Anda di halaman 1dari 27

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep motivasi
1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu (Purwanto, 2010). Motivasi adalah
karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang (Slameto, 2010). Motivasi adalah adalah
karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam
Nursalam, 2008)
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi
ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik
yang menampakkan perilaku-perilaku manusia (Swanburg, 2001).
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu
atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di
kehendaki (Winardi, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli, dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dalam diri
seseorang yang secara sadar menyebabkan seseorang melakukan
sesuatu untuk untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki.

http://digilib.unimus.ac.id
10

2. Teori motivasi
Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2010):
a. Teori hedonisme
Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau
kenikmatan, menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori
ini adalah adanya anggapan bahwa orang akan cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau mengandung
resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan
kesenangan baginya.
b. Teori naluri
Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu
pokok yang dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri)
mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri) mengembangkan
diri, nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.
c. Teori reaksi yang dipelajari
Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tid
ak berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku
yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup.
Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau pendidik akan
memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik
hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan
orang-orang yang dipimpinnya.
d. Teori pendorong
Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi
yang dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya
suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang
umum. Oleh karena itu, menurut teori ini bila seseorang memimpin
atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus
berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi
yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.

http://digilib.unimus.ac.id
11

e. Teori kebutuhan
Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh
manusia pada hakekatnya adalah kebutuhan fisik maupun psikis.
Oleh karena itu menurut teori ini apabila seseorang bermaksud
memberikan motivasi pada orang lain, ia harus mengetahui terlebih
dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dimotivasinya.
Sebagai pakar psikologi, Maslow dalam Purwanto (2010)
mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia.
Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang
dimaksud adalah :
1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki
Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak
dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.
a) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
b) Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi.
d) Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas.
e) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan
seksual.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and Security)
adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun
psikologis, kebutuhan meliputi :
a) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas,
kecelakaan dan infeksi
b) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru
dan asing.

http://digilib.unimus.ac.id
12

3) Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain :


a) Memberi dan menerima kasih sayang
b) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang
lain
c) Kehangatan dan penuh persahabatan
d) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok
serta lingkungan sosial.
4) Kebutuhan harga diri
a) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
b) Kompeten
c) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization)
Kebutuhan seperti antara lain kebutuhan mempertinggi
potensi–potensi dan ekspresi diri meliputi:
a) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan
memahami potensi diri)
b) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
c) Tidak emosional
d) Mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Uno, 2007).
3. Tujuan motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2010).
Sunaryo (2002) mengemukakan tujuan motivasi adalah
meningkatkan moral dan kepuasan kerja, meningkatkan kerja,
meningkatkan kedisiplinan, menciptakan suasana dan hubungan kerja
yang baik, mempertinggi rasa tanggung jawab perawat terhadap tugas-
tugasnya.

http://digilib.unimus.ac.id
13

Dari beberapa pengertian tujuan motivasi dapat diambil


kesimpulan tujuan motivasi adalah memberikan dorongan atau
penggerak bagi diri seseorang supaya timbul kemauan untuk berbuat
sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Unsur-unsur motivasi
Uno (2007) mengemukakan, unsur-unsur motivasi berasal dari
dalam diri seseorang yaitu berupa keadaan yang tidak puas atau
ketegangan psikologis ini bisa muncul oleh karena keinginan-
keinginans untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, serta berbagai
macam kebutuhan lainnya. Dan motivasi berasal dari luar yaitu yang
ingin dicapai seseorang, tujuan itu sendiri berada diluar diri seseorang
itu namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapainya.
Unsur-unsur motivasi adalah: merupakan suatu tenaga dinamis
manusia dan munculnya memerlukan rangsangan baik dari dalam
maupun dari luar, motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang
penuh emosi, motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa
alternatif pencapaian tujuan, motivasi berhubungan erat dengan
kebutuhan dalam diri (Purwanto, 2010).
5. Fungsi motivasi
Siagian (2001) menyebutkan beberapa fungsi motivasi, yaitu:
a. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat.
Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu. Motivasi akan menuntut individu untuk
melepaskan energi dalam kegiatannya.
b. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan
Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang
benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai.

http://digilib.unimus.ac.id
14

c. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan


Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.
d. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.
6. Jenis Motivasi
Motivasi terdiri atas motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik
dan motivasi terdesak. Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik
adalah motivasi yang datangnya dari dalam diri individu. Motivasi
ekstrinsik merupakan motivasi yang datangnya dari luar diri individu.
Sedangkan motivasi terdesak merupakan motivasi yang muncul dalam
kondisi terjepit dan muncul serentak dan cepat sekali (Nursalam,
2008).
Suparyanto (2010) mengklasifikasikan motivasi menjadi dua,
yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri seseorang, seperti
sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita dan aspek lain yang
secara internal melekat pada diri seseorang. Sedangkan motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri
seseorang seperti kondisi lingkungan, adanya ganjaran berupa hadiah
(reward) atau hukuman (punishment) merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik
dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Motivasi yang berasal dari dalam diri yaitu yang didorong oleh faktor
kepuasan dan ingin tahu. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas
dasar kemauan sendiri, yang kemudian disebut juga dengan motivasi
intrinsik. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar yaitu perangsang
http://digilib.unimus.ac.id
15

ataupun stimulus dari luar (sebagai contohnya ialah nilai, hadiah serta
bentuk-bentuk penghargaan lainnya) adalah motivasi ekstrinsik. Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari
luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu
aktifitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi
eksktrinsik ini dapat dirangsang dengan bentuk-bentuk seperti pujian,
insentif, hadiah, dan lain-lain (Winkle, 2004)
Uno (2007) meneyebutkan jenis-jenis motivasi atas dasar
pembentukannya terdiri atas:
a. Motivasi bawaan
Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk
hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk
terhindar dari penyakit. Motivasi ini terus berkembang sebagai
konsekuensi logis manusia.
b. Motivasi yang dipelajari
Motivasi jenis ini akan ada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
c. Motivasi kognitif
Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena
adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat
individualistik.
d. Motivasi ekpresi diri
Motivasi individu dalam melakukan kegiatan bukan hanya untuk
memuaskan kebutuhan saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana
individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan
tersebut.

http://digilib.unimus.ac.id
16

e. Motivasi aktualisasi diri


Rowling dengan Harry Potternya telah berhasil membuktikan
bahwa dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna
buat pembaca. Tulisannya menjadi sumber inspirasi bahkan jutaan
orang, bahwa motivasi menulis bukan semata memuaskan hobi saja
melainkan bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri.

B. Konsep Pendidikan Keperawatan


1. Keperawatan
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian
keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko
sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu,
kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-
spriritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Kusnanto, 2003).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan
adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic
dan professional, holistic berdasarkan ilmu keperawatan, standart
pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi
perawat professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .

http://digilib.unimus.ac.id
17

2. Definisi Pendidikan Keperawatan


Pendidikan adalah suatu proses penyadaran yang terjadi karena
interaksi berbagai faktor yang menyangkut manusia dan potensinya,
serta alam lingkungan dan kemungkinan-kemungkinan didalamnya.
Pendidikan dalam bidang keperawatan merupakan proses penyadaran
dan penemuan diri sebagai insan keperawatan, yang memiliki
kematangan dalam berfikir, bertindak, dan bersikap sebagai perawat
yang profesional, sehingga ia mampu menjawab berbagai tantangan
dalam kehidupan pribadi maupun profesinya (Kusnanto, 2003)
Keperawatan bukan merupakan kumpulan keterampilan
spesifik dan sederhana saja. Berdasarkan pilar strategi pembangunan
kesehatan yang ditetapkan Depkes, pada poin yang kedua :
profesionalisme, yaitu melalui “Pengambangan Sistem Pendidikan
Tinggi Keperawatan” dalam upaya mewujudkan keperawatan sebagai
profesi di Indonesia. Hal ini bertujuan memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, dan perlu
didukung oleh sumber daya pelaksana kesehatan, termasuk didalamnya
tenaga keperawatan yang cukup, baik dalam jumlah maupun kualitas
melalui Pendidikan Tinggi Keperawatan (Nursalam, 2008).
Di Indonesia sudah mulai dikembangkan pendidikan Ners,
yang mana pendidikan ini bersifat akademik-profesi, yang dalam
pelaksanaannya terdiri dari 2 (dua) tahapan, yaitu pendidikan
akademik dan profesi. Program pendidikan ini mengacu pada
paradigma keperawatan yang disepakati di Indonesia dan mempunyai
landasan ilmu pengetahuan dan landasan keprofesian yang kokoh
(Dikti, 1998).

http://digilib.unimus.ac.id
18

3. Sistem pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia


Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun
1983 telah menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang
mengakui keperawatan di Indonesia sebagai profesional dan
pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, pendidikan
keperawatan juga mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu
pendidikan. Pendidikan keperawatan yang dahulu adalah pendidikan
dasar atau menengah kini telah meningkat pada jenjang pendidikan
tinggi. Saat ini masih banyak variasi pendidikan keperawatan di
Indonesia, jenjang pendidikan keperawatan yang utama adalah Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK), Akademi atau Pendidikan Ahli Madya
Keperawatan/Politeknik dengan 3 tahun program diploma
keperawatan, dan Program Studi Ilmu Keperawatan yang menawarkan
program strata 1 keperawatan (S1 keperawatan) dan S2 terkait dengan
keperawatan (Priharjo R, 2005).
Menurut Nursallam (2008), sistem pendidikan tinggi di
Indonesia dijelaskan sebagai berikut:
a. Program pendidikan DIII keperawatan
Program pendidikan DIII keperawatan yang meluluskan
perawat generalis sebagai perawat vokasional (Ahli Madya
Keperawatan) berlandaskan keilmuan dan keprofesian yang kokoh.
Sebagai perawat vokasional atau profesional pemula harus
tetap memiliki tingkah laku dan kemampuan profesional serta
mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri
dibawah supervisi. Selain itu, mempunyai kemampuan mengelola
praktik keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia dengan
memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju dan tepat guna.
b. Program pendidikan Ners
Program pendidikan Ners menghasilkan lulusan perawat
Sarjana Keperawatan dan Profesional (Ners=”First Profesional
http://digilib.unimus.ac.id
19

Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional,


serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar (sampai
degan kerumitan tertentu) secara mandiri. Sebagai perawat
profesional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien
dan melakukan supervisi praktik keperawatan yang dilakukan oleh
perawat profesional pemula. Selain itu, juga dituntut untuk
memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan dengan memanfaatkan IPTEK, serta melakukan riset
keperawatan dasar dan penerapan sederhana. Program pendidikan
Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dan landasan
keprofesian yang mantap sesuai dengan sifat pendidikan profesi.
c. Program Magister Keperawatan
Program magister keperawatan menghasilkan perawat
ilmuwan dengan sikap dan tingkah laku dan kemampuan sebagai
ilmuwan keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan
memiliki kemampuan berikut ini:
1) Meningkatkan pelayanan profesi dengan penelitian dan
pengembangan.
2) Berpartisispasi dalam pengembangan bidang ilmunya.
3) Mengembangkan penampilannya yang lebih luas dengan
mengaitkan ilmu profesi yang serupa.
4) Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah
masayarakat dengan cara penalaran ilmiah (keputusan
Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3)
d. Program Pendidikan Ners Spesialis
Program Ners spesialis menghasilkan Magister
Keperawatan dan profesional ( ners spesialis, second profesional
degree) dengan sikap, tingkah laku, dan ketrampilan profesional,
serta mampu untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan
spesialistik.

http://digilib.unimus.ac.id
20

Berikut ini adalah gambar mengenai alur jenjang


pendidikan keperawatan secara profesional:

S3/DOKTOR

Ners Spesialis
S2/Magister Ilmu
Keperawatan
Program Ners
Spersialis (M.Kep)

PROFESI (Ners/Ns)

S1 KEPERAWATAN

(S.Kep)

AKPER/DIII
SMU/SPK
KEPERAWATAN

Sumber: Nursallam (2004)


4. Tujuan Pendidikan Keperawatan
Tujuan dari pendidikan keperawatan menurut (Nursallam,
2008) adalah:
a. Menumbuhkan dan membina sikap serta tingkah laku profesional
yang sesuai dengan tuntunan profesi keperawatan.
b. Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh, untuk
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan profesional,
mengembangkan diri pribadi dan ilmu keperawatan.
c. Menumbuhkan ketrampilan profesional, mencakup keterampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal.
d. Menumbuhkan dan membina landasan etik keperawatan yang
kokoh.

http://digilib.unimus.ac.id
21

5. Pendidikan berkelanjutan perawat


Pendidikan berkelanjutan perawat didefinisikan oleh ANA
(American Nurse Association) dalam Potter (2005) adalah sebagai
aktifitas pendidikan yang direncanakan bertujuan untuk membangun
dasar pendidikan dan pengalaman dari perawat profesional untuk
meningkatkan praktik, pendidikan, administrasi, penelitian, atau
pengembangan teori sampai akhirnya perbaikan kesehatan masyarakat.
Pengembangan pendidikan keperawatan sebaiknya dirancang
secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan
prinsip belajar seumur hidup bagi perawat yang mengabdi di
masyarakat. Pendidikan berkelanjutan ini dimaksudkan untuk
mempertahankan profesionalisme perawat baik melalui pendidikan
formal maupun non formal (Perry & Potter, 2005)
Dari pengertian tersebut, pendidikan berkelanjutan perawat
merupakan sesuatu hal yang dinamis untuk pengembangan teori dan
praktik perawat sebagai perawat profesional guna mempertahankan
dan meningkatkan kualitas dalam diri seorang perawat.
6. Tujuan pendidikan berkelanjutan
Perry & Potter (2005) menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan
berkelanjutan adalah: untuk menyiapkan perawat klinik mampu
meningkatkan asuhan keperawatan melalui perluasan ilmu
keperawatan, membantu perawat untuk mengembangkan ketrampilan,
pengetahuan, dan teori keperawatan terkini, untuk meningkatkan dan
mempertahankan praktik keperawatan, promosi dan uji coba
kepemimpinan dalam melakukan perubahan yang efektif dalam sistem
pelayanan kesehatan serta menjawab kebutuhan belajar profesional.

http://digilib.unimus.ac.id
22

C. Sistem Pengembangan Karir Perawat dan Standar Kompetensi


Perawat
1. Sistem Pengembangan Karir Perawat
Jenjang karier perofesional berbasis kompetensi dicapai melalui
pendidikan formal dan pendidikan berkelanjutan. Prinsip
pengembangan karier meliputi kualifikasi, penjenjangan, fungsi utama,
kesempatan, standar profesi dan komitmen pimpinan. Penjenjangan
karier profesional perawat secara umum meliputi:
a. Perawat Klinik (PK)
b. Perawat Manajer (PM)
c. Perawat Pendidik (PP)
d. Perawat Peneliti/Riset (PR)
Sistem promosi karier berdasarkan kualifikasi harus memenuhi
kriteria sebagai berikut sesuai dengan jenjang karir perawat:
a. Perawat Klinik I (Umum).
1) Pengalaman dan Pendidikan.
a) D III Keperawatan dengan pengalaman 1 tahun.
b) S1 Keperawatan dengan pengalaman 0 bulan.
2) Deskripsi
a) Memiliki kompetensi memberikan asuhan keperawatan
dasar.
b) Diperlukan supervisi dalam memberikan asuhan
keperawatan.
c) Berperan sebagai perawat dan pendidik bagi klien.
b. Perawat Klinik II (Dasar).
1) Pengalaman dan Pendidikan.
a) D III Keperawatan dengan pengalaman 3 tahun.
b) S1 Keperawatan dengan pengalaman 1 tahun.

http://digilib.unimus.ac.id
23

2) Deskripsi
a) Memiliki kompetensi memberikan asuhan keperawatan
dasar dalam lingkup medikal bedah, maternitas, pediatrik,
jiwa, komunitas, dan gawat darurat.
b) Diperlukan supervisi terbatas.
c) Berperan sebagai perawat dan pendidik bagi klien dan
keluarga serta pengelola dalam asuhan keperawatan.
c. Perawat Klinik III (Lanjut)
1) Pengalaman dan Pendidikan.
a) D III Keperawatan dengan pengalaman 6 tahun.
b) S1 Keperawatan dengan pengalaman 3 tahun.
c) Spesialisasi sesuai bidang dengan pengalaman nol.
2) Deskripsi
a) Memiliki kompetensi memberikan asuhan keperawatan
lanjut dalam lingkup medikal bedah, maternitas, pediatrik,
jiwa, komunitas, dan gawat darurat.
b) Sepenuhnya dapat melakukan asuhan keperawatan dengan
keputusan sendiri.
c) Berperan sebagai perawat dan pendidik bagi klien dan
keluarga serta mampu mengidentifikasi hal-hal yang perlu
diteliti.
d. Perawat Klinik IV (Khusus)
1) Pengalaman dan Pendidikan
a) D III Keperawatan dengan pengalaman 9 tahun
b) S1 Keperawatan dengan pengalaman 6 tahun
c) Spesialisasi sesuai bidang dengan pengalaman minimal 1
tahun.
2) Deskripsi
a) Memiliki kompetensi memberikan asuhan keperawatan
super spesialisasi dalam lingkup medikal bedah, maternitas,
pediatrik, jiwa, komunitas, dan gawat darurat.
http://digilib.unimus.ac.id
24

b) Sepenuhnya dapat melakukan asuhan keperawatan dengan


keputusan sendiri dan supervisor bagi perawat pada jenjang
I, II, dan III.
c) Berperan sebagai :
i. Perawat pelaksana secara mandiri.
ii. Pendidik bagi klien, keluarga, sesama teman dan
peserta didik pendidik keperawatan.
iii. Pengelola asuhan keperawatan, supervisor.
iv. Konsultan dan konselor dalam lingkup bidangnya.
v. Peneliti bidang keperawatan.
(Nurhidayah, 2005)
2. Mekanisme Kenaikan Jenjang Karir Perawat
Menurut Nurhidayah (2005), setiap perawat mempunyai hak
untuk memperoleh jenjang karir I sampai dengan IV. Untuk
memperoleh pengakuan kenaikan jenjang, setiap perawat diharuskan
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Telah memiliki kemampuan atau kompetensi jenjang sebelumya,
Contoh:
Untuk naik ke jenjang PK II maka harus memiliki kompetensi
jenjang PK I.
b. Memiliki contoh kredit dari mengikuti pendidikan berkelanjutan
(PBP) bagi perawat sebanyak 9 SKP setara dengan 641-960 jam
(90-140 hari)
c. Jika seorang perawat mulai bekerja di suatu institusi pelayanan
kesehatan baik RS atau puskesmas dengan membawa pengalaman
kerja sebelumnya, maka untuk mendapatkannya pada suatu jenjang
dilakukan uji penempatan dan jika perlu mengikuti matrikulasi.

http://digilib.unimus.ac.id
25

Bagan Bentuk Promosi Tenaga Keperawatan:

PK IV PM IV PP IV PR IV

PK III PM III PP III PR III

PK II PM II PP II PR II

PK I PM I PP I PR I

Keterangan:
1. Kompetensi sebagai PK I sampai PK IV hendaknya dimiliki semua
perawat
2. Masing-masing jalur promosi mempunyai jenjang dari I sampai
dengan IV
3. Jalur promosi ditentukan sebagai berikut:
a. PM I dimulai dari PK II dan seterusnya meningkat ke PM II,
PM III, PM IV.
b. PP I dimulai dari PK III dan seterusnya meningkat ke PP II,
PP III, PP IV.
c. PR I dimulai dari PK IV dan seterusnya meningkat ke PR II,
PR III, PR IV.

http://digilib.unimus.ac.id
26

3. Standar kompetensi perawat


Standar Kompetensi Perawat (SKP) menurut PPNI (2005)
adalah:
a. Pengertian
Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang
disepakati, sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja yang ditetapkan.
Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi
yang diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di
bidang pelayanan keperawatan. Menghadapi era globalisasi,
standar tersebut harus ekuivalen dengan standar-standar yang
berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta dapat
berlaku secara internasional.
Standar kompetensi disusun dengan tujuan:
1. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan;
a) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program
dan kurikulum pendidikan keperawatan
b) Memberikan informasi dan acuan pengembangan program
dan kurikulum pelatihan keperawatan
2. Bagi dunia usaha atau industri kesehatan dan pengguna,
sebagai acuan dalam:
a) Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan.
b) Rekruitmen tenaga perawat.
c) Penilaian unjuk kerja
d) Pengembangan program pelatihan yang spesifik
3. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi perawat
; acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi
sesuai dengan kualifikasi dan jenis.

http://digilib.unimus.ac.id
27

b. Ranah dan Unit Kompetensi Perawat


1. Ranah Utama Kompetensi Perawat
Kompetensi perawat dikelompokkan menjadi 3 ranah utama
yaitu;
a) Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya
i. Bertanggung gugat terhadap praktik profesional
ii. Melaksanakan praktik keperawatan ( secara etis dan peka
budaya)
iii. Melaksanakan praktik secara legal
b) Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.
i. Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan
manajemen asuhan keperawatan
ii. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan
keperawatan
iii. Melakukan pengkajian keperawatan
iv. Menyusun rencana keperawatan
v. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
vi. Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan
vii. Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal dalam pemberian pelayanan
viii. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
ix. Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan
keperawatan/ pelayanan kesehatan
x. Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan
asuhan keperawatan
c) Pengembangan professional
i. Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik
keperawatan
ii. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan
dan asuhan keperawatan

http://digilib.unimus.ac.id
28

iii. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud


tanggung jawab profesi.
Kerangka kerja kompetensi perawat Indonesia digambarkan dalam
skema sebagai berikut:

(Sumber: www.inna-ppni.or.id/standarkompetensiperawatindonesia)

http://digilib.unimus.ac.id
29

D. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Motivasi Melanjutkan


Pendidikan
Hinshaw (1987) dalam Sunaryo (2002) mengemukakan bahwa
faktor-faktor pendukung motivasi perawat yaitu:
1. Pengurangan staf
2. Status profesional
3. Kesenangan pada posisi yang dimiliki
4. Kemampuan memberikan aspek yang berkualitas
5. Kesempatan terhadap pertumbuhan profesional
6. Pengendalian praktik keperawatan
7. Tingkat penggajian
8. Tersedianya pendidikan berkelanjutan
Menurut Nursallam (2008) faktor yang mempengaruhi motivasi
perawat dalam melanjutkan pendidikan ada 2, terdiri dari:
1. Faktor Internal
a. Cita-cita dan aspirasi, cita-cita merupakan faktor pendorong yang
dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas
dalam belajar. Cita-cita dan aspirasi akan memperkuat motivasi
perawat, karena terwujudnya cita-cita dan aspirasi akan mewujudkan
aktualisasi diri. Cita-cita yang bersumber dari diri sendiri akan
membuat seseorang berupaya lebih banyak, yang diindikasikan
dengan:
1) Sifat ingin tahu yang lebih luas
2) Kreativitas tinggi
3) Keinginan untuk memperbaiki kegagalan
4) Berusaha untuk bekerja sama
b. Kemampuan individu, Kemampuan seseorang akan mempengaruhi
motivasinya. Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi
yang berkaitan dengan intelektual dan intelegensi.

http://digilib.unimus.ac.id
30

c. Kondisi individu, jasmani dan rohani individu yang sehat akan


memberikan motivasi yang positif pada seseorang. Kondisi individu
secara fisiologis yang mempengaruhi motivasi meliputi: Kesehatan
fisik dan Panca indra. Sedangkan kondisi psikologis, meliputi: bakat,
intelegensi, sikap, persepsi, minat.
d. Harapan, adalah sesuatu yang diinginkan oleh seseorang.
e. Persepsi
f. Kepuasan
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan atasan, Dukungan adalah suatu kondisi dimana sesorang
diberi dorongan sehingga merasa aman dan nyaman secara
psikologis. Atasan atau pimpinan adalah sesorang yang
mempergunakan wewenang, mengarahkan bawahan untuk
mengerjakan tugas dalam mencapai tujuan organisasi (Hasibuan,
2009). Dukungan pimpinan adalah kebijakan yang diberikan pihak
rumah sakit terhadap perawat untuk melanjutkan pendidikan.
Pimpinan merupakan pendukung utama dalam membantu perawat
mencapai target jangka panjang. Pimpinan yang tidak mendukung
perawat untuk melanjutkan pendidikan akan menurunkan motivasi
perawat untuk menempuh pendidikan lanjut. Taylor (1999) dalam
Siagian (2003) menyatakan bahwa dukungan yang diberikan dibagi
dalam 5 bentuk: 1) dukungan instrumental, 2) dukungan
informasional, 3) dukungan emosional, 4) dukungan hrga diri, 5)
dukungan dari kelompok.
b. Penghargaan
Penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang
telah dicapai seseorang akan menjadi perangsang atau faktor yang
kuat. Pengakuan atas suatu kinerja akan memberikan kepuasan batin
(Sastrohadiwiryo, 2002). Penghargaan adalah insentif yang
mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan
produktifitas karyawan (Simamora, 2004). Dengan adanya
http://digilib.unimus.ac.id
31

pengakuan dan penghargaan atas satu kinerja yang telah dicapai


maka seseorang akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja
dan selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya. Menurut
Hasibuan (2009) komponen sistem penghargaan terdiri dari: 1)
kenaikan gaji, 2) bonus, 3) insentif, 4) promosi.
Menurut Simamora (2006), penghargaan atau imbalan dibagi
menjadi 2, yaitu:
1) Penghargaan instrinsik (instrinsic reward), berupa: perasaan
kompetensi diri, perasaan pencapaian dalam dirinya, tanggung
jawab dan otonomi pribadi, perasaan pengakuan informal, status,
dan kepuasan kerja.
2) Penghargaan ekstrinsik (extrinsic reward), berupa: gaji,
tunjangan karyawan, sanjungan dan pengakuan, pengakuan
formal, promosi jabatan, hubungan sosial, lingkungan kerja,
pembayaran insentif.
c. Persaingan, adalah kegiatan yang berdasarkan atas sikap rasional dan
emosional dalam mencapai prestasi kerja yang terbaik. Persaingan
dipicu oleh ambisi untuk memperoleh pengakuan, penghargaan,
status sosial terbaik (Hasibuan, 2009)
d. Kondisi sosial ekonomi, status ekonomi adalah sebuah komponen
kelas sosial, mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber
pendapatan. Pendapatan yang mencukupi kebutuhan-kebutuhan
keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota keluarga dan
sumber-sumber pribadi seperti pensiun dan bantuan-bantuan (non
publik) (Friedman, 1989 dalam Mubarok, 2004). Tingkat sosial
ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan
pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Rata-rata
keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih
tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu
(Effendy, 1998 dalam Swansburg, 2001). Status ekonomi yang baik,
membuat orang cenderung memperluas minat mereka untuk
http://digilib.unimus.ac.id
32

mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan untuk


dapat dilaksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami
kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang
kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat
mereka termasuk dalam minat melanjutkan atau meningkatkan
pendidikan. Hal ini terkait dengan pertimbangan biaya pendidikan
untuk melanjutkan pendidikan dan biaya akan kebutuhan sehari-hari
untuk keluarganya. Adapun pembagian kelas-kelas sosial di keluarga
antara lain: (1) keluarga kelas atas, (2) keluarga kelas menengah, (3)
keluarga kelas bawah (Friedman, 1998 dalam Mubarok, 2004)
e. Dukungan Keluarga
Seseorang yang sudah berkeluarga tentu saja akan berfikir dua kali
apabila harus meninggalkan keluarganya walaupun untuk keperluan
pengembangan dirinya. Sebaliknya orang yang masih belum
berkeluarga kemungkinan sangat berminat dan mempunyai motivasi
tanpa memikirkan hal lain yang berhubungan dengan keluarganya.
Dan demi klancaran dalam melanjutkan pendidikan perlu adanya
relasi yang baik antar anggota kelurga yang lain. Hubungan
pengertian dan kasih sayang dari anggota keluarga yang lain dapat
mendukung dalam proses pendidikan (Purwanto, 2010).
Menurut Suparyanto (2010) motivasi untuk belajar atau
melanjutkan pendidikan juga dipengaruhi oleh karakteristik individu,
antara lain:
1. Usia
Motivasi didukung oleh kematangan atau usia seseorang. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang berpikir logis dan bekerja sehingga motivasi seseorang kuat
dalam melakukan sesuatu.

http://digilib.unimus.ac.id
33

2. Jenis kelamin
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengembangan diperlukan
kemampuan fisik dan psikologis, kemampuan fisik dan psikologis laki-
laki dan perempuan berbeda, hal ini berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk mengikuti pendidikan dan menghadapi stressor yang
mungkin dialami selama menempuh pendidikan, antara laki-laki dan
perempuan akan berbeda dalam menghadapinya (Hurlock, 2000).
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula
pengetahuannya. Sehingga orang tersebut akan cenderung untuk
memperluas minat dan motivasinya terhadap sesuatu hal (Winardi,
2001)
4. Status perkawinan, adalah status seseorang apakah ia sudah menikah
atau belum. Seseorang yang sudah mempunyai pasangan dan menikah,
tentu akan lebih banyak pertimbangan dalam menentukan minat
daripada yang belum menikah. Hal ini akan berhubungan dengan
adanya dukungan keluarga dalam menentukan keputusan (Purwanto,
2010)
5. Lama Kerja
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana
pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin
lama masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah
menyesuaikan diri dengan pekerjaanya. Seseorang akan mencapai
kepuasan tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih
terpuaskan dengan pekerjaan mereka, hal ini juga dapat mempengaruhi
motivasi seseorang untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan seorang perawat (Hasibuan, 2009)

http://digilib.unimus.ac.id
34

E. Kerangka Teori

Faktor internal:
1. Cita-cita dan aspirasi
2. Kemampuan individu
3. Kondisi individu
4. Harapan
5. Persepsi
6. Kepuasan

Faktor eksternal:
Motivasi perawat untuk
1. Dukungan atasan
melanjutkan pendidikan ke
2. Penghargaan
3. Persaingan jenjang S1 keperawatan
4. Dukungan keluarga
5. Kondisi sosial ekonomi

Faktor karakteristik perawat:

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status Perkawinan
4. Pendidikan
5. Lama Kerja

Modifikasi dari (Hasibuan SP, 2009), Sunaryo (2002), Suparyanto (2010),


Purwanto (2010)

F. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang berhubungan


dengan motivasi perawat:

• Usia
• Lama kerja
Motivasi perawat melanjutkan
• Status perkawinan
pendidikan ke S1 keperawatan
• Pendapatan keluarga
• Penghargaan
• Dukungan atasan

Variabel Independent Variabel Dependent

http://digilib.unimus.ac.id
35

G. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke
jenjang S1 Keperawatan, meliputi: usia, lama kerja, status perkawinan
perawat, penghargaan, faktor pendapatan keluarga, dan dukungan
atasan.
2. Variabel dependent penelitian ini adalah motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.

H. Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor usia dengan motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
2. Ada hubungan antara faktor lama kerja dengan motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
3. Ada hubungan antara faktor status perkawinan dengan motivasi
perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
4. Ada hubungan antara faktor pendapatan keluarga dengan motivasi
perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
5. Ada hubungan antara faktor penghargaan dengan motivasi perawat
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
6. Ada hubungan antara faktor dukungan atasan dengan motivasi perawat
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.

http://digilib.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai