Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH KDPK

MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
“OKSIGENASI”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK I


1. AQILA FAHRU (R0319006) 6. LARASATI (R0319040)
2. ATHANASIA P (R0319010) 7. NUSAIBAH NUR (R0319045)
3. DENISA ROSA (R0319016) 8. RISYA AHDINA (R0319049)
4. DIAH FEBBY (R0319018) 9. SITI MASULAH (R0319056)
5. INNE NERIFA (R0319030)
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2019
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
OKSIGENASI

A. PENGERTIAN
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke
dalam paru dengan alat khusus.
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.

B. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN


1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol
dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago sedangkan
bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Permukaan mukosa
hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru.
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Hidung juga
bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalandengan pertambahan usia.
b. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif
c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak
suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis
Merupakan daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan
b. Glotis
Merupakan ostium antara pita suara dalam laring
c. Kartilago tiroid
Merupakan kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple)
d. Kartilago krikoid
satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid)
e. Kartilago aritenoid
digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
f. Pita suara
ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda
asing dan memudahkan batu
d. Trakea
Disebut juga batang tenggorok. Ujung trakea bercabang menjadi dua
bronkus yang disebut karina.
2. Saluran Nafas Bawah
a) Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi
menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9
bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi
menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki : arteri, limfatik dan saraf.
b) Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan
napas.
c) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).

d) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
e) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan
sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
f) Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta yang
jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Terdiri atas 3 tipe
:
a. Sel-sel alveolar tipe I
Merupakan sel epitel yang membentuk dinding alveoli
b. Sel-sel alveolar tipe II
Merupakan sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps)
c. Sel-sel alveolar tipe III
Merupakan makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
g) Paru-paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga
dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru
mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3
lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2
lobus. Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya
h) Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis.
Terbagi mejadi 2, yaitu:
a. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
b. Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini
untuk mencegah kolap paru-paru

C. FISIOLOGI OKSIGENASI
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
2. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan
pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume
rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor
yaitu:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana
O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O²
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

D. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
yaitu:
1. Hiperventilasi
2. Hipoventilasi
3. Deformitas tulang dan dinding dada
4. Nyeri
5. Cemas
6. Penurunan energy atau kelelahan
7. Kerusakan neuromuscular
8. Kerusakan muskoloskeletal
9. Kerusakan kognitif atau persepsi
10. Obesitas
11. Posisi tubuh
12. Imaturitas neurologis
13. Kelelahan otot pernafasan
14. Adanya perubahan membrane kapiler-alveoli

E. TUJUAN OKSIGENASI
Tujuan pemberian oksigenasi sebagai berikut:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

F. METODE OKSIGENASI
Beberapa metode pemberian oksigen adalah sebagai berikut:
1. Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada
umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya
bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
2. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen
dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola
pernafasan pasien.
G. NILAI NORMAL
Parameter Nilai normal
Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 5800 ml

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa
kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan
berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak
dan pola napas
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap
oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel
jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi
sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan
oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat
ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks
serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum
terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat
cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha
inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri
seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan
napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai
dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

I. MASALAH DAN PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN OKSIGENASI


1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia adalah:
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli,
sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti
bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan
peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan. Tanda dan gejalanya
yaitu:
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek
samping dari beberapa obat. Tanda dan gejalanya yaitu:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat
dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif,
dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun
pathologis.
a) Fisiologis :
a. Orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. Pada anak-anak yang sedang tidur
c. Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
b) Pathologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per
menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan
sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini,
antara lain :
1. Tidak Efektifnya Jalan Napas
Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak
bersih, misalnya karna adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan
jalan napas oleh karena spasme bronkus, dan lain lain.
2. Tidak efektifnya Pola Napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas,
yaitu inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab biasanya
karena kelemahan neuromuskular, adanya sumbatan ditrakeobronkhinal,
kecemasan dan lain lain.
3. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang
dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa
karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan
lain-lain
4. Penurunan perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan
suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi
hipovelemia, hipervolemia, retensi karbon diogsida.
5. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivirtasnya. Penyebabnya antara
lain karena ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
produksi yang dihasilkan menurun, dan lain-lain
6. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu.
Kesulitan bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur.
Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit
yang dideritanya
7. Resiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah keotak berkurang. Hal
tersebut disebabkan oleh cardiac output yangmenurun, aliran darah keotak
berkurang, gangguan perfusi jaringan otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak
kekurangan oksigen sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.

J. TINDAKAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI


1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan
masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
b. Nasal kateter, kanula, atau masker
c. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Cek flowmeter dan humidifier
d. Hidupkan tabung oksigen
e. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
f. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
g. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga,
setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
h. Catat pemberian dan lakukan observasi.
i. Cuci tangan
2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri
atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.
a) Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya,
pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti
mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada
dinding bronkhus.
Prosedur:
a. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian
untuk mengurangi ketidaknyamanan.
b. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
c. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
d. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang
mudah cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
b) Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.
Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan
turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering
dilakukan bergantian dengan perkusi,
Prosedur:
a. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
dada yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa
diletakkan secara bersebelahan.
b. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
c. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan
keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
d. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke
dalam tempat sputum.
c) Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu
yang terbaik utnuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan
pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage
harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya
menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
a. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
b. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum
melakukan postural drainage
d. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu
mengencerkan lendir.
Peralatan:
a. Bantal
b. Papan pengatur posisi
c. Tisu wajah
d. Segelas air
e. Sputum pol
Prosedur:
a. cuci tangan
b. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan
pengkajian semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
c. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
d. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
e. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage
f. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk.
Bila tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
g. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
h. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
i. Anjurkan klien minum sedikit air.
j. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
k. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan
3. Napas dalam dan batuk efektif
a) Napas dalam
Merupakan bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan
abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur:
a. Atur posisi yang nyaman
b. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
c. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
d. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung
samapi 3 selama inspirasi
e. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething)
secara perlahan-lahan
b) Batuk efektif
Merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
a. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
b. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung
sekret pada sputum pot.
c. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan fatigue dan hipoksia.
4. Suctioning (pengisapan lendir)
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak
mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut
dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
b. Kateter pengisap lendir
c. Pinset steril
d. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
e. Kasa steril
f. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
c. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
d. Gunakan sarung tangan
e. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
f. Hidupkan mesin penghisap
g. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke
dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma
mukosa.
h. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
i. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
j. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
k. Lakukan hingga lendir bersih
l. Catat respon yang terjadi
m. Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai