San
Marino
Kedua garis vertikal yang sejajar menyatakan jembatan garam yang memisahkan
kedua elektrode. Contoh notasi sel Volta sebagai berikut :
Zn(s)/Zn2+(aq) || Cu2+(aq)/Cu(s)
Tanda koma dapat menggantikan tanda (/) untuk komponen terpisah dengan fasa
yang sama. Sebuah sel yang terbuat dari elektrode platina dengan reaksi keseluruhan H2
+ Cl2 →2HCl dapat ditulis notasinya sebagai berikut :
Pt/H2(g) / H+(aq) || Cl- (aq) / Cl2,Pt(g)
3. Potensial elektrode standar
Potensial elektrode standar adalah gaya dorong (gaya gerak listrik) dari reaksi
redoks yang diukur pada keadaan standar (kemolaran 1 M pada tekanan 1 atm dan suhu
25oC). Potensial sel standar disimbolkan dengan E°sel. Pada sel Daniell, potensial ini
sebenarnya merupakan selisih potensial listrik antara seng dan tembaga yang mendorong
elektron mengalir. Perbedaan potensial listrik keduanya diakibatkan adanya perbedaan
rapatan muatan antara elektrode Zn dan elektrode Cu. Perbedaan rapatan muatan kedua
elektrode disebabkan perbedaan kecenderungan kedua elektrode untuk melepaskan
elektron. Seng lebih mudah melepaskan elektron (teroksidasi) dibandingkan dengan
tembaga.
4. Potensial elektrode
Para ahli kimia memilih elektrode hidrogen standar dengan harga potensialnya nol
sebagai elektrode pembanding standar. Voltase sel ini diambil sebagai
pengukuran kecenderungan setengah sel zat untuk menjalani reaksi oksidasi atau reduksi,
jika dibandingkan dengan kecenderungan setengah sel H2 / H+.
Dalam sel pembanding ideal, elektrode hidrogen merupakan setengah sel yang satu
dan elektrode standar dari zat yang akan dibandingkan merupakan setengah sel yang lain.
Misal elektrode tembaga standar, voltase ideal yang ditunjukkan oleh voltmeter adalah
0,34 V.
Anode : H2(g) → 2H+(aq) + 2e (oksidasi)
Katode : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) (reduksi) +
Reaksi sel: H2 (g)+ Cu2+(aq)→ 2H+(aq) + Cu(s)
Jika elektrodenya adalah magnesium, voltase idealnya adalah 2,37 V dengan
simpangan jarum voltmeter pada arah yang berlawanan. Simpangan ini berarti bahwa atom
magnesium yang dioksidasi dengan memberikan elektronnya, bukan hidrogen.
Anode: Mg(s) → Mg2+(aq) + 2e (oksidasi)
Katode : 2H+(aq) + 2e → H2(g) (reduksi) +
Reaksi sel : Mg(s) + 2H+(aq) → Mg2+(aq)+ H2(g)
Jika elektrodenya adalah nikel, maka arah simpangan voltmeter sama dengan arah
untuk magnesium, di mana voltase ideal 0,25 V. Voltase yang lebih rendah menunjukkan
bahwa kecenderungan nikel menyerahkan elektron kepada ion hidrogen lebih rendah
daripada magnesium.
Reaksi keseluruhan yang berlangsung spontan dalam sel-sel pembanding adalah
sebagai berikut :
Mg(s) + 2H+(aq) → Mg2+(aq) + H2(g) (oksidasi Mg, E° = +2,37 V)
Ni(s) + 2H+ (aq) → Ni2+(aq) + H2(g) (oksidasi Ni, E° = + 0,25 V)
H2(g) + Cu2+ (aq) → 2H+ (aq) + Cu(s) (reduksi Cu2+, E° = +0,34 V)
Berdasarkan uraian data di atas, dapat diperoleh susunan ketiga unsur berdasarkan
kecenderungannya teroksidasi, yaitu Mg > Ni > Cu.
Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektrode dengan elektrode hidrogen
disebut potensial elektrode disimbolkan dengan E°. Elektrode yang lebih mudah
mengalami reduksi dibandingkan elektrode hidrogen mempunyai potensial elektrode
bertanda positif, sedangkan elektrode yang lebih sulit mengalami reduksi diberi tanda
negatif. Pada Tabel 2.1 dapat diamati bahwa elektrode yang mempunyai potensial negatif
diletakkan di atas elektrode hidrogen, sedangkan yang bertanda positif diletakkan di bawah
elektrode hidrogen.
Menurut kesepakatan, potensial elektrode dikaitkan dengan reaksi reduksi,
sehingga potensial elektrode sama dengan potensial reduksi. Sedangkan potensial oksidasi
sama dengan potensial reduksi, tetapi tandanya berlawanan.
5. Potensial sel standar (E°sel)
Potensial sel Volta dapat ditentukan melalui eksperimen dengan menggunakan
voltmeter. Selain itu, data potensial elektrode positif (katode) dan potensial elektrode
negatif (anode) juga dapat digunakan untuk menentukan potensial sel standar dengan
rumus sebagai berikut.
E°sel = E°(katode) – E°(anode) atau E°sel = E°(reduksi) – E°(oksidasi)
Contoh :
Berdasarkan potensial standar elektrode diketahui.
Mg2+(aq) + 2e → Mg(s) E° = 2,37 V
Br2(g) + 2e → 2Br-(aq) E° = +1,07 V
a. Tentukan potensial sel standar (E°sel)
b. Tuliskan reaksi selnya.
Jawab :
a. E°sel = E°(katode) – E°(anode)
E°sel = 1,07 V – (- 2,37 V) = 3,44 V
Brom memiliki potensial elektrode standar positif, sehingga sebagai katode (kutub
positif) dan magnesium sebagai anode (kutub negatif).
b. Reaksi sel
Katode : Br2(g) + 2e → 2Br- (aq) E° = +1,07 V (reaksi reduksi)
Anode : Mg2+(aq) + 2e → Mg(s) E° = + 2,37 V (reaksi reduksi)
Pada katode terjadi reaksi reduksi, sedangkan pada anode terjadi reaksi oksidasi,
maka persamaan reaksi di atas yang terjadi pada anode harus dibalik reaksinya
supaya menjadi reaksi oksidasi. Magnesium sebagai anode, maka reaksinya harus
dibalik sehingga reaksi sel yang terjadi sebagai berikut :
Contoh 2 :
Menentukan potensial sel Volta berdasarkan potensial sel lain yang menggunakan
elektrode sama. Diketahui:
Mg(s) / Mg2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +2,71 V
Zn(s) / Zn2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +1,1 V
Tentukan potensial sel standar Mg(s) / Mg2+(aq) || Zn2+(aq) / Zn(s).
Jawab :
Untuk menjawab pertanyaan ini, harus disusun sel-sel yang diketahui sehingga jika
dijumlahkan akan menghasilkan sel yang dimaksud.
Cu2+(aq) / Cu(s) || Zn2+(aq) /Zn(s) Eo = 1,1 V
Mg(s) / Mg2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +2,71 V +
Mg(s) / Mg2+(aq) || Zn2+(aq) / Zn(s) Eosel= +1,61 V
6. Spontanitas reaksi redoks
Jika potensial sel yang dihitung bernilai positif, maka reaksi sel berlangsung secara
spontan dan sel akan menghasilkan arus. Seperti yang terlihat dalam reaksi antara Mg
dengan Zn2+ sebagai berikut :
Mg(s) / Zn2+(aq) || Mg2+(aq) /Zn(s) Eosel= +1,61 V (reaksi spontan)
Jika reaksi dibalik, maka diperoleh :
Mg2+(aq)+ Zn(s) → Mg(s) + Zn2+(aq) Eo sel = –1,61 V (reaksi tidak spontan)
7. Persamaan Nerst
Potensial sel yang telah dibahas di atas mengenai harga-harga Eosel, artinya
potensial sel yang bekerja pada keadaan standar. Untuk sel pada kemolaran tertentu dan
bukan pada keadaan standar dapat dihitung menggunakan persamaan Nerst. Walther Nerst
adalah seorang ahli kimia fisika yang pada tahun 1889 mengemukakan hubungan potensial
sel eksperimen dengan potensial sel standar sebagai berikut :
dengan
Esel = potensial sel eksperimen (V)
Eosel = potensial sel standar (V)
n = banyaknya mol elektron (mol)
Q = perbandingan kemolaran hasil reaksi dengan kemolaran pereaksi
Contoh :
Hitung potensial sel dari Mg(s)/ Mg2+(aq)(1 M) || Zn2+(aq) (0,5 M/Zn(s) Eosel= +1,61 V.
Jawab :
Jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi adalah 2.
Esel = 1,61 V – 0,01 V = +1,60 V
Jadi, potensial selnya sebesar + 1,60 V
8. Deret Volta
Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya disebut
deret Volta. Adapun deretnya sebagai berikut :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Au
Atom H (potensialnya nol) merupakan batas antara logam dengan potensial negatif
dengan potensial positif. Deret Volta di atas dimulai dari logam dengan potensial elektrode
paling negatif sehingga :
a. Makin ke kiri letak logam dalam deret Volta, maka
o logam makin reaktif (mudah melepaskan elektron)
o logam merupakan reduktor (unsur yang mengalami oksidasi) yang semakin
kuat
b. Makin ke kanan letak logam dalam deret Volta, maka
o logam makin kurang reaktif (makin sulit melepas elektron)
o logam merupakan oksidator (unsur yang mengalami reduksi) yang semakin
kuat
Konsekuensi dari deret Volta adalah logam yang terletak di sebelah kiri lebih
reaktif dibandingkan logam yang terletak di sebelah kanannya. Hal ini merupakan reaksi
pendesakan.
Contoh :
Periksa apa reaksi berikut dapat berlangsung atau tidak pada keadaan standar?
a. Fe(s) + Zn2+(aq) → Fe2+(aq) + Zn(s)
b. Mg(s) + Cu2+(aq) → Mg2+ + Cu(s)
Jawab :
a. Fe(s) + Zn2+(aq) → Fe2+(aq) + Zn(s)
Fe berada di sebelah kanan Zn sehingga Fe tidak dapat mendesak Zn. Akibatnya
reaksi tidak dapat berlangsung.
b. Mg(s) + Cu2+(aq) → Mg2+ + Cu(s)
Mg berada di sebelah kiri Cu sehingga Mg dapat mendesak Cu dan reaksi dapat
berlangsung.
B. PENERAPAN SEL VOLTA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Penerapan Sel Volta pada aki
Aki atau accumulator merupakan sel volta yang tersusun atas elektroda Pb dan PbO,
dalam larutan asam sulfat yang berfungsi sebagai elektrolit. Pada aki, sel disusun dalam
beberapa pasang dan setiap pasang menghasilkan 2 Volt.
Aki umumnya kita temui memiliki potensial sebesar 6 Volt (kecil) sebagai sumber arus
sepeda motor dan 12 V (besar) untuk mobil. Aki merupakan sel yang dapat diisi kembali,
sehingga aki dapat dipergunakan secara terus menerus. Sehingga ada dua mekanisme
reaksi yang terjadi. Reaksi penggunaan aki merupakan sel volta, dan reaksi pengisian
menggunakan arus listrik dari luar seperti peristiwa elektrolisa. Mekanisme reaksi
ditampilkan pada Bagan reaksi.
Sel aki disebut juga sebagai sel penyimpan, karena dapat berfungsi penyimpan listrik dan
pada setiap saat dapat dikeluarkan . Anodenya terbuat dari logam timbal (Pb) dan
katodenya terbuat dari logam timbal yang dilapisi PbO2.
Sel bahan bakar merupakan bagian dari sel volta yang mirip dengan aki atau batere,
dimana bahan bakarnya diisi secara terus menerus, sehingga dapat dipergunakan secara
terus menerus juga.
Bahan baku dari sel bahan bakar adalah gas hidrogen dan oksigen, sel ini digunakan dalam
pesawat ruang angkasa, reaksi yang terjadi pada sel bahan bakar adalah :
3. Baterai Nikel-Kadmium
Baterai Nikel-Kadmium merupakan baterai kering yang dapat di isi ulang.Reaksi sel
yang terjadi sebagai berikut:
Anode : Cd + 2OH- Cd(OH)2 + 2e
Katode :NiO2 + 2H2 O + 2e Ni(OH)2 + Ni(OH)2 +
Cd + NiO2 + 2H2O Cd(OH)2 + Ni(OH)2
Hasil-hasil reaksi pada baterai nikel-kadmium merupakan zat padat yang melekat pada
kedua elektrodenya.Pengisian dilakukan dengan membalik arah aliran electron pada kedua
electrode.
4. Baterai Perak Oksida
Susunan baterai perak oksida yaitu Zn (sebagai anode), Ag2O (sebagai katode), dan
pasta KOH sebagai elektrolit.reaksinya sebagai berikut:
Anode :Zn + 2OH- Zn(OH)2 + 2e
Katode :Ag2O + H2O + 2e 2Ag + 2OH-
Reaksi Sel : Zn(s) + Ag2O(s) + H2O(l) " Zn(OH)2(s) + 2Ag(s)
Baterai perak oksida memiliki potensial sel sebesar 1,5 volt dan bertahan dalam waktu
yang lama.Kegunaan baterai jenis ini adalah untuk arloji,kalkulator dan berbagai jenis
peralatan elektrolit lainnya.
7. Proses Sintesa
Sintesa atau pembuatan senyawa basa, cara elektrolisa merupakan teknik yang
handal. Misalnya pada pembuatan logam dari garam yaitu K, Na dan Ba dari senyawa
KOH, NaOH, Ba(OH)2, hasil samping dari proses ini adalah terbentuknya serta pada
pembuatan gas H2, O2, dan Cl2. Seperti reaksi yang telah kita bahas. Dalam skala industri,
pembuatan Cl2 dan NaOH dilakukan dengan elektrolisis larutan NaCl dengan reaksi
sebagai berikut: