Anda di halaman 1dari 18

1

KONTRA MEMORI KASASI


ATAS PUTUSAN PT.TUN MEDAN
NO. 128/B/2015/PT.TUN-MDN JO.
NO. : 01/G/2015/PTUN.JBI

Antara

BAMBANG HERMANTO : Sekarang selaku PEMOHON


KASASI/ semula TERBANDING/
PENGGUGAT.

melawan

KEPALA KANTOR Sekarang selaku TERMOHON


PERTANAHAN KABUPATEN : KASASI I/ semula PEMBANDING
SAROLANGUN II/ TERGUGAT.

ASRILLAKONI : Sekarang selaku TERMOHON


KASASI II/ semula PEMBANDING
I/ TERGUGAT II INTERVENSI.

Tangerang, 4 Januari 2016.

Perihal : KONTRA MEMORY KASASI DARI TERMOHON KASASI II

Kepada Yth.

KETUA MAHKAMAH AGUNG RI.

Di - Jl. Medan Merdeka Utara No. 9 – 13 Jakarta.

melalui ;

Yth. Ketua PTUN Jambi.

Di - Jl. Kol. M. Kukuh No.1 Kota Baru - Jambi.

Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan dibawah ini, Advokat / Pengacara yang
berkantor di Kantor Hukum IBNU ARSAL, SH. & Rekan, yang beralamat
di Jl. KH. Maulana Hasanudin Komp. Taman Poris Gaga Blok E 2 No. 5
Poris Gaga Batu Ceper Kota Tangerang – Banten, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama.

Yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama klien kami, yaitu ;

Nama : ASRILLAKONI
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Yulius Usman No. 18 Rt.004 Kel. Pematang
Sulur Kec. Telanaipura Kota Jambi.

1
2

yang untuk tingkat Kasasi ini telah memberi kuasa kepada kami, dengan
surat kuasa tertanggal 22 Desember 2015, yang semula berkedudukan
sebagai pihak PEMBANDING I/ TERGUGAT II INTERVENSI, dan sekarang
pada tingkat Kasasi ini disebut sebagai TERMOHON KASASI II.

Bahwa dengan ini perkenankanlah kami selaku kuasa Termohon Kasasi II


menyampaikan Kontra Memory Kasasi atas permohonan kasasi yang diajukan
oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat atas putusan PT.TUN Medan
No. 128/B/2015/PT.TUN-MDN tertanggal 04 Nopember 2015.

A. Bahwa berdasarkan Putusan PT.TUN Medan Nomor :


128/B/2015/PT.TUN-MDN tertanggal 04 Nopember 2015, telah dijatuh
putusan dengan amar putusan sebagai berikut :

MENGADILI

- Menerima permohonan banding Tergugat dan Tergugat II Intervensi/


Para Pembanding.------------------------------------------------------------

- Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi Nomor :


01/G/2015/PTUN.JBI tanggal 20 Mei 2015.--------------------------------

MENGADILI SENDIRI

DALAM EKSEPSI.

- Menerima Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi/ Para


Pembanding.-------------------------------------------------------------------

DALAM POKOK PERKARA.

- Menolak gugatan Penggugat/ Terbanding untuk seluruhnya.---------------

- Menghukum Pengugat/ Terbanding untuk membayar biaya perkara


dikedua tingkat pengadilan, yang untuk tingkat banding ditetapkan
sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah).------------------

B. Bahwa Termohon Kasasi II sependapat dan dapat menerima keputusan


tersebut, karena putusan PT.TUN Medan tersebut telah sesuai dengan
ketentuan hukum, dan tidak ditemukan adanya pertimbangan yang
bertentangan dengan hukum.

C. Bahwa Termohon Kasasi II menolak permohonan kasasi yang diajukan


oleh Pemohon Kasasi, dengan alasan sebagai berikut ;

I. DALIL PEMOHON KASASI DALAM MEMORY KASASI TIDAK JELAS


DAN KABUR (OBSCUUR LIBEL) KARENA MENGAJUKAN DALIL
YANG BERULANG-ULANG, yaitu ;

1. Dalil poin nomor 2 tentang “surat Ketua Muda Mahkamah Agung


No. : 224/Td.TUN/IX/1993 tgl. 14 Oktober 1993, dalil tersebut
diulang kembali pada dalil poin nomor 5.

2
3

2. Dalil poin nomor 7 hurup a tentang “adanya pengumuman


penerbitan SHM”, dalil tersebut diulang kembali pada dalil poin
nomor 8 dan dalil poin nomor 11 hurup a.
3. Dalil poin nomor 7 hurup b tentang “tanda tangan dari tetangga
batas tanah”, dalil tersebut diulang kembali pada dalil poin
nomor 9.
4. Dalil poin nomor 7 hurup c tentang “adanya laporan polisi di
Polres Sarolangun”, dalil tersebut diulang kembali pada dalil poin
nomor 10 hurup b dan dalil poin nomor 11 hurup b.

5. Bahwa oleh karena dalil Pemohon Kasasi tidak jelas dan kabur
(obscuur libel), maka oleh karenanya sah dan benar secara hukum
bila dalam perkara ini, Majelis Hakim Agung menolak permohonan
kasasi dari Pemohon Kasasi dan menguatkan putusan PT.TUN
Medan Nomor : 128/B/2015/PT.TUN-MDN tertanggal 04
Nopember 2015.

II. TENTANG PENOLAKAN TERMOHON KASASI II ATAS DALIL


PEMOHON KASASI.

A. GUGATAN PENGGUGAT YANG TELAH KADALUARSA.

1. Bahwa Termohon Kasasi/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi tetap


bertahan dengan dalil eksepsinya semula dan menolak gugatan yang
diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat, karena gugatan
yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat telah
kadaluarsa (lewat waktu).
2. Bahwa gugatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Penggugat telah melebihi batas waktu 90 (sembilan puluh) hari yang
ditentukan oleh ketentuan pasal 55 UU RI No.5 tahun 1985 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah diubah dengan UU RI
No.9 Thn 2004, dan terakhir diubah dengan UU RI No.51 tahun 2009.
3. Bahwa telah ditemukan fakta yang membuktikan bahwa gugatan yang
diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat telah kadaluarsa
atau lewat waktu, berdasarkan pertimbangan PT. TUN Medan, yang
dalam pertimbangannya pada poin b pada halaman 7, menyatakan
sebagai berikut ;

“b). Bahwa Pengugat sudah mengetahui adanya Sertipikat Hak Milik


(SHM) No.421 yang menjadi objek perkara, sejak tanggal 26
Nopember 2013, yaitu pada saat mengajukan permohonan
pemblokiran sertipikat dimaksud (bukti T-29), sedangkan
gugatan atas Sertipikat tersebut didaftarkan di PTUN Jambi pada
tanggal 07 Januari 2015, berarti setelah durasi setahun lebih
(pasal 55 UU No.5 tahun 1986 tidak terpenuhi)”.

(pertimbangan hukum halaman 7)

4. Bahwa Termohon Kasasi/ Pembanding II/ Tergugat II Intervensi menolak


dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat pada poin 1 (satu) karena
Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013
tertanggal 6 Maret 2014 tidak ada hubungannya dengan perkara A
quo.

3
4

5. Bahwa Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat keliru dan salah


menggunakan Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013
tertanggal 6 Maret 2014 dalam perkara Tata Usaha Negara (TUN), dan
juga membuktikan bahwa Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat tidak
mengetahui perbedaan antara aturan yang bersifat PIDANA dan aturan
yang bersifat TATA USAHA NEGARA.
6. Bahwa sebagaimana telah diketahui khlayak umum, bahwa Keputusan
MK No. 34/PUU-XI/2013 tertanggal 6 Maret 2014 adalah keputusan MK
yang menghapus ketentuan pasal 268 ayat (3) UU No. 8 tahun 1981
tentang KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
(KUHAP), yang semula menentukan upaya Peninjauan Kembali (PK)
dalam perkara pidana hanya dapat diajukan 1 (satu) kali, namun dengan
keputusan MK tersebut, ketentuan pasal 268 ayat (3) KUHAP
nyatakan dihapus, sehingga upaya hukum Peninjauan Kembali (PK)
dalam perkara pidana tidak lagi dibatasi hanya 1 (satu) kali, namun
dapat diajukan tanpa batasan.
7. Bahwa keputusan MK tersebut tidak dapat diberlakukan untuk sengketa
Tata Usaha Negara (TUN), karena yang dihapus oleh putusan MK
tersebut adalah aturan dalam hukum acara pidana dan putusan MK
tersebut hanya berlaku untuk perkara pidana, sedangkan untuk proses
beracara dalam perkara Tata Usaha Negara (TUN) diatur oleh UU
tersendiri, yaitu diatur oleh UU No.5 tahun 1985 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, sebagaimana telah diubah dengan UU RI No.9 Thn 2004,
dan terakhir diubah dengan UU RI No.51 tahun 2009.
8. Bahwa perkara yang bersifat PIDANA tidak dapat diadili dan diproses
dalam peradilan Tata Usaha Negara (TUN), karena peristiwa yang
bersifat pidana bukan merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha
Negara. (vide pasal 2 hurup d dan pasal 4 UU RI No.5 tahun 1985,
sebagaimana telah diubah dengan UU RI No.9 Thn 2004, dan terakhir
diubah dengan UU RI No.51 tahun 2009)
9. Bahwa jelas Keputusan MK No. 34/PUU-XI/2013 tertanggal 6 Maret 2014
tidak dapat digunakan untuk mentolelir ketentuan pasal 55 UU RI
No. 5 tahun 1985 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana
telah diubah dengan UU RI No.9 Thn 2004, dan terakhir diubah dengan
UU RI No.51 tahun 2009, karena keputusan Mahkamah Konstitusi No.
34/PUU-XI/2013 tertanggal 6 Maret 2014 tidak menghapus
ketentuan pasal 55 UU RI No. 5 tahun 1985 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, sebagaimana telah diubah dengan UU RI No.9 Thn 2004,
dan terakhir diubah dengan UU RI No.51 tahun 2009, sehingga sampai
saat ini ketentuan pasal 55 UU No. 5 tahun 1985 tersebut masih tetap
berlaku.
10. Bahwa jelas tidak ada hubungan dan tidak ada kaitan antara Keputusan
MK No. 34/PUU-XI/2013 tertanggal 6 Maret 2014 dengan batas
waktu yang ditentukan oleh pasal 55 UU RI No.5 tahun 1985 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah diubah dengan UU RI
No.9 Thn 2004, dan terakhir diubah dengan UU RI No.51 tahun 2009.
11. Bahwa ketentuan pasal 55 UU RI No.5 tahun 1985 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, sebagaimana telah diubah dengan UU RI No.9 Thn 2004,
dan terakhir diubah dengan UU RI No.51 tahun 2009 adalah ketetapan
tentang batas waktu untuk mengajukan gugatan dalam perkara Tata
Usaha Negara (TUN) yang menetapkan batas waktu selama 90
(sembilan puluh) hari dan tidak ada toleransi ataupun
pengecualiannya dalam bentuk apapun terkait dengan batas waktu
tersebut, dan ketentuan pasal 55 tersebut yang hanya berlaku dalam

4
5

perkara TATA USAHA NEGARA dan menjadi kewenangan / yurisdiksi


PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
12. Bahwa oleh karena pertimbangan PT.TUN Medan dalam putusan No.
128/B/2015/PT.TUN-MDN telah menemukan fakta berdasarkan bukti
yang autentik (Bukti T-29), bahwa gugatan Pemohon Kasasi telah
kadaluarsa, sehingga keputusan PT.TUN Medan tersebut telah sesuai
ketentuan hukum, sehingga oleh karenanya sah dan benar secara
hukum, bila permohonan Kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Pengugat ditolak dan selanjutnya menguatkan putusan
PT.TUN Medan.

B. PENOLAKAN ATAS DALIL PEMOHON KASASI YANG MENDASARKAN


PADA SURAT KETUA MUDA MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR :
224/Td.TUN/IX/1993 TGL. 14 OKTOBER 1993.

13. Bahwa Termohon Kasasi/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi menolak


dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat pada poin 2, yang
mendasarkan dalilnya kepada Surat Ketua Muda Mahkamah Agung
RI No. : 224/Td.TUN/IX/1993 tanggal 14 Oktober 1993, karena
dalil tersebut tidak ada hubungannya dengan perkara aquo.
14. Bahwa Termohon Kasasi/ Pembanding/ Tergugat II Intervensi menolak
dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada poin ini, karena dari
sejak dari awal tidak ada satu pihak pun yang mempersoalkan tentang
kewenangan pengadilan TUN (kompetensi absolute) untuk memeriksa
perkara aquo, sehingga dengan demikian jelas bahwa dalil tersebut
tidak ada hubungan dengan perkara a quo.
15. Bahwa antara perkara gugatan perdata yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi/ Terbanding/ Pengugat di PN. Sarolangun dan perkara gugatan
Tata Usaha Negara di PTUN Jambi diajukan atau disidangkan dalam
waktu yang berbeda, yaitu ;

I. Gugatan perdata didaftarkan di PN. Sarolangun pada tanggal


23 Juni 2014 dengan Nomor perkara No.: 9/Pdt.G/2014/PN.Srl.
dan telah diputuskan dengan putusan No.: 9/Pdt.G/2014/PN.Srl.
tertanggal 8 Januari 2015 dan putusan perdata tersebut telah
Inkracht van gewijsde. (bukti T.II-Intv. 4)

II. Gugatan Tata Usaha Negara diajukan pada tanggal 07


Januari 2015 dengan Nomor perkara No. :
01/G/2015/PTUN.JBI, dan telah diputuskan dengan putusan No. :
01/G/2015/PTUN.JBI tertanggal 20 Mei 2015.

16. Bahwa dari penjelasan tersebut diatas, maka sangat jelas bahwa dalil
Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat pada poin 2 tersebut tidak ada
hubungan dan tidak ada kaitannya dengan perkara Aquo, tidak ada
eksepsi tentang kewenangan PTUN (kompetensi absolute) untuk
memeriksa perkara aquo, dan lagi dilihat dari tanggal putusan antara
perkara perdata dan perkara aquo, telah terbukti bahwa rentang waktu
antara kedua perkara tersebut berbeda, sehingga oleh karenanya sah
dan benar secara hukum untuk menolak dalil Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Pengugat tersebut.

C. PEMOHON KASASI TIDAK MEMILIKI KEDUDUKAN HUKUM SEBAGAI


PENGGUGAT (LEGAL STANDING).

5
6

17. Bahwa Termohon Kasasi/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


sependapat dengan PT.TUN Medan, bahwa Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Pengugat tidak memiliki kedudukan hukum (Legal
Standing) sebagai PENGGUGAT, sebagaimana dictum
pertimbangan poin B hurup a yang menyatakan ;

B. Tentang perkara Nomor : 01/G/2015/PTUN.JBI yang dimohonkan


banding.

---------- Menimbang bahwa setelah mempelajari dengan seksama


berkas perkara terutama putusan aquo, maka majelis banding
menilai bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi atas putusan
tersebut telah salah dalam penafsiran dan penerapan hukum dalam
hal ini hukum pembuktian, Adapun kesalahan tersebut adalah
sebagai berikut ; ------------------------------------------------------

a) Dalam hal terjadi sengketa/ klaim atas tanah seperti materi


sengketa ini, maka yang utama dikaji dulu adalah pasal 35 (1)
Undang-undang Nomor 5 tahun 1986, yakni membandingkan
kekuatan alat bukti yang diajukan pada pihak secara detail.-------

18. Bahwa ketentuan pasal 53 ayat (1) UU No. 5 tahun 1986 menetapkan
pihak yang dapat menjadi PENGGUGAT dalam perkara Tata Usaha
Negara, yaitu ;

“(1). Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa


kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan
yang berwenang berisi tuntutan agar keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/ atau
rehabilitasi”.

19. Bahwa selanjutnya ditentukan pula persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pihak yang akan mengajukan gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara,
sebagaimana penjelasan pasal 53 ayat (1) UU Nomor 5 tahun 1986,
yaitu ;

“Selanjutnya hanya orang atau badan hukum perdata yang


kepentingannya terkena oleh akibat hukum Keputusan Tata
Usaha Negara yang dikeluarkan dan karenanya yang
bersangkutan merasa dirugikan dibolehkan menggugat Keputusan
Tata Usaha Negara. Gugatan yang diajukan disyaratkan dalam bentuk
tertulis karena gugatan itu akan menjadi pegangan pengadilan dan para
pihak selama pemeriksaan”.

20. Bahwa mengacu kepada pendapat Indroharto, SH. dalam bukunya


“Usaha Memahami UU tentang Peradilan tata Usaha Negara –
Buku II Beracara di peradilan Tata Usaha Negara” Cetakan IX
2005 penerbit Pustaka Sinar Harapan Jakarta, pada halaman 38,
menjelaskan tentang persyaratan seseorang/ badan hukum yang
memiliki kedudukan hukum (legal standing) sebagai pihak pengugat
dalam perkara TUN, yaitu ;

6
7

- Ada hubungannya dengan Pengugat sendiri, artinya untuk dianggap


sebagai orang yang berkepentingan, Pengugat itu harus mempunyai
kepentingan sendiri untuk mengajukan gugatan tersebut, ia tidak
dapat berbuat atas namanya kalau sesungguhnya hal itu adalah
mengenai kepentingan orang lain, sebab kalau ia hendak berproses
guna kepentingan orang lain ia memerlukan satu kuasa : untuk
dianggap sebagai orang yang berkepentingan adalah tidak cukup
kalau Penggugat itu hanya berkedudukan sebagai anggota suatu
kelompok orang-orang saja.
- Kepentingan itu harus bersifat pribadi, artinya Penggugat itu memiliki
suatu kepentingan untuk menggugat yang jelas dapat dibedakan
dengan kepentingan orang lain.
- Kepentingan itu harus bersifat langsung, artinya yang terkena secara
langsung itu adalah kepentingan Penggugat sendiri, dan
kepentingan tersebut bukan yang diperoleh dari orang lain :
umpamanya kepentingan seorang kreditur itu jelas tidak akan
terkena secara langsung oleh suatu pencabutan subsidi dari
debiturnya.
- Kepentingan itu secara objektif dapat ditentukan, baik mengenai luas
maupun instensitasnya ;

21. Bahwa mengacu kepeda ketentuan hukum dan pendapat ahli tersebut
diatas, dikaitkan dengan kedudukan hukum Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Pengugat terhadap tanah yang menjadi objek sengketa,
maka telah terbukti bahwa Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat tidak
memiliki kedudukan hukum (Legal Standing) sebagai pihak
PENGGUGAT dalam perkara A quo, sebagaimana ditegaskan dalam
pertimbangan PT.TUN Medan pada dictum pertimbangan poin B hurup a.
22. Bahwa sebagaimana terbukti dari putusan PN. Sarolangun No.
09/Pdt.G/2014/PN.Srl tanggal 8 Januari 2015 yang telah berkekuatan
hukum tetap (Inkracht van gewijsde), bahwa dalam surat gugatannya
Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat mengaku sebagai pemilik atas
tanah terperkara, karena Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada
tahun 2011, telah membeli tanah dari NOVIA CHARTARINA, berdasarkan
Surat Perjanjian Jual Beli bawah tangan tertanggal 2 Februari
2011. (bukti T-II – Intv. 4 – Putusan PN. Sarolangun)
23. Bahwa faktanya dari proses pembuktian dalam perkara perdata No.
09/Pdt.G/2014/PN.Srl di PN. Sarolangun, Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Pengugat tidak dapat menunjukan dan membuktikan Surat Perjanjian
Jual Beli tertanggal 2 Februari 2011 yang menjadi DASAR HAK
KEPEMILIKAN Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat atas tanah
terperkara dihadapan Majelis Hakim, sebagaimana ditegaskan PN.
Sarolangun dalam pertimbangan hukumnya, yang termuat dalam
putusan No. 09/Pdt.G/2014/PN.Srl. halaman 39, yang secara tegas
menyatakan ;

“Menimbang bahwa dalam dalil gugatannya Penggugat


menyatakan bahwa tanah objek perkara diperoleh berdasarkan Surat
perjanjian Jual Beli tanggal 2 Februari 2011, akan tetapi dari seluruh
alat bukti surat yang diajukan oleh pengugat melalui kuasa hukumnya
tidak ada surat pernjanjian yang tertanggal 2 Februari 2011.

“Menimbang bahwa meskipun pada acara persidangan berupa


Pemeriksaan Setempat pengugat dapat menunjukan lokasi tanah yang

7
8

menjadi pokok sengketa, akan tetapi dalam proses pembuktian terutama


bukti surat, tidak ditemukan surat perjanjian yang tertanggal 2
Februari 2011 ……………… “.

24. Bahwa dari putusan PN. Sarolangun No.09/Pdt.G/2014/PN.Srl. telah


terbukti bahwa sebidang tanah seluas 58.200 m2, yang terletak di Desa
Pulau Pandan Kec. Limun Kab. Sarolangun Propinsi Jambi, berdasarkan
SHM No.421/Pulau Pandan, adalah sah milik Termohon Kasasi II/
Pembanding I/ Tergugat II Intervensi dan tidak ada hubungan hukum
antara tanah terperkara dengan Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Pengugat.
25. Bahwa oleh karena secara perdata, Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Pengugat tidak ada hubungan dengan tanah seluas 58.200 m2, yang
terletak di Desa Pulau Pandan Kec. Limun Kab. Sarolangun Propinsi
Jambi, karena tidak ada bukti aotentik yang dapat membuktikan hak
kepemilikan Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat terhadap tanah
terperkara, sehingga secara hukum berdasarkan ketentuan pasal 53
ayat (1) UU No.5 tahun 1986, Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat
tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) sebagai Penggugat
dalam perkara A quo.
26. Bahwa oleh karena Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat telah
membeli sebidang tanah dari pihak NOVIA CHARTARINA berdasarkan
Surat Perjanjian Jual Beli bawah tangan tertanggal 2 Februari 2011,
namun pada kenyataan dan faktanya fisik tanahnya tidak ada (objek
perjanjian tidak ada), maka secara hukum Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Pengugat telah dirugikan oleh NOVIA CHARTARINA.
27. Bahwa oleh karena secara hukum Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Pengugat telah dirugikan (telah ditipu) oleh NOVIA CHARTARINA,
sehingga secara hukum Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat dapat
meminta pertanggung jawaban dari pihak penjual yaitu NOVIA
CHARTARINA.
28. Bahwa kerugian Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat dalam proses
jual beli dengan NOVIA CHARTARINA tersebut tidak ada hubungannya
dengan SHM No. 421/Pulau Pandan, maupun dengan Termohon Kasasi
I/ Pembanding II/ Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kab.
Sarolangun).
29. Bahwa yang menimbulkan kerugian secara langsung terhadap Pemohon
Kasasi/ Terbanding/ Pengugat adalah NOVIA CHARTARINA, sehingga
kepentingan dan hak Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat telah
dirugikan secara langsung oleh NOVIA CHARTARINA, dan bukan oleh
Termohon Kasasi I/ Pembanding II/ Tergugat I (Kepala Kantor
Pertanahan Kab. Sarolangun)
30. Bahwa oleh karena secara hukum berdasarkan ketentuan pasal 53 ayat
(1) UU No.5 tahun 1986, Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat tidak
memiliki kedudukan hukum (legal standing) sebagai Penggugat dalam
perkara A quo, sehingga pertimbangan PT.TUN Medan telah benar
secara hukum, dan oleh karenanya permohonan kasasi yang diajukan
oleh Pemohon Kasasi/Terbanding/ Penggugat haruslah ditolak dan
mohon Majelis Hakim Agung untuk menguatkan putusan PT.TUN Medan
yang dimohonkan kasasi.

D. DALIL POIN 4 MERUPAKAN KETERANGAN PALSU.

8
9

31. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada dalil poin 4
dalam memory kasasinya, yang menyatakan bahwa ;

“Pemohon Kasasi tidak pernah melakukan pemblokiran Sertipikat


Hak Milik No. 421 atas nama Nurlaila dan Ahmadi, lagi pula Termohon
Kasasi / Pembanding II/ Tergugat tidak dapat membuktikan Pemohon
Kasasi mengajukan pemblokiran sertipikat hak milik atas nama Nuralila
dan Ahmadi”.

32. Bahwa dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat tersebut adalah


keterangan palsu, karena keterangan tersebut bertentangan dengan
fakta yang terungkap dalam persidangan perkara No.
01/B/2015/PTUN.Jbi, sehingga dalil Pemohon Kasasi tersebut haruslah
ditolak.
33. Bahwa faktanya dari bukti bukti T-29 yaitu surat permohonan
tertanggal 26 Nopember 2013 yang dibuat oleh Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Penggugat, yang memohon kepada Termohon Kasasi I/
Pembanding II/ Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kab. Sarolangun)
untuk melakukan pemblokiran terhadap SHM No.421.
34. Bahwa dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat tersebut bertolak
belakang dengan fakta dari pembuktian tersebut, dan fakta tersebut
telah tertulis dalam putusan No. 01/G/2015/PTUN.JBI tanggal 20 Mei
2015 pada halaman 38.
35. Bahwa oleh karena dalil Pemohon Kasasi tersebut adalah keterangan
yang tidak benar dan tidak sesuai fakta, dan dalil tersebut dapat
dipatahkan dengan adanya bukti T-29 tersebut, maka dengan demikian
sah dan benar secara hukum bagi Majelis Hakim Agung untuk menolak
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohonan Kasasi dan
menguatkan putusan PT.TUN Medan.

E. TENTANG DALIL KASASI POIN 5 ADALAH SAMA DENGAN DALIL


POIN 2 DIATAS, YANG MENDASARKAN DALILNYA PADA SURAT
KETUA MUDA MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR :
224/Td.TUN/IX/1993 TGL. 14 OKTOBER 1993.

36. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada dalil poin 5
dalam memory kasasinya karena dalil poin 5 tersebut adalah merupakan
pengulangan atas dalil poin 2 diatas.
37. Bahwa karena dalil poin 5 tersebut telah dibantah oleh Termohon Kasasi
II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi pada bagian hurup B poin 13
sampai dengan 16 diatas, sehingga tidak akan diulang lagi.

F. DALIL POIN 6 SAMA DENGAN DALIL POIN 4 DIATAS YANG JUGA


MERUPAKAN DALIL KETERANGAN PALSU.

38. Bahwa dalam Memory Kasasinya pada poin 6, Pemohon Kasasi/


Terbanding/ Penggugat mendalilkan ;

“Bahwa Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Pengugat baru mengetahui


tentang SHM No.421/Pulau Pandan pada acara pembuktian di PN.
Sarolangun pada tanggal 14 Oktober 2014 dalam perkara perdata No.
09/Pdt.G/2014/PN.Srl.”.

9
10

39. Bahwa jelas dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada poin 6
tersebut adalah merupakan keterangan palsu, keterangan yang tidak
benar, karena keterangan tersebut bertentangan dengan fakta yang
sebenarnya, sehingga dalil Pemohon Kasasi tersebut haruslah ditolak.
40. Sebagimana telah dijelaskan pada bagian D poin 31 sampai dengan poin
39 diatas, bahwa Pemohon Kasasi/ terbanding/ Penggugat telah
mengetahui tentang adanya SHM No.421/ Pulau Pandan terhitung sejak
tanggal 26 Nopember 2013, sebagaimana terbukti dari bukti T-29,
sehingga dengan demikian telah cukup bukti untuk menyatakan bahwa
gugatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/Pengugat telah
kadaluarsa (lewat waktu), sehingga oleh karenanya gugatan Pemohon
Kasasi/ Terbanding/ Penggugat haruslah ditolak.

G. PENOLAKAN ATAS DALIL KASASI POIN 7, KARENA TIDAK ADA


KETENTUAN HUKUM YANG DILANGGAR OLEH TERMOHON KASASI
I/ PEMBANDING II/ TERGUGAT I DALAM MENERBITKAN SHM
NO.421.

1. PENOLAKAN TERMOHON KASASI II ATAS DALIL PEMOHON KASASI


PADA POIN 7 HURUP a, “TENTANG KEWAJIBAN MEMBUAT
PENGUMUMAN”.

41. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada dalil poin 7
hurup a, yang menyatakan bahwa Termohon Kasasi I/ Pembanding II/
Tergugat I tidak membuat pengumuman.
42. Bahwa sebagaimana telah pernah dijelaskan oleh Termohon Kasasi II/
Pembanding I/ Tergugat II Intervensi dalam Memory Bandingmya bahwa
penerbitan SHM No. 421/Pulau Pandan melalui jalur dan prosedur
“PEMBERIAN HAK” berdasarkan ;

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan


Nasional No. 9 Tahun 1999, Tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

43. Dan tidak menggunakan ;

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.


3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

44. Bahwa proses, mekanisme dan prosedur penerbitan SHM berdasarkan


ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 9 Tahun 1999, Tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan,
merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 23, 32 dan 38 UU No.5
tahun 1960, dimana inisiatif dan kewajiban ada pada pemohon
hak, dimana pemohonlah yang harus aktif mengajukan permohonan
kepada Pemerintah (BPN), sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan
umum konsiderans UU No.5 tahun 1960, bagian VI Dasar untuk
mengadakan Kepastian Hukum.

10
11

“Usaha yang menuju kearah kepastian hak atas tanah ternyata dari
ketentuan dari pasal-pasal yang mengatur pendaftaran tanah. Pasal 23,
32 dan 38, ditujukan kepada para pemegang hak yang
bersangkutan, dengan maksud agar mereka memperoleh kepastian
tentang haknya itu”.

45. Bahwa secara hukum penerbitan SHM No.421/Pulau Pandan telah benar
dan telah sesuai ketentuan hukum yang berlaku, serta tidak ditemukan
adanya kesalahan dalam menerbitkan SHM No.421/Pulau Pandan, karena
telah mengikuti Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak.
46. Bahwa ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak yang menjadi dasar hukum penerbitan SHM
No.421/Pulau Pandan, sebagaimana tertuang dalam konsideran Surat
Keputusan Kepal aKantor Badan Pertanahan nasional Propinsi Jambi No.
34/HM/BPN.15/2012 tanggal 12 April 2012, yang pada bagian
“Mengingat” di nomor 12 : Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala
BPN No. 9 tahun 1999. (Bukti T.III)
47. Bahwa sesuai ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak, telah ditentukan tentang syarat-syarat
pengajuan permohonan hak milik, sebagaimana diatur dalam pasal 11
s/d pasal 16 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak.
48. Bahwa dari Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 9 tahun 1999 tersebut tidak ditemukan adanya ketentuan
yang mewajibkan pemohon hak untuk mengumumkan penerbitan
Sertipikat.
49. Bahwa dari kondisi tersebut diatas, tidak ditemukan adanya kesalahan
maupun kekeliruan dalam penerbitan SHM No.421/Pulau Pandan, dan
semua persyaratan formal yang diminta oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kab. Sarolangun sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Negara
Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999, telah
dipenuhi oleh pemohon/ pemilik lama Ahmadi bin H. Nawawi.

2. PENOLAKAN TERMOHON KASASI II ATAS DALIL PEMOHON KASASI


PADA POIN 7 HURUP b, TENTANG “PERSETUJUAN TETANGGA
BATAS”.

50. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada dalil poin 7
hurup b tentang “persetujuan tetangga batas”.
51. Bahwa sebagaimana dalil Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat
II Intervensi di atas bahwa penerbitan SHM No. 421/Pulau Pandan
melalui jalur “PEMBERIAN HAK” berdasarkan ;

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan


Nasional No. 9 Tahun 1999, Tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

11
12

52. Bahwa proses penerbitan SHM No. 421/Pulau Pandan tidak


menggunakan ;

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan


Nasional No. 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.

53. Bahwa sesuai ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala


Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak, telah ditentukan tentang syarat-syarat
permohonan hak milik, tidak ada ketentuan yang mewajibkan pemohon
untuk melampirkan persetujuan dari tetangga batas, dan hal tersebut
dapat terbaca dari kutipan pasal 8, pasal 9 dan pasal 10 Peraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun
1999, sebagai berikut ;

Syarat-syarat Permohonan Hak Milik

Pasal 8

(1) Hak Milik dapat diberikan kepada :

a. Warga Negara Indonesia;


b. Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yaitu:

1. Bank Pemerintah;
2. Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk oleh
Pemerintah.

(2) Pemberian Hak Milik untuk badan hukum sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b, hanya dapat diberikan atas tanah-tanah
tertentu yang benar-benar berkaitan langsung dengan tugas pokok
dan fungsinya.
Pasal 9

(1) Permohonan Hak Milik atas Tanah Negara diajukan secara tertulis.
(2) Permohonan Hak Milk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat:

1. Keterangan mengenai pemohon :

a. Apabila perorangan: nama, umur, kewarganegaraan, tempat


tinggal dan pekerjaannya serta keterangan mengenai
isteri/suami dan anaknya yang masih menjadi
tanggungannya;
b. Apabila badan hukum: nama, tempat kedudukan, akta atau
eraturan pendiriannya, tanggal dan nomor surat keputusan
pengesahannya oleh pejabat yang berwenang tentang
penunjukannya sebagai badan hukum yang dapat
mempunyai Hak Milik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

12
13

2. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yurisis dan


data fisik:

a. Dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertpikat,


girik, surat kapling, surat-surat bukti pelepasan hak dan
pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah yang yang telah
dibeli dari Pemerintah, putusan pengadilan, akta PPAT, akta
pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan tanah
lainnya;
b. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada Surat Ukur atau
Gambar Situasi sebutkan tanggal dan nomornya);
c. Jenis tanah (pertanian/non pertanian)
d. Rencana penggunaan tanah;
c. Status tanahnya (tanah hak atau tanah negara);

3. Lain-lain:

Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-


tanah yang dimiliki oleh pemohon, ternasuk bidang tanah yang
dimohon;

Keterangan lain yang dianggap perlu.

Pasal 10

Permohonan Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)


dilampiri dengan :

1. Mengenai pemohon:

a. Jika perorangan: foto copy surat bukti identitas, surat bukti


kewarganegaraan Republik Indonesia;
b. Jika badan hukum : foto copy akta atau peraturan pendiriannya
dan salinan surat keputusan penunjukannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mengenai tanahnya ;

a. Data yuridis: sertipikat, girik, surat kapling, surat-surat bukti


pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah
yang telah dibeli dari Pemerintah, PPAT, akta pelepasan hak,
putusan pengadilan, dan surat-surat bukti perolehan tanah
lainnya;
b. Data fisik: surat ukur, gambar situasi dan IMB, apabila ada;
c. Surat lain yang dianggap perlu.

3. Surat pernyataan pemohon mengenai jumlah bidang, luas dan status


tanah-tanah yang telah dimiliki oleh pemohon termasuk bidang
tanah yang dimohon, sesuai contoh Lampiran 3.

54. Bahwa dari kutipan pasal 8, pasal 9 dan pasal 10 diatas, sangat jelas
tidak ditemukan adanya klausul yang menpersyaratkan kepada pemohon
untuk meminta persetujuan dari tetangga perbatasan, sehingga

13
14

penerbitan SHM No. 421 tidak memerlukan adanya persetujuan


tetangga batas.
55. Bahwa dari kondisi tersebut diatas, tidak ditemukan adanya kesalahan
maupun kekeliruan dalam penerbitan SHM No.421/Pulau Pandan, dan
semua persyaratan formal yang diminta oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kab. Sarolangun sesuai dengan ketentuan, telah dipenuhi oleh pemilik
lama Ahmadi bin H. Nawawi.

3. DALIL PEMOHON KASASI PADA POIN 7 HURUP c, TENTANG


ADANYA LAPORAN POLISI DI POLRES SAROLANGUN LP No. :
LP/B-67/IV/2011/Jambi/RES SAROLANGUN TELAH
MEMBUKTIKAN GUGATAN PREMATUR”.

56. Bahwa dalam Memory Kasasinya Pemohon Kasasi/ Terbanding/


Penggugat mendalilkan, bahwa penerbitan SHM No.421 telah
melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan yang baik, karena “Adanya
Laporan Polisi di Polres Sarolangun sesuai LP No. : LP/B-
67/IV/2011/Jambi/RES Sarolangun tertanggal 16 April 2011.
57. Bahwa sebagaimana dalil eksepsi Termohon Kasasi/ Pembanding I/
Tergugat II Intervensi di tingkat pertama (PTUN Jambi) telah ditegaskan
bahwa gugatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Penggugat adalah “premature”.
58. Bahwa berdasarkan dalil Pengugat dalam surat gugatannya telah pernah
dijelaskan yaitu pada poin D. Alasan-alasan Diajukan Gugatan ini
angka 5, dijelaskan oleh Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat
bahwa untuk persoalan kepastian hak kepemilikan tanah tersebut,
Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat telah pernah mengajukan
penyelesaiannya melalui proses hukum secara pidana di Polres
Sarolangun, sesuai dengan bukti ;

a. Laporan Polisi : LP/B-67/IV/2011/Jambi/RES.Sarolangun pada tanggal


16 April 2011 atas nama Pelapor Novia Chartarina. (Bukti P-4)
b. Surat Pengaduan Pengugat tanggal 29 Nopember 2011. (Bukti P-3)

59. Bahwa dari bukti kedua surat tersebut telah menjadi fakta yang tidak
terbantahkan bahwa gugatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Penggugat “premature”, karena telah terbukti bahwa untuk
persoalan tentang kebenaran dan keabsahan hak kepemilikan Pemohon
Kasasi/ Terbanding/ Pengugat atas tanah seluas 58.200 m2 tersebut,
terbukti masih diproses secara pidana di Polres Sarolangun - Jambi, dan
sampai saat diajukannya gugatan Aquo, belum ada putusan yang
berkekuatan hukum tetap yang dapat membuktikan bahwa Pengugat
sebagai pemilik sah atas tanah tersebut dan Termohon Kasasi II/
Pembanding I/ Tergugat II Intervensi sebagai pihak yang bersalah
melakukan tindak pidana penyerobotan atas tanah hak milik Pengugat.
60. Bahwa dari fakta tersebut diatas telah terbukti secara sah dan
meyakinkan, bahwa gugatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Pengugat masih “premature”, karena alas hak Pengugat
atas tanah tersebut belum memiliki alas hak yang kuat secara hukum dan
persoalan hak kepemilikan Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat
sampai saat ini masih dalam proses pemeriksaan secara pidana di Polres
Sarolangun (sub judice).
61. Bahwa oleh karena persoalan hak kepemilikan antara Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Penggugat dengan Termohon Kasasi II/ Pembanding I/

14
15

Tergugat II Intervensi masih dalam proses hukum secara pidana,


sehingga oleh karenanya sah dan benar sacara hukum, bila dalam
perkara ini, Termohon Kasasi/ pembanding I/ Tergugat II Intervensi
memohon kepada Majelis Hakim Agung untuk menolak permohonan
kasasi dari Pemohon Kasasi dan menguatkan putusan PT. TUN Medan.

H. PENOLAKAN ATAS DALIL KASASI POIN 8, KARENA TERMOHON


KASASI I/ PEMBANDING II/ TERGUGAT I DITUDUH
MENERBITKAN SHM NO.421 “TANPA PERSETUJUAN TETANGGA
BATAS”.

62. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak, dan tidak akan menanggapi dalil Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Penggugat pada dalil poin 8 tentang “adanya persetujuan
tetangga batas”, karena dalil poin 8 tersebut adalah pengulangan dari
dalil poin 7 b diatas dengan materi yang sama.
63. Bahwa untuk penolakan atas dalil tersebut, telah diuraikan oleh
Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi pada jawaban
atas dalil poin 7 hurup b diatas, sehingga pada poin 8 ini Termohon
Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi tidak akan lagi
memberikan tanggapan.

I. PENOLAKAN ATAS DALIL KASASI POIN 9, KARENA TERMOHON


KASASI I/ PEMBANDING II/ TERGUGAT I MENERBITKAN SHM
NO.421 TANPA “TIDAK MEMBUAT PENGUMUMAN”.

64. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak, dan tidak akan menanggapi dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Penggugat pada dalil poin 9 dalam memory kasasinya karena dalil poin 9
tersebut adalah pengulangan dari dalil poin 7 hurup a diatas, yaitu
tentang “perlunya pengumuman”.
65. Bahwa untuk dalil terkait tersebut telah diuraikan oleh Termohon Kasasi
II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi pada jawaban atas dalil poin 7
hurup a diatas, sehingga pada poin 8 ini Termohon Kasasi II/
Pembanding I/ Tergugat II Intervensi tidak akan lagi ditanggapi.

J. PENOLAKAN ATAS DALIL KASASI POIN 10, KARENA DALIL POIN 10


ADALAH PENGULANGAN ATAS DALIL POIN 7 HURUP c TENTANG
“ADANYA LAPORAN POLISI DI POLRES SAROLANGUN”.

66. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak, dan tidak akan menanggapi dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/
Penggugat pada dalil poin 10 dalam memory kasasinya karena dalil
poin 10 tersebut adalah pengulangan dari dalil poin 7 hurup c diatas,
yaitu tentang “adanya Laporan Polisi di Polres Sarolangun”.
67. Bahwa untuk dalil terkait tersebut telah diuraikan oleh Termohon Kasasi
II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi pada jawaban atas dalil poin 7
hurup C diatas, sehingga pada poin 10 ini Termohon Kasasi II/
Pembanding I/ Tergugat II Intervensi tidak akan lagi ditanggapi.

K. PENOLAKAN ATAS DALIL KASASI POIN 11, KARENA DALIL POIN 11


TIDAK BERDASARKAN HUKUM.

15
16

68. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak dengantegas dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat
pada dalil poin 11 dalam memory kasasinya karena dalil poin 11
tersebut tidak berdasarkan hokum.
69. Bahwa dalam memory bandingnya pada poin 11, Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Penggugat mendalilkan bahwa ;

“Termohon Kasasi II/ Pembanding II/ Tergugat I (Kepala Pertanahan


Kab. Sarolangun) telah menerbitkan SHM No.421 bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, yaitu ; Peraturan Pemerintah
Nomor : 72 tahun 2005 tentang Desa, Pasal 14 hurup (e)
menyebutkan Kepala Desa berkewajiban “melaksanakan prinsip
tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi,
korupsi dan nepotisme”, Namun ternyata kenyataannya Arsal, Spdi
selaku kepala Desa Pulau Pandan yang sejak awal telah mengetahui
adanya persoalan hukum terhadap tanah atas objek sengketa,

70. Bahwa atas dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada dalil
poin 11 dalam memory kasasinya tersebut, Termohon Kasasi II/
Pembanding I/ Tergugat II Intervensi mohon Majelis Hakim Agung untuk
mengesampingkan dalil poin 11 tersebut, karena ;

I. Dalil tersebut tidak ada rujukannya atau tidak berdasarkan hukum,


dan dalil tersebut merupakan peraturan yang dibuat sendiri oleh
Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat, karena dalam PP No. 72
tahun 2005 tentang Desa, tidak ditemukan adanya pasal 14
hurup (e) yang bunyinya ;

Kepala Desa berkewajiban “melaksanakan prinsip tata


pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi,
korupsi dan nepotisme”

Bahwa faktanya ditemukan dalam ketentuan PP No. 72 tahun


2005 tentang Desa, adalah ketentuan pasal 14 ayat 2 hurup
(e), yaitu ;

Pasal 14

(1) Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan


pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1),
Kepala Desa mempunyai wewenang ;

a. memimpin …………….. dst ….


b. mengajukan …………….dst ……
c. menetapkan ………………….dst …………….
d. menyusun ……..sdt …………………………….
e. membina kehidupan masyarakat desa.
f. membina…………… dst ………
g. mengoordinasikan …………….dst ……………………
h. mewakili …………….. dst …………….
i. melaksanakan ………….dst …………….

16
17

II. Bahwa dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada dalil


poin 11 tersebut, merujuk kepada kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh Kepala Desa Pulau Pandan, namun pada
kenyataannya dalam gugatan A quo, Kepala Desa Pulau Pandan
tersebut tidak diikut sertakan sebagai Tergugat.

III. Bahwa PP No. 72 tahun 2005 tentang Desa tidak ada kaitan dan
hubungannya dengan Termohon Kasasi I/ Pembanding II/
Tergugat I, karena PP 72 tahun 2005 tersebut mengatur tentang
mekanisme, tata cara kerja dan kewenangan Kepala Desa.

L. PENOLAKAN ATAS DALIL KASASI POIN 12, KARENA PENERBITAN


SHM No.421 TELAH SESUAI KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU.

71. Bahwa Termohon Kasasi II/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi


menolak dalil Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat pada dalil poin
12 dalam memory kasasinya, karena penerbitan SHM No.421 telah
sesuai ketentuan hukum yang berlaku, dan sampai saat ini tidak
ditemukan bukti secara pidana, yang membuktikan bahwa penerbitan
SHM No.421 tersebut dilakukan dengan cara melawan hukum.
72. Bahwa oleh karena dalil-dalil kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Pengugat tidak berdasarkan hukum, sehingga oleh
karenanya sah dan benar, bila dalam perkara ini Majelis Hakim Agung
menolak permohonan Kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi/
Terbanding/ Penggugat, dan selanjutnya menguatkan putusan PT. TUN
Medan No. 128/B/2015/PT.TUN MDN tanggal 04 Nopember 2015.
73. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka dengan ini Termohon
Kasasi/ Pembanding I/ Tergugat II Intervensi, bermohon kepada
Majelis Hakim Agung, agar berkenan menjatuhkan putusan dalam
perkara ini, dengan putusan sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI.

1. Menolak Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi/ Terbanding/


Pengugat.
2. Menerima eksepsi Termohon Kasasi II/Pembanding I/ Tergugat II
Intervensi.
3. Menolak gugatan Pemohon Kasasi/ Terbanding/ Penggugat untuk
seluruhnya.

II. DALAM POKOK PERKARA.

- Menolak Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi/ Terbanding/


Penggugat untuk seluruhnya.
- Menguatkan putusan PT.TUN Medan No. 128/B/2015/PT.TUN MDN
tanggal 04 Nopember 2015.

Demikian Kontra Memory Kasasi ini disusun dan disampaikan kehadapan


Majelis Hakim Agung yang terhormat, atas segala bantuan dan perhatiannya
diucapkan terima kasih.

17
18

Hormat kami.

Kuasa Hukum Termohon Kasasi II/ Pembanding I/


Tergugat II Intervensi.

IBNU ARSAL, SH. IBNU KHOLDUN, SH.

18

Anda mungkin juga menyukai