Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


HIPERTIROID DAN HIPERTIROID
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB
Dosen Pengampu : Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd

Disusun Oleh :

Miftahurrahmah P07220117059

D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Balikpapan, 20 september 2019

PENYUSUN

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2
BAB I ........................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 3
B. Tujuan .......................................................................................................................... 3
C. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 4
BAB II .......................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORI ..................................................................................................... 5
A. Pengertian .................................................................................................................... 5
B. Anatomi Fisiologi ........................................................................................................ 6
C. Etiologi......................................................................................................................... 7
D. Patofisiologi ................................................................................................................. 9
E. Patoflowdiagram ........................................................................................................ 11
F. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis) ...................................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik) ................................................... 13
H. Penatalaksanaan Medis .............................................................................................. 15
I. Komplikasi ................................................................................................................. 17
J. Konsep Dasar Keperawatan ....................................................................................... 18
BAB III ...................................................................................................................... 27
PENUTUP .................................................................................................................. 27
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 27
B. Saran .......................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme merupakan penyakit endokrin yang dalam hal prevalensi
menempati urutan kedua sesudah Diabetes Mellitus, adalah satu kesatuan penyakit
dengan batasan masalah yang jelas dan penyakit Graves menjadi penyebab
utamanya. Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan
laki-laki dan insidensnya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta keempat,
keadaan ini dapat timbul setelah terjadi syok emosional, stress atau infeksi tetapi
makna hubungan ini yang tepat belum dipahami.
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Lebih dari
95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang
mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.
Hipertiroidisme maupun hipotiroidisme merupakan penyakit yang menimbulkan
gangguan pada fungsi metabolik dan endokrin dari individu, keduanya juga
mempunyai manifestasi klinik masing-masing yang berakibat pada
ketidakseimbangan dari tubuh.
Dengan adanya berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan
hipertiroidisme dan hipotiroidisme, maka sangat penting bagi kita sebagai seorang
tenaga keperawatan bisa menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
tepat pada klien dengan gangguan hipotiroidisme dan hipertiroidisme.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan memberikan konsep Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin dari metabolik
(hipotiroid dan hipertiroid)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Hipertiroid dan Hipotiroid.
b. Mengetahui anatomi fisiologi Hipertiroid dan Hipotiroid.
c. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
d. Mengetahui patofisiologi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
e. Mengetahui patoflowdiagram penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

3
f. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hipertiroid dan
Hipotiroid.
h. Mengetahui penatalaksanaan medis penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
i. Mengetahui komplikasi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
j. Mengetahui konsep dasar keperawatan (pengkajian, diagnosa dan
intervensi) penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
k. Studi kasus singkat penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga (3) BAB dengan sistematika penulisan yaitu BAB I
Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori tentang Hipertiroid dan Hipotiroid mulai dari pengertian,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, tanda dan gejala
(manifestasi klinis), pemeriksaan penunjang (pemeriksaan diagnostik),
penatalaksanaan medis, komplikasi, konsep dasar keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa dan intervensi. Terakhir BAB III Kesimpulan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Hipertiroid adalah kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi


hormon tiroid. Akibatnya, kadar hormon tiroid dalam darah sangat tinggi. Padahal
hormon ini hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Sehingga terjadi peningkatan
kecepatan dalam metabolisme. Hipertiroid (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi
di mana kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin.
Hipertiroidisme dapat secara signifikan mempercepat metabolisme tubuh,
menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba, detak jantung yang cepat atau tidak
teratur, berkeringat dan gelisah atau mudah tersinggung (Anonim, 2010).

Hipotiroid atau Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid kurang


aktif dan gagal untuk mengeluarkan cukup hormon ke dalam aliran darah. Hipotiroid
berarti kelenjar tiroid yang kurang aktif sehingga produksi hormon tiroid rendah.
Kelenjar tiroid mengeluarkan hormon untuk mengatur proses metabolisme, termasuk
pertumbuhan dan pengeluaran energi. Ada banyak gejala hipotiroid termasuk lemas,
depresi, sembelit dan lain-lain
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid
yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)

5
B. Anatomi Fisiologi
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua
sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin
(Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh
yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan
cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton &
Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan
berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di
dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut
sistem endokrin.Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan
dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan
hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan
kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan
bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya
kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal
(Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun sebagai
akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338).
Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam
hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum.
Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga
menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon
tiroid yang lain:
a. Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
b. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
c. Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung
d. Merangsang pembentukan sel darah merah
e. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
f. Bereaksi sebagai antagonis kalsium.

6
C. Etiologi
Hipertiroid :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit
mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta
berkeringat banyak.

b. Toxic Nodular Goiter


Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan


Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada
pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.

d. Produksi TSH yang Abnormal


Produksi TSH (thyroid stimulating hormone) kelenjar hipofisis dapat
memproduksi TSH (thyroid stimulating hormone) berlebihan, sehingga merangsang
tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)

7
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala hpotiroid.

f. Konsumsi Yoidum Berlebihan


Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

Hipotiroid
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone
yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik
seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai
dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone
(TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.

3. Hipotiroid tertier/ pusat


Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi
tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk
mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif
lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu
endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi
iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh
minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan
oleh:
a. Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .

8
b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik,
bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida.
c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (Propylthiracil) thocarbomen,
(Aminothiazole, tolbutamid).

D. Patofisiologi
Hipertiroid
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada
normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH (Thyroid stimulating hormone), Biasanya bahan – bahan ini
adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan
reseptor yang mengikat TSHv. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH (Thyroid stimulating hormone) menurun, sedangkan
konsentrasi TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin) meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12
jam, berbeda dengan efek TSH (Thyroid stimulating hormone) yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH (Thyroid stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang

9
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid
pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.

Hipotiroid
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone
tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari
hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha
untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter
merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari
kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari
TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4
darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di
leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada
kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan
produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone
tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan
hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal
sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan
eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam
folat.

10
E. Patoflowdiagram
Hipertiroid

Defisit
penget Defisit nutrisi
ahuan Risiko penurunan Risiko gangguan
keletihan
curah jantung integritas kulit/
jaringan

11
Hipotiroid

GANGGUAN
CITRA TUBUH

F. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Hipertiroid
Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan
memperlihatkan kelompok tanda dan gejala yang khas (yang kadang- kadang disebut
tirotoksikosis) . Gejala yang sering ditemukan pada penderita hipertiroid yakni :
1. Umum : Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan
panas
2. Kardiovaskuler : Palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinustakikardi,
fibrilasi atrium, nadi kolaps.
3. Neuromuskular : Gugup,gelisah, agitasi, tremor, koreoatetosis,psikosis,
kelemahan otot, secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel
dan terus menerus merasa khawatir, Serta tidak dapat duduk diam .
4. Gastrointestinal : penderita mengalami peningkatan selera makan dan
konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan oto

12
yang abnormal, perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare, serta
muntah.
5. Reproduksi : Oligomenorea, infertilitas
6. Kulit : warna kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan
warnah salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah..
namun demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering,
tangan gemetarPruritus, eritema Palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis..
7. Struma : Difus dengan/tanpa bising, nodosa
8. Mata : lakrimasi meningkat,kemosis (edeme konjungtiva), proptosis, ulserasi
kornea,optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.

Hipotiroid
Hipotiroidisme ditandai dengan gejala-gejala:
Nafsu makan berkurang, Sembelit, Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat,
Suara serak, Berbicara lambat, Kelopak mata turun, Wajah bengkak, Rambut tipis,
kering, dan kasar, Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebal, Denyut nadi lambat,
Gerakan tubuh lamban, lemah, Pusing, Capek, Pucat, Sakit pada sendi atau otot,
Tidak tahan terhadap dingin, Depresi, Penurunan fungsi indera pengecapan dan
penciuma, Alis mata rontok, Keringat berkurang.
Gambaran Klinis
1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
G. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik)
Hipertiroid
Pemeriksaan laboratorium :

13
1. Tes ambilan RAI : Meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler,
menurun pada tiroiditis.
2. T4 dan T3 serum : Meningkat.
3. T4 dan T3 bebas serum : Meningkat.
4. TSH : Tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon).
5. Tiroglobulin : Meningkat.
6. Stimulasi TRH : Dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH.
7. Ambilan tiroid131: Meningkat.
8. Ikatan protein iodium : Meningkat.
9. Gula darah : Meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal). Kortisol
plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
10. Fosfat alkali dan kalsium serum : Meningkat.
11. Pemeriksaan fungsi hepar : Abnormal
12. Elektrolit : Hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek
dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada
kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
13. Katekolamin serum : Menurun.
14. Kreatinin urine : Meningkat
Pemeriksaan radiologi :
1. EKG : Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.

Hipotiroid
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. T3 dan T4 serum rendah
2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
4. Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
5. Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
6. Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
7. Peningkatan kolesterol
8. Pembesaran jantung pada sinar X dada

14
9. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&
gelombang T datar atau inverse
H. Penatalaksanaan Medis
Hipertiroid
a. Farmakoterapi
Dengan menggunakan obat yang mempengaruhi sintesis tyroid serta preparat
yang mengendalikan manifestasi hipertyroidisme (Propiltiourasil / Propacil / PTU,
Metimazol / Tapazol). Obat-obat ini diberikan dalam jangka panjang paling sedikit 1
tahun.
b. Penyinaran atau radiasi
Panyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotop 1 (131 / 125)
untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tyroid.
Dengan Iodium Radioaktif dengan penyuntikan sebanyak 5 milicurie
diharapkan didalam kelenjar bahan ini merusak sel-sel sekretoris kelenjar tiroid.

c. Bedah / operatif
Pembedahan dengan mengangkat sebagian kelenjar tyroid. Sebelum
dilakukan pembedahan diberikan terapi propiltiourasil yang biasanya diberikan
beberapa minggu.
Terapi yang dilakukan tergantung dari penyebab hipertiroidisme yang
mungkin memerlukan gabungan dari semua terapeutik diatas (Brunner & Suddert,
2000).
Penatalaksanaan keperawatan basa difokuskan pada pencegahan kompliksasi,
memperbaiki status nutrisi asupan cairan karena adanya diare harus diperhatikan,
meningkatkan tindakan koping karena kekhawatiran pasien dan meningkatkan harga
diri dengan adanya perubahan citra tubuh dan perubahan nafsu makan.

Hipotiroid
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid,
yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

15
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroid ialah memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone
yang hilang. Livotiroksin sintetik (Synthroid atau levothroid) merupakan preparat
terpilih untuk pengobatan hipotiroid dan supresi penyakit goiter nontoksik.Dosis
terapi penggantian hormonal berdasarkan pada konsentrasi TSH dalam serum
pasien.Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena sering
menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang disertai
dengan gejala hipertiroidisme.
Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:
a. Pemeliharaan fungsi vital.
b. Gas darah arteri.
c. Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.
d. Infus larutan glukosa pekat.
e. Terapi kortikosteroid

Penatalaksanaan Keperawatan
Modifikasi aktivitas. Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan
tenaga dan letargi sedang hingga berat . Sebagai akibatnya,resiko komplikasi akibat
imobilisasi akan meningkat sehinga aktivitas pasien terbatas akibat perubahan pada
status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat tiroidisme.Peran perawat
yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil
mendorong partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas yangmasih berada dalam
batas-batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilasasi.
Pemantauan yang berkelanjutan. Pemantauan tanda –tanda vital dan tingkat
kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis dan awal
terapi untuk mendeteksi : 1) kemunduran status fisik serta mental 2) gejala

16
peningkatan laju metabolic akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistim
kardiovaskuler dan pernapasan 3) keterbatasan dan komplisi mexedema yang
berkelanjutan.
Pengaturan suhu. Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita
inteloransi yang ekstrim terdapat hawa dingin ektra pakaian dan selimut dapat
diberikan, dan pasien harus dilindugi dari hembusan angin.
Dukungan emosional. Penderita hipotiroidisme sedang hingga berat dapat
mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra
tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis yang sering dijumpai pada penyakit
ini. Pasien dan keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta
ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan bagian dari
kelainan itu sendiri, sehingga pasien dan keluarga memerlukan bantuan dan
konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional yang muncul
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien dan keluarganya
sering sangat perihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan akibat hipotiroid.
Sering kita harus menentramkan kembali pasioen dan keluarganya dengan
menjelaskan bahwa banyak diantara gejala tersebut akan menghilang setelah terapi
berhasil dilakukan selain itu pasien harus diberitahu untuk terus minum obat seperti
yang diresepkan meskipun gejala sudah membaik, intruksi diet untuk meningkatkan
penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk mempercepat pemulihan
pola defekasi normal. Menjelaskan tujuan terapi , program pengobatan serta efek
samping harus disampaikan kepada dokter.

I. Komplikasi
Hipertiroid
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves,
dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat

17
antitiroid. Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan.

Hipotiroid
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipotiroid adalah :
1. Gondok
Stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat menyebabkan
kelenjar membesar. Gondok dapat mengganggu pernapasan dan saat menelan
makanan.
2. Gangguan jantung
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi jantung,
pembesaran jantung dan gagal jantung.
3. Gangguan mental
Misalnya depresi.
4. Peripheralneuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf
tulang belakang ke seluruh tubuh.
5. Myxedema
Gejalanya adalah sensitiv terhadap suhu dingin, mengantuk, sangat lesu dan
pingsan. Pemicu myxedema coma adalah sedativ, infeksi dan stress.
6. Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada
ovulasi.
7. Cacat lahir
Mengalami gangguan mental maupun fisik.

J. Konsep Dasar Keperawatan


Hipertiroid
1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi,
kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
b. Sirkulasi

18
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
e. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori baru masa lalu) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun;koma), aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)

19
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.

Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan B1 (breath)
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat,
dispneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak,
hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Rasa lemah, kelelahan

2. Diagnosa Keperawatan

20
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami
hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
a. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
b. Deficit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism
c. Keletihan b.d kondisi fisiologis
d. Risiki penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
e. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas
3. Intervensi Keperawatan
a. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Intervensi :
 identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
 sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 berikan kesempatan untuk bertanya
 Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

b. Deficit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism


Intervensi :
 identifikasi status nutrisi
 identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 monitor asupan makanan
 monitor berat badan monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 fasilitasi menentukan pedoman diet
 berikan suplemen makanan Jika perlu
 anjurkan posisi duduk jika mampu
 ajarkan diet yang diprogramkan
 kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

21
 kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan Jika perlu

c. Keletihan b.d kondisi fisiologis


Intervensi :
 identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat jadwalkan
pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin
 anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
 anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
 ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
 ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

d. Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung


Intervensi :
 identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung
 identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantung
 monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
 anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
 anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
 kolaborasi pemberian antiaritmia, Jika perlu
 rujuk ke program rehabilitasi jantung

e. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas


Intervensi :
 periksa sirkulasi perifer
 identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
 anjurkan berolahraga rutin

22
 anjurkan program rehabilitasi vascular
 ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
 informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

Hipotiroid
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien :
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2. Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
3. Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6. Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7. Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
23
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh pendek.
Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat. Nadi lambat dan suhu tubuh
menurun. Perbesaran jantung. Disritmia dan hipotensi. Parastesia dan reflek
tendon menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan cairan
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh

3. Intervensi Keperawatan
1. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan cairan
Intervensi :
 monitor status hidrasi

24
 monitor berat badan harian
 catat intake output dan hitung Balance cairan 24jam
 berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
 berikan cairan intravena, Jika perlu
 kolaborasi pemberian diuretic, Jika perlu

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Intervensi :
 identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 monitor kelelahan fisik dan emosional
 sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 anjurkan tirah baring
 anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 ajarkan strategi coping untuk mengurangi kelelahan

3. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan


Intervensi :
 monitor pola nafas
 posisikan semifowler atau fowler
 berikan Minum hangat
 melakukan fisioterapi dada, jika perlu
 berikan oksigen, Jika perlu
 kolaborasi pemberian bronkodilator ekspektoran mukolitik, Jika perlu

4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh


Intervensi :
 identifikasi harapan Citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
 identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
 monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
 monitor Apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah

25
 diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
 diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
 anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap Citra tubuh
 anjurkan menggunakan alat bantu
 anjurkan mengikuti kelompok pendukung latihan peningkatan
penampilan diri hati pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain
maupun kelompok

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,
mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.

27
DAFTAR PUSTAKA
http://a-puputrahayu.blogspot.co.id/2014/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html
http://asuhankeperawatan05.blogspot.co.id/2013/12/askep-hipotiroidisme.html
http://ekkyraharia.blogspot.co.id/2015/03/asuhan-keperawatan-pada-klien.html
http://rinanursetyaningsih.blogspot.co.id/2013/10/hipotiroid.html
http://yunaite.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-keperawatan-hipertiroid-dan.html
Tim POKJA SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Tim POKJA SIKI DPP PPNI.2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

28

Anda mungkin juga menyukai