Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar
dinegara berkembang dan dinegara miskin. Sekitar 25 – 50% kematian wanita usia subur
disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Heath Organization (WHO)
memperkirakan lebih dari 585 000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin.
Di Asia selatan wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat kehamilan / persalinan
selama kehidupan, Negara afrika 1 : 14 sedangkan di Amerika Utara 1 : 6,366. Lebih
dari 50% kematian di Negara berkembang sebenarnya dapat di cegah dengan tehnologi
yang ada serta biaya relatif rendah Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan, infeksi dan eklamsi. Sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang
memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis. Selain itu
keadaan ibu sejak prahamil dapat berpengaruh terhadap kehamilannya. Hal ini
disebabkan rendahnya pengetahuan ibu tentang kehamilan.
Menurut Nell (Ibu primigravida adalah seorang wanita yang pertama kali hamil.
Selanjutnya menurut Sastrowinoto bahwa kehamilan terjadi kalau ada pertemuan dan
pertemuan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Arti hamil atau
kehamilan adalah suatu keadaan dalam seseorang wanita mengandung sel telur dibuahi
oleh sperma, sebagian tubuh ibu hamil tersebut mengadakan keseimbangan untuk
menyesuaikan diri dengan adanya individu tersebut Kehamilan pertama merupakan
pengalaman baru yang dapat menjadi faktor yang menimbulkan stres bagi suami istri.
Beberapa stressor ada yang dapat diduga dam ada yang tidak dapat diduga atau tidak
terantisipasi misalnya komplikasi persalinan. Persulitan menurut adaptasi fisika,
psikologis dan sosial dari kedua pasangan .

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui mengenai Persalinan Kala II

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang mekanisme pengisian patogram

1
b. Untuk mengetahui tentang fase-fase persalinan normal
c. Untuk mengetahui tentang hal yang perlu diperhatikan jika kettuban pecah
d. Untuk mengetahui tentang posisi yang benar saat mengedan
e. Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Kala II
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis hanya
membicarakan tentang Persalinan Kala II
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan tersebut masalah yang dapat kita rumuskan adalah :

- Apa yang di maksud dengan pengisian partograf?


- Apa yang dimaksud dengan fase-fase persalinan normal?
- Apa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini?
- Bagaimana posisi yang benar saat melahirkan?
- Bagaimana Asuhan Keperawatan Kala II ?
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber
pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa buku
cetak yang ada.

F. Sistematika Penulisan
Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari tiga bagian.

Bab I Pendahuluan.

Bab II Pembahasan.

Bab III Penutup

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PARTOGRAF

PENGERTIAN
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

3
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan
membantu penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu
PENGGUNAAN PARTOGRAF
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai
elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan,
baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu
penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang
disertai dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran
(Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu
dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu.
Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam

4
3. Nadi: setiap 1/2 jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Penurunan: setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada
fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat
hasil-hasil pe¬meriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:
1). Informasi tentang ibu:
 Nama, umur.
 Gravida, para, abortus (keguguran).
 Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
 Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
 Waktu pecahnya selaput ketuban.
2).Kondisi janin:
 DJJ;
 Warna dan adanya air ketuban
 Penyusupan (molase) kepala janin
3).Kemajuan persalinan:
 Pembukaan serviks
 Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
 Garis waspada dan garis bertindak
4).Jam dan waktu:
 Waktu mulainya fase aktif persalinan
 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5).Kontraksi uterus:
 Frekuensi dan lamanya
6).Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
 Oksitosin

5
 Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7).Kondisi ibu:
 Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
 Urin (volume, aseton atau protein)
8).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam
kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan
persalinan).

Mencatat temuan Partograf


1. Informasi tentang ibu
 Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten
persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2). Kesehatan dan kenyamanan janin
 Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a). Denyut jantung janin
 Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian
Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30
menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada
bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom
paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus.
 Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka
180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah
120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus
dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-
tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari
kedua sisi partograf.

6
b). Warna dan adanya air ketuban
 Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang
berikut ini:
1. U : Ketuban utuh (belum pecah)
2. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
3. M :Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
4. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
5. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
 Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya
gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk
mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada
tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per
menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika
terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki
asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

c). Molase (penyusupan kepala janin)


 Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang
kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan
kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD).
Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang
kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
 Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk
tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan
tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda
disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
 Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala
janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air
ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

7
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3). Kemajuan Persalinan


 Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur
dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya
pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur
diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka
1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing
kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
 Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan
Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih
sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam
fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap
pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari
pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
 Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan
fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),
atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya
bagian terbawah atau presentasi janin.
 Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya

8
diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi
kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
c. Garis waspada dan garis bertindak
 Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
pembukaan 1 cm per jam.
 Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan
adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.).
 Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan,
misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit
atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan
obstetri.
 Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8
kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan per¬salinan
harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
4). Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif persalinan
 Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu
jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
 Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-
kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
 Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua
kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya.
 Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan

9
serviks di garis waspada.
 Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu
mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di
garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom
paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya
(kotak ketiga dari kiri).
5). Kontraksi uterus
 Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan
tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
 Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
1. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya kurang dari 20 detik.
2. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40 detik.
3. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang diberikan
 Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
 Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit.
b). Obat-obatan lain dan cairan IV
 Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan ibu
 Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan
kesehatan dan kenyamanan ibu.

10
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
 Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
(lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom
waktu yang sesuai.
2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda
panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau
dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam
kotak yang sesuai.

b. Volume urin, protein atau aseton


 Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap
kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam urin.

8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya


 Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan.
 Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
1. Jumlah cairan per oral yang diberikan.
2. Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter
umum).
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5. Upaya Rujukan.

11
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
 Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk
bayi baru lahir).
 Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.
 Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik
yang sesuai.
 Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik,
terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan
pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan
lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh
mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih
aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
5. Bayi baru lahir
6. Kala IV
Cara pengisian:
 Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses
persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar
belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut unsur-
unsurnya sebagai berikut.
1). Data dasar
 Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan

12
pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang
telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping
jawaban yang sesuai.
2). Kala I
 Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala II
 Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4). Kala III
 Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak
lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang
disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5). Bayi baru lahir
 Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan,
jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah
penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat
yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
6). Kala IV
 Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus,
kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala
IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau
terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV
dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan
setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan
hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada
tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).

13
B. FASE-FASE PERSALINAN NORMAL
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontaksi uterus
yang menyebabkan penipisan , dilatasi serviks, dan mendorong janin
keluar melalui jalan lahir. Banyak energy dikeluarkan pada waktu ini.
Oleh karena itu, penggunaan istilah in labor (kerja keras) dimaksudkan
untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada persalinan
terasa nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk
mendeskripsikan proses ini (Sarwono, 2009).
Menurut Gary dkk (2005), persalinan aktif dibagi menjadi empat kala
yang berbeda.
1. Kala I
Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada persalina
kala I, yaitu :
- Tahap Persiapan (preparatory division)
- Tahap Pembukaan (dilatasional division)
- Tahap Panggul (pelvic division)
2. Persalinan Kala II
Tahap ini berawal pada saat pembukaan serviks telah lengkap, yang
menandai awitan persalinan kala 2, wanita tersebut akan mulai
mengejan, dan seiring dengan turunnya bagian terbawah janin, timbul
keinginan ibu untuk berdefekasi, kontraksi uterus dan daya dorong
yang menyertai dapat berlangsung selama 1,5 menit dan terjadi
kembali setelah suatu fase istirahat miometrium yang lamanya tidak
lebih dari 1 menit. Fase ini berakhir dengan keluarnya janin. Median
durasi kala dua adalah 50 menit pada nulipara dan 20 menit pada multi
para, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi (Gary dkk, 2005).
3. Persalinan Kala III
Fase ini terjadi segera stelah bayi lahir, tinggi fundus uteri dan
konsistensinya hendaknya dipastikan. Selam uterus tetap kencang, dan
tidak ada pendarahan yang luar biasa, menunggu dengan waspada
sampai plasenta terlepas bias dilakukan. Jangan dilakukan masase;
tangan hanya diletakkan di atas fundus, untuk memastikan bahwa
organ tersebut tidak atonik dan terisi darah di belakang plasenta yang
telah terlepas (Gary dkk, 2005).

14
4. Kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum.
Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan),
kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN JIKA KETUBAN SUDAH PECAH

DEFINISI

Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin, khususnya jika hal
ini terjadi di awal kehamilan. Ketuban pecah dini ( KPD ) adalah
pecahnya atau rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya
persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum
usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi. (
Hossam, 1992 ). Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10 % dari
semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu,
kejadian sekitar 4 %. Sebagian dari ketuban pecah dini mempunyai
periode laten melebihi satu minggu. Early rupture of membrane adalah
ketuban pecah pada fase laten persalinan.

ETIOLOGI

Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas.Akan tetapi ada beberapa
keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, diantaranya
adalah sebagai berikut :

1. Trauma : Amniosintesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan


seksual.
2. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis streptokokus, serta
bakteri vagina.
3. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah atau
selaput terlalu tipis.

15
4. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
5. Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks
yang pendek ( < 25 cm ).
6. Multipara dan peningkatan usia ibu.
7. Defisiensi nutrisi.

Selain itu penyebab lain dari ketuban pecah dini ialah infeksi genetalia,
serviks inkompeten, gemelli, hidramnion, kehamilan preterm,
disproporsi sefalopelvik.

PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai


berikut :

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan


ikat dan vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

MANIFESTASI KLINIS

Ibu biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan


amnion atau ketuban melewati vagina.Selanjutnya jika masa laten
panjang, dapat terjadi korioamnionitis. Untuk mengetahui bahwa telah
terjadi infeksi ini adalah mula – mula dengan terjadinya takikardi pada
janin. Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam.
Jika ibu demam, maka diagnosis korioamnionitis dapat ditegakkan, dan
diperkuat dengan terlihat adanya puss dan bau pada secret. Selain itu
Janin mudah diraba, Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau
selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

16
PENATALAKSANAN

Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat


dijabarkan sebagai berikut :

 Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru


sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat
 Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi
pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas
 Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
 Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu
berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
 Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga
terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan
dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
 Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia
biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan
pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S
 Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam
sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.
 Konservatif

a) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.

b) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.

c) Umur kehamilan kurang 37 minggu.

d) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.

e) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan

17
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.

f) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda

persalinan.

g) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau

gawat janin.

h) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi

uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air

berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

 Aktif

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.

Ø Induksi atau akselerasi persalinan.

Ø Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan

mengalami kegagalan.

Ø Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat

ditemukan.

F. PENCEGAHAN

Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban

Yang harus segera dilakukan:

 Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.

18
 Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil

nafas dan tenangkan diri,.

Yang tidak boleh dilakukan:

 Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi

kuman.

 Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air

ketuban akan terus keluar.

 Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.

KOMPLIKASI

Ibu

infeksi maternal : korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis,


nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat),
endometritis

Janin

* Penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin

* Trauma pada waktu lahir

* Premature

MANAGEMENT TERAPEUTIK

Management terapeutik KPD bergantung pada usia kehamilan serta apakah


ada tanda infeksi atau tidak. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menentukan apakah selaput amnion benar – benar rupture.Inkontinensia
urine dan pengeluaran vagina merupakan tanda – tanda untuk perlu
mencurigai terjadinya rupture atau pecahnya selaput amnion.

19
Untuk membuktikannya, dengan cara menggunakan speculum steril, guna
melihat kumpulan cairan amnion disekitar serviks atau dapat juga melihat
langsung cairan amnion yang keluar melalui vagina. Analisis dengan kertas
nitiozine akan menandakan keadaan alkali dari cairan amnion. Sekresi
vagina pada wanita hamil memiliki nilai pH antara 7,0 – 7,2. Jika kertas
tidak menunjukkan perubahan warna, berarti hasil tes negative yang
mengindikasikan bahwa selaput membrane tidak rupture. Jika hasil tes
positif maka akan terjadi perubahan warna kertas. Hal ini mungkin saja
menandakan terjadinya keracunan karena urine, darah, dan pemberian
antiseptic yang menyebabkan sekresi serviks menjadi alkali, sehingga
mempunyai pH yang hampir sama dengan pH cairan amnion.

Dapat juga dengan menggunakan tes ferning. Tes ferning digunakan dengan
meletakkan sedikit cairan amnion diatas gelas kaca, kemudian tambahkan
sodium klorida dan protein. Hasilnya akan berbentuk seperti tanaman pakis.
Hasil tes menjadi negative pada kebocoran yang telah terjadi beberapa hari.
Bisa juga digunakan dengan tes kombinasi, yaitu pemeriksaan speculum,
tes dengan kertas netrazine atau tes ferning, sehingga diagnose menjadi
akurat. Pada kehamilan preterm, serviks biasanya tidak baik untuk konduksi
Faktor seperti usia kehamilan, jumlah cairan amnion yang tersisa,
kematangan paru – paru janin, harus menjadi bahan pertimbangan. Selain
itu perlu juga diperhatikan adanya infeksi pada ibu dan janin. Saat usia
kehamilan antara 32 – 35 minggu perlu dilakukan tes kematangan paru
janin dari cairan yang ada di vagina. Tes tersebut diantaranya adalah tes –
tes yang mengukur perbandingan surfaktan dengan albumin. Tes dengan
menggunakan phosphatidyl glycerol, atau tes yang menghitung
perbandingan lesitin dengan spingomielin. Aminiosintesis dan kultur
kuman sering dilakukan jika terdapat tanda infeksi. Tes ini berguna untuk
menghindari terjadinya respiratory distress syndrome ( RDS ) pada bayi
jika bayi dilahirkan.

Liggins dan howie ( 1972 ) menunjukkan bahwa pemberian glukokortikoid


( betametason ) akan mempercepat pematangan paru – paru fetus dan akan
menurunkan insiden terjadinya RDS. Namun, karena terjadinya

20
peningkatan insidensi kelainan neurologis dan potensi meningkatkan
insidensi potensi pada bayi baru lahir yang baru diberi kortikosteriod, maka
pemberian kortikosteroid belum dapat disarankan. Bila janin belum viable (
< 36 minggu ) dan ingin mempertahankan kehamilannya, ibu diminta untuk
istirahat ditempat tidur ( Baddress ), berikan obat – obatan seperti :
antibiotic profilaksis yang dapat mencegah infeksi juga spasmolitik untuk
mengundurkan waktu sampai anak viable.Tes kematangan paru – paru janin
perlu dilakukan secara periodic, observasi adanya infeksi dan mulainya
persalinan, kemudian persalinan dapat dilakukan setelah paru janin matang.

Bila janin telah viable ( > 36 minggu ) dan serviks sudah matang,
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin 2 – 6 jam setelah periode laten,
dan diberikan antibiotic profilaksis. Jika serviks belum matang, matangkan
serviks dengan prostaglandin dan infuse. Pada kasus – kasus tertentu bila
induksi partus gagal, maka akan dilakukan tindakan operatif. Resiko infeksi
pada KPD tinggi sekali, ini biasanya disebabkan oleh organism yang ada di
vagina, seperti E.colli, streptokokus fastafis, Streptokokus B.hemoliccus,
Proteus, klebsietta,Pseudomonas, dan Stapilokokus. Namun, beruntunglah
insiden infeksi ini masih rendah. Hal ini karena walaupun resiko infeksi
selama pemeriksaan dan persalinan sangat tinggi namun cairan amninon
memiliki fungsi bakteriostatik ( Thadepalli, Aplemin et al.,1997 ).Jika
terdapat korioamnitis, diberi antibiotic dan akan lebih baik jika diberikan
melalui intravena. Antibiotik yang paling efektif yaitu : gentamicine,
cephalosporine, amphicilline.

D. POSISI MENGEDAN YANG BENAR

Pada saat menjalani persalinan normal, mengejan adalah salah satu proses
alamiah saat mendorong bayi keluar. Pada saat proses mengejan perlu
dilakukan dengan baik dan benar agar kekuatan bunda tidak sia-sia.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat mengejan :

21
Menutup Mata

Lebih baik membuka mata dan arahkan pandangan ke arah perut. Menutup
mata saat mengejan akan membuat tekanan pada mata yang menyebabkan
mata menjadi merah dan baru hilang beberapa hari kemudian.

Mengangkat panggul

Hal ini bisa membuat robekan perineum lebih lebar sehingga anda akan
lebih banyak menerima jahitan.

Berteriak

Banyak bunda yang berteriak untuk melepaskan rasa sakit yang begitu
hebat saat proses melahirkan. Namun hal ini tidak bagus karena selain
menguras tenaga juga membuat tenggorokan kering, batuk, serak dan
suasana menjadi panik. Lebih baik pusatkan tenaga untuk mengejan.

Mengejan sebelum ada instruksi dokter atau bidan

Lakukan pernafasan panting (pendek-pendek dan cepat) sebelum


pembukaan lengkap dan ada instruksi dokter. sembarangan mengejan,
selain membuang tenaga percuma, mengejan tidak teratur juga
menyebabkan jalan lahir bengkak.

Menahan Mengejan

Terkadang Bunda menahan mengejan karena takut feses ikut keluar dari
anus. Untuk itu kosongkan usus 24 jam sebelum proses persalinan.

Bernafas serabutan

Pelajari teknis bernafas menghadapi persalinan karena dengan teknik


pernafasan yang benar akan menjadi sumber tenaga saat mengejan dan
mengurangi rasa sakit.

Langkah 1
Tunggu sampai dokter atau bidan menegaskan bahwa pembukaan serviks
Anda benar-benar sudah sempurna. Ini berarti serviks telah membuka

22
sekitar 10 centimeter. Memang terkadang Anda akan merasakan sensasi
seperti ingin mengejan atau seperti hendak Buang Air Besar padahal
pembukaan serviks belum sempurna. Nah jika Anda mengalami hal ini,
usahakan untuk tidak meng-hejankan atau menuruti sensasi itu dengan
berusaha untuk tetap tenang, rileks dan berusaha menarik nafas panjang dan
dalam. Karena apabila Anda mengejan sebelum pembukaan serviks
sempurna yang terjadi justru akan ada pembengkakan di serviks Anda dan
itu justru dapat menyulitkan dan menghalangi proses persalinan Anda nanti
Langkah 2
Carilah posisi yang paling nyaman untuk tubuh Anda. Berbagai posisi
dianggap lebih efektif daripada yang lain, seperti jongkok, duduk bukannya
terbaring di tempat tidur. Posisi yang dapat Anda lakukan sangatlah
beragam, tergantung pada penggunaan epidural atau fasilitas persalinan.
Langkah 3
Memanfaatkan kontraksi Anda ketika Anda mengejan. karena ini lebih
efektif untuk mengejan selama kontraksi bukannya mengejan secara terus-
menerus. Kontraksi dapat terjadi setiap lima menit bahkan tujuh menit
untuk beberapa ibu dan dengan durasi antara 45 dan 90 detik. Sehingga
ketika tidak ada kontraksi Anda justru bisa istirahat bahkan tertidur untuk
sejenak, atau minum untuk memulihkan dan menyusun kembali energi
Anda.
Langkah 4
Dorong seperti jika Anda buang air besar, Ketika usaha ini diberikan, bayi
dapat ditekan jalan lahir dan keluar vagina.
Langkah 5
Bersantai di akhir kontraksi, duduk atau berbaring. Bahkan Anda juga bisa
mengubah posisi Anda ketika kontraksi berakgir. Ini sangat penting untuk
membantu mengoptimalkan posisi janin. Dan akan sangat membantu jika
Anda memilih untuk mengambil posisi yang vertikal atau tegak karena gaya
gravitasi bumi akan membantu janin lebih turun lagi ke jalan lahir. Memang
akan terasa sangat susah bahkan terasa berat ketika Anda harus mengubah
posisi misalnya dari posisi setengah duduk ke posisi jongkok ketika Anda
berada atau bersalin di atas tempat tidur. Namun hal ini tidak berlaku bagi
Anda yang emmilih untuk melahirkan di dalam air atau waterbirth karena

23
dengan waterbirth Anda bisa bebas untuk mobilisasi dan merubah posisi
selama persalina dan ini sangat membantu memperlancar proses persalinan
Anda.
Langkah 6
Jika memungkinkan, mintalah bidan atau dokter Anda untuk meletakkan
cermin di dekat lubang vagina saat bayi mulai crowning, atau kepala
terlihat di vagina. Hal ini dapat membantu beberapa ibu berkonsentrasi
untuk mengejan di daerah ini. Bahkan ini dapat membantu sang ibu untuk
lebih semangat lagi ketika mengejan. Sesuai pengalaman saya di lapangan
saya selalu menganjurkan ibu untuk memegang kepala bayinya ketika
kepala bayi sudah terlihat di vagina, hal ini ditujukan untuk meningkatkan
dan merangsang hormon oksitosin yang ada didalam tubuh ibu sehingga
kontraksi akan semkin seringd an si ibu pun merasa lebih semangat dan
lebih “tersambung” dengan tubuhnya.
Langkah 7
Lanjutkan untuk mengejan di setiap kontraksi sampai bayi dilahirkan.
Dokter mungkin akan menyarankan dan memberi aba-aba kapan Anda
harus mengejan jika Anda menggunakan epidural.

TIPS DAN PERINGATAN


- Tarik nafas dalam ketika Anda hendak mengejan. Masukan dagu Anda ke
dada Anda. Ingat bahwa mengejan dapat berlangsung antara 30 menit dan
beberapa jam.
- Minumlah air, bisa juga air gula atau madu atau menyelipkan es batu di
antara kontraksi untuk tetap terhidrasi.
- Berpindah dan merubah posisi jika Anda merasa perlu. Beberapa ibu akan
menemukan posisi yang paling nyaman bagi tubuhnya untuk mengejan-kan
bayinya. Dan bisa jadi ini bukan posisi terlentagn maupun setengah duduk.
Ikuti insting dan naluri serta irama tubuh Anda. Dan komunikasikan dengan
bidan atau dokter sehingga mereka bisa memfasilitasinya.
- Hindari mengejan ketika pembukaan servik belum lengkap. Kontraksi bisa
membuat Anda merasakan dorongan yang tak terbantahkan untuk
mendorong dan mengejan, namun ketika Anda mengejan dan posisis leher
rahim saat itu masih sebagian tertutup justru dapat menyebabkan leber

24
rahim membengkak. Istirahat dan tarik nafas panjang dan dalam meskipun
kontraksi anda rasakan terus.
- Anda dapat saja tidak mengejan atau tidak sengaja menghejankan janin
Anda selama persalinan. Kuncinya ada di nafas dan posisi Anda. Ketika
Anda dapat selalu kontrol di nafas dan rileks juga dapat mengatur posisi
yang paling nyaman maka bayi Anda akan melakukan tugasnya yaitu
mendorong tubuhnya untuk keluar dari jalan lahir. Karena sebenarnya
ketika Anda rileks maka seluruh otot di jalan lahir akan terbuka dan
melebar. Ikutilah irama tubuh Anda, dan tanpa di hejankan dengan sengaja
maka tubuh Anda akan mengejan dengan sendirinya. Anda cukup rileks dan
tenang.
- Dorong ata mengejanlah seolah-olah Anda mengalami buang air besar -
yang terbesar dalam hidup Anda. Dan berbicara tentang buang air besar,
menaruh semua konsentrasi dan fokus saat mengejan - bukan menjadi
khawatir apakah Anda akan dapat mengosongkan perut Anda. Karena pada
dasarnya melahirkan rasanya hampir sama dengan membuang air besar
bayangkan ketika Anda mengalami obstipasi atau sembelit bebera hari dan
anda henda buang air besar, semakin Anda berusaha mengejan yang terjadi
feaces semakin tidak bisa keluar karena ternyata semua otot Anda tegang,
namun ketika Anda berusaha untuk rileks maka proses buang air besar
justru semakin lancar.
- Ketika hendak mengejan cobalah untuk fokus dan tenang, dan bagi bidan
atau dokter seharusnya mendukung hal ini dengan menjaga suasana yang
tenang dan privat. Bidan tidak perlu berteriak-teriak untuk memberi aba-aba
kepada ibu cukup berikan sugesti positif dan ajak ibu untuk mengikuti
irama tubuhnya. Memang butuh kesabaran namun ini sangat baik untuk
memperlancar proses persalinan.
Posisi untuk Mengejan
Beberapa posisi yang berbeda yang dapat digunakan untuk mengejan.
Dalam semua posisi, menjaga dagu Anda ke bawah untuk membantu otot
perut membantu rahim anda dalam mendorong bayi Anda. Anda mungkin
dapat untuk mempercepat kemajuan persalinan jika Anda mencoba posisi di
mana gravitasi membantu Anda (yaitu duduk, berdiri atau jongkok).
Namun, jika bayi prosesnya atau lajunya cepat, Anda mungkin dapat

25
memperlambat peregangan perineum dengan mencoba posisi di mana gaya
gravitasi netral (yaitu berbaring miring atau merangkak). Hal ini penting
untuk bereksperimen mencari titik kenyamanan Anda untuk mengejan
dalam posisi yang berbeda.
berikut ini beberapa video tentang proses persalinan dan Anda dapat
melihat bahwa ketika seorang ibu bisa mengikuti irama tubuhnya dan
memahami bayinya, dia bahkan tidak perlu mengejan saat melahirkan.

E. ASUHAN KEPERAWATAN KALA II


Ny. Wiyani usia 30 tahun, datang ke VK Puskesmas Indah Hati. Dari hasil
wawancara didapatkan G2P1Ao, dari keluarga tidak berada karena
suaminya hanya tukang becak. Perawat langsung menyediakan lembar
patograf. Beberapa jam kemudian ny. W mengeluh nyeri pinggang, nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit,, suhu 30o celsius, TD 110/80 mmHg. Ny. N oleh
suami , saat ini ketuban sudah pecah

PENGKAJIAN KALA II
1. Ibu
Keluhan : Mengerang kesakitan, gelisah, mengatakan dorongan bayi
sangat kuat dan merasa ingin BAB
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
 Vulva membuka
 Perineum menonjol
 Anus membuka
 Keringat di atas bibir
 Ekstremitas bergetar
 HIS 5x/10, durasi 45 detik
 Dilatasi serviks lengkap
 Ketuban (-)
 Kepala hodge 4
2. Bayi
Pemeriksaan Fisik
 Tali pusat pendek

26
 Apgar score menit I :8
 Jenis kelamin : perempuan
 Apgar score menit V : 9
 Berat badan : 3000 gram
 Panjang : 50 cm

APGAR SCORE

Nilai 0 Nilai1 Nilai2 Akronim

Warna kulit Seluruhnya Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh, appearance
biru normal merah muda, tangan dan kaki
tetapi tangan dan kaki normal merah muda,
kebiruan tidak ada sianosis
(akrosianosis)

Denyut Tidak ada <100 kali/menit >100x/ menit Pulse


jantung

Respon Tidak ada Meringis/menangis Meringis/bersin/batuk Grimace


refleks respon lemah ketika saat stimulasi saluran
terhadap distimulasi napas
stimulasi

Tonus otot Lemah/tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif Activity


ada

Pernapasan Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat, Respiration


teratur pernapasan baik dan
teratur

Jumlah Interpretasi Catatan


skor

7-10 Bayi normal

27
4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir
(asfiksia yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk
sedang) membantu bernapas.

0-3 Sangat Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif


rendah
(asfiksia
berat)

3. Evaluasi Dan Monitoring Kemajuan Persalinan


Criteria Fase I Fase II Fase III
Kontraksi
Kekuatan Tenang fisiologis Sangat kuat Luar biasa kuat
Frekuensi 2-3 menit 2-2 ½ menit 1-2 menit
Penurunan Meningkat Cepat
Show 0 sampai +2 +2 sampai +4 +4 sampai lahir
Aliran darah merah Kepala janin terlihat
tua, jumlah di introitus vagina,
meningkat aliran darah semakin
meningkat
Usaha mengedan Kecil sampai tidak Tidak tertahankan Semakin meningkat
spontan ada, kecuali pada
puncak kontraksi
terkuat
Vokalisasi Tenang, khawatir Suara keras, Terus berusaha
hembusan nafas keras, hembusan
dengan suara, nafas dengan suara,
member tahu sat ada menjerit
kontraksi
Perilaku ibu Lega setelah melalui Merasa sangat ingin Menyatakan nyeri
masa transisi ke tahap mengedan, yang luar biasa,
kedua, letih, mengubah pola menyatakan tidak
mengantuk, dapat nafas, bersuara berdaya,

28
mengendalikan diri keras, sering menurunnya
mengubah posisi kemampuan
mendengar dan
konsentrasi

DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengeluh nyeri pinggang - N : 88 x/menit,
- Klien mengatakan dorongan bayi - RR : 20 x/menit,
sangat sakit dan ingin mengedan - Suhu : 30o celsius,
- Klien mengatakan Perut bagian - TD : 110/80 mmHg
bawah semakin sakit, semakin sering - Klien tampak mengerang kesakitan
datangnya disertai dorongan untuk - Vulva membuka, perienum menonjol,
berkuat/meneran. anus membuka,
- Klien menanyakan apakah bayinya - keringat di atas bibir
sudah akan lahir. - ekstremitas bergetar
- Klien mengatakan takut terjadi hal - Klien nampak meringis kesakitan
yang tidak diinginkan terjadi pada - Klien tampak cemas
dirinya - Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Klien tampak lelah
- Perut tampak tegang saat his.
- HIS 4x/10 menit dengan durasi 45
detik
- Ketuban klien sudah pecah
- Pelepasan lendir dan darah (+)

29
ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS : Gangguan rasa nyaman: Kontraksi dan dilatasi serviks
- Klien mengeluh nyeri nyeri
pinggang
- Klien mengatakan
dorongan bayi sangat
sakit dan ingin
mengedan
- Klien mengatakan
Perut bagian bawah
semakin sakit,
semakin sering
datangnya disertai
dorongan untuk
berkuat/meneran.
DO :
- N : 88 x/menit,
- RR : 20 x/menit,
- Suhu : 30o celsius,
- TD : 110/80 mmHg
- Klien tampak
mengerang kesakitan
- Vulva membuka,
perienum menonjol,
anus membuka,
- keringat di atas bibir.
- ekstremitas bergetar
- Klien nampak
meringis kesakitan
- Perut tampak tegang

30
saat his.
- HIS 4x/10 menit
dengan durasi 45
detik
- Ketuban klien sudah
pecah
- Pelepasan lendir dan
darah (+)
DS : . Kecemasan Proses kelahiran
- Klien menanyakan
apakah bayinya
sudah akan lahir.
- Klien mengatakan
takut terjadi hal yang
tidak diinginkan
terjadi pada dirinya
DO :
- Klien tampak cemas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Klien tampak lelah
- N : 88 x/menit,
- RR : 20 x/menit,
- Suhu : 30o celsius,
- TD : 110/80 mmHg

31
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi dan dilatasi serviks.
2. Kecemasan berhubungan dengan proses kelahiran

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman Setelah - Kaji tingkat - Dapat
nyeri berhubungan dilakukan nyeri & menentukan
dengan kontraksi dan tindakan ketidaknyaman intervensi
dilatasi serviks. keperawatan pasien melalui selanjutnya.
DS : selama 15 menit repon verbal dan
- Klien mengeluh diharapkan nyeri non verbal.
nyeri pinggang yang terjadi pada
- Klien mengatakan klien dapat - Beritahu - Menambah
dorongan bayi terkontrol penyebab rasa pemahaman
sangat sakit dan sampai dengan nyeri. pasien sehingga
ingin mengedan hilang dengan nyeri dapat
- Klien mengatakan Kriteria Hasil : dikontrol.
Perut bagian bawah - Raut wajah
semakin sakit, tidak
semakin sering tampak - Atur posisi - Memudahkan
datangnya disertai kesakitan. baring terlentang proses
dorongan untuk - Ibu dengan kedua persalinan.
berkuat/meneran. mengatakan kaki ditekuk.
- Klien tampak nyeri
tegang berkurang. - Observasi DJJ, - Mengetahui
DO : - Ibu tenang his, dan kemajuan
- N : 88 x/menit, menghadapi kemajuan persalinan
- RR : 20 x/menit, persalinan. persalinan dan kesejahtetraan
- Suhu : 30o celsius, vital sign. janin dan ibu
- TD : 110/80 mmHg sehingga dapat
- Klien tampak mengambil

32
mengerang tindakan yang
kesakitan tepat.
- Vulva membuka,
perienum menonjol, - Massage painful - Menghambat
anus membuka, area pinggang impuls nyeri
- keringat di atas dan bokong. yang
bibir. berdiameter
- ekstremitas kecil sehingga
bergetar tidak
- Klien nampak dipersepsikan
meringis kesakitan ke cortex
- Perut tampak cerebri.
tegang saat his. - Pantau
- HIS 4x/10 menit penonjolan - Penurunan
dengan durasi 45 perineal dan kepala yang
detik rectal dan menekan
- Ketuban klien pembukaan perineum
sudah pecah. muara vagina. (Perineum
- Pelepasan lendir menonjol
dan darah (+) merupakan
tanda siap
melahirkan)
- Ajarkan klien
melakukan - Meningkatkan
teknik relaksasi. pengetahuan
dan kerjasasama
untuk tindakan
selanjutnya
serta dapat
mengurangi
rasa nyeri

- Anjurkan ibu - Pola nafas yang

33
mengatur pola baik dapat
nafas :sebelum meringankan
meneran tarik rasa nyeri
dua kali nafas
dlm lalu baru
meneran, ulangi
lagi sampai
berakhirnya
kontraksi dan
berhenti
meneran

- Ajarkan pasien - Mempercepat


mengedan yang kelahiran bayi.
baik dan efektif.

2. Kecemasan Setelah - Kaji tingkat - Mengetahui


berhubungan dengan dilakukan kecemasan. tingkat
proses kelahiran tindakan kecemasan,
DS : keperawatan yang
- Klien menanyakan selama 15 menit bermanfaat
apakah bayinya diharapkan klien dalam
sudah akan lahir. tidak mengalami melakukan
- Klien mengatakan kecemasan intervensi
takut terjadi hal dengan Kriteria selanjutnya.
yang tidak hasil :
diinginkan terjadi - Klien - Jelaskan pada - Memberikan
pada dirinya tampak pasien tentang keterangan dan
DO : tenang proses kelahiran menambah
- Klien tampak - Klien tidak anaknya. pengetahuan
cemas bertanya pasien tentang
- Klien tampak tentang proses
gelisah anaknya. persalinan.

34
- Klien tampak - Tanda-
tegang tanda vital
- Klien tampak lelah dalam batas - Berikan support - Meningkatkan
- N : 88 x/menit, normal. mental pada semangat
- RR : 20 x/menit, pasien dan sehingga mau
- Suhu : 30o celsius, berikan mengikuti
- TD : 110/80 mmHg reinforcement petunjuk yang
saat pasien diberikan
mengedan sehingga proses
dengan baik. persalinan
berjalan lancar.

- Anjurkan pasien - Memohon


berdoa. bantuan yang
maha kuasa.

- Temani pasien - Memberi


terutama pada support dan
saat gelisah dan ketenangan.
anjurkan untuk
mengungkapkan
perasaannya.

35
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan.
 Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin, khususnya jika hal
ini terjadi di awal kehamilan. Ketuban pecah dini ( KPD ) adalah
pecahnya atau rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya
persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum
usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi. (
Hossam, 1992 ).
 Mengejan adalah salah satu proses alamiah saat mendorong bayi
keluar. Pada saat proses mengejan perlu dilakukan dengan baik dan
benar agar kekuatan bunda tidak sia-sia.

36

Anda mungkin juga menyukai