Anda di halaman 1dari 11

TEORI AKUNTANSI CH 2

Teori Pragmatik
Pendekatan pragmatik didasarkan pada pengamatan atas perilaku akuntan atau pihak-pihak yang
menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Teori pragmatik membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks pelaporan keuangan eksternal
maupun manajerial.

1) Pendekatan pragmatik deskriptif

Pendekatan pragmatis deskriptif merupakan suatu pendekatan induktif. Perilaku akuntansi


diamati terus menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi. Teori
ini dapat dikembangkan dari pengamatan bagaimana akuntan bertindak dalam situasi tertentu
serta diuji dengan mengamati apakah pada kenyataannya akuntan melakukan apa yang
dianjurkan oleh teori tersebut.

Beberapa kritik terhadap pendekatan pragmatik deskriptif:

 Tidak ada penilaian logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan.


 Metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena
pendekatannya tidak berujung pangkal.
 Dengan memusatkan pada pragmatik, perhatian cenderung dipusatkan pada perilaku-
perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aktiva,
hutang, pendapatan dll.

2) Pendekatan pragmatik psikologis

Pendekatan pragmatik psikologis merupakan pendekatan dalam membentuk suatu teori


akuntansi yang didasarkan pada pengamatan atas reaksi para pengguna output yang dihasilkan
oleh akuntan. Kelemahan pendekatan ini yaitu beberapa pengguna output akuntan mungkin
bereaksi secara tidak logis, sedang yang lain mungkin memilik respon khusus yang sudah mereka
lakukan sebelum laporan tersebut diterbitkan. Yang lainnya lagi mungkin tidak bereaksi walau
mereka seharusnya bereaksi.

Teori Semantik
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa) dan istilah atau
simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah
penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi
(elemen statement akuntansi) sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisik perusahaan tanpa
harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menemukan dan
merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan sehingga teori ini banyak membahas
pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut, dan penentuan jumlah rupiah
(pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut.
Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3 komponen di atas,
pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka teoris yang diperlukan untuk
mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus mempertimbangkan faktor berikut ini:

 Pernyataan tentang sifat entitas akuntansi dan lingkungannya.


 Pernyataan tentang tujuan dasar akuntansi keuangan.
 Evaluasi terhadap kebutuhan pemakai dan batasan kemampuan pemakai dalam memahami,
menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disajikan.
 Pemilihan tentang apa yang seharusnya disajikan.
 Evaluasi terhadap proses pengukuran untuk mengkomunikasikan informasi.
 Evaluasi terhadap batasan yang berkaitan dengan pengukuran dan gambaran perusahaan.
 Pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
merumuskan prosedur dan aturan.
 Perumusan struktur dan format pencarian dan pemrosesan data, peringkasan dan pelaporan
informasi yang relevan.

Teori Sintaktik
Teori sintaktik berusaha menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana akuntan
akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Teori
akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang
bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah dirumuskan secara semantik dalam
elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Teori sintaktik
meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang memebentuk struktur pelaporan keuangan
atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas pelapor, pemakai
informasi, sistem akuntansi,dan pedoman penyusunan laporan.

Teori Normatif
Teori normatif yaitu teori akuntansi yang mengharuskan dan menggunakan kebijakan nilai yang
mengandung minimum sebuah premis. Teori ini berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya
dikomunikasikan kepada para pemakai informasi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Teori
normatif sering disebut sebagai teori a priori (dari sebab ke akibat) yang menggunakan penalaran deduktif
dan dihasilkan bukan dari penelitian empiris tetapi hanya sebatas semi research. Teori ini hanya
menyebutkan hipotesis tentang bagaimana seharusnya akuntansi dipraktekkan tanpa menguji hipotesis
itu.

Teori akuntansi normatif mendasarkan konsep ekonomi klasik tentang laba dan kemakmuran (wealth)
atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Teori ini disebut juga teori pengukuran akuntansi.
Teori normatif didasarkan pada anggapan berikut:

 Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran


 Laba dan nilai dapat diukur secara tetap
 Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
 Pasar tidak efisien dalam pengertian ekonomi)
 Akuntansi konvensional tidak efisien
 Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Meskipun demikian, anggapan tersebut jarang diuji melalui penelitian empiris. Pendukung teori ini
biasanya menggambarkan sistem akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal dan
merekomendasikan penggantian sistem akuntansi kos historis.

Teori Positif
Teori positif mulai berkembang pada tahun 1970-an. Positivisme atau empirisme berarti menguji atau
menghubungkan hipotesis akuntansi dengan praktik sebenarnya. Teori positif menggambarkan,
menjelaskan, atau memprediksi fenomena yang diamati seperti mengapa akuntan melakukan apa yang
mereka lakukan.

Teori akuntansi positif dikelompokkan menjadi dua tahap (Godfrey at al, 1997 dalam Anis dan Iman, 2003
dalam Indira Januarti 2004) sebagai berikut:

1) Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal

2) Penelitian untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi antar perusahaan yang
difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal perusahaan memilih metode akuntansi tertentu
atau pada alasan efisiensi.

Tujuan teori positif ialah menjelaskan atau memprediksi praktek akuntansi, misalnya:
 Bonus Plan Hypotheses
Pemberian bous yang diberikan kepad manajeer adalah sesua dengan laba yang diperoleh,
sehingga maajer cenderung memasukkan laba yang seakin besar ke laporan keuangan.
 Memprediksi reaks investor di pasar modal.
Saat ini, sebagian besar teori positif berkonsentrasi pada penjelasan tentang alasan mengenai
praktek saat ini dan memprediksi peranan akuntansi dan informasi terkait pada keputusan
ekonomi individu, perusahaan, dan pihak-pihak yang berkontribusi pada operasi pasar dan
ekonomi.

Perbedaan utama antara teori normative dan teori positif adalah teori normative bersifat menentukan,
sedangkan teori positif bersifat deskriptif, menjelaskan, atau memprediksi. Teori normative menentukan
bagaimana akuntan bertindak agar dapat menghasilkan informasi akuntansi yang baik dan tepat,
sedangkan teori positif menggambarkan bagaimana orang harus bertindak; menjelaskan mengapa orang
harus berperilaku dengan cara tertentu ; atau memprediksi apa yang telah orang lakukan atau yang akan
dilakukan.

Pendekatan Naturalistik
Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang digunakan dalam penelitian serta
alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai, pendekatan ilmiah atau pendekatan naturalistik.

Pendekatan naturalistik mempunyai dua pengertian, yaitu:

 Peneliti tidak mempunyai asumsi atau teori awal


 Peneliti memfokuskan penelitian pada masalah spesifik perusahaan.

Pendekatan naturalistik dilakukan secara fleksibel, melalui pengamatan langsung studi kasus secara
mendetil, tanpa menitikberatkan pada analisis matematis, tes statistik, survey, ataupun tes laboratorium.
Karena pendekatan dilakukan melalui studi kasus (spesifik), hasil penelitian akan sulit untuk digeneralisasi.
Tomkins and Groves berpendapat bahwa pendekatan naturalistik adalah cara yang tepat untuk
menghadapi perbedaan asumsi ontologi.

Aplikasi pendekatan ilmiah


Orang akan lebih percaya pada suatu pernyataan apabila didukung oleh bukti empiris yang objektif
daripada pernyataan yang hanya berasal dari rasionalisasi. Akuntan yang mendukung pendekatan ilmiah
ingin adanya bukti empiris dan penjelasan yang logis untuk mendukung praktik akuntansi, sehingga para
praktisi dapat memberi rekomendasi kebijakan yang tepat dalam kondisi tertentu.

Kesalahpahaman aplikasi pendekatan ilmiah pada akuntansi :

1) Aplikasi pendekatan ilmiah berusaha untuk menciptakan ilmuwan(scientist) dari praktisi


akuntansi
2) Pendekatan ilmiah dalam akuntansi dianggap sebagai sebuah pencarian kebenaran mutlak
(absolute truth)

http://kodomogasuki.blogspot.com/2015/05/pembentukan-teori-akuntansi-accounting.html
http://evieanars.blogspot.com/2017/04/pembentukan-teori-akuntansi.html

Isu Perkembangan Teori Auditing


Auditing merupakan cabang ilmu pengetahuan telah berkembang pesat sampai dengan saat ini
dan terus berkembang pada masa yang akan datang sesuai perubahan lingkungan bisnis.
Sebagaimana sejarah perkembangan akuntansi, auditing yang sangat terkait dengan akuntansi
juga telah berkembang sesuai konsep perubahan ilmu pengetahuan
Ditinjau dari pihak organisasi, auditing dapat dibedakan menjadi dua yaitu external auditing,
yaitu auditing yang dilaksanakan oleh auditor yang bukan merupakan bagian organisasi, dan
internal auditor yaitu auditor yang ada di dalam organisasi dan merupakan alat bagi top
manajemen dalam pencapaian tujuan organisasi. Namun pekerjaan ke dua jenis auditor tersebut
pada dasarnya adalah relatif sama, kecuali internal auditor tidak memberikan opini audit atas
penyajian laporan keuangan organisasi.

Periode waktu perubahan auditing kearah preventive auditing


Pandangan konvensional atas auditing bahwa auditing lebih mengutamakan pencegahan adanya
kecurangan (fraud), yaitu auditing diperlukan terutama untuk mengetahui dan mencegah adanya
pencurian harta suatu organisasi (perusahaan atau pemerintah). Karena berubahnya lingkungan
audit yaitu tuntutan masyarakat pada waktu itu, jasa auditing yang hanya mendeteksi dan
membuktikan adanya kecurangan (represif) dianggap tidak mencukupi, maka perlu diutamakan
tindakan preventif. Setelah masa itu lahirlah system pengendalian intern yang built in dalam
organisasi. Auditor lebih berkepentingan dengan memberikan saran perbaikan atas system
pengendalian intern dan mendorong dipatuhinya dijalankannya secara konsisten system
tersebut oleh seluruh jajaran organisasi.
Perubahan tersebut melalui tahapantahapan sebagai berikut:
1) Masyarakat sadar bahwa tindakan represive dalam menemukan kecurangan adalah tidak
mencukupi
2) Jasa auditor dianggap kurang berguna sehingga eksistensi auditor dipertanyakan
3) Para auditor dalam praktiknya berusaha memenuhi tuntutan masyarakat dengan
menekankan pada tersedianya system pengendalian intern yang memadai
4) Para ilmuwan dan organisasi profesi auditor meneliti ke arah mana dan bagaimana
seharusnya jasa auditing dilaksanakan, yaitu dengan menemukan prosedur dan teknik
audit serta menyusun standard audit yang lebih mengutamakan sistem pengendalian
intern yang built in dalam organisasi. Para auditor dalam menjalankan tugasnya
menggunakan standard auditing yang menekankan pada tersedianya system
pengendalian intern yang memadai dan dilaksanakannya system tersebut secara
konsisten oleh seluruh jajaran organisasi.

Periode waktu perubahan auditing kearah dapat dipercayainya informasi keuangan


Dengan berubahnya lingkungan auditing terutama berkaitan dengan semakin berkembangnya
investasi bisnis dan pemberian pinjaman untuk mendanai bisnis, maka tuntutan pada jasa auditor
juga berubah. Mulai tahun 1830 auditing pada perusahaan publik menuntut auditor lebih
menekankan pada verifikasi atas laporan keuangan perusahaan.
Pada saat auditor telah melakukan pekerjaannya sesuai dengan standard audit yang telah
mereka yakini kebenarannya, namun masyarakat merasa bahwa kepentingan mereka tidak dapat
dipenuhi oleh hasil audit, hal ini dianggap telah terjadi anomaly. Akibatnya timbul
ketidakpercayaan masyarakat terhadap auditing, inilah yang disebut periode insecurity. Pada
periode ini auditor akan merasakan bahwa pekerjaannya tidak ada gunanya. Maka para praktisi
auditing mulai mengembangkan ide-ide baru dalam bidang auditing untuk berusaha memenuhi
harapan masyarakat pada hasil pekerjaannya agar mereka masih tetap dapat diakui
eksistensinya. Tahap ini merupakan tahap ketiga. Selanjutnya para ilmuwan yang tertarik pada
bidang auditing dan organisasi profesi auditor meneliti lebih lanjut terjadinya fenomena tersebut,
sehingga mereka berusaha mencari rumusan-rumusan baru menjadi teori-teori baru dan
standard audit yang baru. Tahap ini merupakan tahap yang keempat. Dengan ditemukannya teori
yang baru dan telah disepakati oleh profesi auditor maka ilmu auditing bisa mencapai apa yang
diharapkan masyarakat. Hal ini merupakan tahap kelima. Dalam periode waktu tertentu praktek
auditing yang baru itu akan bertahan sampai terjadinya perubahan lingkungan audit yang
menyebabkan harapan masyarakat berubah pula.
Maka tahapan 1 sampai dengan 5 di atas akan terulang kembali, dan seterusnya. Dengan cara
itulah auditing yang kita kenal saat ini telah berkembang.

Periode waktu perubahan auditing kearah investigative auditing


Sampai dengan tahun 1970-an, profesi external (independent) auditor juga telah mengalami
masa kejayaannya. Pada waktu itu tuntutan masyarakat terhadap profesi auditor adalah hanya
memberikan jaminan bahwa laporan keuangan perusahaan telah wajar dengan memberikan
pendapat (opini) atas kewajaran laporan keuangan. Sehingga laporan keuangan yang telah
dipublikasikan tersebut dapat dipercaya oleh para pihak pemakai laporan keuangan, seperti
pemegang saham, kreditur, bank, pemerintah serta pihakpihak lainnya, sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi kepentingan mereka masing-masing.
Namun, menjelang tahun 1980-an terjadi suatu kecaman dan tuntutan hukum oleh para investor
yang mengalami kerugian besar karena mendasarkan keputusan investasi mereka pada laporan
keuangan perusahaan yang telah mendapat unqualified opinion oleh auditor. Auditor gagal
mendeteksi adanya kecurangan perusahaan pada account persediaan (inventory) perusahaan
besar di Amerika Serikat, walaupun telah melaksanakan prosedur audit yang lazim.
Kecurangan (fraud) dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu:

 Management fraud
kecurangan yang dilakukan oleh seluruh jajaran manajemen untuk berusaha meninggikan
performance dan menyembunyikan keburukan mereka dengan mengelabuhi pemegang
saham, investor, kreditur dan pihak-pihak eksternal lainnya

 Corporate fraud
kecurangan yang dilakukan oleh pegawai perusahaan untuk mengambil keuntungan
pribadinya yang berakibat merugikan organisasi baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Jenis fraud ini sudah ada sejak jaman sebelum masehi sampai dengan saat ini. Namun biasanya
hanya mengakibatkan kerugian yang relative kurang material bagi organisasi maupun pihak-
pihak yang terkait dengan organisasi tersebut. Profesi auditing telah mengantisipasi problem ini
dengan cara repressive yaitu dengan mendeteksi dan membuktikan adanya fraud, dan cara
preventif yaitu mendorong tersedianya system pengendalian intern yang built-in pada
organisasi.

Profesi auditor selanjutnya berusaha mengantisipasi terjadinya kedua jenis fraud tersebut
dengan merancang struktur pengendalian intern yang memasukkan komponen lingkungan
pengendalian sebagai unsur yang terpenting.
Selanjutnya dikatakan bahwa sasaran dari audit investigatif biasanya membuktikan adanya
kecurangan (fraud), pencucian uang (money laundering), dan aliran dana panas. Audit
investigative biasanya dilaksanakan dengan audit investigative eksternal yang terdiri dari para
certified accountants yang dilatih dan berpengalaman dalam kecurangan dan pelanggaran
peraturan.

Audit investigative saat ini merupakan salah satu jasa yang diberikan oleh profesi auditing, di
samping audit atas laporan keuangan dan operational auditing. Ditinjau dari lima tahapan
perkembangan ilmu, saat ini profesi auditing pada umumnya dan internal auditing khususnya
berada pada periode tahap kelima. Profesi internal auditor telah berkembang pesat di seluruh
dunia, karena manajemen puncak dan dewan komisaris memperoleh manfaat sebesar-besarnya
bagi organisasi mereka, merupakan jaman keemasan. Profesi auditor tidak boleh merasa puas
diri dan menikmati kejayaan tersebut. Masa keemas an tersebut akan segera berakhir dan
memasuki periode/jaman timbulnya anomaly, yaitu perbedaan antara harapan masyarakat
dengan hasil yang disumbangkan oleh profesi auditor. Intinya adalah internal auditor akan
segera memasuki masa suram kembali.
The IIA Research Foundation (IIARF) setiap saat bekerja untuk menentukan praktek yang terbaik,
budaya bisnis, aktivitas pemerintahan, dan tuntutan lain yang menggambarkan profesi global
dan lingkungan di mana internal auditor bekerja. Hasil penelitiannya memberikan panduan bagi
para praktisi internal auditor untuk belajar satu sama lain sehingga bisa lebih mampu, efisien
dan efektif. Risetriset yang dilakukan oleh The IIARF’s Common Body of Knowledge (CBOK)
sangat penting bagi profesi internal auditor pada masa yang akan datang. Riset-riset tersebut
akan memperluas pengertian internal auditor mengenai bagaimana internal auditing bekerja
pada saat yang akan datang di seluruh dunia sesuai dengan tuntutan perubahan global.
Pada masa ini profesi auditor di Indonesia juga sedang berada pada jaman keemasan, di mana
masyarakat relative merasa percaya pada hasil pekerjaan internal auditor. Namun bahaya besar
yang mengancam profesi auditor sedang terjadi, yaitu tambahan investasi di sector riil tidak
terjadi dan yang terjadi adalah aliran deras hot money ke Indonesia melalui pasar modal dan
investasi dalam bidang property. Sayangnya hal ini tidak dicegah oleh pemerintah, masyarakat,
serta profesi auditor.
Tambahan aja terserah mau dipake atau engga ya

TEORI AKUNTANSI DAN RISET AKUNTANSI A. METODE SAINTIFIK DAN RISET AKUNTANSI
Keberadaan teori sangat bermanfaat dalam kehidupan, sebab teori mencoba menjelaskan
hubungan atau meramalkan kejadian. Teori harus mengandung sekumpulan dasar pikiran yang
biasa disebut asumsi atau dalil. Dasar pikiran ini harus jelas atau dibangun sehingga dapat diuji
dengan kesimpulan statistik dimana dalam kasus biasa disebut hipotesis.
Teori memiliki 2 tujuan, yaitu Pada akhirnya, sebuah teori akan mengandung sekelompok
konklusi atau kesimpulan yang berasal dari premis. Beberapa istilah premis bisa saja tidak
terdefenisi, tetapi sebagian yang lain membutuhkan defenisi yang tepat. Kesimpulan dapat
ditentukan baik secara deduksi maupun induksi. Teori harus mempunyai kesimpulan yang
dihasilkan dari pemikiran dasar. Kesimpulan dapat ditetapkan baik secara deduksi maupun
induksi. MENJELASKAN Menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta seperti
yang diamati MEMPREDIKSI Memberi keyakinan bahwa asumsi atau syarat yaang diteorikan
besar kemungkinan merupakan suatu fenomena atau kejadian tertentu yang akan terjadi
Penalaran Deduktif Bergerak dari hal umum ke khusus Aksioma-aksioma yang formalisasikan
mungkin digunakan untuk menurunkan berbagai autran akuntansiLimited used to-date
Penalaran InduktifBergerak dari hal khusus ke umumMemeriksa data sampel untuk menarik
simpulan tentang populasiMore frequently used to-date
Teori Normatif dan Deskriptif Selain diklasifikasikan menjadi deduktif dan induktif, teori dapat
diklassifikasikan normatif dan deskriptif.
Sistem deduktif sering disamakan dengan normatif walau matematika dan simbol logika adalah
deduktif sistem yang bebas nilai. Teori Deskriptif menceritakan bagaimana suatu hal (tell us how
things are), dan bukan bagaimana seharusnya mereka (not how they should be),
sistem Induktif pada umumnya deskriptif. Dalam model yang berbeda riset induktif dalam
akuntansi dapat membantu menerangkan hubungan dan fenomena yang sedang berlangsung
pada lingkungan bisnis. Riset ini pada gilirannya bermanfaat dalam proses pengambilan
kebijakan dimana metode deduktif membantu memutuskan aturan yang telah ditentukan.
Karenanya menjadi jelas bahwa metode induktif dan deduktif dapat digunakan bersama dan
bukan metode yang saling eksklusif meskipun tidak mungkin menjaga riset induktif agar menjadi
bebas nilai (value- free).

Teori Global dan Partikular/Spesifik Defenisi yang lebih tajam antara sistem deduktif dan induktif
adalah global (makro) dan partikular (mikro). Pendekatan global adalah teori menganjurkan satu
tipe penilaian terhadap semua perkiraan. Sedangkan sistem induktif karena didasarkan pada
fenomena real dapat realistik dan terfokus pada bagian kecil pada lingkungan yang relevan,
dengan kata lain riset induktif cenderung untuk menguji lebih seksama defenisi pertanyaan dan
masalah, 2 Teori Normatif Berusaha menjelaskan bagaimana seharusnya akuntansi dipraktikkan
dan menggunakan nilai dalam pertimbangan, yang mengandung sedikitnya satu premis yang
menyatakan ‘seharusnya’ . Teori Deskriptif Berupaya untuk menemukan hubungan yang
sebenarnya ada dan teori akuntansi diamati terus-menerus dengan tujuan untuk meniru
prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi

Hubungan Komplementer Metode Deduktif dan Induktif Perbedaan deduktif dan induktif dalam
riset, meskipun merupakan konsep yang baik pada tujuan pembelajaran sering tidak teraplikasi
dalam praktek. Jauh dari kompetisi pendekatan, malah keduanya saling melengkapai dan sering
digunakan secara bersamaan.

AKUNTANSI: SENI ATAU SAINS? Untuk menunjukkan akuntansi itu seni atau sains harus ada
kesepakatan di antara praktisi tentang fenomena yag diamati dan diukur dengan cara
mendefinisikan masalah. Selama ini, literatur-literatur akuntansi mengembangkan suatu debat
berkepanjangan menyangkut pertanyaan mengenai apakah akuntansi merupakan sebuah ilmu
(sains).
Mereka yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau keahlian menyarankan agar
keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang baik harus diajarkan
dan memerlukan adanya pendekatan “legalistik” terhadap akuntansi. Paling tidak seorang
penulis pada tahun 40-an merasa akuntansi adalah sebuah ilmu. Para pendukung akuntansi
adalah ilmu yang sebaliknya menyarankan agar mengajarkan model pengukuran akuntansi
untuk dapat memberikan pandangan yang lebih konseptual kepada para mahasiswa akuntansi
mengenai apa yang hendak dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam memenuhi
sasaran umum guna melayani kebutuhan para penggunanya dan untuk menumbuhkan
pemikiran-pemikiran kritis di bidang akunatansi dan perubahan-perubahan dinamis yang terjadi
di dalamnya. Namun demikian, akuntansi sebagian besar berkaitan dengan unsur manusia, yang
kurang terkendali daripada fenomena fisik yang diukur dalam ilmu alam (sains). Karenanya, kita
bisa memperkirakan akuntansi, bersama dengan ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, adalah
kurang akurat dalam pengukuran dan prediksi dibandingkan dengan ilmu alam.

ARAH RISET AKUNTANSI Pendekatan yang didiskusikan di bawah ini mewakili orientasi tertentu
atau arahan riset akuntansi. Pendekatan-pendekatan ini mewakili perubahan yang signifikan
melampaui riset normatif murni pada generasi yang lalu. Dalam penelitian akuntansi memiliki
banyak 3 arah yaitu
Pendekatan model keputusan, penelitian pasar modal, penelitian perilaku, teori keagenan,
informasi ekonomi dan akuntansi kritisi. Pendekatan Model-Keputusan (The Decision-Model
Approach) Model ini menyatakan informasi apa yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan. Dari sudut pandang ini laporan keuangan didasarkan pada entry value, exit value
dan discounted cash flows yang memenuhi syarat berkemungkinan bermanfaat. Pendekatan ini
tidak menyatakan informasi yang diinginkan pengguna melainkan lebih berkonsentrasi pada
informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tertentu. Orientasinya adalah
normatif dan deduktif. Pendekatan ini lebih mengkosentrasikan pada apakah informasi berguna
untuk keputusan-keputusan utama. Premis yang mendasari riset ini adalah pembuat keputusan
yang perlu diingatkan bagaimana menggunakan informasi jika mereka tidak familiar dengan
informasi tersebut. Riset Pasar Modal (Capital Market Research) Sebagian besar penelitian
empiris menunjukkan bahwa harga sekuritas publik bereaksi dengan sangat cepat dan objektif
terhadap informasi baru. Yang Harga pasar diasumsikan untuk merefleksikan secara utuh semua
informasi yang tersedia secara umum. Sebuah jumlah yang signifikan dari riset empirik/induktif
memperlihatkan harga saham perusahaan publik bereaksi dengan cepat dan dalam keadaan
tidak bias terhadap informasi baru. Proposisi ini secara prinsip dari disiplin keuangan diketahui
sebagai efficient market hypothesis atau hipotesis pasar efisien. Ketika informasi secara cepat
direfleksikan dalam harga sekuritas, maka ada permintaan untuk meningkatkan pengungkapan
akuntansi. Riset Keperilakuan (Behavioral Research) Perhatian utama dari riset keperilakuan ini
adalah bagaimana pengguna informasi akuntansi membuat keputusan dan informasi apa yang
mereka perlukan. Pendekatannya yang digunakan adalah deskriptif, sedangkan pendekatan
decision model adalah normatif. Kebanyakan penelitian ini menggunakan subyek situasi
percobaan yang terkendalikan dengan seksama. Banyak studi telah memperlihatkan
ketidaksesuaian antara model keputusan normatif dengan proses keputusan aktual dari
pengguna (users).Riset lain menemukan 4
Adanya tendensi untuk menggunakan laporan keuangan yang dipublikasikan untuk tujuan
pengambilan keputusan manajerial. Teori Agensi (Agency Theory sering disebut Contracting
Theory) Teori keagenan atau teori kontrak adalah merupakan salah satu topik penting dalam
riset akuntansi saat ini. Muncul sebagai suatu reaksi dari pemisahan dalam perusahaan modern
antara kepentingan manajemen dan kepentingan pemilik diluar perusahaan dan tidak termasuk
dalam keputusan manajemen. Teori keagenan bisa merupakan deduktif dan induktif dan
merupakan contoh yang istimewa dari riset perilaku walaupun akar teori keagenan pada
keuangan dan ekonomi lebih dari psikologi dan sosiologi.

Teori2 Pragmatis
Teori Semantik dan sintaktik
Teori2 Normatif
Teori Positif
Pendekatan keilmuan yang diaplikasikan dalam teori ak\
Isu perkembangan teori auditing

Anda mungkin juga menyukai