Anda di halaman 1dari 5

Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 5 (1), 2019, 48-52

Available online at: http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus


DOI: https://doi.org/10.29407/pn.v5i1.13673

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman (Sprechen)


Melalui Role Playing (Rollen Spiel) Yang Digabungkan dengan Menyusun
Dialog Sendiri Siswa Kelas XI MIPA 4 Di SMA Negeri 1 Kauman
Erawati
SMA Negeri 1 Kauman-Tulungagung
erawati2803@gmail.com

Abstrak
Kelas XI MIPA 4 di SMA Negeri Kauman yang semestinya sudah
mulai mempunyai kemampuan untuk berdialog dalam Bahasa Jerman
ternyata masih mengalami kesulitan. Dibandingkan dengan dialog yang
telah tersedia didalam buku-buku materi yang seringkali terlewatkan juga
oleh guru (tidak disampaikan) melalui kebiasaan menyusun dialog sendiri
diharapkan memacu siswa untuk menemukan ide-ide baik secara individu
maupun kerja sama sehingga dialog tersebut akan lebih berbekas di dalam
diri masing-masing siswa tidak sekedar dihafalkan. Rumusan masalah:
Apakah dengan metode menyusun dialog sendiri dan memerankannya dapat
meningkatkan kemampuan berbicara (Sprechen) pada pelajaran Bahasa
Jerman siswa kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung
Semester 2 (Genap) Tahun Pelajaran 2017/2018? Tujuan penelitian:untuk
mengetahui dampak penerapan menyusun dialog sendiri dan
memerankannya sebagai sebuah metode terhadap kemampuan
berbicara/Sprechen. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian, ada peningkatan hasil
kemampuan berbicara dengan menggunakan metode role playing dan
menyusun sendiri dialog. Hal ini dapat dibuktikan bahwa, berdasarkan
perhitungan analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan dengan maksud bahwa
dari frekwensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar
adalah nilai 45-54 dengan frekwensi 0 dan prosentase 0.00%, kategori
prestasi belajar sedang dengan frekwensi dari 8 menjadi 1 dan prosentase
3.33%, cukup adalah dengan frekwensi tetap 11 dan prosentase 36.67%,
prestasi baik dengan frekwensi 9 menjadi 12 dan prosentase 40% prestasi
sangat baik adalah nilai dengan frekwensi 2 menjadi 6 dan prosentase 20%.

Kata Kunci : Kemampuan Berbicara (Sprechen), Role Playing, Menyusun


Dialog Sendiri

PENDAHULUAN bentuk tulisan berbahasa Jerman. Bertolak


Menulis cerita sederhana terutama belakang dengan kondisi yang diharapkan
yang berkaitan dengan kehidupan sehari- dalam pembelajaran Bahasa Jerman dimana
hari menggunakan Bahasa Jerman peserta didik cenderung mendengarkan
merupakan materi pembelajaran yang penjelasan guru saja tanpa memahami
kompleks, karena tidak semua anak mampu penguasaan kosa kata Bahasa Jerman
menuangkan apa yang dialami ke dalam sehingga materi tersebut kurang diminati,
Peer reviewed under responsibility of Universitas Nusantara PGRI Kediri.
© 2019 Universitas Nusantara PGRI Kediri, All right reserved, This is an open access article under
the CC BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 5 (1), 2019, 48-52
Erawati

membosankan dan sebagian besar kesulitan Berbicara Bahasa Jerman (SPRECHEN)


memahami konsep dengan baik. melalui Bermain Peran / Role Playing
Dengan keadaan yang seperti (ROLLEN SPIEL) yang Digabungkan
tersebut sangat tidak diharapkan terjadi di dengan Menyusun Dialog Sendiri Siswa
setiap saat siswa berhadapan dengan Kelas XI MIPA 4 Semester Genap di SMA
kompetensi percakapan. Perlu adanya jalan NEGERI 1 Kauman Tahun Pelajaran 2017-
keluar/ upaya agar motivasi dan keberanian 2018”, sehingga benar-benar dapat
siswa bisa muncul dan tumbuh. Salah satu meningkatkan kemampuan berbicara dan
strategi yang dapat digunakan adalah tidak hanya mendapat kemampuan
dengan menciptakan keadaan belajar sambil berbahasa asing yang pasif. Guru harus
bermain di kelas dalam sebuah permainan memiliki dua karakteristik, pertama mereka
peran atau yang dikenal dengan role play mengetahui dan menghargai setiap materi
tetapi yang digabungkan dengan menyusun yang mereka ajarkan. Setiap tujuan
dialog sendiri yang situasional baik secara akademik yang mereka harapkan dapat
individu maupun kerjasama. Agar lebih dikuasai murid, telah mereka kuasai lebih
memacu siswa menemukan ide-ide untuk dulu. Yang kedua mereka memperhatikan
ujaran-ujaran yang digunakan dalam para siswa dengan kasih sayang dan
percakapan itu akan lebih dipahami, kebaikan hati yang tulus. Kedua kualitas ini
bermakna dan ada”seoul” (nyawanya) memungkinkan guru mengubah kehidupan
sehingga siswa lebih bebas murid-murid mereka.
mengekspresikan dialog tersebut karena Sedangkan penergertian belajar,
merupakan hasil penyusunan sendiri. Guru Winkel (1995: 53) merumuskan belajar
dituntut untuk mampu mengeksplorasi sebagai suatu aktivitas mental atau psikis
semua kebutuhan siswa akan hal-hal yang berlangsung dan interaksi aktif dengan
tersebut dengan pembelajaran yang tepat. lingkungan yang menghasilkan perubahan-
Dipilih role play yang divariasikan dengan perubahan dalam pengetahuan,
menyusun dialog sendiri karena mereka pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
akan belajar menyusun kalimat dengan tata Jadi pengajaran yang efektif adalah
bahasa yang benar, dan memilih kosa kata mengadakan kesempatan belajar
yang tepat yang akan memperkaya sendiri/melakukan aktifitas sendiri yang
perbendaharaan kata mereka. Kemudian disampaikan oleh guru dengan: (1)
siswa akan menemukan konsep yang Kegiatan visual; membaca, melihat gambar-
dituangkan dalam bentuk narasi dialog dan gambar, mengamati eksperimen,
dengan sedikit hafalan dapat menemukan demonstrasi, pameran dan mengamati orang
maksud atau makna percakapan (dialog) lain kerja atau bermain. (2) Kegiatan lisan:
sampai paham sehingga dapat mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
mengekspresikan masing-masing ujaran menghubungkan suatu kejadian,
dengan tepat dan dengan intonasi yang tepat mengajukan pertanyaan, memberi saran,
pula. wawancara dan diskusi. (3) Kegiatan
Dari beberapa alasan pengambilan mendengarkan: mendengarkan penyajian
masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas bahan, mendengarkan suatu permainan dan
ini dapat dilakukan penelitian tentang mendengarkan audio. (4) Kegiatan menulis:
“Upaya Meningkatkan Kemampuan menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 49 Vol 5 No 1
Tahun 2019
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 5 (1), 2019, 48-52
Erawati

karanganbahan-bahan kopi, membuat keterampilan untuk memilih alat-alat yang


rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi sesuai maupun bahan-bahan yang
angket. (5) Kegiatan metrik: memilih alat- diperlukan.
alat melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan permainan, METODE PENELITIAN
menari dan berkebun. Penelitian ini dilaksanakan
Dalam kurikulum Bahasa Jerman menggunakan rancangan penelitian
pengalaman belajar harus dapat membantu tindakan yaitu penelitian yang bertujuan
siswa untuk (1) berkomunikasi secara lisan mengembangkan keterampilan -
dan tertulis dengan menggunakan ragam keterampilan baru untuk memecahkan
bahasa yang sesuai dengan lancar dan masalah dengan penerapan langsung
akurat, (2) mampu mengenal dirinya, didunia faktual (Zuriah,2003;Sunaryadi
budayanya dan budaya orang lain, (3) Bambang, hal 19 PTK), yang biasanya
mampu mengemukakan gagasan dan merupakan proses daur ulang mulai tahap
berpartisipasi dalam komunitas beragam perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
konteks dan nuansa, (4) dapat menikmati pemantauan refleksi yang mungkin diikuti
eksploitasi imajinatif yang ada dalam dengan perencanaan ulang (Waseso, 1994).
dirinya dan karya-karya susastra orang lain Pendekatan dalam penelitian ini
dengan kemampuan analitik bahasa Jerman adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang sebenar-benarnya untuk dijadikan life yang datanya dianalisis secara deskriptif
style siswa dikemudian hari, (6) naratif tanpa menggunakan teknik analisis
meningkatkan kemampuan mendengarkan, statistik. Jenis penelitian adalah Penelitian
berbicara, membaca dan menulis dengan Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
menekankan pada peran aktif siswa, (7) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
melatih kemampuan berbahasa jerman dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
sekaligus kreatifitas siswa untuk Penelitian ini direncanakan
menciptakan sesuatu sesuai dengan ide sebanyak 2 siklus. Siklus I menjelaskan sub
mereka, (8) menyiapkan diri untuk studi konsep melakukan percakapan/ dialog
pada tingkat yang lebih lanjut. dengan situasi/ tema salam (Begruβung)
Kurikulum bahasa Jerman haruslah dengan teks dialog yang ada di buku
memberikan pengalaman belajar yang Materi, sedangkan siklus II menjelaskan
melibatkan siswa pada pembelajaran yang sub konsep melakukan percakapan/dialog
mampu meningkatkan kreatifitas siswa. dengan situasi/tema salam (Begruβung)
Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum dengan teks dialog yang disusun sendiri
diharapkan akan mendorong siswa menjadi oleh siswa secara individu maupaun
aktif dan fleksibel. Secara khusus kelompok. Setiap siklus terdiri dari 4
pendekatan ini akan: (1) memperhatikan tahapan seperti yang dikemukakan Kemmis
perbedaan individu siswa, (2) memberikan dan Taggart dalam Wiriaatmaja (2005:66)
kesempatan kepada semua siswa untuk yaitu: (1) planing (rencana tindakan), (2)
mempelajari konsep-konsep esensial, (3) Acting (pelaksanaan tindakan), (3)
membekali siswa dengan keterampilan observing (pengamatan), dan (4) reflecting
memahami dunia melalui penyelidikan dan (refleksi).
penelitian, (4) membekali siswa dengan
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 50 Vol 5 No 1
Tahun 2019
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 5 (1), 2019, 48-52
Erawati

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus II pelaksanaan


Berdasarkan tahap-tahap kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan RPP
yang telah direncanakan disusunlah rencana perbaikan. Siswa mulai aktiv karena ada hal
tindakan perbaikan atas masalah-masalah baru yang menarik yaitu bagaimana
yang ditemukan dalam proses pelaksanaan menyusun sendiri dialog bersama
kegiatan pra-tindakan. Berdasarkan kelompok/pasangan. Banyak kelompok
kesepakatan dengan pihak sekolah langkah yang telah selesai menyusun sendiri
perbaikan pada siklus I dilaksanakan dialognya bahkan segera mencoba
bersamaan dengan kegiatan rutin belajar mempraktikkannya. Banyak kelompok yang
mengajar di kelas sehingga tidak merubah segera menunjukkan teks dialog yang telah
jadwal pelajaran. Jumlah siswa 30 anak, disusun untuk di ambil nilai dan
masuk semua. Anak yang mau tampil memerankannya. Beberapa langsung sudah
berdialog dan telah mencapai nilai sesuai siap tampil untuk diambil nilainya. Jumlah
indicator (KKM) sebanyak 10 anak (33%), siswa 30 anak, masuk semua. Siswa yang
yang belum mampu 20 anak (67 %). telah tampil berdialog dan mendapatkan
Dengan demikian dapat dikatakan nilai sesuai indikator KKM sebanyak 26
ketuntasan kelas 33%, sangat jauh dari anak (87%), yang belum mampu 4 anak (13
persentase ketuntasan klasikal yang %). Dengan demikian dapat dikatakan
dikehendaki yaitu minimal 85%. Kondisi ketuntasan kelas 87%, berarti ketuntasan
ini kurang memuaskan bagi guru sebagai klasikal yang dikehendaki yaitu minimal
peneliti. Berdasarkan observasi yang 85%. Telah tercapai.
dilakukan peneliti terlihat bahwa : Berdasarkan data pengamatan dan
1. Guru masih belum menguasai kelas observasi peneliti dapat diperoleh hasil
masih ada anak yang berbicara bahwa kegiatan belajar siswa dengan
dengan teman disebelahnya, ada menggunakan metode menyusun dialog
yang bermain hp. sendiri kemudian mempraktikkannya
2. Aktivitas siswa belum maksimal ada menunjukkan ada peningkatan hasil
yang sudah menemukan kelompok dibanding dengan langsung mempraktikkan
dan mencoba menyusun beberapa dialog yang ada, terutama dari segi intonasi
kalimat dan mengucapkannya, yang berdampak pada penjiwaan
kebanyakan mereka mengobrol dan percakapan, keberanian siswa serta
bengong. (3) Siswa yang akhirnya ditunjang dengan struktur bahasa yang
bisa dan berani tampil praktek tepat.
sebanyak 10 anak (33%).
Refleksi Siklus I: dalam upaya SIMPULAN
meningkatkan kemampuan berbicara Implementasi metode penyusunan
(Sprechen) siswa mempunyai kekurangan- dialog sendiri pada siswa kelas XI MIPA 4
kekurangan. Berdasarkan hasil kegiatan SMA Negeri 1 Kauman Semester Genap
pada siklus I masih belum memuaskan dan Tahun Pelajaran 2017-2018 dapat
belum sesuai dengan harapan peneliti meningkatkan kemampuan siswa dalam
sehingga perlu diadakan siklus berikutnya, mempraktikkan dialog yang berdampak
untuk memperbaiki hasil belajar siswa. positif terhadap peningkatan hasil
belajarnya. Penerapan metode penyusunan
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 51 Vol 5 No 1
Tahun 2019
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 5 (1), 2019, 48-52
Erawati

dialog sendiri memberikan hasil yang baik Mulyasa, H. E. 2014. Manajemen


dibandingkan dengan pendekatan yang Pendidikan Karakter. Jakarta. Bumi
biasa dilakukan oleh guru. Aksara.
Disamping itu, dari hasil wawancara Neuer, Gerhard. 2006. Fertigkeit Sprechen.
menunjukkan tanggapan yang positif München. Manuela Beisswenger,
terhadap penerapan metode penyusunan Mechtild Gerdes.
dialog sendiri, dimana siswa merasa lebih Nurgiyantoro. 2012. Penilaian
mengetahui secara mendetail sebuah dialog Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:
disusun dari ujaran-ujaran yang dipilih BPFE.
sendiri dengan tepat dan menjadi mudah Parera, Daniel. 1993. Leksikon Istilah
dipraktikkan. Pembelajaran Bahasa. Jakarta:
Siswa juga menginginkan agar Gramedia Pustaka Umum.
metode ini menjadi salah satu yang Singarimbun, Masri. 1999. Metode
diterapkan oleh gurunya dalam Penelitian Survay. Jakarta. LP3ES.
pembelajaran mungkin dalam pembelajaran
bahasa asing lainnya seperti bahasa Inggris,
bahasa Jepang, dan sebagainya.

DAFTAR RUJUKAN
A.M, Sardiman. 2008. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta.
Raja Grafindo Persada
Dahar, R.W 1988. Teori-teori Belajar.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
P2LPTK.
Johnson B, Elaine. 2009. Contextual
Teaching And Learning What is and
why is it here to…..Kegiatan Belajar
Mengasyikkan dan Bermakna.
Terjemahan oleh; Ibnu Setiawan.
Bandung. MLC
Hardjono, Sartinah.1988. Prinsip-prinsip
Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Jakarta: Depdikbud Dirjendikti
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang.
2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Miles, M.B., & Hubermen, A.M. 1984.
Analisis Data Qualitatif.
Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta. Universitas
Indonesia.

http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 52 Vol 5 No 1
Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai