(Perkembangan usaha petikemas di Jakarta; Kondisi tanah di daerah jakarta utara) ............ 1
Tinjauan Umum...................................................................................................................... 6
4.3.1. Analisa Daya Dukung Tanah dan Tinggi Timbunan Kritis ............................... 34
4.5 Analisa Penurunan Tanah (settlement Analisis) pada PVD dan Geotekstil.............. 45
4.6 Analisa dengan Program Plaxis 8.2 .......................... Error! Bookmark not defined.
4.7 Alternatif Solusi Perbaikan Tanah ............................ Error! Bookmark not defined.
ii
Bab V Penutup ......................................................................................................................... 53
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 53
Lampiran .................................................................................................................................. 53
iii
KATA PENGANTAR
TOLONG DI ISI
iii
OPTIMALISASI PEKERJAAN PERBAIKAN TANAH LUNAK PADA
DEPO PETIKEMAS DI DAERAH JAKARTA UTARA
BAB I PENDAHULUAN
(Perkembangan usaha petikemas di Jakarta; Kondisi tanah di daerah jakarta utara)
Pada 2017, arus peti kemas tercatat tumbuh 7,89%, tertinggi sejak 2013 sekaligus
melampaui pertumbuhan rerata dalam 4 tahun terakhir. (Maulana 2018)(Sumber:
rivki.maulana ; https://ekonomi.bisnis.com/read/20180517/98/796337/arus-peti-kemas-pelabuhan-
tumbuh-789-ter tinggi-4-tahun : 17 Mei 2018 ).
Perdagangan antar negara dengan
menggunakan peti kemas terus
mengalami peningkatan yang luar
biasa. Berbagai negara berlomba
dalam membangun terminal peti
kemas modern yang dilengkapi dengan
peralatan modern, otomatisasi sistem,
peralatan keamanan yang canggih,
layanan operasional yang cepat, dan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya.
Kelancaran arus peti kemas di pelabuhan merupakan salah satu faktor pendukung
berkembangnya suatu daerah yang secara langsung dapat berdampak pada
perkembangan perekonomian daerah atau wilayah setempat.
Terminal peti kemas sebagai tempat transit antarmoda kapal dan truk peti kemas
melakukan kegiatan operasional terminal peti kemas/container terminal operation
yang terdiri dari: stevedoring, cargodoring, dan receiving/delivery. Berikut definisi
dari masing-masing proses (berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Perairan) (Perairan 2010) adalah:
a. stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga/
tongkang/ truk atau memuat barang dari dermaga/ tongkang/ truk ke dalam kapal
sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau
derek darat;
b. cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/ jala-jala ( tackle) di
dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan barang
atau sebaliknya;
1
c. Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat
penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun
di atas kendaraan di pintu gudang/ lapangan penumpukan atau sebaliknya.
Logistik peti kemas selanjutnya melibatkan moda transportasi darat baik itu truk
maupun keret api yang disebut dengan container drayage operation, dalam operasi ini
truk akan melewati beberapa titik pemberhentian diantaranya: terminal peti kemas
(container terminal), pabrik (factory), depo peti kemas kosong (empty container
depot), dan garasi truk peti kemas (pool). Operasional truk peti kemas drayage dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan arahnya.
Semua kegiatan diatas adalah suatu pergerakan kendaraan bertonase berat dan
dapatlah kita bayangkan berapa beban yang terjadi pada tanah pada saat itu dan
saatnya kita mengalihkan perhatian pada kondisi tanah di sekitar pelabuhan, daerah
pesisir dan tepi pantai.
Menurut beberapa tulisan maka karateristik tanah pesisir adalah pasiran dan dalam
ilmu geoteknik tanah type ini adalah soft soil secara spesifik tanah pasiran akan di
bahas dalam bab 2 tentang tanah dan pasir.
Karena hal tanah asli berupa tanah pasiran dengan daya dukung rendah dan
konsolidasi tinggi maka biasanya di daerah pesisir harus dilakukan perbaikan tanah
dengan mengganti tanah asli yang berpasir dengan tanah lempung dan dipadatkan
dengan metode tertentu sehingga dapat kita simpulkan bahwa kondisi tanah di daerah
pesisir rata2 berupa tanah urugan.
2
1.2. Latar Belakang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peranan Depo Container bagi perdagangan
internasional, maka potensi pasar yang menyediakan jasa akan mengalami peningkatan
pula. Potensi pasar yang semakin luas ini merupakan peluang bisnis bagi pengusaha
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha yang dimilikinya.
Membangun dan membuat rekayasa konstruksi bangunan untuk penumpukan
petikemas pada tanah lunak di daerah pantai di daerah Jakarta Utara yang merupakan
tanah pesisir dan kemungkinan besar adalah tanah reklamasi memerlukan teknologi
perbaikan tanah atau soil improvement
Beberapa metode soil improvement yang sesuai dengan kondisi tanah didaerah pesisir
akan dibahas detail di bab 2 dan 3 dibawah ini.
Namun sebagai ilustrasi daerah pesisir juga disebut dengan coastal wetland yang
artinya daerah persisir basah yang perlu kita ketahui untuk analisa SWOT nya sebelum
memutuskan utk membangun sebuah pusat kegiatan dengan kebutuhan rekayasa
konstruksi yang massive dan mahal.
Untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi coastal wetland perlu dilakukan
pertimbangan faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi suatu kebijakan
atau keputuasan yang akn diambil. Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity
dan threats) menrupakan analisis yang tepat dimana analisa ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan masing-masing fungsi baik faktor eksternal maupun faktor
internal.
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan keputusan. Untuk membuat suatu analisis SWOT, pertama harus
mengidentifikasi faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman).
MATRIK ANALISIS SWOT UNTUK PENGEMBANGAN COASTAL WETLAND
3
baik untuk tambak infrastruktur
4
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud :
Menyiapkan proses perhitungan dan menjabarkan jenis dan macam pekerjaan perbaikan
tanah termasuk pematangan lahan
Dari rumusan masalah diatas diharapkan mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Memahami dan menganalisa beberapa metode perbaikan tanah/pematangan lahan.
2. Mendapatkan besar dan waktu pemampatan tanah dari masing masing metode
3. Merencanakan metode yang paling optimal dari perkuatan tanah dengan pendekatan
geoteknis atau pondasi
4. Mengetahui sasaran tindakan dari perbaikan tanah adalah untuk:
1. Karakteristik dan properties fisik tanah
2. Karakteristik dan properties Mekanika tanah
3. Karakteristik dan properties Hidrolika tanah
4. Tegangan efektif/Tegangan geser/Keruntuhan geser
5. Konsolidasi
6. Type perbaikan tanah
7. Pemilihan type geosintetik
Tujuan:
Mendisain bangunan konstruksi yang lengkap dan menyeluruh termasuk untuk
pekerjaan pematangan lahan yang tepat dan efisien
5
BAB II STUDI PUSTAKA
Tinjauan Umum
6
Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas dasar
komponen utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir (sandy clay),
lempung berlanau (silty clay) dan seterusnya. Sistem klasifikasi berdasarkan
tekstur yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika (USDA)
didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah melalui persentase pasir, lanau
dan lempung seperti yang digambarkan seperti dibawah ini :
Pasir : butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,05 mm
Lanau : butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,002 mm
Lempung : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm
7
Dalam sistem ini tanah dikelompokkan menjadi tujuh kelompok besar yaitu A1
sampai dengan A7. Tanah yang termasuk dalam golongan A-1 , A-2, dan A-3
masuk kedalam tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari jumlah butiran
tanah yang lolos ayakan No.200, sedangkan tanah yang masuk dalam golongan
A-4, A-5, A-6 dan A-7 adalah tanah lanau atau lempung. A-8 adalah kelompok
tanah organik yang bersifat tidak stabil sebagai bahan lapisan struktur jalan
raya, maka revisi terakhir oleh AASHTO diabaikan (Sukirman, 1992).
Percobaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah
analisis saringan, batas cair, dan batas plastis.
c. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Unified Soil Classification System/USCS)
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Cassagrande dalam tahun 1942
untuk dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan tenagn yang
dilaksanakan oleh The Army Corps Engineers. Sistem ini telah dipakai dengan
sedikit modifikasi oleh U.S. Bureau of Reclamation dan U.S Corps of Engineers
dalam tahun 1952. Dan pada tahun 1969 American Society for testing and
material telah menjadikan sistem ini sebagai prosedur standar guna
mengklasifikasikan tanah untuk tujuan rekayasa.
Sistem UNIFIED membagi tanah ke dalam dua kelompok utama :
1. Tanah berbutir kasar → adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya tertahan
pada ayakan No. 200. Tanah butir kasar terbagi atas kerikil dengan simbol G
(gravel), dan pasir dengan simbol S (sand).
2. Tanah berbuti halus → adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya lewat
saringan No. 200. Tanah butir halus terbagi atas lanau dengan simbol M
(silt), lempung dengan simbol C (clay), serta lanau dan lempung organik
dengan simbol O, bergantung pada tanah itu terletak pada grafik plastisitas.
Tanda L untuk plastisitas rendah dan tanda H untuk plastisitas tinggi.
Adapun simbol-simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini adalah :
W = well graded (tanah dengan gradasi baik)
P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL<50)
H = high capacity (plastisitas tinggi) (LL>50)
Untuk lebih jelasnya klasifikasi, siste, UNIFIED dapat dilihat [ada bagan tabel
di bawah ini :
8
Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das
9
2.5.2. Kepadatan tanah (Density)
To evaluate the density of a geomaterial, void ratio, defined as the ratio of
American Society for Testing and Materials (ASTM) ASTM D4253 and ASTM
D4254 can be used to determine the maximum and minimum void ratios of a
soil with up to 15% (by dry mass) of soil particles passing the No. 200 sieve
size. With the maximum and minimum void ratios, the relative density of a
geomaterial, Dr, can be calculated as follows:
Untuk mengevaluasi kepadatan dari tanah , void ratio
Dr = emax − e
emax − emin
(2.2)
where
density, Dr > 70%. Unit weight, defined as the ratio of weight to volume of a
10
Tanah terdiri dari tiga fase elemen yaitu: butiran padat (solid), air dan udara.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar dibawah ini :
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Dimana :
Vs = Volume butiran padat
Vv = Volume pori
Vw = Volume air dalam pori
Va = Volume udara dalam pori
Apabila udara dianggap tidak memiliki berat, maka berat total dari contoh
tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :
W = Ws + Ww
Dimana :
Ws = Berat butiran padat
Ww = Berat air
Hubungan yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka pori
(void ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).
1. Angka pori / void ratio (e), didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori dan volume butiran padat, atau :
𝑉𝑣
e=
𝑉𝑠
12
2.5.5. Poison’s Ratio
Nilai poisson's ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros terhadap regangan
pemuaian lateral. Nilai poisson's ratio dapat ditentukan berdasarkan jenis tanah
seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Hubungan antara jenis tanah dan Poisson's Ratio
Jenis Tanah Poisson's Ratio (μ)
Lempung jenuh 0,4 - 0,5
Lempung tak jenuh 0,1 - 0,3
Lempung berpasir 0,2 - 0,3
Lanau 0,3 - 0,35
Pasir padat 0,2 - 0,4
Pasir kasar (e = 0,4 – 0,7) 0,15
Pasir halus (e = 0,4 – 0,7) 0,25
Batu 0,1 - 0,4
Loses 0,1 - 0,3
Sumber : Mekanika Tanah II, Tim Dosen Teknik Sipil Undip
13
1. Batas cair (LL) adalah kadar air tanah antara keadaan cair dan keadaan
plastis
2. Batas plastis (PL) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis
3. Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis,
dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis, atau :
PI = LL - PL
Indeks Plastisitas (IP) menunjukkan tingkat keplastisan tanah. Apabila nilai
indeks plastisitas tinggi, maka tanah banyak mengandung butiran lempung.
Klasifikasi jenis tanah menurut Atterberg berdasarkan nilai indeks plastisitas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
14
Gambar x.z Susunan tanah tak jenuh
Besar bidang kontak antar butiran tergantung bentuk dan susunan butiran.
Tegangan yang terjadi pada bidang kontak antar butiran dipengaruhi oleh
tekanan air pori. Dalam praktek butiran tanah dan air pori dianggap tidak mudah
mampat sedang udara mudah sekali mampat. Sifat mudah mampat tanah
tergantung pada susunan butiran padat.
Terzaghi (1923) memberikan prinsip tegangan efektif pada segumpal tanah, ini
15
hanya berlaku pada tanah jenuh sempurna yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Tegangan Normal
Tegangan pada suatu titik pada tanah yang bersifat sama di kedalaman
tertentu tanpa memperhitungkan pengaruh dan berat air dan merupakan hasil
perkalian dari berat volume tanah dengan kedalaman titik yang ditinjau, dan
berat volume tanah yang digunakan merupakan berat volume tanah.
σ = γt . z ............................................................. (1)
2. Tegangan Efektif
Merupakan gaya per satuan luas yang dipikul oleh butir-butir tanah yang
pertama kali diperkenalkan oleh Terzaghi 1925, berdasarkan hasil percobaan.
Aplikasikan pada tanah yang jenuh air dan berhubungan dengan dua tegangan :
a. Tegangan normal total (σ) yaitu tegangan yang diakibatkan oleh berat tanah
total termasuk air pori persatuan luas dengan arah tegak lurus.
b. Tekanan air pori (μ) atau tekanan netral yang bekerja segala arah sama
besar, yaitu tekanan air yang mengisi rongga antar butiran padat.
c. Tegangan normal efektif (σ’) pada suatu bidang di dalam massa tanah, yaitu
tegangan yang dihasilkan dari beban berat butiran tanah per satuan luas
bidangnya.
σ' = σ – μ ......................................................... (2)
w z ........................................................ (3)
σ’ = γt . z – γw . z = γ’ . z ................................ (4)
τ = f (σ)
dengan ;
16
τ = tegangan geser (kN/m2)
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir tanah
terhadap desakan atau tarikan. Bila tanah mengalami pembebanan akan ditahan
oleh ;
Kohesi tanah yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya
Gesekan antar butir – butir tanah
Coulomb (1776) mendefinisikan ;
τ = c +σ tan ϕ
dengan ;
17
g. Rasio overconsolidasi (OCR) adalah nilai banding antara tekanan
prakonsolidasi dengan tekanan overburden efektif yang ada sekarang. Jadi
jika OCR = 1 tanah dalam kondisi normally consolidated, dan jika OCR > 1
tanah dalam kondisi overconsolidated.
2.3.3. Konsolidasi
19
Umumnya masalah geoteknik adalah pada kegagalan daya dukung, besarnya penurunan
total/sebagian, tekanan air, likuifaksi, tidak stabil, daya angkat tanah (ground heave),
erosi dan rembesan dan akan di gambarkan pada tabel dibawah ini
Tabel 2.3. PERMASALAHAN GEOTEKNIK KEMUNGKINAN PENYEBABNYA
PERMASALAHAN TEORI DASAR KEMUNGKINAN
PENYEBAB
Kegagalan daya Gaya yang bekerja lebih besar dari Besarnya gaya yang bekerja
dukung tanah kapasitas daya dukung ultimit tanah Beban yang tidak merata
Area pembebanan yang kecil
Rendahnya kekuatan tanah
Besarnya penurunan Hukum Hooke dan penyusunan Besarnya gaya yang bekerja
(settlement) kembali partikel tanah Besarnya area pembebanan
total/parsial tanah Kompresibilitas tanah yang
tinggi
Tanah yang tidak seragam
Besarnya kembang/susut tanah
Tekanan Air Gaya yang bekerja lebih besar dari Besarnya gaya yang bekerja
(Hydrocompression) tekanan pada ambang keruntuhan Tanah yang mudah runtuh
air
Daya Angkat tanah Tekanan karena mekarnya tanah lebih Air
besar dari gaya yang bekerja Tanah ekspansif
Tanah beku
Temperatur rendah
Ketidakstabilan Tegangan geser lebih besar dari Bangunan tinggi
(instability) kekuatan geser; gaya yang bekerja Lereng yang curam
Pada sliding, over lebih besar dari gaya penahannya Tekanan air yang tinggi
turning dan slope termasuk gaya momen dan momen Pondasi pada tanah lunak
failure penahannya Besarnya gaya/beban diatas
tanah
Besarnya pembebanan
Likuifaksi Tegangan efektif menjadi nol karena Gempa bumi
meningkatnya tekanan pada air pori Type tanah lanau dan pasir
Tingginya muka air tanah
Erosi (Erosion) Tegangan geser yg disebabkan air Air mengalir
lebih besar dari pada tegangan Aliran air yang tinggi/cepat
maksimun yang diijinkan pada tanah Tanah yang mudah erosi (lanau
tersebut dan pasir)
20
Rembesan (Seepage) Hukum Darcy Tingginya muka air tanah
Permaebilitas tanah
Traditional Compaction Aplikasi penggunaan beban Menaikan kepadatan, Cocok untuk pekerjaan
(Pemadatan tradisional) statis dinamis pada kekuatan dan kekakuan , urugan yang luas dengan
permukaan tanah dalam mengurangi deformasi , kedalaman 30 cm
jumlah tertentu untuk setiap permeabilitas dan potensi menggunakan urugan padat
permasalahan kepadatan runtuh termasuk gaya keatas
tanah tanah
Level = 5
High Energy Impact Aplikasi gerakan tumbukan Menaikan kepadatan, Cocok untuk pekerjaan
Roller Compaction dari roller berenergi tinggi kekuatan dan kekakuan , urugan yang luas dengan
(Pemadatan dengan roller pada permukaan tanah mengurangi deformasi , kedalaman 2.0 m diguna
tumbuk ber-energi tinggi) untuk memadatkan dan permeabilitas dan potensi kan untuk menaikan mutu
menyelesaikan permasalah runtuh termasuk gaya keatas subgrade dan pondasi tanah
kepadatan tanah tanah; menghancurkan batu dan kepadatan urugan
SHALLOW COMPACTION
Level = 2
Rapid Impact Compaction Menggunakan ekskavator Menaikan kepadatan, Cocok untuk material
(Pemadatan dengan untk menjatuhkan beban kekuatan dan kekakuan , berupa butiran sampai
tumbukan cepat) berulang pada pemukaan mengurangi deformasi , dengan kedalaman 6 m
tanah yang memiliki permeabilitas dan potensi diguanakan untuk menaikan
masalah kepadatan tanah runtuh termasuk gaya keatas mutu subgrade dan pondasi
tanah tanah termasuk kepadatan
urugan
Level = 2
Intellegent compaction Aplikasi dan menyesuaikan Menaikan kepadatan, Cocok untuk material
(Pemadatan cerdas) tingkat energy yang kekuatan dan kekakuan , berupa butiran tanah
diperlukan pada pemadatan mengurangi deformasi , diguanakan untuk menaikan
yang terlihat dilayar dari permeabilitas dan potensi mutu subgrade dan pondasi
ukuran disaat itu tentang runtuh termasuk gaya keatas tanah termasuk kepadatan
masalah kepadatan tanah tanah, identifikasi daerah urugan
dengan kepadatan rendah
dan memaksimalkan
21
produksi pemadatan
Level = 2
Dynamic Compaction Menjatuhkan beban berat Meningkatnya kepadatan, Cocok untuk material
(Pemadatan dinamis) dari ketinggian tertentu kekuatan dan kekakuan , berupa butiran , runtuhan
untuk memberikan energi mengurangi deformasi, tanah dengan 15% abu
tinggi pada permukaan likuifaksi dan potensi dikedalaman 10 m
tanah menyebabkan keruntuhan pada kedalaman digunakan untuk
likuifaksi pada tanah yang tanah meningkatkan mutu
saturated dan pemadatan pondasi
pada tanah yang
unsaturated
Level = 5
Vibro Compaction Applikasi gaya vibrasi Meningkatnya kepadatan, Cocok untuk pasir bersih
(Pemadatan vibrasi) dengan menggunakan air kekuatan dan kekakuan , dengan 15% kamau dan
disekitar tanah yang mengurangi deformasi, kurnag sri 2% lempung di
DEEP COMPACTION
Overexcavation and Membuang tanah yang Menaikan kepadatan, Cocok dan ekonomis untuk
Replacement bermasalah dan kekuatan dan kekakuan , luasan dengan keterbatasan
SHALLOW
Penggalian dan menggantinya dengan tanah mengurangi deformasi , area dan kedalaman
penggantian tanah berkualitas baik dan sesuai likuifaksi potensi runtuh dan (seragam untuk 3 meter
gaya keatas tanah kedalaman dan diatas muka
air tanah
Level = 5
REPLACEMENT
Sand Compaction Mengganti tanah Menaikan kapasitas kekuatan Cocok untuk luasan tanah
Columns bermasalah pada casing tanah dan stabilitas , pada kedalam 5-15 m ;
DEEP REPLACEMENT
(Pemadatan kolom pasir) yang masukan kedalam mengurangi penurunan, untuk menaikan mutu
tanah pada kedalaman potensi likuifaksi dan pondasi
tertentu dengan pasir dan mempercepat konsolidasi
dipadatkan dengan vibrasi
Level = 5*
Stone Column Mengganti tanah Menaikan kapasitas kekuatan Cocok untuk luasan tanah
(Kolom batu) bermasalah pada casing tanah dan stabilitas , dengan kondisi (undrained
22
yang masukan kedalam mengurangi penurunan, shear strength > 15 kPa)
tanah pada kedalaman potensi likuifaksi dan pada kedalam 5-10 m
tertentu dengan batuan dan mempercepat konsolidasi (sampai lebih dari 30 m)
dipadatkan dengan vibrasi digunakan untuk menaikan
mutu pondasi
Level = 5*
Rammed Aggregate Tanah dibor lalu lubang Menaikan kapasitas kekuatan Cocok untuk luasan tanah
Columns bekas bor diisi agregat dan tanah dan stabilitas , dengan kondisi pada
(Kolom Agregate Padat) di padatkan dengan dipukul mengurangi penurunan, kedalam 5-10 m dengan
potensi likuifaksi dan muka air tanah dalam
mempercepat konsolidasi digunakan untuk menaikan
mutu pondasi
Level = 4
Vibro Concrete Columns Membuat galian/lubang Meningkatnya kepadatan, Cocok dan ekonomis untuk
(Kolom dengan vibro- dengan vibro probe kekuatan tanah dan tanah yang sangat lunak
beton) kemudian mengisinya stabilitas; mereduksi dengan kedalaman seragam
dengan beton penurunan di 5-10m , digunakan untuk
menaikan mutu pondasi
Level = 3
Geosynthetics encased Membuat lubang dengan Meningkatnya kepadatan, Cocok untuk pasir bersih
colums casing besi lalu lubangnya kekuatan tanah dan dengan 15% kamau dan
(Kolom Geosintetis) diisi dengan casing dan stabilitas; mereduksi kurnag sri 2% lempung di
isian dari bahan geosintetis penurunan; dan kedalaman 5-15m ;
mempercepat konsolidasi digunakan untuk
meningkatkan mutu
pondasi
Level = 2*
23
Subkatagori
keberhasilan
Drainage geosynthetics Letakan lapisan non Mengurangi tekanan air Cocok tanah
(Pengaliran air oleh woven geotekstil atau dan keruntuhan dan potensi permaebilitas rendah,
bahan geosintetis) geokomposit di tanah atau gaya keatas tanah; untuk aplikasi jalan
DRAINAGE , DEWATERING AND CONSOLIDATION
DRAINAGE
Open Pumping Menggunakan kolam Membuang air atau Cocok untuk area yang
(Pemompaan Terbuka) pungumpul, saluran dan genangan air untuk kecil dengan konsidi
pompa untuk membuang memudahkan konstruksi tanah yang tidak
kumpulan air yang permeable merendah
terdapat pada galian kan muka air tanah
terbuka dengan membatasi ke
dalaman galian terbuka
Level = 5
Well System Menggunakan titik titik Membuang air atau Cocok untuk area yang
(Sistem Sumur) sumur dalam untuk genangan air untuk luas dengan konsidi
DEWATERING
24
Electro Osmosis Membuat lereng listrik Membuang air atau Cocok untuk tanah yg
Method dengan memasang anoda genangan air untuk tidak permeabel baik
(Metoda Electro dan katoda untuk memudahkan konstruksi tanah lempung atau
Osmosis) menimbulkan aliran air, lanau
air dikumpulkan dan di
alirkan melalui sumur
katoda
Level = 2
Fill Preloading Aplikasi beban sementara Meningkatnya kekuatan Cocok untuk tanah
(Urugan beban awal) diatas permukaan tanah tanah dan mengurangi lempung dan lanau
untuk waktu tertentu penurunan jenuh ; dipakai untuk
kemudian menghilangkan mengurangi penurunan
beban tersebut saat pada tanah pondasi
konstruksi
CONSOLIDATION
Level = 5
Vacuum Preloading Aplikasi tekanan hisap (-) Meningkatnya kekuatan Cocok untuk tanah
(Daya hisap sebagai pada permukaan tanah tanah dan mengurangi lempung dan lanau
beban awal) dan atau melalui saluran penurunan jenuh ; dipakai untuk
kedalam tanah untuk mengurangi penurunan
waktu tertentu kemudian pada tanah pondasi
menghilangkannya
tekanan tersebut untuk
konstruksi.
Level = 3
25
Subkatagori
keberhasilan
Chemical stabilization Mencampur batu kapur Meningkatkan kekuatan Cocok untuk tanah
SHALLOW STABILIZATION
of subgrade and base dan atau abu batu dengan tanhah dan kekakuan ; lempung dan lanau tak
(Stabilisasi secara kimia lapisan tanah dasar dan mengurangi potensi gaya jenuh; umumnya
wi dari tanah dasar dan pondasi tanah dilapangan angkat tanah dipakai untuk konstruk si
pondasi tanah) kemudian dipadatkan; jalan raya dengan
terjadi reaksi kimiawi ketebalan kurang atau
antara partikel tanah dan sama dengan 30 cm.
bahan ikatan semen
Level = 5
Grouting Memasukan cairan semen Mengurangi tekanan air Beda grouting untuk
(Penyemenan) kedalam tanah untuk dan keruntuhan dan potensi tanah yang berbeda;
mengisi rongga dan gaya keatas tanah; umumnya dipakai untuk
kerapatan partikel tanah mengukur perbaikan atau
CHEMICAL STABILIZATION
Jet Grouting Memasukan cairan semen Mengurangi tekanan air Cocok untuk area yang
DEEP STABILIZATION
(penyemprotan semen) bertekanan tinggi kedalam dan keruntuhan dan potensi luas ; umumnya dipakai
tanah untuk memotang gaya keatas tanah; untuk mengukur perbaik
lalu mencampur tanah an dan melindungi proy
dengan formasi semen ek pada kedalaman ku
dan menciptakan kolom rang dari 30 m
keras karena reaksinya
dengan partikel tanah
Level = 4
Deep Mixing Mencampur batu kapur Membuang air atau Cocok untuk area yang
(Mencampur dan semen dari permuka genangan air untuk luas dengan konsidi
dikedalaman) an kekedalaman tertentu memudahkan konstruksi tanah yang tidak
secara mekanis menghasil dan menambah stabilitas permeable, merendah
kan reaksi kimia antara dari galian kan muka air tanah
partikel tanah dan bahan dengan membatasi ke
ikatan semen dalaman galian terbuka
26
Level = 4*
Subkatagori
keberhasilan
FILL REINFORCEMENT
DEEP STABILIZATION
Geosynthetic Meletakan bahan geo Mengurangi sebagian dan Cocok untuk urugan
Reinforced sintetik diatas tiang yang total penurunan tanah; diatas pondasi tanah
Column-Supported menjadi dasar urugan mempercepat konstruksi ; lunak dengan persyarata
Embankment untuk menahan beban meningkatkan stabilitas penurunan dan waktu
(penyemprotan semen) urugan yang ketat
Level = 3
Mechanically Stabilized Meletakan perkuatan geo Meningkatkan stabilitas Cocok untuk tanah
Earth Wall sintetik atau metal pada urugan plastisitas rendah
(Mencampur lereng dengan ketinggian
dikedalaman) yang berbeda beda selama
peng urugan untuk
menghasil kan ketahanan
terhadap gaya tarik
Level = 5
27
Reinforced sintetik diantara urugan dan daya dukung tanah untuk urugan pasir diatas
Foundation dibawah pondasi untuk tanah lunak dengan area
menghasilkan penunjang dan kedalaman tertentu
beban
Level = 3*
Geosynthetic Meletakan perkuatan geo Meningkatkan umur jalan, Cocok untuk dasar tanah
Reinforced sintetik diatas pondasi daya dukung tanah; berpasir diatas pondasi
Road dasar atau diantara base mengurangi deformsi dan tanah lunak
course untuk memberikan ketebalan pondasi
gaya lateral
Level = 4
Subkatagori
keberhasilan
Level = 4*
REINFORCEMENT
Soil Nails Masukan batang besi atau Menambah stabilitas tanah Cocok tanah plastisitas
(Paku tanah) paku baja kedalam tanah rendah seperti lempung
dengan selimut grouting keras, pasir padat dan
sepanjang paku tersebut batuan digunakan untuk
untuk memberikan keta lereng dan dinding
hanan tarik dan mencegah selama penggalian.
gerakan tanah
Level = 4
Micropiles Masukan besi tulangan Menambah stabilitas tanah; Cocok untuk variasi
(Tiang pancang Mikro) dalam lubang tanah yang proteksi kondisi awal, tanah , digunakan untuk
dibor lalu digrouting (pile proteksi struktur selama lereng, dinding dan
kecil d <30cm) menghasil pergerakan tanah perbaikan pondasi ter
kan kapasitas terhadap pasang.
28
beban vertikal dan lateral
Level = 4
Subkatagori
keberhasilan
Level = 2
Biological Treating Masukan batang besi atau Menambah stabilitas tanah Cocok tanah plastisitas
(Paku tanah) paku baja kedalam tanah rendah seperti lempung
dengan selimut grouting keras, pasir padat dan
sepanjang paku tersebut batuan digunakan untuk
untuk memberikan keta lereng dan dinding
hanan tarik dan mencegah selama penggalian.
gerakan tanah
Level = 1
29
2.5.3. Metode kalkulasi standard tanah dan perbaikan tanah
Aplikasi
Analisis Biasa
Memenuhi Syarat? Ye
Selesai
s
No
3.1
3.2 Tahap Persiapan
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Formatted: Font: Bold, Font color: Black
Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Aligned at: 0.39" + Indent at: 0.64"
31
Metode penelitian adalah strategi umum yang digunakan dalam pengumpulan data Formatted: Normal, Indent: Left: 0.5", No bullets or
numbering
dan analisis data yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti.
Metodologi penelitian merupakan salah satu faktor yang terpenting dan sangat
menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu
penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau
penentuan metode yang digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini kita akan melakukan penelitian :
a. Penelitian kualitatif. Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
penelitian dapat memenuhi kriteria ilmiah, maka cara-cara yang digunakan untuk Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
Formatted: Font color: Black
mengumpulkan data diusahakan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
Formatted: Font color: Black
metode yang telah digunakan. Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.75", No bullets
or numbering
B. Sumber dan pengambilan data Formatted: Font color: Black
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data melalui buku-buku Formatted: Font color: Black
Formatted: Font: Bold
literatur, dokumen peraturan-peraturan dan informasi dari waka kurikulum
Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 +
kemudian diolah sebagai penguat dari data yang diperoleh dari sumber Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Aligned at: 0.39" + Indent at: 0.64"
yang pertama atau data primer. Formatted: Font color: Black
32
2) Visi, misi dan tujuan lembaga.
3) Data struktur organisasi ….
Formatted: Normal, No bullets or numbering
disebut juga data asli. Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data primer
melalui hasil observasi.
Yang merupakan data primer dalam tesis ini adalah:
1. Data ….. Formatted: List Paragraph, Outline numbered + Level: 2 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
B. Data sekunder Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.39", Numbered +
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0.64" + Indent at: 0.89"
yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan- Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.64", No bullets
or numbering
laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga data yang tersedia. Data
sekunder biasa dikatakan sebagai data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitian.
Yang merupakan data sekunder dalam tesis ini adalah:
1. ….. Formatted: List Paragraph, Outline numbered + Level: 2 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
3.3 Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.88", No bullets
3.4 Analisis Pengolahan Data or numbering
Analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu uraian, memanipulasi serta Formatted: Normal, Indent: Left: 0.39", No bullets or
numbering
menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Tujuan analisis data adalah untuk
menyederhanakan, sehingga mudah menafsirkannya.
3.4 Tujuan dari analisis ini adalah ……….
3.5 Cara Analisa
3.6 Alur ( flowchart ) Analisa
33
Bab IV Analisa dan Pengolahan Data
Formatted: Normal
4.4 Analisa Penurunan Tanah (settlement Analisis) pada Preloading dan PVD
Design Parameter
1. Undrained shear strength, permeability and consolidation coefficient, initial void
ratio, preconsolidation stress, compression and recompression indices, secondary
compression index, and thickness of soft soil
2. Depth of groundwater table and drainage condition
3. Size of preloading area anf intensity of loading (fill pressure or vacuum pressure)
4. Rate of loading
5. Available time for preloading
6. Final structure load
7. Required factors of safety against bearing and slope failures
8. Tolerable postconstruction settlement
9. Service life
If preloading without vertical drains does not meet time and/or performance
requirements, vertical drains are needed to accelerate consolidation
10. Type, dimension, length, drainage capacity of vertical drains
11. Pattern and spacing of vertical drains
12. Size and permeability of smear zone
To accelerate preloading and reduce secondary compression, surcharge may be used.
13. Magnitude of surcharge
14. Time for maintaining surcharge
15. Time for removing surcharge
34
Design Procedure
35
•Estimate an allowable pressure based on the allowable bearing capacity of the
foundation and a factor of safety against slope failure if embankments are used for
preloading
•If the allowable capacity is higher than the required pressure, one-stage construction
1 is sufficient and the pressure is maintained until the end of the construction
•If the allowable capacity is less than the required final pressure ; however, two or
multiple stage construction (also called staged constuction) is needed
•Based on the selected type, properties, pattern, and length of vertical drains,
3 determine spacing of vertical drains
•For the staged construction, strength gain is calculated under the previous pressure
for a certain time period
4 •The time period is often assumed at the consolidation rate of 80% and should be
calculated first prior to determining the strength gain
•Estimate a new allowable pressure based on the increased allowable bearing capacity
•If the new allowable capacity is higher than the required pressure, the remaining
5 pressure in addition to the previous pressure is applied and maintained untul the end
of the construction witha settlement calculation
Embankment
Ɣ = 19.7 kN/m3
c' = 0
φ = 30
height = 6 m
Stage 1
The permissible height of the fill for the first stage :
H1 < Nc cu / FS . Ɣ = 3.274111675 m
The total primary settlement in the first stage (the vertical overburden stress is calculated at
the mid-depth of the soft soil and the width of the embankment is more than three times the
thickness of the soft soil) is
Sc1 = Cch/1+e0 log σ'z0+Δσz/σ'z0
= 3.292496172 log 2.061994609
= 1.034790475 m
37
Cr = 2.5 x Cv
= 0.000000045 m2/s
Estimation of kv :
Cc = Δe / log σ'z2-logσ'z1
Δe = Cc (logσ'z2-logσ'z1)
αv = Δe / σ'z2-σ'z1
= Cc (logσ'z2-logσ'z1)/'z2-σ'z1
= 0.001294429 /kPa
mv = αv / 1+e0
= 0.00066076 /kPa
kv = cv ɣw mv
= 1.16558E-10 m/s
kr = 2.5 kv
= 2.91395E-10 m/s
The settlement at t1 is
St1 = Uvr(t1) Sc1
= 0.371836778 m
38
In order to reach at least 80% consolidation at the end of the first stage. Assume
Uv = 10%
t2 = 158.1298454 days
Tv(r2) = Cv.t/h^2dr
= 0.000851073
Uv = 0.032926738
= 3.3%
Therefore, the assumed degree of consolidation at 10% is higher than the calculated.
Adjustment of Uvr is needed
Uvr = 0.785094831
The settlement at t2 is
St2 = Uvr(t2)Sc1
= 0.812408652 m
Stage 2
The portal permissible height of the fill for the second stage is
H2 <
Nc(cu+Δcu)/FS.ɣ = 5.806042504 m = 5 m
39
Considering the settlement of the embankment during and after construction, the actual
height of fill to be added should be greater than that in the design section. Assume the
total height of the fill to be added is 8 m, which is within is within the total permissible
height for the second stage. The expected total primary settlement is
Sc2 = Cch/1+e0 log σ'z0+Δσz/σ'z0
= 3.292496172 log 2.769991015
= 1.456858308 m
Therefore, the final height of the embankment after the primary settlement is close to
6.5 m
The height of the fill to be added in the second stage is 1.725888325 m which
can be completeed in 5.8 weeks if the same rate of construction is adopted.
Therefore, the time right after placing the fill for the second stage, t3 is
t3 = 198.400573 days
The time for calculating the degree of consolidation under the first stage loading
t3-t1/2 = 163.400573 days
Uv(p1,t3) = 0.0379
= 3.79%
The remaining excess pore water pressure induced by the first stage loading is
ut3(p1) = u01(1-Uvr.p1,t3)
= 7.725776791 kPa
40
Uv(p2-p1,t3) = 0.013315172
= 1.33%
The initial excess pore water pressure induced by the second stage loading is
u02 = 34 kPa
The remaining excess pore water pressure induced by the second stage loading is
ut3(p2-p1) = u02 (1-Uvr(p2-p1,t3)
= 26.23238891 kPa
The time factors at the end of the year for the first stage loading are
Tv(p1,t4) = Cv (2t4 - t1) / 2h^2dr
= 0.00228096
Uv(p1,t4) = 0.053904374
= 5.39%
41
Uvr(p1,t4) = 1 - (1-Uv)(1-Ur)
= 0.983201838
= 98.32%
The remaining excess pore water pressure induced by the first stage loading is
ut4(p1) = u01(1-Uvr(p1,t4))
= 0.992771365 kPa
The time factors at the end of the year for the second stage loading are
Tv(p2-p1,t4) = Cv(2t4-t3-t2) / 2h^2dr
= 0.001290711
Uv(p2-p1,t4) = 0.040548954
= 4.05%
The remaining excess pore water pressure induced by the second stage loading is
ut4(p2-p1) = u02(1-Uvr(p2,t4)
= 3.333193321 kPa
42
The time required to complete 99% consolidation is
tp = -Fm(Nd)ln(1-Ur)de^2 / 8Cr
= 32572611.27 s
= 1.032870728 year
In addition, traffic loading would induce settlement in the soft soil and the embankment
fill. Considering the embankment fill is well completed, the settlement in the embankment
fill is negligible. The settlement in the soft soil induced by the equivalent traffic loading of
74.1666667 kPa is
The secondary settlement in 100 years (assume no change in Cα after the staged
Ss = Cα h log (t/tp)
1 + e0
4
Fill height (m)
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Time (days)
43
Time (days)
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
-0.2
-0.4
Settlement (m)
-0.6
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
44
4.5 Analisa Penurunan Tanah (settlement Analisis) pada Preloading dan PVD
Vaccuum
Formatted: Font color: Auto
Formatted: Normal, No bullets or numbering
4.54.6 Analisa Perbaikan Tanah Metode Granular ColumnAnalisa Penurunan Tanah
(settlement Analisis) pada PVD dan Geotekstil
Design Parameter
1. Soil type (cohesionless or cohesive soil)
2. Thickness and depth of problematic soil
3. Depth of groundwater table
4. Initial coid ratio or relative density of cohesionless soil
5. Undrained shear strength for short-term design and effective friction angle for long-
term design dor cohesive soil
6. Consolidation coefficient of cohesive soil
7. Coefficient of volume compressibility of soil
8. Coefficient of volume compressibility of column
9. Magnitude and area of load or magnitude of earthquake
10. Target void ratio or relative density of soil for cohesionless soil
11. Required allowable bearing capacity
12. Tolerable settlement
13. Gradation of backfill for column
14. Friction angle of backfill for columns
15. Pattern and spacing of column
16. Diameter of columns
17. Area of improvement
18. Type of installation method (replacement or displacement)
19. Frequency of penetration, compaction, and extraction (Sand compaction column)
20. Duration of compaction for cohesionless soil
21. Ground subsidence for cohesionless soil
45
Design Procedure
•The procedures for increased allowable bearing capacity, the reduced settlement,
and the increased factor of safety of slope stability are similar to those for granular
7 column in cohesive soil
46
safety
Weight floor 108 kN
Column spacing 2 m
Column diameter 0.8 m
q.ult,s = c Nc sc dc + σD' Nq
= 286.7771 kPa
47
4.64.7 Analisa perbaikan tanah metode Deep Mixing
Design Parameter
1. Soil type, natural moisture content, organic content, groundwater table, permeability
or coefficient of consolidation and soil strength and modulus
2. Depth of improvement
3. Project requirements (allowable bearing capacity, tolerable settlement, factor of safety
against slope failure for embankments)
4. Loading condition (applied pressure)
5. Type of binder (lime, cement, lime-cement, and other binder)
6. Method of installation (dry or wet method)
7. Binder content
8. Required unconfined compressive strength of stabilized soil
9. Size and pattern of columns
48
Design Procedure
•Based on the geometry of the superstructure and the distribution and magnitude of
loads
2 •Select the pattern of deep mixing (individual columns, blocks, walls, and grids)
•Based on the required ultimate bearing capacity of the foundation and the soil
strength
•Determine the required column capacity if the area replacement ratio is assumed or
3 the area replacement ratio if the coluimn stength is assumed
•If column are used to support embankments, stability analysis should be conducted
•A numerical method is preferred, but a simplified limit equilibrium method may be
8 used by limiting the column strength
• Iterations may be needed if at least one of the calculations does not meet
the project requirement
9
49
Concrete raft dimension 10.7 x 10 x 0.3 m
Embedment depth 0.3 m
Rows of column 4 x 4
Diameter column 0.8 m
Length column 15 m
Spacing column 2.2 m (Square pattern)
Soft clay thick 15 m
ɣ.sat1 11.65 kN/m3
Drained modulus 5 Mpa
Ground water table 2 m
Compressive strength column 1 Mpa
ɣ.sat2 17.22 kN/m3
Poisson's ratios soft clay 0.3
Poisson's ratios columns 0.2
Settlement of the raft 15 MN
Rf factor is
Rf = √Ncls/Lc
= 1.531883 < 2
Therefor, the equivalent pier approach is suitable. Cross section area of group columns
(i.e., equivalent pier) is
Ag = 54.76 m2
Radius of raft is
Rr = √Ar/π
50
= 5.837502 m
ϛ = ln (rm,p/req)
= 2.249595
λ = Eeq / Gl
= 9.851588
51
= 0.769709
= 8.030888 11.72449
1.397704
= 67.36623 MN/m
rm = {0.25+ξ[2.5ρ(1-Vs)-025]}Lc
= 26.25 m
52
4.8 Analisa perbaikan tanah metode Dynamic Compaction
4.9 Analisa perbaikan tanah metode Slab On Pile
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta layout lokasi proyek ...................................................................I-4
Gambar 2.1 Tiga fase elemen tanah ...... ..............................................................II-2
Gambar 2.2 Batas – batas Atterberg .....................................................................II-4
Gambar 2.3 Klasifikasi berdasarkan teksur tanah ................................................II-8
Gambar 2.4 Diagram plastisitas ..........................................................................II-11
Gambar 2.5 Penyebaran beban 2V : 1 H .............................................................II-17
Gambar 2.6 Kurva penurunan terhadap beban yang diterapkan .........................II-20
Gambar 2.7 Konsep mempercepat penurunan dengan cara prapembebanan.......II-27
Gambar 2.8 Efek penggunaan vertikal drain........................................................II-32
Gambar 2.9 Pola pemasangan vertikal drain........................................................II-33
Gambar 2.10 Pemasangan Geotekstil.....................................................................II-34
Gambar 2.11 Contoh jaring – jaring dari elemen hingga.......................................II-35
Gambar 2.12 Element – element Trianguler dan langrange...................................II-35
Gambar 2.13 Element dan six - noded Trianguler dan langrange..........................II-36
Gambar 2.14 Analisa tegangan bidang...................................................................II-39
Gambar 3.1 Alur ( flowchart ) analisa .................................................................III-5
Gambar 4.1 Bagan lasifikasi tanah disarkan pada hasil uji kerucut statis………IV-5
Gambar 4.2 Bagan Alir Keputusan Pemakaian Vertikal Drain..........................IV-14
Gambar 4.3 Propertis tanah sesuai data Bore log ..............................................IV-17
Gambar 4.4 Faktor pengaruh I untuk tegangan vertikal dibawah susut luasan
beban terbagi rata berbentuk persegi panjang flexible....................IV-35
Gambar 4.5 Penampang melintang lapisan tanah ..............................................IV-37
Gambar 4.6 Penyebaran Beban 2V : IH.............................................................IV-42
Gambar 4.7 Nylex – FD5....................................................................................IV-49
Gambar 4.8 Prosedur instalasi PVD menembus selimut pasir............................IV-50
Gambar 4.9 Pola Segitiga Pada Pemasangan Vertikal Drain.............................IV-50
Gambar 4.10 Menu General Setting Project .......................................................IV-55
Gambar 4.11 Menu General Setting Dimensions.................................................IV-56
Gambar 4.12 Properties untuk tiap lapisan tanah................................................IV-59
Gambar 4.13 Besar pembebanan perkerasan jalan .............................................IV-60
Gambar 4.14 Mesh ...............................................................................................IV-61
Gambar 4.15 Phreatic level……………………………………………………...........IV-61
Gambar 4.16 Water pressures generation............................................................IV-62
54
Gambar 4.17 Hasil perhitungan water pressures generation...............................IV-62
Gambar 4.18 Ko-procedure..................................................................................IV-62
Gambar 4.19 Initial soil stresses...........................................................................IV-62
Gambar 4.20 Tahapan perhitungan calculations..................................................IV-64
Gambar 4.21 Titik-titik yang akan ditinjau..........................................................IV-65
Gambar 4.22 Hasil perhitungan calculations ......................................................IV-65
Gambar 4.23 Derformasi Auto scale.....................................................................IV-66
Gambar 4.24 Derformasi True scale.....................................................................IV-66
Gambar 4.25 Bentuk Arrows ...............................................................................IV-67
Gambar 4.26 Bentuk shadings..............................................................................IV-67
x
Gambar 4.27 Derformasi Auto scale.....................................................................IV-68
Gambar 4.28 Derformasi True scale.....................................................................IV-68
Gambar 4.29 Bentuk Arrows................................................................................IV-69
Gambar 4.30 Bentuk shadings........................................................................... ..IV-69
Gambar 4.31 Derformasi Auto scale....................................................................IV-70
Gambar 4.32 Derformasi True scale....................................................................IV-70
Gambar 4.33 Bentuk Arrows................................................................................IV-71
Gambar 4.34 Bentuk shadings........................................................................... ..IV-71
Gambar 4.35 Grafik angka keamanan akibat Vertical Loading dengan
nilai SF =2,38..................................................................... ...........IV-72
Gambar 4.36 Grafik Hubungan antara waktu dan besarnya penurunan…….......IV-72
Gambar 4.37 Menu General Setting Project………………………………………...IV-74
Gambar 4.38 Menu General Setting Dimensions…………………………………...IV-75
Gambar 4.39 Properties untuk tiap lapisan tanah……………………………....IV-76
Gambar 4.40 Material Sets geotextile……………………………………………......IV-77
Gambar 4.41 Besar pembebanan perkerasan jalan………………………….......IV-78
Gambar 4.42 Mesh……………………………………………………………………....IV-78
Gambar 4.43 Phreatic level…………………………………………………………....IV-79
Gambar 4.44 Water pressures generation…………………………………………...IV-79
Gambar 4.45 Hasil perhitungan water pressures generation……………………...IV-80
Gambar 4.46 Ko-procedure…………………………………………………………....IV-80
Gambar 4.47 Initial soil stresses……………………………………………………....IV-81
Gambar 4.48 Tahapan perhitungan Calculations…………………………………...IV-82
55
Gambar 4.49 Titik-titik yang akan ditinjau…………………………………......IV-82
Gambar 4.50 Hasil perhitungan Calculations…………………………………….....IV-83
Gambar 4.51 Derformasi Auto scale……………………………………………….....IV-84
Gambar 4.52 Derformasi True scale……………………………………………........IV-84
Gambar 4.53 Bentuk Arrows…………………………………………………………..IV-84
Gambar 4.54 Bentuk shadings…………………………………………………………IV-84
Gambar 4.55 Grafik angka keamanan akibat penurunan konsolidasi dengan
nilai SF = 1,397……………………………………………….......IV-85
Gambar 4.56 Menu General Setting Project………………………………………...IV-87
Gambar 4.57 Menu General Setting Dimensions……………………………….......IV-88
Gambar 4.58 Properties untuk tiap lapisan tanah…...…………………….........IV-89
Gambar 4.59 Material Sets Sheet Pile……………………………………………......IV-89
Gambar 4.60 Material Sets Anchor………………………………………………......IV-90
Gambar 4.61 Besar pembebanan perkerasan jalan……………………………...IV-91
Gambar 4.62 Mesh……………………………………………………………………....IV-91
Gambar 4.63 Phreatic level…………………………………………………………....IV-92
Gambar 4.64 water pressures generation…………………………………………....IV-92
Gambar 4.65 Hasil perhitungan water pressures generation…………………......IV-93
Gambar 4.66 Ko-procedure…………………………………………………………....IV-93
Gambar 4.67 Initial soil stresses………………………………………………….......IV-94
Gambar 4.68 Tahapan perhitungan Calculations…………………………………...IV-95
Gambar 4.69 Titik-titik yang akan ditinjau…………………………………......IV-95
Gambar 4.70 Hasil perhitungan Calculations…………………………………….....IV-96
Gambar 4.71 Derformasi Auto scale…………………………………………....IV-97
xi
Gambar 4.72 Derformasi True scale……………………………………………….....IV-97
Gambar 4.73 Bentuk Arrows………………………………………………………......IV-98
Gambar 4.74 Bentuk shadings………………………………………………………...IV-98
Gambar 4.75 Grafik angka keamanan akibat penurunan konsolidasi dengan
SF = 1,404……………………………………………………… .IV-98
Gambar 4.76 Menu General Setting Project……………………………………… .IV-99
Gambar 4.77 Menu General Setting Dimensions………………………………….IV-100
Gambar 4.78 Properties untuk tiap lapisan tanah……………………………..IV-101
Gambar 4.79 Material Sets geotextile……………………………………………....IV-102
56
Gambar 4.80 Material Sets Crucuk bambu…………………………………....IV-102
Gambar 4.81 Besar pembebanan perkerasan jalan…………………………… IV-103
Gambar 4.82 Mesh……………………………………………………………………..IV-104
Gambar 4.83 Phreatic level…………………………………………………………..IV-105
Gambar 4.84 Water pressures generation………………………………………….IV-105
Gambar 4.85 Hasil perhitungan water pressures generation…………………….IV-106
Gambar 4.86 Ko-procedure…………………………………………………………..IV-106
Gambar 4.87 Initial soil stresses………………………………………………….....IV-107
Gambar 4.88 Tahapan perhitungan Calculations………………………………….IV-108
Gambar 4.89 Titik-titik yang akan ditinjau…………………………………...IV-108
Gambar 4.90 Hasil perhitungan Calculations……………………………………...IV-109
Gambar 4.91 Derformasi Auto scale………………………………………………...IV-110
Gambar 4.92 Derformasi True scale………………………………………………...IV-110
Gambar 4.94 Bentuk Arrows………………………………………………………....IV-111
Gambar 4.94 Bentuk shadings……………………………………………………….IV-111
Gambar 4.95 Grafik angka keamanan akibat penurunan konsolidasi dengan
SF = 1,415……………………………………………………....IV-111
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan nilai Indeks Plastisitas dengan jenis tanah menurut
Atterberg .............................................................................................II- 5
Tabel 2.2 Nilai perkiraan modulus elastisitas tanah............................................II- 5
Tabel 2.3 Hubungan antara jenis tanah dan Poisson’s Ratio ..............................II- 6
Tabel 2.4 Klasifikasi tanah sistem AASHTO .....................................................II- 9
Tabel 2.5 Klasifikasi tanah sistem AASHTO ...................................................II- 10
Tabel 2.6 Klasifikasi tanah sistem USC............................................................II- 12
Tabel 2.7 Faktor daya dukung Terzaghi ...........................................................II- 22
Tabel 2.8 Faktor bentuk pondasi ......................................................................II- 24
Tabel 2.9 Faktor kedalaman pondasi.................................................................II- 24
Tabel 2.10 Faktor – faktor kemiringan beban ...................................................II- 24
Tabel 2.11 Faktor daya Dukung Mayerhof ........................................................II- 25
Tabel 4.1 Hubungan N dengan kerapatan relatif (Dr) tanah pasir ....................IV- 2
Tabel 4.2 Hasil analisa N-SPT ..........................................................................IV- 2
Tabel 4.3 Propertis tanah dari data bore log.....................................................IV - 3
57
Tabel 4.4 qc pehitungan dan Fr ........................................................................IV - 3
Tabel 4.5 Propertis tanah menurut data sondir .................................................IV - 5
Tabel 4.6 Data Soil test ....................................................................................IV - 7
Tabel 4.7 Korelasi antara jenis tanah dan Gs....................................................IV - 7
Tabel 4.8 Hasil analisa tiap lapis titik sampel pengujian(Gs)...........................IV - 8
Tabel 4.9 Korelasi antara jenis tanah dan angka pori(e)...................................IV - 8
Tabel 4.10 Hasil analisa tiap lapis titik sampel pengujian(e)..............................IV - 9
Tabel 4.11 Data Direct shear test ......................................................................IV -10
Tabel 4.12 Data Atterberg limit dari sampel test boring....................................IV- 11
Tabel 4.13 Data kadar air ................................................................................. .IV - 12
Tabel 4.14 Konsistensi tanah berdasarkan data sondir.......................................IV- 12
Tabel 4.15 Hasil Analisa Daya Dukung Tanah Pada Masing-masing Lapisan..IV -32
Tabel 4.16 Hasil Test CBR Laboratorium..........................................................IV- 34
Tabel 4.17 Nilai CBR material tanah................................................................ IV- 34
Tabel 4.18 Perhitungan penurunan segera cara De Beer Marten ......................IV- 42
Tabel 4.19 Perhitungan penurunan konsolidasi primer lempung normal..........IV- 46
Tabel 4.20 Material tanah........................................... ......................................IV- 57
Tabel 4.21 Parameter – parameter tanah berdasarkan literatur.........................IV- 58
Tabel 4.22 Nilai permeability (k) dalam satuan cm/s........................................IV- 59
Tabel 4.23 Hasil perhitungan penurunan konsolidasi........................................IV- 73
Tabel 4.24 Hasil perbandingan analisis kestabilan tanah..................................IV - 73
Tabel 4.25 Perbandingan antara hitungan manual dan plaxis............................IV- 85
Tabel 4.26 Hasil perbandingan analisis kestabilan tanah ................................IV- 112
58
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, R. (2018). "Arus Peti Kemas Pelabuhan Tumbuh 7,89% Tertinggi 4 Tahun." from
https://www.bisnis.com.
59