BAB I, II, Dan III
BAB I, II, Dan III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Penambahan bab apa saja yang ada pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 terhadap Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999.
Mengapa harus dilakukan penambahan bab dalam Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
C. Tujuan
Mengetahui penambahan bab apa saja yang ada pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 terhadap Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999.
Mengetahui alasan penambahan bab dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dari tabel diatas, dapat kita ketahui adanya penambahan dalam Undang-
Undang jasa kosntruksi yang baru. Penambahan ini dilakukan karena dalam
peraturan yang lama ada bab-bab yang tidak diatur secara rinci. Contohnya bab
yang mengatur tentang tanggung jawab dan kewenangan, bab yang mengatur
tentang keamanan, kesehatan dan keberlanjutan konstruksi, bab yang mengatur
tentang tenaga kerja konstruksi dan bab yang mengatur tentang sistem informasi
jasa konstruksi.
3
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, penghancuran,
dan/atau pembuatan kembali;
c. dilaksanakannya suatu proses pembangunan, pemeliharaan,
penghancuran, dan/atau pembuatan kembali;
d. penggunaan material dan/atau peralatan; dan/atau
e. diterimanya hasil layanan Jasa Konstruksi.
2. Standar Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan paling sedikit meliputi:
a. Standar mutu bahan;
b. Standar mutu peralatan;
c. Standar prosedur keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja;
d. Standar prosedur pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
e. Standar mutu hasil pekerjaan konstruksi;
f. Standar operasi dan pemeliharaan;
g. Spedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
h. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Standar Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan untuk setiap produk
konstruksi diatur oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri teknis
terkait.
4
4. Sertifikat kompetensi kerja diperoleh melalui uji kompetensi oleh lembaga
sertifikasi profesi dan diregistrasi oleh Menteri. Tenaga kerja konstruksi
berhak atas imbalan yang layak atas layanan jasa yang diberikan sesuai
standar remunerasi minimum yang ditetapkan oleh menteri.
5. Lembaga sertifikasi profesi dibentuk oleh Asosiasi Profesi Terakreditasi
dan lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat.
6. Lembaga Sertifikasi Profesi diberikan lisensi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan setelah mendapat rekomendasi Menteri.
7. Tata cara akreditasi asosiasi profesi dan tata cara Menteri melakukan
sertifikasi kompetensi kerja akan diatur dalam Peraturan Menteri.
5
Sistem informasi jasa konstruksi tersebut dikelola oleh Pemerintah Pusat
bekerja sama dengan BSRJK. Untuk pembiayaan yang diperlukan dalam
pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi dibebankan kepada anggaran
pendapatan dan belanja negara, sehingga menghasilkan pembiayaan yang tepat
sasaran dan mengoptimalkan anggaran tersebut menjadi suatu konstruksi yang
bermutu.
6
BAB III
KESIMPULAN
Dalam bab III pasal 4 s.d pasal 10 semua pasalnya telah selaras dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Isi dari
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah adalah
pembagian urusan pemerintahan absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan
pemerintahan umum. Pada Undang-Undang Jasa Konstruksi No.18 tahun 1999
tidak terdapat aturan yang membagi tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki
Pemerintahan.
7
DAFTAR PUSTAKA