Anda di halaman 1dari 14

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS PRAKTIS

Dosen pembimbing :
Yulinda Devi Pramita, SE,M.Sc

Disusun Oleh:
1. Evi Yulia Annisa 16.0102.0101
2. Edo Anantya Sunarto 16.0102.0105
3. Cici Dwi Anggriantari 16.0102.0113
4. Atika Rahma Yuniar 16.0102.0119

FAKULTAS EKONOMI BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Tahun 2018
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS PRAKTIS

Pendahuluan
Ketika prinsip – prinsip atau peraturn tertentu yang terkandung dalam kode etik
tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah yang dihadapi oleh seorang akuntan
propesional, para pembuat keputusan dapat berpedoman pada prinsip – prinsip umum
untuk sampai pada keputusan etis yang dipertahankan.

Memotivasi Perkembangan
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom menimbulkan kemarahan
publik, runtuhnya pasar modal, dan akhirnya Sarbanes – Oxley Act 2002, yang membawa
reformasi tata kelola tersebar luas. Pengendalian opini publik juga bersikap keras kepada
perusahaan dan individu yang berperilaku tidak etis. Kehilangan reputasi karena tindakan
yang tidak etis dan atau ilegal telah terbukti dapat mengurangi pendapatan dan
keuntungan, merusak harga saham, dan menjadi akhir karier bagi para eksekutif, bahkan
sebelum tindakan mereka sepenuhnya diselidiki dan tanggung jawab mereka dibuktikan
sepenuhnya.

Perkembangan ini menjadi sangat penting bahwa para eksekutif dan direksi
perusahaan harus memberikan tambahan perhatian pada tata kelola perusahaan dan
panduan yang diberikan, sebagai tambahan peran mereka sendiri dalam perusahaan. Pada
tahun 2003, International Federation of Accountants ( IFAC ) juga menyatakan bahwa
pendidika etika dibutuhkan dalam pendidikan etika bagi akuntan propesional.

Tidak cukup jika hanya membuat keputusan dan mengambil tindakan yang sah –
tindakan juga harus dapat dipertahankan secara etis.

Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis


Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, bab ini
menyajikan kerangka kerja yang praktis, komprehensif, dan beraneka ragam untuk
pengambilan keputusan etis.
“ sebuah keputusan atau tindakan dianggap etis atau “ benar “ jika sesuai dengan
standar tertentu. Para filsuf telah mempelajari standar mana yang penting selama
berabad – abad, dan para ahli etika bisnis baru saja membangun hal ini dalam
pekerjaannya. Kedua kelompok telah mengungkapkan bahwa tidak cukup hanya satu
standar saja untuk memastikan keputusan etis. Akibatnya, kerangka kerja
pengambilan keputusan etis ( ethical decission making – EDM ) mengusulkan bahwa
keputusan atau tindakan akan dibandingkan dengan empat standar penilaian yang
komprehensif dari perilaku etis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis ( EDM ) menilai etikalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat :

 Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya
 Hak dan kewajiban yang terkena dampak
 Kesetaraan yang dilibatkan
 Motivasi atau kebijakan yang diharapkan.
Tiga perkembangan pertama yaitu – konsekuensialisme, dentologi, dan keandilan –
ditelaah dengan memfokuskan pada dampak dari keputusan terhadap pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain, sebuah pendekatan yang dikenala sebagai analisis
dampak pengakuan kepentingan. Pertimbangan keempat – motivasi pembuatan
keputusan, merupakan suatu pendekatan yang dikenal sebagai etika kebijakan.

Pendekatan Filosofis – Sebuah ikhtisar : konsekuensialisme ( utilitarianisme ),


Dentologi, dan Kebijakan
Masing – masing dari tiga pendekatan memberikan kontribusi yang berbeda –
beda dalam menghasilkan pendekatan yang berguna dan dapat dipertahankan untuk
pengambilan keputusan etis dalam bisnis atau kehidupan pribadi. Namun karena beberapa
prinsip dan teori filosofi bertentangan dengan aspek lain dan tanpak bertentangan dengan
praktik bisnis yang diterima, khususnya dalam beberapa budaya diseluruh dunia akan
lebih baik jika menggunakan pertimbangan yang dilihat dari berbagai sudut pandang (
pertimbangan ) yang ditunjukan oleh ketiga pendekatan fisafat untuk menentukan
etikalitas suatu tindakan, dan panduan pilihan yang harus dibuat. Masing – maing dari
tiga pendekatan tersebut berfokus pada konsep yang berbedadari sebuah tindakan yang
benar.

1. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi


Konsekuensialisme bertujuan untuk memaksimalkan hasil akhir dari sebuah
keputusan. Pendekatan ini sangat penting untuk keputusan etis yang baik dan pemahaman
itu akan menjadi bagian dari pendidikan sekolah bisnis terakreditasi AACSB dimasa
depan. Menurut AACSB:

“Pendekatan Konsekuensialis mengharuskan pelajar untuk menganalisis keputusan


dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk mencapai
sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar. “

Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi
positif lebih besar dari pada konsekuensi negatif. Selain itu, beberapa percaya bahwa
hanya tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bersih minus konsekuensi
negatiflah yang secara moral benar atau etis.
Para ahli juga membahas :

 Kosekuensi mana yang harus dihitung


 Bagaimana cara menghitungnya
 Siapa saja yang pantas untuk disertakan dalam satuan pengakuan kepentingan
yang harus dipertimbangkan.

Utilitarianisme klasik – terkait dengan utilitas secara keseluruhan – mencangkup


keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat persial dalam pengambilan
keputusan etis dalam konteks sebuah bisnis profesional, atau organisasi.
Konsekuensialisme, bagaimana juga mengacu pada sub bagian dari varian yang
didefinisikan untuk menghindari pengukuran yang salah atau permasalahan lain, atau
dalam rangka membuat proses menjadi lebih relevan dengan tindakan, keputusan, atau
konteks yang terlibat. Oleh karena fokus konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus
pada hasil atau “ akhir “ dari suatu tindakan, teori – teori tersebut sering dianggap sebagi
teleologis.

2. Deontologi
Dalam artian bahwa deontologis berfokus pada kewajiban atau tugas memotivasi
keputusan atau tindakan, bukan pada konsekuensi dari tindakan. Etika dentologi
mengambil posisi bahwa kebenaran bergantung pada rasa hormat yang ditunjukan dalam
tugas, serta hak dan keadilan yang dicerminkan oleh tugas –tugas tersebut. Akibatnya :

Suatu pendekatan dentologis mengangkat isu – isu yang berkaitan dengan tugas, hak,
serta pertimbangan keadilan dan mengajarkan para mahasiswa untuk menggunakan
standar moral, prinsip, dan aturan-aturan sebagai panduan untuk membuat keputusan
etis yang baik.

Penalaran deotologis sebagaian besar didasrkan pada pemikiran Immanuai Kant


(1964). Ia beragumen bahwa seseorang yang rasional membuat keputusan mengenai apa
yang baik untuk dilakukan, akan mempertimbangkan tindakan apa yang baik untuk
dilakukan oleh semua anggota masyarakat.

3. Etika Kebajikan
Etika kebajikan berkaitan dengan aspek yang memotivasi karakter moral yang
ditunjukan oleh para pengambil keputusan. Tanggung Jawab – khususnya kesalahan atau
layak dianggap salah – baik moralitas dan hukum, memiliki dua dimensi : Actus Reus (
tindakan yang salah ) dan Mens Rea ( pikiran yang salah ). Konsekuensialisme, yang
dipelajari sebelumnya, dikatakan sebagai “ berpusat pada tindakan “ dari pada “ berpusat
pada agen “ sebagaimana deontologi dan etika kebajikan.
Menurut AACSB :

Etika kebajikan berfokus pada karakter atau intergritas moral para pelaku dan melihat
pada moral masyarakat, seperti masyarakat profesional, untuk membantu
mengidentifikasi isu – isu etis dan panduan tindakan etis.

Kebijakan adalah karakter yang membuat orang yang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Bagi Aristoteles, kebijak memperoleh
seseorang untuk membuat keputusan yang waja. Kebijaksanaan adalah kunci kebajikan
dalam menentukan pilihan yang tepat diantara pilihan – pilihan yang ekstrem.

Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas Sebuah Keputusan
Pendekatan filosofi memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan
bantuan yang berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professionaltidak
menyadari bagaimana dan mengapa demikian.
Tabel 4.2 Sniff Test Untuk Pengambilan Keputusan Etis

o Akankah sya merasa nyaman jika tindakan atau keputusan ini


munculdihalaman depan surat kabar nasional besok pagi?
o Akankah saya bangga dengan keputusan ini?
o Akankah ibu saya bangga dengan keputusan ini?
o Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan misi dank ode etik
perusahaan?
o Apakah hal ini terasa benar bagi saya?
Tabel 4.3 Aturan Praktis Untuk Pengambilan Keputusan Etis

 Golden Rule: Perlakuan orang lain seperti anda ingin diperlakukan


 Peraturan pengungkapan: jika anda merasa nyaman dengan tindakan
ataukeputusan setelah bertanya pada diri sendiri apakah anda akan
keberatan jikasemua rekan, teman, dan keluarga anda meyadari hal itu,
maka anda harus bertindak atau memutuskan.
 Etika intuisi: lakukan apa yang ”firasat anda” katakan untuk anda
lakukan.
 Imperatif Kategoris: jangan mengadopsi prinsip-prinsip tindakan,
kecuali prinsip-prinsip tersebut dapat, tanpa adanya inkonsistensi,
diadopsi oleh oranglain.Etika profesi: lakukan hanya apa yang bisa
anda jelaskan didepan komite darirekan-rekan professional anda.
 Prinsip Utilitarian: lakukan “yang terbaik untuk jumlah terbesar”.
 Prinsip kebajikan: lakukan apa yang menujukkan kebajikan yang
diharapkan.
Direktur, eksekutif, dan akuntan profesional bagaimanapun, telah
mengembangkan tes dan aturan praktis yang dapat digunakan untuk menilai etikalitas
keputusan dalam tahapan awal. Tes cepat ini sering disebut dengan “sniff test”. Sniff test
yang umumnya diterapkan dapat dilihat tabel 4.2.

Jika salah satu tes cepat hasilnya negatif, karyawan diminta untuk mencari
seorang pengawas etika untuk berkonsultasi atau melakukan analisis penuh terhadap
tindakan yang diusulkan. Sedangkan tabel 4.3 merupakan sebagai aturan penting,
menurut manajer yang mempraktikannya.

Analisis Dampak Pemangku Kepentingan – Perangkat Komprehensif untuk


Menilai Keputusan dan Tindakan.
1. Gambaran Umum
Sejak john stuart mill mengembangkan konsep utilitarianisme pada tahun1861,
suatu pendekatan yang diterima untuk penilaian keputusan dan tindakan yangdihasilkan
telah dipakai untuk mengevaluasi atau konsekuensi dari tindakan. Bagikebanyakan
pengusaha, evaluasi ini sebelumnya didasarkan pada dampak keputusanitu terhadap
kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya dampak tersebut telah
diukur dalam bentuk keuntungan atau kerugian yang timbul,karena laba telah menjadi
ukuran tingkat kebaikan yang ingin di maksimalkan oleh para pemegang saham.

Padangan tradisional megenai akuntabilitas perusahaan baru-baru ini


telahdimodifikasi menjadi dua cara. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang
sahamhanya ingin dimaksimalkan keuntungan jangka pendek tampaknya merupakan
fokusyang terlalu sempit. Kedua, hak-hak dan klaim dari mayoritas kelompok bukan
pemegang saham, seperti karyawan, konsumen, pemasok, kreditor pemerhati lingkungan,
masyarakat lokal, dan pemerintah yang memiliki kepentingan atauinteres dalam hasil
keputusan atau pada perusahaan itu sendiri, telah diselaraskan dengan status dalam
pengambilan keputusan perusahaan.

2. Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan.


Untuk memfokuskan analisis dan pengambilan keputusan pada dimensietika:

a) Kepentingan mereka harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari


keputusantersebut.
b) Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban.
c) Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap pemangku
kepentingan, termasuk hak pengambilan keputusan.
d) Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik- baiknya.

Nilai pertama berasal dari konsekuensialisme, nilai kedua, ketiga, dankeempat


dari deontologi dan etika kebajikan. Untuk tingkat tertentu, kepentingan dasar ini harus
didukung dengankenyataan yang dihadapi oleh pengambil keputusan. Dalam syarat
pemangku untuk perdagangan dan untuk memahami bahwa keputusan bisa meningkatkan
kekayaansemua pemangku kepentingan sebagai kelompok, bahkan jika beberapa
individu secara pribadi menerima efek yang buruk, kepentingan dasar ini harus
dimodifikasi untuk berfokus pada kekayaan pemangku kepentingan dari pada hanya
perbaikan mereka.

Modifikasi ini menunjukkan pergeseran dari utilitarianisme menjadi


konsekuensilianisme. Setelah fokus pada perbaikan telah beralih menjadi kekayaan,
kebuthna untukmenganalisis dampak keputusan dalam kaitannya dengan empat
kepentingan dasar menjadi jelas. Keputusan yang tidak menunjukkan karakter, integritas,
ataukeberanian yang diharapkan akan dicurigai(secara etis) oleh para pemangku
kepentingan. Akibatnya, keputusan yang diusulkan dapat dinyatakan tidak etis jikatidak
memberikan manfaat bersih, tidak adil, atau meninggung hak pemangkukepentingan
termasuk ekspetasi yang wajar untuk perilaku baik. Pengujian terhadap keputusan yang
diusulkan dengan satu prinsip saja jelas picik, dan biasanya menghasilkan diagnosis yang
salah.

3. Pengukuran Dampak Yang Dapat Diukur

 Laba

Laba merupakan dasar untuk kepentingan pemegang saham dan sangat penting
untuk kelangsungan hidup dan kesehatan perusahaan kita. Di masa inflasi,laba
merupakan hal yang penting untuk menggantikan inventori pada harga tinggi yang
diperlukan. Untungnya, pengukuran laba dikembangkan dengan baik dan hanya
dibutuhkan beberapa pendapat tentang penggunaannya dalam pengambilan keputusan
etis.
 Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Dapat Langsung Diukur

Ada dampak dari keputusan perusahaan dan kegiatan yang tidak


dimasukkandalam penentuan laba perusahaan yang menyebabkan dampak. Sebagai
contoh, ketika sebuah perusahaan melakukan pencemaran, biaya pembersihan biasanya
dikeluarkanoleh individu, perusahaan, atau kota yang terletak di hilir atau arah angin.
Biaya tersebut disebut sebagai eksternalitas, dan dampaknya dapat diukur langsung oleh
biaya pembersihan yang dilakukan oleh orang lain.

 Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Tidak Dapat Langsung Diukur

Eksternalitas lain muncul ketika biaya tersebut dimasukkan dalam penentuan laba
perusahaan, tetapi ketika manfaatnya dinikmati oleh orang-orang diluar perusahaan.
Sumbangan atau beasiswa adalah contoh eksternalitas, dan tentunya akanmenarik untuk
memasukkan perkiraan manfaat yang terlibat dalam keseluruhan evaluasi keputusan yang
diusulkan. Masalahnya adalah bahwa baik keuntunganmaupun biaya beberapa dampak
negatif, seperti berkurangnya kesehatan yang diderita orang karena menyerap polusi,
dapat diukur secara langsung, tetapi mereka harus dimasukkan dalam penilaian secara
keseluruhan.
 Membawa Masa Depan Ke Masa Kini

Teknik untuk membawa dampak keputusan masa depan ke dalam analisistidak


sulit. Hal ini ditangani secara paralel dengan analisis penganggaran modal, dimana nilai-
nilai masa depan didiskontokan pada tingkat bunga yang mencerminkantingkat suku
bunga yang diharapkan di masa mendatang. Pendekatan ini ditunjukkan sebagai bagian
dari analisis biaya-manfaat. (ABM) dalam Brooks (1979).Pendekatan nilai bersih masa
kini :

Nilai Bersih Masa Kini = Nilai Keuntungan Bersih Masa Kini – Nilai Biaya Masa
Kini Usualan Tindakan

Sering kali, eksekutif yang telah belajar keras untuk tetap berfokus
padakeuntungan jangka pendek akan menolak gagasan untuk memasukkan eksternalitas
dalam analisis mereka. Bagaimanapun, apa yang dianjurkan di sini bukan berarti mereka
meninggalkan keuntungan jangka pendek sebagai sebuah ukuran, tetapi mereka juga
mempertimbangkan dampak bahwa eksternalitas saat ini memiliki kesempatan besar
dalam memengaruhi perusahaan baru di masa depan. Apa yang diperkenankan pada
analisis biaya-manfaat bagi pembuat keputusan adalah untuk membawa manfaat dan
biaya masa depan ke masa kini agar dapat di analisis secara lebih lengkap dari sebuah
keputusan.
 Menangani Ketidakpastian Hasil
Sama seperti dalam analisis penganggaran model ada perkiraan yang tidak pasti
namun berbagai teknik dikembangkan untuk memasukan ketidakpastian ini ke dalam
analisi keputusan yang diusulkan. Sebagai contoh, analisis dapat didasarkan pada
perkiraan terbaik, dalam tiga kemungkinan, atau dalam nilai-nilai yang diharapkan,
dimana dikembangkan dari sebuah simulasi komputer. Semua merupakan nilai-nilai yang
diharapkan, yang merupakan kombinasi dari nilai dan kemungkinan terjadinya.

Nilai Hasil Yang Diharapkan = Nilai Hasil x Kemungkinan Terjadinya Hasil


Kemungkinan dari rumusan nilai yang diharapkan ini adalah kerangka kerja analisis biaya
manfaat dapat dimodifikasi untuk menyertakan risiko yang terkait dengan hasil.
Pendekatan baru ini disebut sebagai analisis risiko manfaat (RBA), dan dapat diterapkan
dimana hasil berisiko ditemukan dalam kerangka :

Nilai Yang Diharapkan dari Manfaat Bersih = Nilai Masa Kini yang Diharapkan –
Nilai Masa Kini dari Biaya Masa Datang
 Identifikasi dan Peringkat Pemangku Kepentingan

Pengukuran laba, yang ditambahkan oleh eksternalitas yang didiskontokan ke masa


sekarang dan difaktorkan oleh risiko hasil, lebih berguna dalam menilai keputusan yang
diusulkan jika dibandingkan dengan hanya dari keuntungan saja. Namun demikian,
manfaat dari analisis dampak pemangku kepentingan bergantung pada identifikasi penuh
semua pemangku kepentingan dan kepentingan mereka, serta apresiasi yang penuh
terhadap signifikansi dampaknya pada posisi masing-masing. Ada saat-saat dimana,
misalnya ketika penambahan manfaat sederhana dan biaya tidak sepenuhnya
mencerminkan pentingnya pemangku kepentingan atau dampak yang terlibat, seperti
ketika kapasitas pemangku kepentingan dalam menahan dampak yang rendah. Sebagai
contoh, jika pemangku kepentingan tergolong miskin, ia tidak mampu melakukan
tindakan pengobatan, atau mungkin memiliki simpanan yang sangat sedikit sehingga
anggota keluarga lainnya mungkin anak-anak akan menderita. Kekuatan keuangan yang
relatif tidak hanya memberikan alasan untuk membuat peringkat kepentingan para
pemangku kepentingan. Bahkan ada beberapa alasan yang lebih menarik, termasuk
dampak dari tindakan yang diusulkan pada kehidupan atau kesehatan pemangku
kepentingan arau pada beberapa aspek flora, fauna atau lingkungan kita yang berada pada
ambang bahaya atau kepunahan. Dorongan du penelitian terbukti cukup berguna dalam
mengidentifikasi dan memahami kelompok-kelompok pemangku kepentingan dan
interaksi mereka.

Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikuantifikasi


 Keadilan di Antara Para Pemangku Kepentingan

Meskipun harapan mendapatkan perlakuan yang adil merupakan hak setiap


individu dan kelompok sehingga dapat berharap dengan pantas untuk menerimannya, hal
ini diperlakukan secara terpisah mengingat pentingnya sebuah pengambilan keputusan
etis. Kepedulian atas perlakuan yang adil telah menjadi perhatian masyarakat baru-baru
ini mengenai isu-isu seperti diskrimasi terhadap perempuan dan hal lainnya yang
menyangkut perekrutan, promosi, dan pembayaran. Akibatnya, keputusan akan dianggap
tidak etis kecuali jika dipandang wajar oleh semua pemangku kepentingan.
 Hak Pemangku Kepentingan

Sebuah keputusan hanya akan dianggap etis jika dampaknya tidak mengganggu hak para
pemangku kepentingan, dan hak si pembuat keputusan. Nilai yang terakhir ini dapat
dilihat dalam kasus keputusan yang dibuat oleh para eksekutif yang menganut nilai-nilai
yang membuat mereka tersinggung oleh isu pekerja di bawah umur atau rendahnya
standar keselamatan kerja di negara-negara berkembang. Para eksekutif yang membuat
keputusan merupakan pemangku kepentingan hak mereka sendiri.
Analisi Dampak Pemangku Kepentingan : Pendekatan Tradisional Pengambilan
Keputusan
 Pendekatan 5-Pertanyaan Tradisional

Keputusan yang diusulkan ditantang dengan mengajukan semua pertanyaan. Jika


respon negatif timbul ketika lima pertanyaan diajukan/dipertanyakan, maka
pengambil/pembuat keputusan dapat mencoba untuk merivisi tindakan yang diusulkan
untuk menghapus dan/atau mengimbangi jawaban negatif itu. Apabila proses revisi
berhasil, maka usulan menjadi etis. Jika tidak, proposal harus ditinggalkan karena tidak
etis. Bahkan jika tidak ada tanggapan negatif ketika pertanyaan ditanyakan di awal,
sebuah upaya harus dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang diusulkan menggunakan
lima pertanyaan sebagai panduan.
 Pendekatan Standar Moral Tradisional

Pendekatan standar moral untuk analisis dampak pemangku kepentingan secara langsung
atas tiga kepentingan mendasar dari para pemangku kepentingan yang diidentifikasi. Hal
ini agak lebih umum daripada fokus dari pendekatan 5-pertanyaan, dan mengarahkan
pengambil keputusan untuk membuat analisis yang berbasis lebih luas pada manfaat
bersih bukan hanya probabilitas, sebagai tantangan pertama keputusan yang diusulkan.
Akibatnya, pendekatan ini menawarkan kerangka kerja yang lebih sesuai dengan
pertimbangan keputusan yang memiliki dampak yang signifikan di luar perusahaan.
 Pendekatan Pastin Tradisional

Dalam bukunya, The Hard Problems of Management: Gaining the Ethical Edge, Mark
Pastin (1986) menyajikan gagasan tentang pendekatan yang tepat untuk analisis etika,
yang melibatkan pemeriksaan terhadap empat aspek kunci etika. Konsep etika aturan
dasar untuk menangkap gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan
dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang
diharapkan. Jika keputusan dianggap menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan akan
terjadi kekecewaan atau balas dendam. Konsep aturan etika digunakan untuk menunjukan
nilai aturan yang muncul akibat penggunaan prinsip-prinsip etis yang valid terhadap
dilema etika.

Pendekatan Filosofis dan Analisis Dampak Pemangku Kepentingan


Pendekatan filosofis – konsekuensialisme, deontologi, dan etika kebajikan
menjadi landasan, dan harus selalu diingat untuk menginformasikan dan memperkaya,
analisi ketika menggunakan tiga pendekatan dampak pemangku kepentingan. Selanjutnya
pendekatan analisis dampak pemangku kepentingan yang digunakan harus memberikan
pemahaman tentang fakta-fakta, hak, kewajiban, dan keadilan yang telibat dalam
keputusan atau tindaka yang penting untuk analisis etika yang tepat dan motivasi,
kebajikan, dan karakter yang diharapkan.
Oleh karena itu, dalam analisis yang efektif dan komprehensif terhadap etikalitas
suatu keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan filosofis tradisional harus
meningkatkan model pemangku kepentingan, dan sebaliknya.

Memodifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Dampak Pemangku Kepentingan:


Menilai Motivasi Kebajikan yang Diharapkan, dan Sifat Karakter
 Mengapa Mempertimbangkan Harapan Motivasi dan Perilaku?

Suatu analisis etika yang komprehensif harus melebihi pendekatan tradisional Tucker,
Velasquez, dan Pastin untuk menggabungkan penilaian tentang motivasi, kebajikan, dan
karakter yang terlibat dalam perbandingan dengan apa yang diharapkan oleh para
pemangku kepentingan. Sayangnya seperti skandal yang terlihat dalam baru baru ini
terjadi, para pengambil keputusan di masa lalu tidak mengenali pentingnya pemangku
kepentingan akan kebajikan.
 Penilaian Etis Motivasi dan Perilaku

Beberapa aspek perilaku etis diidentifikasi sebagai indikasi mens rea ( pikiran
bersalah), yang merupakan salah satu dati dua dimensi tanggung jawab, kemungkinan
melakukan kesalahan, atau perasaan bersalah. Proses penilaian dampak pemangku
kepentingan akan menawarkan kesempatan untuk menilai motivasi yang mendasari
keputusan tindakan yang diusulkan.

Permasalahan lainnya dalam Pengambilan Keputusan Etis

 Masalah Bersama

Istilah masalah bersama mengacu pada kesenjangan atau mengeitahui


penggunaaan aset atau sumber daya dimiliki bersama secara berlebihan. Konsep pertama
ini muncul ketika penduduk desa di Inggris menggembala ternak (mereka) secara
berlebihan (overgrazed) di atas tanah yang dimiliki bersama, atau bersama-sama dengan
orang lain di desa, dan istilah bersama ini digunkaan untuk mengidentifikasi jenis padang
rumput.

 Mengembangkan Aksiyang Lebih Etis


Perbaikan –yang berulang-ulang adalah salah satu keuntungan dari menggunakan
kerangka kerja EDM yang diusulkan. Menggunakan serangkaian pendekatan filosofis, 5-
pertanyaan, standar moral, pastin atau Pendekatan bersama yang memungkinkan aspek-
aspek tidak etis dari sebuah keputusan dapat diidentifikasi, kemudian dimodifikasi secara
berulang-ulang untuk memperbaiki dampak keseluruhan dari keputusan tersebut.

 Kekelituan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis


Menghindari perangkap umum pengambilan keputusan etis sangatlah penting.
Pengalaman menunjukan bahwa para pengambil keputusan secara berulang-ulang
membuat kesalahan berikut :

• Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis.


• Salah menafsirkan harapan masyarakat.
• Berfokus pada keuntungan jangka pendek dqan dampak pada
pemegang saham.
• Berfokus hanya pada legalitas.
• Batas keberimbangan
• Batas untuk meneliti hak.
• Konflik kepentingan
• Keterkaitan diantara pemangku kepentingan]
• Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku
kepentingan
• Kegagalan untuk membuat peringkat kepentingan tertentu para
pemangku kepentingan.
• Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi keputusan.

Sebuah Kerangka Kerja Komprehensif Pengambilan Keputusan Etis


Pendekatan EDM komprehensif harus mencakup empat pertimbang, hal ini dapat
dicapai dalam analisis filosofis, analisis dampak pemangku kepentingan, atau analisis
gabungan.

 Ringkasan Langkah-langkah untuk sebuah Keputusan Etis


Pengalaman menunjukan bahwa dengan menyelesaikan tiga langkah berikut
menyediakan dasar untuk menantang keputusan yang diusulkan

1. Identifikasi fakta dan semua kelompok pemangku serta kepentingan yang


mungkin akan terpengaruh.
2. Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan
mereka, identifikasi yang paling penting dan lebih mempertimbangkan
mereka dalam analisis.
3. Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan

Akan sangat membantu untuk mengorganisasikan anlisis keputusan etis menggunkana


tujuh langkah yang digarisan oleh American Accounting Association (1993) sebgai
berikut :

1) Tentukan fakta—apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana.


2) Menetapkan isu etis
3) Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan, dan nilai-nilai
4) Tentukan alternatif
5) Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul keputusan yang
jelas.
6) Menilai konsekuensi
7) Membuat keputusan anda.
Daftar Pustaka

Brooks, Leonard J. Dan P. Dunn. Business and professional ethics for directors,
executives and accountant. Edisi 5. 2012, Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai