Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI

(LITOPHENEUS VANNAMEI)
PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN MELIHAT CARRING CAPACITY
DAN PADAT TEBAR DI FARM PAK ABDULLAH TATO
(Dampingan PT.Central Proteina Prima. Tbk}
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan budidaya udang di Indonesia dengan komoditas utama yaitu udang


windu (Penaeus monodon), berkembang sangat pesat dengan menerapkan sistem
budidaya secara intensif dan telah menghasilkan devisa negara yang cukup besar
(KKP, 2009).Budidaya udang windu mengalami berbagai kasus kematian sejak tahun
1990-an, baik akibat dari lingkungan yang kurang mendukung maupun adanya
serangan penyakit seperti bakteri dan virus (Tenriulo et al., 2010).
Kondisi tersebut membuat banyak petambak mulai beralih ke budidaya udang
vannamei (Litopenaeus vannamei). Udang vannamei memiliki banyak keunggulan
seperti relatif tahan penyakit, produktivitasnya tinggi, waktu pemeliharaan relatif
singkat, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) selama masa pemeliharaan tinggi
dan permintaan pasar terus meningkat (Hendrajat et al., 2007).
Udang vannamei mulai dibudidayakan secara intensif di Indonesia sejak
tahun 2001, berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 41/2001 tanggal 12
Juli 2001 (Adiwidjaya, 2008).Produktivitas udang vannamei saat ini cenderung
menurun, bahkan sering terjadi kegagalan hasil produksi.Penyebaran penyakit dalam
lingkungan budidaya udang vannmei menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan
budidaya.Jenis penyakit yang dapat menyerang udang antara lain parasit, bakteri,dan
virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus merupakan masalah utama pada budidaya
udang vannamei (Munajah, 2011). White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan
Infectious Myonecrosis Virus( IMNV) adalah penyebab beberapa kasus kematian
udang vannamei yang belum dapat diatasi secara tuntas (Zhang etal., 2004)
Penyebab lain terjadinya kegagalan dalam budidaya adalah menurunnya mutu
lingkungan budidaya. Padat tebar yang tinggi, diikuti dengan pemberian pakan yang
lebih banyak per satuan luas tambak akan menambah berat beban lingkungan
(Nurjanah, 2009). Kondisi lingkungan diperburuk dengan sistem pembuangan air sisa
pemeliharaan yang kurang baik, akibatnya terjadi akumulasi bahan organik sisa pakan
dan kotoran udang dalam lingkungan budidaya (Dirjerkesling ,2005).Upaya untuk
mengantisipasi penyebaran penyakit dan mengurangi resiko kegagalan produksi
sangat diperlukan dalam sistem budidaya. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi penyebaran penyakit dan mengurangi resiko kegagalan produksi
dalam lingkungan budidaya adalah melakukan peringatan dini (early warning),
pemantauan terhadap keberadaan patogendi lingkungan tambak selama masa
budidaya, penerapan manajemen kesehatan udang (biosekuritas), manajemen
pemberian pakan, manajemen lingkungan), dan penerapan teknologi budidaya yang
tepat (Adiwidjaya et al., 2001).
Oleh karena itulah yang mendasari kegiatan praktek lapang ini untuk
mengetahui kejadian dan mempelajari MANAJEMEN PRODUKSI PADA
BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (LITOPHENEUS VANNAMEI) PADA
TAMBAK INTENSIF DENGAN MELIHAT CARRING CAPACITY DAN
PADAT TEBAR DI FARM PAK ABDULLAH TATO (Dampingan PT.Central
Proteina Prima. Tbk} agar mahasiswa dapat pelajaran tata cara memanajemen
budidaya udang vannamei.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui proses budidaya udang vannamei dengan dasar padat tebar
dan luas lahan
2. Untuk mengetahui pengaruh padat tebar terhadap pertumbuhan udang
3. Untuk membandingkan materi yang didapatkan di bangku kuliah dan yang
terjadi dilapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Udang vannamei

Udang Vannamei di sebut juga dengan udang putih yang merupakan sumber
daya ikan golongan Crustacea. Udang ini merupakan spesies asli dari perairan
Amerika Tengah. Resmi diperkenalkan dan dibudidayakan di Indonesia pada tahun
2000. Hal yang menggairahkan kembali pada usaha pertambakan di Indonesia pada
saat ini yang sebelumnya mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit
bintik putih (white spot) pada budidaya udang windu (Penaeus
monodon). Penyebaranya meliputi Pantai Pasifik, Meksiko, Laut Tengah dan Selatan
Amerika. Wilayah dengan suhu air secara umum berkisar di atas 20 derajat celcius
sepanjang tahun dan merupakan tempat populasi udang vanname berada.
Udang vannamei digolongkan ke dalam genus Penaid pada filum Artrhopoda.
Terdapat ribuan spesies dari filum ini, namun yang mendominasi perairan berasal dari
subfilum Crustacea. Ciri ciri subfilum Crustacea, mamiliki 3 pasang kaki berjalan
yang berfungsi untuk mencapit, terugtama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus
shinensis, Litopenaeus indicus, Litopenaeus japonicus, L. monodon, Litopenaeus
stylirostris dan Litopenaeus vannamei.
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostrata
Subkelas : Eumalacostrata
Superordo : eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachita
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei.

Vannamei termasuk dalam crustacea yang tergolong dalam ordo Decapoda


seperti halnya lobster dan kepiting serta udang udang lainnya. Kata Decapoda berasal
dari kata deca = 10, poda = kaki, hewan ini juga memiliki karapas yang berkembang
menutupi bagian kepala dan dada menjadi satu (chepalothorax). Famili Penaeidae
yang menetaskan telurnya di luar tubuh, setelah dikeluarlakan oleh betina dan udang
ini juga mempunyai tanduk (rostrum).
Genus penaeus yang ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah
rostrum juga ditandai dengan hilangnya bulu cambuk (satae) pada tubuhnya. secara
khusus udang ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada
tepi rostrum bagian dorsal. Subgenus Litopenaeus, yang ditandai dengan adanya
organ seksual (thelycum) yang terbuka tanpa adanya tempat penampung sperma pada
spesies betina.
Udang vannamei termasuk golongan hewan omnivora yaitu memakan segala,
baik dari bahan hewani maupun nabati. Beberapa sumber makanannya antara lain
udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut.
Meraka mencari dan mengidentifikasi makanannya menggunakan sinyal
kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor. Organ sensor ini terpusat pada
ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Dengan bantuan
sinyal kimiawi kimiawi yang di tangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau
menjauhi sumber pakannya.
Untuk mendekati sumber pakannya, udang akan berenang menggunakan kaki
jalan yang memiliki capit. Pakan langsung yang didapatkannya langsung di kepit
mnggunakan kaki jalannya kemudian di masukan kedalam mulut. Pakan yang
berukuran kecil akan masuk kedal keronggkongan dan ensophagus. Bila pakan yang
dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh
maxilliped di dalam mulutnya. Udang akan berhenti makan apabila mereka sudah
kenyang.
Proses molting pada udang akan menghasilkan peningkatan ukuran tubuhnya
(pertumbuhan) secara kontinyu dan secara berkala. Ketika molting tubuh udang
menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit
luarnya keras, tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.
Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang
lainnya, karena disamping kondisinya sangat lemah kulit luarnya belum mengeras.
Udang pada saat milting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam
amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang
baunya merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat
kanibalisme udang yang sehat. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang
introduksi yang diminati oleh petambak budidaya saat ini, karena memiliki
keunggulan seperti tahan penyakit, pertumuhan cepat (masa pemeliharaan 100-110
hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakannya rendah (FCR
1:1,3). (kkp.go.id).
B. Budidaya udang vannamei

Usaha budidaya tambak tersebar hampir diseluruh daerah pesisir dengan tingkat
pemanfaatan yang berbeda. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2005),
tingkat pemanfaatan lahan di Jawa Barat untuk budidaya air payau mencapai taraf
91,11%. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) hingga tahun 2009
tingkat pemanfaatan lahan untuk tambak di Indonesia mencapai 606.680 ha atau
57,91% dari seluruh lahan budidaya.
Budidaya tambak merupakan kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak
(reproduksi), menumbuhkan serta meningkatkan mutu biota akuatik di dalam suatu
kolam, dan agar dapat diperoleh suatu hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu
kondisi tertentu yang sesuai bagi komoditas yang akan dipelihara (Effendi 2009).
Dahuri et al. (1997) menyatakan bahwa agar budidaya perairan dapat berkelanjutan
dan optimal, maka pemilihan lokasi harus dilakukan secara benar dan menurut pada
kaidah- kaidah ekologis dan ekonomi. Budidaya tambak memiliki komponen
keruangan serta perbedaan.
Dalam budidaya udang vannamei terdapat beberapa kelas budidaya yakni
budidaya dengan sistem tradisional, budidadaya dengan sistem tradisional plus,
budidaya dengan sistem semi intensif, budidaya dengan sistem intensif dan budidaya
dengan sistem supra intensif. (sop PT. Central Proteina Prima.Tbk)
C. Tambak intensif

Menurut Prihatman (2000), ciri-ciri tambak udang semi intensif yaitu: memiliki
luasan tambak dalam satu petak antara 1 – 3 ha/petak dengan bentuk persegi panjang.
Pada petakan dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet. Dilakukan persiapan kolam
sepelum dilakukan penebaran benih dan saat pemanenan. Terdapat caren diagonal
yang mengarah dari inlet dan bermuara di saluran outlet pada setiap petakan. Caren
ini memiliki lebar 5 - 10 m serta memiliki kedalaman 30 – 50 cm dari pelataran.
Caren dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan. Kedalaman air di pelataran
hanya 40 – 50 cm. Caren juga bisa dibuat di sekeliling pelataran.
D. Padat tebar
Pada tebar adalah jumlah udang yang diturunkan pada kolam budidaya dimana
satuannya adalah meter persegi, untuk mengetahui padat tebar dalam suatu kolam
budidaya yaitu dengan cara membagi banyaknya yang ditebar dangan luas lahan
meter persegi.
E. Carryng capacity
Carrying capacity atau daya dukung adalah jumlah maksimum individu yang
dapat didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem.
Dengan kata lain, carrying capacity dapat disebut juga sebagai kemampuan
lingkungan (ekosistem) dalam mendukung kehidupan semua makhluk yang ada di
dalamnya secara berkelanjutan. (dkp.go.id)
BAB III
METODOLOGI PRAKTEK LAPANG

A. Tempat dan waktu pelaksanaan

Kegiatan praktek lapang ini bertempat di desa ujung kecamatan campalagian


kabupaten polewali mandar,yaitu di farm dampingan PT.Central Proteina Prima.Tbk
pada tambak yang ownernya bernama Abdullah Tato.
Kegiatan praktek lapang ini dilaksanakan pada tanggal 23 september 2019
sampai dengan tanggal 4 november, kegiatan praktek lapang ini berlangsung selama
kurang lebih 43 hari.
B. Sumber Data
Metode yang digunakan dalam pelaksanan Praktek Kerja Lapangan adalah
dengan metode partisipatif dimana penulis ikut berpartisipasi bekerja di tambak
intensif. Pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Data yang
diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari
responden. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Metode wawancara
dilakukan dengan cara bertanya langsung dengan teknisi tambak maupun dengan
pekerja yang berada dilingkup farm tersebut. Sedangkan metode observasi dilakukan
dengan cara mengamati langsung proses penanganan budidaya udang vannamei
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi


Tambak budidaya udang farm pak tato terletak di desa ujung yang berada
diantara sebagai berikut :
- Sebelah selatan berbatasan dengan laut yang kurang lebih 500 meter dari
tambak budidaya yang merupakan sumber air budidaya
- Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman warga yang berjarak 5 meter
dari tambak budidaya
- Sebelah barat berbtasan dengan tambak tradisian ikan bandeng yang
berjarang 4 meter dari kolam budidaya
- Sebelah timur berbatasan dengan tambak pasif kolam tanah yang berjarank 6
meter dari tambak budidaya
Hal diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

B. Jumlah petakan
Tambak budidaya udang vannamei pada farm bapak Abdullah Tato mulai
didampingi oleh PT.Central Proteina Prima pada tahun 2015, yang dimulai dari
tambak tanah yang berjumlah 6 petakan dengan memakai sistem intensif tapi dasar
tanah dengan padat tebar 30 ekor per meternya dengan jumlah kincir perpetak
sebanyak 4 kincir. Namun pada awal 2017 sistem budidaya intensif sudah mulai
berkembang yaitu memakai beton atau plastik untuk mengurangi pengaruh penularan
penyakit lewat tumpukan organic yang ada ditanah. Pada tambak bapak Abdullah tato
hanya memakai plastik HDP dengan ketebalan 0,5 mm jumlah petakan yang diberi
plastik sebanyak 3 petak dan akhirnya budidaya udang intensif pada tambak tersebut
hanya berjalan sebanyak 3 petak sampai sekarang ini.dan untuk siklus ini penebaran
dilakukan pada awal juli sebanyak 2 petak dan awal agustus sebanyak 1 petak. Dari
melihat data diatas mahasiswa praktek lapang masuk pada saat umur 75 hari dan 45
hari.
C. Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai
dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output (Heizer dan
Render, 2011:4). Manajemen produksi pada tambak budidaya udang vannamei di
farm pak tato, aktivitas aktivitas yang dilakukan yaitu sterilisasi air, penumbuhan
plankton dan penetuan jumlah tebar dan selanjutnya manajemen pakan. Adapun cara
sterilisasi yaitu dengan memberi disenfektan pada kolam budidaya yang telah terisi
air setinggi 1 meter, adapun jenis disenfektan yang diberikan yaitu :
- Cupri sulfat : yaitu disenfektan untuk membunuh jenis trisipat, trinitip,
mollusca,lumut dan BGA
- Crustacide : yaitu disenfektan untuk membunuh jenis crustacean (udang
liar dan kepiting)
- Kaporit : untuk membunuh jenis sel darah merah seperti ikan liar
Kemudian setelah 3 hari pemberian disenfektan selanjutnya proses
menumbuhkan plankton dan setelah penumbuhan plankton dilakukan bioassay yaitu
mengecek kelayakan tebar, hal ini sesuai dengan standar operasional kerja PT. central
proteina prima pada SOP tahun 2016 bahwa sebelum penebaran udang harus
melakukan proses sterilisasi yang dilanjutkan dengan penumbuhan plankton.
D. luas lahan, jumlah tebaran dan padat tebar
luas lahan, jumlah tebar dan padat tebar pada tambak budidaya udang pada farm
pak tato dapat dilihat pada table berikut :

No.petak Luas lahan Jumlah Padat tebar kincir


tebaran
Petak ! 1600 m2 120000 75 4 unit
Petak 5 1700m2 150000 88 6 unit
Petak 6 2300 m2 150000 65 6 umit

Pada table diatas bisa dinyatakn bawah jumlah penebaran pada tambak pak
tato yaitu pada petaksn 1 sebanyak 120000 dengan luas 1600 M2 dengan padat tebar
75 ok per meter, hal ini dapat dibuktikan dengan rumus :jumlah tebar : luas lahan
yang menghasilkan pada tebar (120.000/1600 = 75), pada petaksn 5 sebanyak
150000 dengan luas 1700 M2 dengan padat tebar 88 ok per meter, hal ini dapat
dibuktikan dengan rumus :jumlah tebar : luas lahan yang menghasilkan pada tebar
(150.000/1700 = 88), pada petaksn 6 sebanyak 150000 dengan luas 2300 M2 dengan
padat tebar 65 ok per meter, hal ini dapat dibuktikan dengan rumus :jumlah tebar :
luas lahan yang menghasilkan pada tebar (150.000/2300 = 65).
E. Hasil sampling
Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari
populasi yang berukuran N (Lohr, 1999). Sampling pada budidaya udang pada fam
pak Abdullah Tato pada petak 1 , petak 5 dan petak 6 adalah sebagai berikut :
petakan 1 dan 5 Tanggal Hasil sampling
sampling Petak 1 Petak 5
1 9/8/2019 4,52 3,2
2 21/8/2019 9,5 6,25
3 28/8/2019 12,3 8,4
4 4/9/2019 14,9 11,2
5 6/9/2019 15,6 11,1
6 13/9/2019 19,2 13,6
7 19/9/2019 20,8 14,8

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil sampling tambak budidaya
udang pada farm pak Abdullah Tato pada petakan 1 dan 5 dapat dilihat bahwa pada
samling pertama petakan 1 berat udang sebesar 4,52 gram dan pada petakan 5 berat
udang sebesar 3,2 gram. Pada sampling ke dua berat udang pada petakan 1 sebesar
9,5 gram dan petakan 5 berat udang sebesar 6,25 gram. Pada sampling ke tiga berat
udang pada petakan 1 sebesar 12,3 gram dan pada petakan 5 berat udang sebesar 8,4
gram. Pada sampling ke empat berat udang pada petakan 1 sebesar 14,9 gram dan
pada petakan 5 berat udang sebesar 11,2 gram. Pada sampling ke lima berat udang
pada petakan 1 sebesar 15,6 gram dan pada petakan 5 berat udang sebesar 11,1 gram.
Pada sampling ke enam berat udang pada petakan 1 sebesar 19,2 gram dan pada
petakan 5 berat udang sebesar 13,6 gram. Pada sampling ke tujuh berat udang pada
petakan 1 sebesar 20,8 gram dan pada petakan 5 berat udang sebesar 14,8 gram.
Selanjutnya adapun penebarn di waktu yang berbeda pada bulan agustus 2019
yaitu pada petakan 6 dengan jumlah tebaran 150 ribu dengan luas lahan 2300 (density
65), data samplingnya sebagai berikut.
petakan 6 Tanggal sampling Hasil sampling
1 8/7/2019 3,4
2 18/7/2019 6,4
3 25/10/2019 8,6
4 30/10/2019 10,02
5 7/10/2019 12,2
6 14/10/2019 14
7 21/10/2019 16
Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa hasil sampling petakan 6 pada
tambak budidaya farm pak Abdullah Tato di mana hasil sampling pertamanya adalah
sampling pertama sebesar 3,4 gram, sampling ke dua sebesar 6,4 gram, sampling ke
tiga sebesar 8,6 gram, sampling ke empat sebesar 10,2 gram, sampling ke lima
sebesar 12,2 gram, sampling ke enam sebesar 14 gram dan sampling ke tujuh sebesar
16 gram.
Dari tiga data hasil sampling diatas dapat di jelaskan bahwa dalam budidaya
udang vanamei padat tebar, carring capacity sangat berpengaruh dalam proses
budidaya udang vanamei salah satu pengaruhnya adalah laju pertumbuhan uadang
hal ini bisa dilihat pada tabel diatas dimana petakan yang mempunyai kepadatan
tinggi pertumbuhannya condong lebih lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
di sampaikan oleh bapak mustakim pada bukunya yang berjudul budidaya udang
vanamei dinyatakan bahwa dalam proses udang vanamei secara intensif sangat di
pengaruhi kualitas air dan manajemen pakan dan padat tebar.

F. Hasil panen parsial


Panen parsial adalah pengambilan udang sebagian dari jumlah populasi yang ada
ditambak dengan tujuan utama mengurangi jumlah kepadatan udang per satuan luas.
hasil panen parsial tambak budidaya pada fam pak Abdullah Tato. Pada di petakan 1,
5 dan 6 adalah sebagai berikut.
No Petak 1 Petak 5 Petak 6
1 313,6 (15,6 gram) 375,7 (11,1 gram) 459,6 (10 gram)
2 261,8 (20,8 gram) 440,4 (14,1 gram) 422 (14 gram)

Pada tabel diatas dapat di jelaskan bahwa hasil panen parsial pada fram pak
Abdullah Tato yaitu pada petakan 1 parsial satunya sebesar 313,6 gram dan parsial ke
duanya sebesar 261,8 gram. Dan petakan 5 parsial satunya sebesar 375,7 gram dan
parsial ke duanya sebesar 440,4 gram dan petakan 6 parsial satunya sebesar 459,6
gram dan parsial ke duanya sebesar 422 gram.

G. Hasil panen total dan panen keseluruhan


Panen total adalah penen keseluruhan pada tambak budidaya sedangkan panen
keseluruhan adalah jumlah tonase panen parsial dan panen total. hasil panen total
tambak budidaya pada farm pak Abdullah Tato Pada di petakan 1, 5 dan 6 adalah
sebagai berikut.
No Petak 1 Petak 5 Petak 6
1 975 kg 750 kg

pada tabel diatas dapat dinyatakan bahwa petakan 1 hasil panen totalnya
sebanyak 975 kg dan petakan 5 hasil panen totalnya sebanyak 750 kg dan petakan 6
hasil panen totalnya sebanyak
sedangkan panen kesluruhan dari tambak budidaya pada fram pak Abdullah Tato
dapat dilihat pada tabel berikut.
Petakan Parsial 1 Parsial 2 Panen total jumlah
1 313,6 kg 261,8 kg 975 kg 1,550.4 kg
5 375,7 kg 440,4 kg 750 kg 1,566.1 kg
6 459,6 kg 422 kg

H. Padat tebar dan pertumbuhan udang


Dalam proses budidaya udang vanamei ada beberapa manajemen yang harus di
perhatikan salah satunya manajemen produksi budidaya udang vanamei yaitu yang di
mulai dari proses penebaran hingga hasil yang di dapatkan dengan
mempertimbangkan semua aspek yang mempengaruhi proses budidaya
Pada proses budidaya sangat perlu diperhatikan dan di pertimbangkan padat tebar
dan luas lahan sehingga kita mampu memperhitungkan jumlah tebaran karena proses
berhasilnya proses budidaya udang vanamei salah satunya di sebabkan oleh jumlah
tebaran sesuai dengan kapasitas lahan budidaya, selama proses praktek lapang di
tambak budidaya udang vannamei di farm pak Abdullah tato penulis dapat
menyimpulkan bahawa ternyata padat tebar sangat berpengaruh terhadap prtumbuhan
udang.
Dalam proses budidaya ternyata menebar dengan kepadatan tinggi tidak
menjamin banyaknya biomas yang dihasilkan, Hal ini terbukti dilokasi praktek
lapang yang ternyata tebaran rendah lebih mendapatkan hasil yang memuaskan
dibandingkan tebaran tinggi, oleh karena itulah teknisi PT.central Proteina Prima
tidak henti-hentinya memberikan pengarahan dan pengertian pada lokasi tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
- Proses budidaya udang vannamei pada farm pak Abdullah tato berpariasi,
yaitu padat tebar 75 per meter, padat tebar 88, dan padat tebar 65.
- Ternyata Padat tebaran dalam budidaya udang vannamei pada farm pak
Abdullah tato sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan udang yaitu,
semakin teinggi padat tebar maka semakin lambat pertumbuhan udang.
- Dalam proses budidaya udang vannamei banyak aplikasi yang sifatnya
insidentil tergantung dari kondisi lahan budidaya.
B. Saran
- dalam proses budidaya : sebaiknya owner lebih memperhatikan lahan
budidaya seperti instalasi listrik, kondisi kincir dan kondisi mesin karena hal
tersebut merupakan penunjang utama keberhasil budidaya

Anda mungkin juga menyukai