Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA LIDAH


DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

oleh
Yogie Lasha Libertysia, S.Kep
NIM. 192311101039

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
A. Definisi
Karsinoma lidahadalahsuatu tumor yang terjadididasarmulut, kadang-kadang
meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de Velde, 2009).
Kanker lidah adalah suatu neoplasma malignat yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell
epitelgepengberlapis) dan terjadi akibat ransangan menahun, juga beberapa penyakit-
penyaki ttertentu (premalignant) seperti syphilis danplumer vision syndrome,
leukoplasia, reytoplasia. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi kedaerah sekitarnya, di
samping itu dapat melakukan metastase secara limfo gendan hematogen.
Kanke rlidah yaitu adanya daging atau benjolan yang tumbuh menempel pada
lidah. Untuk jenis ini pun memiliki ragan jenis antara lain benjolan yang tumbuh di
lidah bagian atas dimana makin lama makin membesar, sehingga suli tuntuk mencerna
makanan.

Kanker lidah yang sering terjadi adalah tipe karsinoma sel skuamosa,
sedangkan untuk jenis yang lainnya jarang terjadi. Kanker lidah meningkat sejalan
dengan peningkatan usia. Umumnya hal ini terjadi pada usia sekitar 60 tahun, tetapi
hal ini telah terjadi pergesaran usia lebih muda. Selain itu kanker lidah ternyata juga
dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, kebersihan mulut yang buruk,
radang kronis dan genetic pun juga ternyata menjadi penyebabnya.

B. Etiologi

Kanker ini memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan
tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:

1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari
restorasi, gigi-gigi karies atau akar gigi, gigi palsu
2. Faktor luar, karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya, tembakau,
agen fisik, radiasi ionisasi, virus, sinar matahari.
3. Faktor lain, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetik.
C. Pathway
D. Patofisiologi

Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan


menjadibeberapa faktor.Yaitu, Faktor luar, dalam dan faktor lainya. Faktor-faktor
tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang mengenai sel squamous
carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai pelindung.
Dimukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen tertampung dan berproliferasi secara tidak
terkontrol. Kanker lidah yang mengenai radix linguae biasanya asimptomatis hingga
proses penyakit berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah yang
terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase
kecolli/leher.Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang paling sering terlihat
adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan.Kemudian bisa terbentuk
ulkus yangmudah berdarah.Kanker pada anterior (corpus linguae) dominan metastase
pada kelenjar limfe submental dan submandibular.

E. ManifestasiKlinis
1) Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh.
Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang
megakibatkan nyeri lokal, otalgiaipsilateral dan nyerimandibula (Suyatno, 2010).
2) Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga proses
menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat menginfiltrasi
jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM), dasar lidah dan
tonsil (Suyatno, 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung
Seto).
3) Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan, kesulita
nmengunyah, menelan, danber bicara, batuk dengan sputum bersemu darah atau
terjadi pembesaran nodus lim feservikal. (Baughman Diane C, 2010)
F. Komplikasi
1. Komplikasi akut yang dapat terjadi :
a) Muskositis oral
Merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa eritema dan adanya ulser.
b) Kandidiasis oral
Disebabkan oleh jamur candida albicansdan ditemukan pada pasien yang menerima
radioterapi
c) Dysgeusia
Merupakan respon awal hilangnya rasa pengecapan, dimana salah satunya dapat
disebabkan oleh terapi radiasi.
d) Xerostomia atau mulut kering
Ditemukan pada pasien yang menerima radio terapi tergantung pada dosis yang
diterima kelenjar salifa dan volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.
2. Komplikasi kronis yang dapat terjadi:
a) Karies gigi atau radiasi
disebabkan paparan radiasi dimana mempunyai onset dan progresi yang cepat
sampai mengalami kerusakan yang lengkap pada semua gigi.
b) Osteordionekrosis atau ORN
Merupakan nekroseiskemik tulang yang disebabkan oleh radiasi yang
menyebabkan rasa sakit karna kehilangan banyak struktur tulang.
c) Nekrose pada jaringan lunak
merupaka ulser yang terdapat pada jaringan yang teradiasi, tanpa adanya proses
keganasan. Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini berhubungan dengan dosis,
waktu, dan volume kelenjar yang teradiasi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa sepervisial.
b. Scan CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi
lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan
apakah terdapat metastase atau tidak (Charlene J. Reeves, 2010, hal: 133)
c. Penggunaan lingkup (tabung serat optik yang tipis dengan kamera keci)l
digunakan untuk memeriksa pangkal lidah.
b. d.Lidah biopsi (pengangkatan sampel jaringan lidah) digunakan untuk menguji
sel-sel kanker.
a. X-Ray dada dipakai untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke paru-
paru.
G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan farmakologi

Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak dan herbal lainnya


menggabungkan membantu dalam detoksifikasi sistem darah. Typhonium Plus
mengandung ribosom dalam bertindak protein (RIP), anti oksidan, dan anti kurkumin.
Sel bersama-sama dipicu pada gilirannya menghasilkan mediator yang merangsang
dan memperkuat sel-sel lain dari sistem kekebalan tubuh untuk memerangi sel-sel
kanker. Sejak pertumbuhan sel kanker adalah reversibel diberikan stimulus kimia
yang benar dan lingkungan, penjelasan ini tidak terlalu mengada-ada. Typhonium
Plus merupakan kombinasi herbal selektif ekstrak yang dalam karya sinergi
Typhonium Flagelliforme penguatan / Keladi Tikus.

2. Penatalaksanaan non farmakologi

1) Radio Therapy
Radio therapy dilakukan bila :
Tumor Inoperable, T3 atau lebih, N3, M0 – M1
2) External X ray
Dengan memasukkan jarum radium sel-sel carcinoma ikut masuk kedalam.
Dapat digunakan dengan cara lain yaitu : Penderita dinarcose, kemudian
memasukkan polyethtylene catherter dan melalui charteter ini dimasukkan
benang yang diikat dengan radium maka radium ini akan tersebar secara merata,
bila sudah selesai benang ditarik keluar cara ini disebut application.
3) Radon seeds
Dengan biji-biji radon yang diletakkan sekitar cartinoma
4) Cytostatica theraphy :
Metotrexate (Mtx) dapat Mendepresi sum-sum tulang, ini dapat diatasi
denganleokoporin. Mempunyai akumulasi baik. Dapat dipakai untuk merubah
T3 menjadi T2-T1.
5) Surgical/Hemiglosectomy (total glossectomy)
Dilakukan pengangkatan pada bagian yang diindikasi terkena carcinoma atau
hemiglosectomy atau total glossectomy apabila tumor cukup besar dan sudah
bermetastase ke daerah leher.
Pada metastasenya dilakukan :
Pada N1 dan N2, dilakukan RND (Radical Neck Disection) yang diangkat
a. Kelenjar leher
b. Kelenjar sub madibula.
c. V. Jugularis interna.

6) Bilateral neck dissection

Dilakukan kelenjar supra ciavicularis Pada N3


H. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
3. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari pembedahan
reseksi.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan neurology
dan kemampuan menelan.
5. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
6. Kurang pengetahuaan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan.
I. Intervensidan Rasional
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal.
KH : suhu tubuh dalam batas normal, badan tidak terasa panas
Intervensi :
a. Kaji suhu dan tanda- tanda vital, keadaan klien.
Rasional : Memantau perubahan suhu tubuh
b. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil.
Rasional : Suhu 38,-41,1’C menunjukan proses penyakit infeksius.
c. Berikan kompres mandi hangat.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Mempertahankan intake.
e. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional : Menurunkan suhu tubuh
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
Hipotalamus
1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :

 BB sesuai usia
 Nafsu makan meningkat
 Tidak mual / muntah

Intervensi :

 Timbang BB tiap hari.


Rasional : untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan
mengetahui tingkat perubahan.
 Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur).
Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus.
 Anjurkan klien untuk makan dalam keadaan hangat.
Rasional : keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu
makan.
 Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi
sering. Rasional : untuk memenuhi asupan
makanan.
 Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat
sisa.
Rasional : untuk memenuh gizi yang cukup.
 Colaboration pemberian obat antipiretik.
Rasional : untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan
muntah

3. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, pembedahan


reseksi.
Tujuan : Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
KH :

 skala nyeri 0
 Klien mengatakan nyeri berkurang
 Nadi 60 – 90 x / menit
 Klien nyaman, tenang, rileks

Intervensi :

a. Kaji karakteritas dan letak nyeri.

Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri.

b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling
nyaman.

Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri.

c. Observasi nyeri berkurang atau tidak.


Rasional : Mengetahui skala nyeri saat
ini
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi (teknik penggurang rasa nyeri
non farmakologi).
Rasional : Mengurangi rasa nyeri.

e. Diskusikan dengan keluarga tentang nyeri yang dialami


klien. Rasional : Keluarga berpartisipasi dalam pengobatan
f. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan


neurologi dan kemampuan menelan.
Tujuan : tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal.

Kriteria hasil : komunikasi lancar.

Intervensi :

a. Kaji kemampuan komunikasi klien.


Rasional : Mengetahui kemampuan komunikasi klien.
b. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika
klientidak dapat berkomunikasi verbal

Rasional : Membantu dalam berkomunikasi.

c. Responsif terhadap bel panggilan dari


klien
Rasional : Menjaga kepercayaan dari
pasien.
5. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, tumor dan fungsion laesa)

TTV normal terutama suhu (36-37 oC)

a. Monitor TTV.
Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi
(color).

b. Kaji luka pada abdomen dan balutan.


Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya
pus.

c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik


rawat luka dengan antisep dan antiseptic.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme
infeksius.

d. Kolaborasi pemberian antibiotic.


Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.
6. Kurang pengetahuaan tentang proses penyakit dan rencana
pengobatan
Tujuan : keluarga dapat menyatakan pemahaman proses penyakit
KH : menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi :

a. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang


menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor
pendukung.

Rasional : Mengetahui sejauh mana keluarga memahami


penyakit tersebut.

b. Tentukan persepsi tentang proses


penyakit.
Rasional : Menyamakan pola pikir.
c. Jelaskan tentang penyakit yang diderita
klien.
Rasional : Memberikan informasi.
d. Diskusikan kembali dengan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauhmana informasi yang diterima keluarga
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Doenges, M. G. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Roezin Averdi. 2004. Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.
Roezin, Averdi. 2009. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-Hidung-
Tenggorok. Jakarta: FKUI.
Schrock, Theodore. 2010. Ilmu Bedah (Handbook Of Surgery). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sjamsuhidayat. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suyatno. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai