BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep motivasi
1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu (Purwanto, 2010). Motivasi adalah
karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang (Slameto, 2010). Motivasi adalah adalah
karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam
Nursalam, 2008)
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi
ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik
yang menampakkan perilaku-perilaku manusia (Swanburg, 2001).
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu
atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di
kehendaki (Winardi, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli, dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dalam diri
seseorang yang secara sadar menyebabkan seseorang melakukan
sesuatu untuk untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki.
http://digilib.unimus.ac.id
10
2. Teori motivasi
Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2010):
a. Teori hedonisme
Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau
kenikmatan, menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori
ini adalah adanya anggapan bahwa orang akan cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau mengandung
resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan
kesenangan baginya.
b. Teori naluri
Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu
pokok yang dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri)
mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri) mengembangkan
diri, nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.
c. Teori reaksi yang dipelajari
Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tid
ak berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku
yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup.
Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau pendidik akan
memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik
hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan
orang-orang yang dipimpinnya.
d. Teori pendorong
Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi
yang dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya
suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang
umum. Oleh karena itu, menurut teori ini bila seseorang memimpin
atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus
berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi
yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.
http://digilib.unimus.ac.id
11
e. Teori kebutuhan
Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh
manusia pada hakekatnya adalah kebutuhan fisik maupun psikis.
Oleh karena itu menurut teori ini apabila seseorang bermaksud
memberikan motivasi pada orang lain, ia harus mengetahui terlebih
dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dimotivasinya.
Sebagai pakar psikologi, Maslow dalam Purwanto (2010)
mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia.
Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang
dimaksud adalah :
1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki
Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak
dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.
a) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
b) Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi.
d) Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas.
e) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan
seksual.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and Security)
adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun
psikologis, kebutuhan meliputi :
a) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas,
kecelakaan dan infeksi
b) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru
dan asing.
http://digilib.unimus.ac.id
12
http://digilib.unimus.ac.id
13
http://digilib.unimus.ac.id
14
ataupun stimulus dari luar (sebagai contohnya ialah nilai, hadiah serta
bentuk-bentuk penghargaan lainnya) adalah motivasi ekstrinsik. Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari
luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu
aktifitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi
eksktrinsik ini dapat dirangsang dengan bentuk-bentuk seperti pujian,
insentif, hadiah, dan lain-lain (Winkle, 2004)
Uno (2007) meneyebutkan jenis-jenis motivasi atas dasar
pembentukannya terdiri atas:
a. Motivasi bawaan
Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk
hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk
terhindar dari penyakit. Motivasi ini terus berkembang sebagai
konsekuensi logis manusia.
b. Motivasi yang dipelajari
Motivasi jenis ini akan ada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
c. Motivasi kognitif
Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena
adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat
individualistik.
d. Motivasi ekpresi diri
Motivasi individu dalam melakukan kegiatan bukan hanya untuk
memuaskan kebutuhan saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana
individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan
tersebut.
http://digilib.unimus.ac.id
16
http://digilib.unimus.ac.id
17
http://digilib.unimus.ac.id
18
http://digilib.unimus.ac.id
20
S3/DOKTOR
Ners Spesialis
S2/Magister Ilmu
Keperawatan
Program Ners
Spersialis (M.Kep)
PROFESI (Ners/Ns)
S1 KEPERAWATAN
(S.Kep)
AKPER/DIII
SMU/SPK
KEPERAWATAN
http://digilib.unimus.ac.id
21
http://digilib.unimus.ac.id
22
http://digilib.unimus.ac.id
23
2) Deskripsi
a) Memiliki kompetensi memberikan asuhan keperawatan
dasar dalam lingkup medikal bedah, maternitas, pediatrik,
jiwa, komunitas, dan gawat darurat.
b) Diperlukan supervisi terbatas.
c) Berperan sebagai perawat dan pendidik bagi klien dan
keluarga serta pengelola dalam asuhan keperawatan.
c. Perawat Klinik III (Lanjut)
1) Pengalaman dan Pendidikan.
a) D III Keperawatan dengan pengalaman 6 tahun.
b) S1 Keperawatan dengan pengalaman 3 tahun.
c) Spesialisasi sesuai bidang dengan pengalaman nol.
2) Deskripsi
a) Memiliki kompetensi memberikan asuhan keperawatan
lanjut dalam lingkup medikal bedah, maternitas, pediatrik,
jiwa, komunitas, dan gawat darurat.
b) Sepenuhnya dapat melakukan asuhan keperawatan dengan
keputusan sendiri.
c) Berperan sebagai perawat dan pendidik bagi klien dan
keluarga serta mampu mengidentifikasi hal-hal yang perlu
diteliti.
d. Perawat Klinik IV (Khusus)
1) Pengalaman dan Pendidikan
a) D III Keperawatan dengan pengalaman 9 tahun
b) S1 Keperawatan dengan pengalaman 6 tahun
c) Spesialisasi sesuai bidang dengan pengalaman minimal 1
tahun.
2) Deskripsi
a) Memiliki kompetensi memberikan asuhan keperawatan
super spesialisasi dalam lingkup medikal bedah, maternitas,
pediatrik, jiwa, komunitas, dan gawat darurat.
http://digilib.unimus.ac.id
24
http://digilib.unimus.ac.id
25
PK IV PM IV PP IV PR IV
PK II PM II PP II PR II
PK I PM I PP I PR I
Keterangan:
1. Kompetensi sebagai PK I sampai PK IV hendaknya dimiliki semua
perawat
2. Masing-masing jalur promosi mempunyai jenjang dari I sampai
dengan IV
3. Jalur promosi ditentukan sebagai berikut:
a. PM I dimulai dari PK II dan seterusnya meningkat ke PM II,
PM III, PM IV.
b. PP I dimulai dari PK III dan seterusnya meningkat ke PP II,
PP III, PP IV.
c. PR I dimulai dari PK IV dan seterusnya meningkat ke PR II,
PR III, PR IV.
http://digilib.unimus.ac.id
26
http://digilib.unimus.ac.id
27
http://digilib.unimus.ac.id
28
(Sumber: www.inna-ppni.or.id/standarkompetensiperawatindonesia)
http://digilib.unimus.ac.id
29
http://digilib.unimus.ac.id
30
http://digilib.unimus.ac.id
33
2. Jenis kelamin
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengembangan diperlukan
kemampuan fisik dan psikologis, kemampuan fisik dan psikologis laki-
laki dan perempuan berbeda, hal ini berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk mengikuti pendidikan dan menghadapi stressor yang
mungkin dialami selama menempuh pendidikan, antara laki-laki dan
perempuan akan berbeda dalam menghadapinya (Hurlock, 2000).
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula
pengetahuannya. Sehingga orang tersebut akan cenderung untuk
memperluas minat dan motivasinya terhadap sesuatu hal (Winardi,
2001)
4. Status perkawinan, adalah status seseorang apakah ia sudah menikah
atau belum. Seseorang yang sudah mempunyai pasangan dan menikah,
tentu akan lebih banyak pertimbangan dalam menentukan minat
daripada yang belum menikah. Hal ini akan berhubungan dengan
adanya dukungan keluarga dalam menentukan keputusan (Purwanto,
2010)
5. Lama Kerja
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana
pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin
lama masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah
menyesuaikan diri dengan pekerjaanya. Seseorang akan mencapai
kepuasan tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih
terpuaskan dengan pekerjaan mereka, hal ini juga dapat mempengaruhi
motivasi seseorang untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan seorang perawat (Hasibuan, 2009)
http://digilib.unimus.ac.id
34
E. Kerangka Teori
Faktor internal:
1. Cita-cita dan aspirasi
2. Kemampuan individu
3. Kondisi individu
4. Harapan
5. Persepsi
6. Kepuasan
Faktor eksternal:
Motivasi perawat untuk
1. Dukungan atasan
melanjutkan pendidikan ke
2. Penghargaan
3. Persaingan jenjang S1 keperawatan
4. Dukungan keluarga
5. Kondisi sosial ekonomi
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status Perkawinan
4. Pendidikan
5. Lama Kerja
F. Kerangka Konsep
• Usia
• Lama kerja
Motivasi perawat melanjutkan
• Status perkawinan
pendidikan ke S1 keperawatan
• Pendapatan keluarga
• Penghargaan
• Dukungan atasan
http://digilib.unimus.ac.id
35
G. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke
jenjang S1 Keperawatan, meliputi: usia, lama kerja, status perkawinan
perawat, penghargaan, faktor pendapatan keluarga, dan dukungan
atasan.
2. Variabel dependent penelitian ini adalah motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
H. Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor usia dengan motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
2. Ada hubungan antara faktor lama kerja dengan motivasi perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
3. Ada hubungan antara faktor status perkawinan dengan motivasi
perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
4. Ada hubungan antara faktor pendapatan keluarga dengan motivasi
perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
5. Ada hubungan antara faktor penghargaan dengan motivasi perawat
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
6. Ada hubungan antara faktor dukungan atasan dengan motivasi perawat
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
http://digilib.unimus.ac.id