LBM 2
STEP 1
Gangguan suasana perasaan : keadaan dalam diri individu sebagai akibat dari yang dialaminya
atau yang dipersepsinya (mood/afektif)
Mood : emosi secara internal (tidak terlihat org lain hanya dirinya sendiri
yang merasakan)
STEP 2
STEP 3
Gejala utama :
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yg mengakibatkan mudah lelah dan menurunya aktivitsas
Gejala lainnya
Konsentrasi perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yg suram dan pesimis, gagasan yang
membahayakan diri, tidur terganggu , nafsu makan berkurang.
Gejala lainnya
Konsentrasi perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yg suram dan pesimis, gagasan yang
membahayakan diri, tidur terganggu , nafsu makan berkurang.
2-3 dari gejala utama depresi , sekurang-kurangnya ditambah gejala lain, 2 minggu, kekacauan
sedikit
F32.1 episodik depresi sedang
Sekurang2nya 2-3 gejala, ditambah 3-4 gejala lain, minimal 2 mnggu, keluhan nyata.
Gejala utama :
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yg mengakibatkan mudah lelah dan menurunya aktivitas
Gejala lainnya
Konsentrasi perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yg suram dan pesimis, gagasan yang
membahayakan diri, tidur terganggu , nafsu makan berkurang.
7. Patofisiologi?
Faktor biologi:
Stressor kelenjar adrenal neurotransmitter & hormon
Neurotransmitter:
Dopamin senang
Dopamin turun
Serotonin turun
Hormon FSH LH turun, testosteron turun
8. Pemeriksaan status mental ?
Gambaran umum : postur tubuh bungkuk,gerakan spontan, sedih , memalingkan wajah dan
kemunduran psikomotor
Mood afek perasaan : menarik diri dari aktivitas sosial , dan aktivitas umum
Pikiran : pandangan negatif terhadap dunia dan diri sendiri, cth rasa kehilangan, bunuh diri
Sensorium dan kognitif : gangguan orientasi , hendaya kognitif (pseudodemensia depresi : tidak
mampu konsentrasi dan gampang lupa), penurunan energi (impuls ) ,
9. Pemeriksaan penunjang?
Tes supresi dexametason tunggal
Tes narkotika dan psikotropika, alkohol
CT scan gangguan medis umum
EEG
Pemeriksaan fisik umum
Positron emission tormography tumor otak
medikamentosa
Mekanisme :
Menghambat neurotransmiter aminergik uptake di post sinaps sedikit
Menghambat enzim mono amin oksidase meningkatkan uptake di post sinaps
meningkatkan reseptor serotonin
Antidepressan :
Amytriptilin, amoxapin, centralin, fluoxetine
12. Mengapa pasien mencoba bunuh diri, pendiam, malas mengerjakan tugas, menangis sendiri
(sindroma depresi)?
Dopamin gg. Jalur mesolimbik –-> Dopamin disfungsi depresi
Resptor dopamin tipe 1 mengalami hipoaktif depresi
Kadar serotonin di LCS rendah
Ambilan konsentrasi serotonin rendah
Jumlah norepinefrin rendah serotonin rendah
13. Apa hubungan lamanya keluhan dengan gejala yang dialami pasien?
Kurang 2 mnggu gejala berat episodik depresif
14. Gangguan bipolar (beda bipolar 1 dan 2) ?
15. Kriteria diagnostik bipolar?
16. DD?
a. Episodik depresif
b. Gangguan bipolar
STEP 4
BIOLOGI PSIKOSOSIAL
GENETIK
DEPRESI
DAN
MANIA
GANGGUAN
MOOD AFEK
BIPOLAR
STEP 7
Afek adalah ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu. Sedangkan Mood adalah
keadaan emosi internal “alam perasaan” atau “suasana perasaan” yang meresap dari
seseorang.
a. Faktor Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi berat
berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik ( norepinefrin dan serotonin ).
Penurunan serotonin dapat encetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang bunuh diri
memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah serta
konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit. Faktor neurokimia lain seperti
adenilate cyclase, phsphotidyl inositol, dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi
penyebab.
Penelitian anak pra pubertas dengan gangguan depresif berat dan remaja-remaja dengan
gangguan mood telah menemukan kelainan biologis.
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif berat mensekresikan hormon
pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur dibandingkan dengan anak
normal dan anak dengan gangguan mental nondepresi.
• NOREPINEFRIN.
reseptor adrenergik-alfa2, teraktivasi => ↓ norepinefrin yg di lepaskan.
reseptor adrenergik-alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergik dan mengatur jumlan
serotonin yang dilepaskan.
• SEROTONIN.
penurunan serotonin => depresi, pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit
serotonin dlm cairan serebrospinalis rendah dan konsentrasi tempat ambilan serotonin
yang rendah di trombosit,
• DOPAMIN.
Aktivitas dopamin ↓ pada depresi dan↑ pada mania. Penelitian: hubungan dopamin dan
gangguan mood.
bahwa jalur dopamin mesolimbik: disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin tipe 1 (D1):
hipoaktif pada depresi.
• REGULASI NEUROENDOKRIN.
Hipotalamus sebagai pusat regulasi sumbu neurohormonal dan hipotalamus menerima
banyak masukan (input) neuronal yang menggunakan neurotransmiter amin biogenik.
Sumbu neuroendokrin utama ggn mood adalah: sumbu adrenal, tiroid, dan hormon
pertumbuhan.
b. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari pasien gangguan
depresi berat kemungkinan 1,5 – 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat pertama
kontrol. Memiliki satu orang tua yang terdepresi kemungkinan meningkatkan resiko dua kali
untuk keturunan, memiliki kedua orang tua terdepresi kemungkinan meningkatkan resiko empat
kali bagi keturunan untuk terkena gangguan depresi sebelum usia 18 tahun.
c. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stess lingkungan, suatu pengalamn klinis yang telah lama direplikasikan
adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode
pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan
untuk gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan
dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 13 tahun.
Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan.
Bebeapa artikel teoritik mempermasalakan hubungan antara fungsi keluarga dan onset serta
perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi di dalam keluarga mungkin
mempergaruhi kecepatan pemulihan, berkurangnya gejala, dan penyesuaian pasien pasca
pemulihan.
- mekanisme umpan balik cepat, peka terhadap kecepatan peningkatan konsentrasi kortisol,
beroperasi melalui reseptor kortisol di hipokampus dan menyebabkan ↓ pelepasan ACTH;
- mekanisme umpan balik lambat, sensitif terhadap konsentrasi kortisol, bekerja melalui reseptor
hipofisis dan adrenal.
Sumber : Kaplan, Sadock, Sinopsis Psikiatri, Jilid VII, edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta,
2007.
F. 30 EPISODE MANIK
F30.0 Hipomania:
- Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut ,pada suatu derajat
intensitas dan bertahan melebihi siklotimia (F34.00 ,serta tidak ada
halusinasi atau waham.
- Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social memang
sesuai dengan diagnosis hipomania,akan tetapi bila kekacauan itu berat
atau menyeluruh ,maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus
ditegakkan.
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup
berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan
dan aktivitas social yang biasa dilakukan.
- Perubahan afek harus disertai energy yang bertambah , sehingga terjadi
aktivitas berlebihan,percepatan dan kebanyakan bicara,kebutuhan
tidur berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistik.
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
- Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania
tanpa gejala psikotik
- Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of
persecution),iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion
of persecution) .Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent).
F30.8 Episode Manik Lainnya
F30.9 Episode Manik YTT
EPISODE MANIK GEJALA KHAS/MENONJOL
Hipomania Afek yang meninggi/berubah disertai
peningkatan aktifitas , menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari
berturut-turut
Mania tanpa gejala psikotik Episode berlangsung sekurang-
kurangnya 1 minggu
Cukup berat sampai mengacaukan
seluruh pekerjaan atau hampir seluruh
aktifitas social yang biasa dilakukan
Aktifitas yang berlebihan,percepatan &
kbanyakan bicara,keb tdr yang
berkurang, Ide-ide perihal
kebesaran/grandiose ideas dan terlalu
optimistic
Mania dengan Gejala Gmbrn klinisnya > berat dari mania tanpa gjala
psikotik psikotik
Harga diri yang membumbung dan gagasan
kebesaranwaham kebesaran
Iritabilitas & kecurigaan waham kejar (delusion
of persecution)
Waham & halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent)
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
– III, dr. Rusdi Maslim
F. 31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
F. 32 EPISODE DEPRESI
F34.1 Distimia
Ciri esensial ialah afek depresi yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi
kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0
atau F33.1)
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka
waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini
seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri
(f32.) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang
tampak jelas.
Diagnosis Banding : Gangguan campuran anxietas-depresi (F41.2)
Reaksi depresi berkepanjangan (F43.21)
Skizofrenia residual (F20.5)
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
– III, dr. Rusdi Maslim
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
– III, dr. Rusdi Maslim
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
– III, dr. Rusdi Maslim
1) Afek depresi
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
6) Tidur terganggu
KLASIFIKASI
Menurut DSM-IV
a. Depresi berat (depresi unipolar)
b. Ggn bipolar :
Episode mani-depresi atau mani-mani (mani unipolar atau mani murni)
Episode hipomani-depresi
c. Ggn mood tambahan:
Gangguan siklotimik ( siklotimia )
Gangguan distimik ( distimia )
Gangguan berhubungan dengan sindrom depresi:
Gangguan depresi ringan – sedang
Gangguan depresi singkat rekuren ( berat-ringan)
Gangguan disforik pra menstrual
Gangguan mood krn kondisi medis umum
Gangguan mood akibat zat
Gangguan mood yang tidak ditentukan
Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid satu
GEJALA
Manifestasi klinis gangguan mood
Mania: mood meluap-luap, peningkatan harga diri, gagasan meloncat-loncat
(flight of ideas), gagasan kebesaran, hiperaktif, kurang tidur
Depresi: kurang/hilang energi dan minat, nafsu makan, perasaan bersalah, sulit
konsentrasi, pikiran kematian/bunuh diri
Pd gangguan mood dapat terjadi perubahan :
aktivitas, kognisi dan pembicaraan.
fungsi vegetatif (nafsu makan, tidur)
aktivitas seksual dan irama biologis lainnya
fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan
Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid satu
a. Secara umum
Manik: flight of ideas, minat berlebihan, gairah atau energi berlebihan/ hiperaktif
tidak diimbangi makan yang cukup sehingga mengalami penurunan berat badan.
Cemas, ketergantungan dengan alkohol dan napza, waham dan putus asa.
Waham yang sering terjadi adalah waham kebesaran, pada episode yang parah
bisa mengalami episode mood yang bisa membahayakan orang lain.
Berdasarkan keparahannya, ada 3:
Hipomania : suka humor , bicara banyak dan sukar dihentikan, suka
bekerja tapi tingkah laku kacau. Penderita mengalami perasaan yang
meningkat atau elasi, adanya keinginan untuk keluar rumah, mudah marah
berlangsung selama 4 hari, sedikitnya terdapat 3 gejala: perasaan kebesaran,
gangguan tidur, nada suara tinggi, menghilangnya kekacauan dalam bicara,
bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau gangguan medis lain.
Mania akut : tidak ada sopan santun, cepat marah, ada waham, aktivitas
meningkat dan berubah ubah.
Mania deliria : inkoherensia, waham dan halusinasi.
Episode manic :
Biasanya paling sedikit belangsung selama satu minggu, afeknya meningkat, lebih gembira,
mudah tersinggung atau membumbung tinggi. Ditambah dengan :
rasa percaya harga diri yang meningkat (merasa hebat/megalomania)
kebutuhan akan tidur berkurang
lebih banyak bicara
flight of ideas (loncat gagasan)
agitasi psikomotor, ingin segera memenuhi keinginannya
boros, banyak belanja, banyak telepon
perhatian mudah beralih
banyak melakukan hal-hal yang menghibur (menari, menyanyi dll)
banyak melakukan transaksi tanpa perhitungan masak yang merugikan
Kaplan & Saddock: Concise textbook of Clinical Psychiatry, second edition, Lippincott
William & Wilkins, 2004.
Episode depresi :
Gejala Utama :
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yg mudah lelah (
rasa lelah yg nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktivitas
Gejala Tambahan :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayankan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan menurun
Dr. Rusdi Maslim, PPDGJ III
Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak
berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat pada
ADL sampai ada ide bunuh diri.
Dalam pedoman penggolongan dan diagnosa gangguan jiwa di Indonesia III (PPDGJ III)
disebutkan bahwa gangguan utama depresi adalah adanya gangguan suasana perasaan,
kehilangan minat, menurunya kegiatan, pesimisme menghadapi massa yang akan datang.
Pada kasus patologi, depresi merupakan ketidakmampuan ekstrim untuk bereaksi
terhadap rangsang, disertai menurunya nilai dari delusi, tidak mampu dan putus asa
Episode depresi :
Gejala Utama :
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yg mudah lelah ( rasa
lelah yg nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktivitas
Gejala Tambahan :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayankan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan menurun
Dr. Rusdi Maslim, PPDGJ III
Heredity, to a very great extent, also determines immune system function. But, in psychiatry's
Current POD, the immune system doesn't communicate with the brain or any structure influencing
depression. Hence, in psychiatry's current depression models, heredity's sway over the immune
system does not influence depression. In Figure 1, these relations are shown by arrow 7 going from
heredity to the immune system and by arrow 8 going from the brain to the immune system. Notice
that arrow 8 does not go from the immune system to the brain. In sharp contrast, the Immune-
Cytokine POD incorporates the powerful control the immune system has over the brain. This is one
of the key ways the Current POD profoundly differs from the Immune-Cytokine POD.
According to psychiatry's Current POD, mental stressors are involved in causing depression. Mental
stressors presumably alter some of the brain's neurotransmitters (serotonin and norepinephrine) to
produce depression in genetically vulnerable people. Clearly, mental stressors are not the only
causes of depression, since vast number of people throughout the world are subjected to severe
mental stressors without developing depression. Indeed, mental stressors may only be a minor
cause of depression. In Figure 1, the role of mental stressors in altering brain function in persons
genetically vulnerable to depression is shown by arrow 2.
Modern psychiatry fully admits that the etiology of depression is, for the most part, unknown. In the
Current POD, the forces causing depression are mysterious, unfathomable and continue to be
unknown even after a century of biomedical research. Arrow 3, pointing from unknown factors to
the brain, acknowledges the Current POD's lack of insight into the etiology of depression.
There may be many reasons why the etiology of depression remains unknown after all these years.
As discussed in Chapter One, we suggested that the establishment's classification of depression as a
mental disease prevents progress on understanding the etiology of depression. The Current POD
doesn't allow a physical stressor to be considered as a cause of depression, because depression is
classified as a mental disease. Mental diseases are assumed to have mental causes, physical diseases
to have physical causes. There is nothing in the Current POD that can accommodate physical
stressors. In the Current POD, except for the endocrine system, the brain is cut off from the rest of
the body.
In the Immune-Cytokine POD (Figure 2), a mechanism for physical stressors in the etiology of
depression is easily accommodated by the immune system's link with the brain and endocrine
system. The connection between the immune system and the brain puts the brain in direct contact
with the rest of the body. There is nothing scientifically unusual about this. Physical stressors always
activate the immune system and increase cytokine secretion. The immune system and cytokines
always inform the brain and endocrine system about serious physical stressors. In the Immune-
Cytokine POD, physical stressors take the place of the unknown factors in the Current POD.
Depression can be a cause of depression. It can feed upon itself. The symptoms of depression, such
as fatigue, depressed mood, lack of interest and pleasure in things, irritability, social withdrawal and
inability to concentrate, tend to make the quality of life worse. With these symptoms, conflicts with
family, friends and coworkers will go up, while job performance and satisfaction with family and
friends will go down. Some of the sad outcomes of depression are job loss, alienation from family
and isolation from friends. Addictive substances become more attractive, because they make the
horrible emotions of depression seem a little better for a short period. In this way depression causes
psychological, social and economic stressors (i.e. mental stressors) to increase. Misery begets
misery. The sixth arrow, going from depression to mental stressors, points out the phenomena of
depression helping to induce more depression. A vicious, depressing cycle.
On the other hand, with the modern resources available, depression, instead of making depression
worse, can also be self-correcting. If a depressed person recognizes his illness and seeks professional
help, then the depression may attenuate. Psychotherapy may help by providing techniques to cope
with mental stressors, thereby alleviating some depression. Antidepressants very often improve the
symptoms of depression.
Summing up What does the Current POD say about the etiology of depression? Actually very little.
Heredity plays a role, but the mechanism is not understood. Mental stressors probably contribute to
depression, but there is general agreement that mental stressors are not the main causes of
depression. This leaves unknown factors as the mysterious etiologic agents. Unfortunately, the
Current POD puts severe restrictions on the unknown factors. Physical stressors are not allowed as
causes of depression. The Current POD is not a helpful model. If anything, it profoundly impedes the
search for the causes of depression.
(http://www.cytokines-and-depression.com/chapter2.html)
HPA AXIS!!
HPA AXIS
HPA AXIS adalah Singkatan dari HPA = Hypothalamus-Pituitary-Adrenal. Sedang pengertian AXIS
adalah Sumbu / hubungan langsung.
HPA AXIS adalah bagian utama dari sistem Neuroendokrin (Saraf pada hormon) yang mengontrol
reaksi terhadap Stres dan pula memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses tubuh
seperti pencernaan, sistem kekebalan tubuh ,suasana hati, emosi, seksualitas, dan penyimpanan
penggunaan energi. Sumbu HPA juga terlibat dalam gangguan kecemasan, gangguan bipolar, pasca-
traumatic stress disorder, depresi klinis, kelelahan dan sindrom iritasi usus besar.
Anatomi
Paraventrikular dari hipotalamus, yang berisi neuron neuroendokrin yang mensintesis dan
mengeluarkan vasopresin serta corticotropin-releasing hormon (CRH).
Secara khusus, CRH dan vasopresin merangsang sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH).
ACTH pada gilirannya bekerja pada adrenal korteks yang menghasilkan hormon
glukokortikoid (terutama kortisol pada manusia) dengan stimulasi ACTH.
CRH dan vasopresin yang dilepaskan dari terminal saraf neurosecretory di eminensia median.
Mereka diangkut ke hipofisis anterior melalui sistem pembuluh
darah portal dari tangkai hypophyseal. Ada, CRH dan vasopresin bertindak sinergis untuk
merangsang sekresi ACTH yang tersimpan dari sel corticotrope. ACTH diangkut oleh darah ke korteks
adrenal kelenjar adrenal, di mana ia cepat merangsang biosintesis kortikosteroid dari kolesterol.
Kortisol memiliki efek pada banyak jaringan dalam tubuh, termasuk pada otak. Di otak, kortisol
bekerja pada dua jenis reseptor – reseptor mineralokortikoid dan reseptor glukokortikoid, dan ini
diungkapkan oleh berbagai jenis neuron. Salah satu target penting dari glukokortikoid adalah
hippocampus, yang merupakan pusat pengendali utama dari sumbu HPA.
Fungsi
Pelepasan CRH dari hipotalamus dipengaruhi oleh stres, dengan tingkat kortisol darah dan oleh
siklus tidur / bangun. Pada individu sehat, kortisol meningkat pesat setelah bangun tidur yang hingga
mencapai puncaknya dalam,-
waktu 30-45 menit. Ini kemudian secara bertahap mengurangi sepanjang hari, naik lagi pada sore
hari. Tingkat cortisol kemudian jatuh pada larut malam, mencapai palung selama tengah malam.
Sebuah siklus normal rata kortisol sirkadian telah dikaitkan dengan sindrom kelelahan kronis,
insomnia , dan kelelahan .
Koneksi anatomis antara amigdala, hipokampus, dan hipotalamus memfasilitasi aktivasi dari sumbu
HPA. Informasi sensorik tiba di aspek lateral amigdala diproses dan disampaikan ke inti pusat, yang
proyek ke beberapa bagian otak yang terlibat dalam respon terhadap rasa takut. Pada hipotalamus,
ketakutan-sinyal impuls mengaktifkan kedua sistem saraf simpatik dan sistem modulasi dari sumbu
HPA.
Peningkatan produksi kortisol menengahi reaksi alarm stres, memfasilitasi fase adaptif dari
sindrom adaptasi umum di mana reaksi alarm ditekan, memungkinkan tubuh untuk
mencoba penanggulangan.
Glukokortikoid memiliki fungsi penting, termasuk modulasi reaksi stres, tetapi bila
berlebihan dapat merusak. Atrofi dari hippocampus pada manusia dan hewan terkena stres
berat diyakini disebabkan oleh paparan yang terlalu lama untuk konsentrasi tinggi
glukokortikoid. Kekurangan dari hippocampus dapat mengurangi sumber daya memori yang
tersedia untuk membantu tubuh merumuskan reaksi yang tepat terhadap stres.
Sumbu HPA terlibat dalam neurobiologi gangguan mood dan penyakit fungsional, termasuk
gangguan kecemasan, gangguan bipolar, pasca-traumatic stress disorder, depresi klinis,
kelelahan, sindrom kelelahan kronis dan sindrom iritasi usus besar.
Penelitian eksperimental telah menyelidiki berbagai jenis stres, dan efek mereka pada aksis HPA
dalam situasi yang berbeda banyak. Stres bisa dari berbagai jenis, dalam studi eksperimental pada
tikus, perbedaan sering dibuat antara “stres sosial” dan “stres fisik”, namun kedua jenis tetap
mengaktifkan aksis HPA, meskipun melalui jalur yang berbeda. Beberapa neurotransmiter
monoamina penting dalam mengatur sumbu HPA, terutama dopamin, serotonin dan norepinefrin
(noradrenalin).
Poros HPA atau poros Hipotalamus-Pituitary-Adrenal, merupakan salah satu dari
beberapa poros Hipotalamus Pituitary - Target Organ, berperan penting dalam
mempertahankan mekanisme penyesuaian;homeostasis, mekanisme
pertahanan tubuh, meningkatkan produksi hormon manakala berhadapan
dengan sires psikik;fisik. Pada stres yang berulang, kegiatan poros HPA
meningkat dan memicu peningkatan sekresi kortisol dari sel-sel korteks adrenal.
Hal ini menyebabkan kegiatan metabolisme dan proses immunitas meningkat
yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan mental berupa anxietas;depresi
atau gangguan fisik seperti hipertensi, tukak lambung dan lain-lain. Kelenjar
pituitari anterior melalui Adreno Cortico Tropic Horman (ACTH) mengendalikan
sekresi kortisol, sedangkan sel dari Para Ventricular Nucleus (PVN) hipotalamus
memproduksi corticotropin releasing factor;hormone (CRF;CRH) yang mengatur
sekresi ACTH. Kesemuanya ini terkait dalam mekanisme autoregulasi.
Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik dan berperan menghambat
aktivasi HPA, sebaliknya Amigdala berfungsi merangsang aktivasi HPA. Sel-sel
neuron Hipokampus terutama pada girus dentatus , area CA3 dan CA1
mempunyai sitat plastis dan rentan terhadap kerusakan akibat penuaan, proses
stres yang berkepanjangan, serangan kejang atau pengaruh obat-obatan. Hal inl
menimbulkan kegiatan Amigdala meningkat sehingga kegiatan poros HPA
meningkat pula mengakibatkan terjadinya hiperkortisolemia yang ada akhirnya
menimbulkan kerusakan neuron hipokampus lebih berat
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=34819&idc=24
GLUKOKORTIKOID!!
IRAMA SIRKADIAN!!
Gangguan irama sirkadian dapat terja-di pada depresi. Gangguan tersebut tidak saja menganggu
parameter fisiologik (mi-salnya, temperatur tubuh) atau parameter biologik (misalnya, sekresi
kortisol), tetapi juga mengganggu siklus tidur-bangun dan mood. Terapi yang bertujuan
menormalkan kembali ritme sirkadian, secara bermakna, dapat menghilangkan gejala depresi.
Gejala tambahan :
Biologis
Genetik
psikososial
IRAMA
neurotransmitter SIRKADIAN
HPA AXIS
Dexamethasone-suppression test.
Deksametason adalah suatu analog sintetik dari kortisol. bahwa 50 % pasien
depresi gagal ber-respon supresi kortisol yang normal terhadap dosis tunggal
deksametason yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode pertama
gangguan mood daripada episode selanjutnya.
stres episode pertama => perubahan biologi otak => perubahan neurotransmiter
dan sistem pemberi signal intraneuronal
(Sinopsis Psikiatri, Kaplan-Sadock)
a. Gejala utama
i. Afek depresif,
b. Gejala lainnya
sekitar 2 minggu
biasa dilakukan
d. Pedoman diagnostik untuk episode depresi sedang:
lainnya:
sekitar 2 minggu
sekitar 2 minggu, akan tetapi jika ada gejala sangat berat dan
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-gharinisum-7045-3-babii.pdf
11. Penatalaksanaan?
Penatalaksanaan
1. hospitalisasi
2. terapi obat2an
untuk episode depresi berat:
dapat diberikan obat antidepresan missal : amitryptilin dengan
dosis 75-150 mg/hari
bila disertai gejala agitasi diberi obat antipsikotik, missal :
chlorpromazine dengan dosis 300-1500 mg / hari
untuk tipe manik :
diberikan obat antipsikotik missal : haloperidol dengan dosis 15-30
mg / hari atau chlorpromazine (300-1500 mg/ hari)
3. ECT
Indikasi :
Pasien tidak responsive terhadap obat
Pasien tidak mau minum obat
Kondisi kliniknya sedemikian parah dimana perbaikan yang cepat hanya
dengan ECT
4. psikoterapi
Penggolongan
Obat Anti – Depresi Trisiklik = Amitriptyline, Imipramine, Clomipramine,
Tianeptine, Opipramol
Obat Anti – Depresi Tetrasiklik = Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
Obat Anti – Depresi MAOI – Reversible (Monoamine Oxydase Inhibitor) =
Moclobemide
Obat Anti – Depresi Atypical = Trazodone, Tianeptine, Miertazapine
Obat Anti – Depresi SSRI ( Selective Serotonin Reuptake nhibitor / =
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram
Maslim, Rusdi, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, 2001, Edisi ke-
3
PENATALAKSANAAN DEPRESI
Perlu pemeriksaan medis dan psikiatris untuk menyisihkan depresi sekunder dan
berusaha untuk mengidentifikasi sindrom afektif.Selalu tanyakan tentang gambaran-
gambaran vegetatif dan evaluasi potensi untuk bunuh diri.
Rawatlah pasien-pasien yang :
mengalami ketidakmampuan akibat gangguan ini
mempunyai lingkungan rumah yag destruktif atau dukungan lingkungan yang
terbatas
berisiko bunuh diri
mempunyai penyakit medik terkait yang memerlukan penatalaksanaan
Semua pasien deprsei harus mendapatkan psikoterapi dan beberapa
memerlukan tambahan terapi fisik.Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, dan respon terhadap terapi sebelumnya.
1. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan.
Berikan kehangatan, empati, pengertian dan opimistik.
Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya
prihatin dan melontarkannya.
Bantulah memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah)-
arahkan pasien, terutama selama episode akut dan bila pasien aktif bergerak.
Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompesasi yang akan datang
Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur
tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda
(melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll)
Psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang dapat berguna pada pasien depresi
minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami
remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi kognitif perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan
ringan
Depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan pengelaman -
pengalaman sukses.
Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikian -
pikiran negatif dan harapan – harapan negatif. Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga
sampai malam berikutnya), dapa membantu mengurangi gejala – gejala depresi
mayor buat sementara.
Latihan fisik (berlari,berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme
bilologik yang belum dimengerti dengan baik.
2. Terapi Fisik
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Antikonvulsan juga sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut,
meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai
bersama – sama dan litium diteruskan setelah remisi.
Antipsikotik diperlukan bagi pasien psikotik, paranoid, atau pasien yang sangat
agitasi, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan, litium, atau ECT-
anti depresan yang baru juga terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut)
pada beberapa depresi psikotik
pada pasien yang tak dapat mentoleransi obat (misal, pasien tua yang berpenyakit
jantung). Lebih dari 90% pasien memberikan respons.
Sumber: Buku Saku Psikiatri, David A tomb
Generic N.dagang Dosis Preparat
lazim
dewasa
(mg/hr)
Litium Kapsul (150,300,600 mg)
carbonate Tablet (300mg)
Tablet lepas lambat
(300,450 mg)
Sirup (8 mEq/5ml)
Kapsul 250 mg
Valproic acid Depakene Sirup 250mg/5ml
Tablet lepas lambat
125,250,500 mg
Rawap Inap
Indikasi:
- prosedur diagnostik,
- risiko bunuh diri atau membunuh,
- penurunan jelas kemampuan makanan atau berlindung.
- gejala berkembang cepat dan
- hancurnya sistem pendukung
Farmokologi
• Step 1 = Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertaline)
• Step 2 = Golongan Trisiklik (Amitriptyline)
• Step 3 = Golongan Tetrasiklik (Maprotiline)
Golongan “atypical” (Tradazone)
Golongan MAOI Reversible (Moclobemide)
Obat ! Ach ! sedasi! hip.ort !Kejang!g.konduksi
Amitript ! ++++ ! ++++ ! +++ ! +++ ! ++++
Doxepine ! +++ ! ++++ ! ++ ! +++ ! ++
Imipram ! +++ ! +++ ! ++++ ! +++ ! ++++
Trimipra ! ++++ ! ++++ ! +++ ! +++ ! ++++
Desipram ! ++ ! ++ ! +++ ! ++ ! +++
Nortripty ! +++ ! +++ ! + ! ++ ! +++
Protripty ! +++ ! + ! ++ ! ++ ! ++++
Amoxap ! +++ ! ++ ! + ! +++ ! ++
Maprotil ! +++ ! +++ ! ++ ! ++++ ! +++
Keterangan: 1=sedikit, 2=rendah, 3=sedang, 4=tyinggi.
I. Efek Samping
1. Antidepresan klasik (trisiklik dan tetrasiklik)
3. MAO-blockers/MAOI
Kardiovaskular hipotensi ortostatik; pingsan; palpitasi; takhikardia.
SSP pusing; sakit kepala; hiperrefleksia; tremor; kejutan otot; mania;
hipomania; bingung; gangguan memori; gangguan tidur termasuk
hipersomnia dan insomnia; lemah, ngantuk, resah, overstimulasi termasuk
peningkatan gejala kecemasan, agitasi dan manic
Saluran cerna Konstipasi; gangguan salura cerna; mual; diare; nyeri
abdomen.
Lain-lain Edema; mulut kering; peningkatan transaminase serum; kenaikan
bobot badan; gangguan seksual; anoreksia; penglihatan kabur; impotensi;
menggigil.
12. Apa hubungan lamanya keluhan dengan gejala yang dialami pasien?
Semakin lama semakin berat
13. Gangguan bipolar (beda bipolar 1 dan 2) ?
Klasifikasi
Menurut American Psychiatric Association, bipolar dibagi menjadi 4 katagori:
bipolar I : ditandai dengan terjadinya satu atau lebih episode manik atau episode
campuran, dan biasanya diikuti dengan episode depresi mayor umumnya cukup
parah dan perlu perawatan di rumah sakit
bipolar II : dikarakterisir oleh satu atau lebih episode depresi mayor dan diikuti
sedikitnya satu episode hipomanik
siklotimik (cyclothymic) : ditandai dengan adanya sejumlah episode hipomanik atau
gejala depresi, tapi gejala itu belum termasuk dlm criteria manik atau depresi
mayor masih ringan tapi mungkin bisa berkembang menjadi bipolar I atau II pada
15-50% pasien
Bipolar non-spesifik : ditandai dengan tanda-tanda bipolar tapi tidak memenuhi
kriteria gangguan bipolar spesifik
14. Kriteria diagnostik bipolar?
15. DD?
a) Episodik depresif
b) Gangguan bipolar