilihan yang tepat diantara pilihan – pilihan yang ekstrem.
Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas Sebuah Keputusan
Pendekatan filosofi memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan
bantuan yang berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professionaltidak
menyadari bagaimana dan mengapa demikian.
Tabel 4.2 Sniff Test Untuk Pengambilan Keputusan Etis
Jika salah satu tes cepat hasilnya negatif, karyawan diminta untuk mencari
seorang pengawas etika untuk berkonsultasi atau melakukan analisis penuh terhadap
tindakan yang diusulkan. Sedangkan tabel 4.3 merupakan sebagai aturan penting,
menurut manajer yang mempraktikannya.
Laba
Laba merupakan dasar untuk kepentingan pemegang saham dan sangat penting
untuk kelangsungan hidup dan kesehatan perusahaan kita. Di masa inflasi,laba
merupakan hal yang penting untuk menggantikan inventori pada harga tinggi yang
diperlukan. Untungnya, pengukuran laba dikembangkan dengan baik dan hanya
dibutuhkan beberapa pendapat tentang penggunaannya dalam pengambilan keputusan
etis.
Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Dapat Langsung Diukur
Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Tidak Dapat Langsung Diukur
Eksternalitas lain muncul ketika biaya tersebut dimasukkan dalam penentuan laba
perusahaan, tetapi ketika manfaatnya dinikmati oleh orang-orang diluar perusahaan.
Sumbangan atau beasiswa adalah contoh eksternalitas, dan tentunya akanmenarik untuk
memasukkan perkiraan manfaat yang terlibat dalam keseluruhan evaluasi keputusan yang
diusulkan. Masalahnya adalah bahwa baik keuntunganmaupun biaya beberapa dampak
negatif, seperti berkurangnya kesehatan yang diderita orang karena menyerap polusi,
dapat diukur secara langsung, tetapi mereka harus dimasukkan dalam penilaian secara
keseluruhan.
Membawa Masa Depan Ke Masa Kini
Nilai Bersih Masa Kini = Nilai Keuntungan Bersih Masa Kini – Nilai Biaya Masa
Kini Usualan Tindakan
Sering kali, eksekutif yang telah belajar keras untuk tetap berfokus
padakeuntungan jangka pendek akan menolak gagasan untuk memasukkan eksternalitas
dalam analisis mereka. Bagaimanapun, apa yang dianjurkan di sini bukan berarti mereka
meninggalkan keuntungan jangka pendek sebagai sebuah ukuran, tetapi mereka juga
mempertimbangkan dampak bahwa eksternalitas saat ini memiliki kesempatan besar
dalam memengaruhi perusahaan baru di masa depan. Apa yang diperkenankan pada
analisis biaya-manfaat bagi pembuat keputusan adalah untuk membawa manfaat dan
biaya masa depan ke masa kini agar dapat di analisis secara lebih lengkap dari sebuah
keputusan.
Menangani Ketidakpastian Hasil
Sama seperti dalam analisis penganggaran model ada perkiraan yang tidak pasti
namun berbagai teknik dikembangkan untuk memasukan ketidakpastian ini ke dalam
analisi keputusan yang diusulkan. Sebagai contoh, analisis dapat didasarkan pada
perkiraan terbaik, dalam tiga kemungkinan, atau dalam nilai-nilai yang diharapkan,
dimana dikembangkan dari sebuah simulasi komputer. Semua merupakan nilai-nilai yang
diharapkan, yang merupakan kombinasi dari nilai dan kemungkinan terjadinya.
Nilai Yang Diharapkan dari Manfaat Bersih = Nilai Masa Kini yang Diharapkan –
Nilai Masa Kini dari Biaya Masa Datang
Identifikasi dan Peringkat Pemangku Kepentingan
Sebuah keputusan hanya akan dianggap etis jika dampaknya tidak mengganggu hak para
pemangku kepentingan, dan hak si pembuat keputusan. Nilai yang terakhir ini dapat
dilihat dalam kasus keputusan yang dibuat oleh para eksekutif yang menganut nilai-nilai
yang membuat mereka tersinggung oleh isu pekerja di bawah umur atau rendahnya
standar keselamatan kerja di negara-negara berkembang. Para eksekutif yang membuat
keputusan merupakan pemangku kepentingan hak mereka sendiri.
Analisi Dampak Pemangku Kepentingan : Pendekatan Tradisional Pengambilan
Keputusan
Pendekatan 5-Pertanyaan Tradisional
Pendekatan standar moral untuk analisis dampak pemangku kepentingan secara langsung
atas tiga kepentingan mendasar dari para pemangku kepentingan yang diidentifikasi. Hal
ini agak lebih umum daripada fokus dari pendekatan 5-pertanyaan, dan mengarahkan
pengambil keputusan untuk membuat analisis yang berbasis lebih luas pada manfaat
bersih bukan hanya probabilitas, sebagai tantangan pertama keputusan yang diusulkan.
Akibatnya, pendekatan ini menawarkan kerangka kerja yang lebih sesuai dengan
pertimbangan keputusan yang memiliki dampak yang signifikan di luar perusahaan.
Pendekatan Pastin Tradisional
Dalam bukunya, The Hard Problems of Management: Gaining the Ethical Edge, Mark
Pastin (1986) menyajikan gagasan tentang pendekatan yang tepat untuk analisis etika,
yang melibatkan pemeriksaan terhadap empat aspek kunci etika. Konsep etika aturan
dasar untuk menangkap gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan
dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang
diharapkan. Jika keputusan dianggap menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan akan
terjadi kekecewaan atau balas dendam. Konsep aturan etika digunakan untuk menunjukan
nilai aturan yang muncul akibat penggunaan prinsip-prinsip etis yang valid terhadap
dilema etika.
Suatu analisis etika yang komprehensif harus melebihi pendekatan tradisional Tucker,
Velasquez, dan Pastin untuk menggabungkan penilaian tentang motivasi, kebajikan, dan
karakter yang terlibat dalam perbandingan dengan apa yang diharapkan oleh para
pemangku kepentingan. Sayangnya seperti skandal yang terlihat dalam baru baru ini
terjadi, para pengambil keputusan di masa lalu tidak mengenali pentingnya pemangku
kepentingan akan kebajikan.
Penilaian Etis Motivasi dan Perilaku
Beberapa aspek perilaku etis diidentifikasi sebagai indikasi mens rea ( pikiran
bersalah), yang merupakan salah satu dati dua dimensi tanggung jawab, kemungkinan
melakukan kesalahan, atau perasaan bersalah. Proses penilaian dampak pemangku
kepentingan akan menawarkan kesempatan untuk menilai motivasi yang mendasari
keputusan tindakan yang diusulkan.
Masalah Bersama
Brooks, Leonard J. Dan P. Dunn. Business and professional ethics for directors,
executives and accountant. Edisi 5. 2012, Jakarta: Salemba Empat.