PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
“Body Image”
Disusun Oleh:
ELSANA LISET ALLOLINGGI
PO.71.4.231.19.1.049
GIZI D.IV (IB)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpah Rahmat, dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Body Image”
Saya menyadari bahwa makalah yang saya selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
Makalahini yang saya susun tidak luput dari campur tangan ataupun bantuan baik
secara fikiran maupun secara materi. Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Thresia Dewi
Kartini B, SKM, M.Si sebagai Dosen mata kuliah ilmu pangan. Akhir kata, saya ucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga makalahini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri sangat diperlukan untuk dapat memahami tentang manusia dan perilakunya.
Tidak ada dua orang menusia sekalipun yang mempunyai konsep diri yang sama. Konsep diri
muncul dan atau dipelajari berdasarkan pengalaman internal masing-masing individu, hubungan
dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar. Karena konsep diri merupakan bingkai
atau frame bagi seseorang untuk berinteraksi dengan dunia, maka hal ini sangat mempengaruhi
perilaku seseorang (Stuart dan Laraia, 2005). Konsep diri adalah sangat penting bagi kesehatan
fisik dan mental seseorang. Individu dengan konsep diri yang positif akan menjadi lebih baik dan
mampu mengembangkan dan memelihara hubungan antar sesama individu lainnya. Konsep diri
memberi perasaan kontinuitas, lengkap/utuh dan kemantapan pada seseorang. Konsep diri yang
sehat merupakan tingkatan tinggi dari kestabilan seseorang dan menyebabkan perasaan positif
atau negatif terhadap dirinya di kemudian hari.
Konsep diri yang positif, memungkinkan seseorang untuk menemukan kebahagiaan dalam
hidup, dan juga untuk mengatasi kekecewaan dan perubahan hidup. Kegagalan untuk mencapai
suatu konsep diri yang positif merupakan kendala utama di dalam perawatan. Salah satu
tanggung jawab utama perawat adalah mengidentifikasi konsep diri yang negatif dan untuk
membantu dalam mengembangkan pandangan yang positif yang lebih dari diri klien. Orang-
orang dengan konsep diri yang tidak sehat menyatakan perasaan tidak berharga, perasaan
dibenci, dan selalu merasakan kesedihan yang mendalam dan juga mudah putus asa.
Salah satu contoh konsep diri adalah Body Image, dalam makalah ini kami akan menjelaskan
Body Image secara lebih jelas.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Body Image
2. Faktor-Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Body Image
3. Apakah Tanda-tanda yang menunjukkan gangguan pada gambaran diri
4. Apakah tanda dan gejala dari gambaran gangguan diri
5. Bagaimanakah cara membangun body image yang positif
1
6. Apa sajakah Dimensi Body Image
7. Bagaimanakah gambaran Body Image pada remaja
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan masalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian Body Image
2. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Image
3. Mengetahui tanda-tanda yang menunjukkan gangguan Body Image
4. Mengetahui tanda dan gejala dari gangguan Body Image
5. Mengetahui cara membangun Body Image yang positif
6. Mengetahui dimensi Body ImageMengetahui gambaran Body Image pada Remaja
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Media Massa
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul
dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang
dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash &purzinsky,
2002) juga menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam
budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan
menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi
tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah
Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki,
kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media
juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang
berotot.
4. Keluarga
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting dalam
proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya melalui
modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash & Pruzinsky,
2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima
keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya
kelak. Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan
adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya.
Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi harga
diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua sama seperti harapan oanggota keluarga
lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002)
menyatakan bahwa komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai
pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan
melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan
pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.
5. Hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan
orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk
mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering
5
membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain
melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky,
2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan
keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan
perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002)
menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan
persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat
membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses
pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan
mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan,
gambaran tubuh berasal dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan
pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka,
bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi
hubungan dan karakteristik psikologis (chase, 2001).
Faktor Lainnya :
Operasi. Seperti: mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah
gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan
lain–lain.
Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan
depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan
dengan fungsi saraf.
Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh Seperti sering terjadi
pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh
sangat berbeda dengan kenyataan.
Tergantung pada mesin. Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi
sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan
penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.
Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana
seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya
usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.
6
Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak
ideal.
Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang
tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
Standard sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang
berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari
budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya
perasaan minder.
7
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
Memanjakan Diri
Sebatang coklat atau sekantong kripik tidak akan membunuh Anda. Manjakan diri Anda
sejenak dengan kudapan favorit, disusul melakukan hobi favorit seperti membaca, traveling,
menggambar atau menonton televisi.
8
Pengukuran gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi pada alat
ukur yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005).
Cash (2004) mengemukakan pendapatnya dengan menyebutkan bahwa ada lima dimensi
citra tubuh (body image) , yaitu:
a) Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari
penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan
dan tidak memuaskan.
b) Appearance Orientation (Orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap
penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
penampilan dirinya
c) Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan
individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian
bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian
atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan.
d) Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan
terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan
melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.
e) Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana
individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat
gemuk.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi citra tubuh (body image)
antara lain : Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan), Appearance Orientation
(Orientasi penampilan), Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh),
Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk) dan Self-Classified Weight
(Pengkategorian ukuran tubuh)
9
lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan. Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan,
sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah
tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit pernapasan. Dampak lain yang sering
diabaikan adalah perasaan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan
membuat individu dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah psikologis. Penelitian
Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara psikologis
dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi. Remaja obesitas yang dijauhi
oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang besar.
Hubungan antara obesitas dengan gejala psikologis merupakan suatu lingkaran yang tidak
terputus. Masalah psikologis yang paling umum didapatkan adalah cemas, ganggguan
makan. Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara keinginan
untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Depresi terjadi sebagai
akibat gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan cermin, seseorang
tidak melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam realitas). Bagi remaja putri yang
mengalami obesitas, masalah yang sering kali muncul adalah kepercayaan diri yang rendah
dan kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan remaja putra yang lebih mengutamakan
prestasi dari pada mengurus bentuk tubuh yang ideal (Dewi, 2004). Remaja yang menderita
obesitas selalu dijadikan sebagai objek ejekan dan penampilan yang gemuk selalu di ejek
dan dianggap sebagai hal yang lucu yang dapat membuat orang lain tertawa dan dianggap
jelek (Dewi, 2004). Kenyataan ini dapat membuat penderita obesitas merasa dirinya sangat
berbeda dan aneh dibandingkan dengan orang lain. Tubuh yang kurus bukan hanya dianggap
menarik, tetapi tubuh yang gemuk dianggap sesuatu yang memalukan (Silverstein, Perdue,
Petersor dan Kelly, 1986).
Kecenderungan untuk menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak
pada masa puber dan menjadi sumber keperihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja
(Hurlock 1980). Remaja putera dan putri yang obesitas memiliki kesulitan dalam hal
perkembangan dan identitas (Sheshowsky,1983). Obesitas juga dapat menimbulkan masalah
sosial bagi remaja (Kaplan, 1999). Banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk
membentuk tubuh yang ideal agar menjadi kurus (Dacey dan Kenny, 2001). Pada umumnya
mereka melakukan diet, berolahraga, mealakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat
pelangsing dan lain-lain. Sejauh ini remaja putri lebih menyukai diet untuk menurunkan
10
berat badan. Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja putra pun sebagian mengalami
masalah berat badan. Bagi mereka yang memiliki bobot yang berlebihan dianggap akan
memiliki permasalahan yang cukup berat untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis.
Banyak remaja putera yang berharap dapat membuat tubuh mereka sedikit kekar atau berotot
dan keinginan itu pada sebagian remaja putra disalurkan melalui kegiatan olahraga. Namun
sayang bagi remaja yang kegemukan, olahraga merupakan kegiatan yang menyiksa. Pada
umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan fisik bagus (cantik
dan tidak gemuk) akan meningkatkan kepercayaan diri pada remaja, terlebih-lebih remaja
putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk (obesitas) adalah hal yang sangat ditakuti
(Dewi, 2004). Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai body image (Cash &
pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999). Dalam penelitian ini akan digunakan istilah citra
tubuh untuk menjelaskan body image. Menurut Cash & Pruzinsky (dalam Thompson dkk,
1999) citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat
berupa penilaian positif dan negatif. Hasil penelitian dari Pope, Philips, & Olivardia (2000)
menunjukkan bahwa wanita lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan pria.
Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada wanita saja tetapi
para pria pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Santrock (2003) mengatakan
bahwa perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia
12 hingga 18 tahun, baik pada remaja puteri maupun remaja putera Conger & Peterson
dalam Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa pada masa remaja, biasanya mulai bersibuk
diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Fokus utama
dari perhatian para remaja adalah tubuh mereka (Emmons, 1996). Remaja putri sering sekali
menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya dikarenakan lemak di dalam tubuhnya
bertambah, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dikarenakan otot mereka meningkat
(Gross, 1984).
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gambaran diri (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Sejak lahir individu
mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai
memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat ,1992).
Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang
dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis
terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil,
realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang
mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
B. SARAN
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi Body Image diantaranya faktor jenis
kelamin,usia, media massa, keluarga dan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu penulis
menyarankan agar kita dapat membangun Body Image kearah yang positif dengan cara
mencintai dan menghargai diri sendiri, menghilangkan keinginan untuk memiliki tubuh seperti
model, belanja sesuai kebutuhan diri, berolahraga,dan memanjakan diri.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.g-excess.com/28225/gambaran-diri-body-image-sebagai-salah-satu-dari-konsep-diri/
http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2012/07/03/cara-membangun-body-image-positif
.
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2183437-definisi-citra-tubuh-body-
image/#ixzz28u1mmQSe
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/diet-and-exercise/2183448-dimensi-body-image-
citra-tubuh/#ixzz28u24Ushr
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/diet-and-exercise/2183446-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-body/#ixzz28u2QYnBp
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/diet-and-exercise/2183451-gambaran-body-image-
citra-tubuh/#ixzz28u2bwsPM
13