142 - Rangkuman Materi Kimia Dasar-1
142 - Rangkuman Materi Kimia Dasar-1
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O sebagai indikator adanya mineral Ca dan Mg serta
untuk mempermudah penentuan titik akhir titrasi.
Proses standardisasi melibatkan indikator
sebagai tolak ukur titik akhir reaksi. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Maryanti, dkk (2011) yang
menjelaskan bahwa indikator merupakan senyawa
dengan interval pH tertentu yang mampu
memberikan warna berbeda pada reaksi asam
basa. Indikator yang digunakan dalam praktikum
adalah PP (phenolphtalein). Metode yang
dilakukan dalam praktikum adalah titrasi.
Titrasi dilakukan dengan sampel NaOH +
indikator dan Asam Oksalat sebagai titrat. Proses
titrasi dikakukan hingga terjadi perubahan warna.
Perubahan warna tersebut menunjukkan titik
ekuivalen atau titik akhir titrasi. Nuryanti, dkk
(2010) menjelaskan bahwa di dalam titrat dan
titran yang dicampur indikator memberikan
perubahan warna yang jelas untuk menunjukkan
titik ekivalen. (Agustini, 2011)
5. Penentuan Kandungan Asam Asetat dalam
Cuka Makanan Koloid
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk 1. Pengertian Reaksi emulsi
mengetahui konsentrasi dan persentase asam
Reaksi emulsi adalah dimana fase pendispersi
asetat dalam cuka komersial. Metode yang
dan fase terdispersi terlihat menyatu (seperti satu
digunakan adalah titrasi dengan indikator berupa
fase) secara kasat mata atau berbentuk seperti
larutan PP. Titrat yang digunakan adalah larutan
tetesan-tetesan kecil, karena terjadinya reaksi
NaOH yang telah dilakukan standardisasi.
antara pengemulsi yang dapat mengubah
Berdasarkan Badan Standardisasi Nasional (1995)
ketegangan larutan antara fase pendispersi dengan
kandungan asam asetat dalam cuka makanan
fase terdispersi sehingga kedua fase tersebut dapat
adalah maksimal 12,5%.
saling menyatu tanpa bergabung kembali dengan
6. Penentuan Kesadahan Total sesame fasenya.
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk 2. Pengertian Emulsi
mengetahui tingkat kesadahan total sampel air dan
Emulsi merupakan salah satu bagian dari
kandungan mineral. Standar kandungan mineral
koloid dimana yang lainnya adalah sol dan
dalam air adalah sebagi berikut.
aerosol. emulsi memiliki dua fase yaitu fase
Astuti, dkk. (2016) menjelaskan bahwa dalam terdispersi dan fase pendispersi, fase terdipersi
penentuan kesadahan total digunakan EDTA dari emulsi adalah zat cair dan berdasarkan fase
sebagai indikator terjadi kompleksometri dari ion pendispersinya emulsi dibagi menjadi tiga yaitu
logam dalam larutan, sedangkan EBT digunakan emulsi gas yang fase pendispersinya adalah gas,
emulsi cair fase pendispersinya adalah zat cair,
dan emulsi padat yang fase pendispersinya adalah basa lemah dengan konjugatnya yang dimana
zat padat. Emulsi cair yang dimana fase terdipersi larutan buffer dapat mempertahankan pHnya.
dan fase pendispersinya adalah zat cair namun Larutan buffer dibagi menjadi dua yaitu larutan
memiliki sifat yang berbeda antara yang satu buffer asam (pH<7) yang tersusun dari asam
dengan yang lainnya yaitu bersifat polar dan non- lemah dan konjugatnya serta larutan buffer basa
polar sehingga pada umumnya sebelum terjadi (pH>7) yang tersusun dari basa lemah dan
emulsi kedua fase tersebut tidak bisa menyatu konjugatnya.
karena sifatnya yang berbeda. Contoh pada
Larutan buffer yang dibuat dalam percobaan
umumnya adalah air dan minyak.
ini adalah larutan buffer pospat yang terdiri dari
3. Faktor yang mempengaruhi emulsi NaH2PO4 (asam lemah) dan Na2HPO4 (basa
Faktor yang mempengaruhi emulsi secara konjugat) yang dicampur dengan perbandingan
kimia dapat menggunakan aseton, n-butanol, 2- volume antara NaH2PO4 dan Na2HPO4 adalah
propanol, HCl, maupun senyawa kimia lain yang 1:2,3 untuk membuat larutan dengan pH 7. pH
dapat mempengaruhi sifat salah satu larutan. larutan dapat diidentifikasi menggunakan
Secara fisika yaitu dengan pemanasan (penurunan indicator pH universal.
viskositas), sentrifugasi (pemisahan berdasarkan Larutan buffer pH 7 yang telah dibuat
densitasnya), dan cara-cara lain. kemudian diberi tambahan indicator pp yang
berfungsi sebagai indicator asam-basa yang akan
4. Pengertian Kestabilan emulsi menunjukkan perubahan warna (merah muda)
Kestabilan emulsi adalah kemampuan untuk pada larutan dengan suasana basa. Indicator pp
mempertahankan emulsi sehingga tetap terlihat dapat memberikan perubahan warna pada larutan
seperti larutan yang satu fase. Namun karena basa karena memiliki trayek pH pada rentang 8-
kestabilan suatu emusi ditentukan oleh gaya 10.
London-Van Der Waals (gaya Tarik-menarik Larutan buffer yang telah ditambahi pp
antar molekul) dan gaya tolak-menolak sehingga kemudian diberi tambahan NaOH dalam hitungan
kestabilan emulsi dapat dipengaruhi oleh faktor- tetes dengan pipet tetes. NaOH merupakan larutan
faktor antara lain viskositas, tegangan antar muka, basa yang mempu mengubah suasana sebuah
dst. Kestabilan emulsi pula dapat dipengaruhi jika larutan menjadi basa dimana NaOH dengan
salah satu dari kedua sisi zat pengemulsi yaitu konsentrasi 1M memiliki pH sebesar 14, namun
hidrofilik dan lipofilik (hidrofobik) terganggu percobaan ini menggunakan NaOH dengan
konsentrasi 0,1M. Penambahan NaOH bertujuan
5. Pengaruh asam dan basa terhadap kestabilan untuk menguji kestabilan larutan buffer. Larutan
emulsi buffer ditambahkan larutan NaOH tiap tetes
Penambahan asam kuat dan basa kuat dapat hingga menunjukkan warna menjadi merah muda
mempengaruhi kestabilan suatu emulsi karena yang menandakan bahwa larutan buffer sudah
bagian zat pengemulsi yang salah satunya bersifat tidak stabil.
polar terganggu ikatan elektronnya oleh asam kuat
maupun basa kuat yang ditambahkan. Karbohidrat
1. Pengertian karbohidrat
Larutan Buffer
Kabohidrat adalah senyawa yang terdiri dari
Larutan buffer atau larutan penyangga unsur C, H dan O. Karbohidrat dapat dibedakan
merupakan larutan yang tersusun dari asam atau
menjadi: monosakarida, oligosakarida, dan Pati yang direaksikan dengan iod akan muncul
polisakarida. Monosakarida ialah karbohidrat warna biru terang, karena disebabkan terjadinya
yang paling sederhana yang tidak dapat koordinasi ion iodida diantara helix. Intesnsitas
dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. Sebagian warna biru yang dihasilkan bergantung pada
besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, kandungan amilosa yang terdapat dalam pati.
karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon.
3. Uji Karbohidrat Sederhana
Contoh karbohidrat sederhana adalah glukosa,
fruktosa dan galaktosa. Oligosakarida adalah Sistem kerja uji fehling yaitu dengan gula
karbohidrat yang terdiri dari 3-10 unit reduksi ditambah campuran larutan CuSO4 dalam
monosakarida. Contohnya ialah rafinosa suasana alkalis (dengan ditambah NaOH), lalu
trisakarida (Gal-Glc-Fuc) dan stasiosa dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro
tetrasakarida (Gal-GalGlc-Fuc). Polisakarida ialah oksida yang menghasilkan warna merah bata. Uji
karbohidrat yang lebih dari sepuluh satuan Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya
monosakarida dan dapat berantai lurus atau gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam
bercabang. Kebanyakan dari gula tersebut pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan
mengandung beberapa ratus atau bahkan ribuan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).
gula sederhana. Polisakarida dirombak dalam
saluran pencernaan menjadi karbohidrat yang
sederhana.
2. Uji Karbohidrat Kompleks
Tiga polisakarida yang sangat penting dalam Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar
gizi manusia adalah pati, glikogen dan selulosa. gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya
Polisakarida dengan penambahan iod akan dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk
membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata)
spesifik. Amilum atau pati yang dengan iodium yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari
menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan reaksi pembentukan asam karboksilat. Fehling
warna merah anggur, sedangkan glikogen dan dibuat dengan mencampurkan kedua larutan
sebagian pati yang terhidrolisis akan membentuk tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan
warna merah. yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling,
Proses panasan pada suhu tinggi, karbohidrat ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi
akan menjadi caramel yang beraroma khas. Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Pemanasan yang terus menerus dan semakin Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi
tinggi suhu maka akan semakin rendah kadar ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
patinya, karena suhu yang semakin tinggi akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan
molekul pati, polimer akan terhidrolisis dan pecah endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila
sehingga akan menyebabkan terjadinya kerusakan digunakan larutan yang lebih encer misalnya
karbohidrat. (Kurniawan, 2015). larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi
berwarna hijau kekuningan.
4. Hidrolisis Amilum dengan Asam
Hidrolisis adalah proses pemecahan senyawa HCl menyebabkan terjadinya reaksi antara
kompleks menjadi senyawa sederhana dengan amilum dengan iod. Reaksi ini membentuk warna
bantuan air. Pada proses hidrolisis sejumlah pati biru pada larutan.
diasamkan sekitar pH 2 dipanasi memakai uap. Tujuan proses pemanasan pada hidrolisis yaitu
Hidrolisis dengan menggunakan asam mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
menghasilkan pati yang strukturnya lebih molekul pati, polimer akan terhidrolisis dan pecah
renggang, sehingga air lebih mudah menguap sehingga akan menyebabkan terjadinya kerusakan
pada waktu pengeringan. Struktur pati yang agak karbohidrat. Warna yang dihasilkan dari proses
rapat akan lebih tinggi daya ikat airnya dan terjadi pemanasan yaitu coklat atau kuning pekat.
pemutusan ikatan hidrogen pada rantai linier, Penambahan NaOH berfungsi untuk menetralkan
serta berkurangnya daerah amorf yang mudah. larutan hasil hidrolisis, sehingga mendapatkan pH
Suspense pati dalam air dipanaskan dalam suhu 7 atau diatasnya. Pengujian fehling dalam kondisi
gelatinasi air akan dimasuki air. hidrolisis dengan basa dapat menghasilkan perubahan warna
asam akan lebih sensitif pada ikatan α- 1,4-D- menjadi merah bata. Hal tersebut terjadi akbat
glukosidik dibanding ikatan α-1,6-D-glukosidik. perombakan amilum yang sempurna menjadi
Namun struktur linier dengan ikatan α-(1,4) campuran dekstrin, maltosa dan glukosa.
terdapat pada bagian kristalin, bagian ini tersusun
sangat rapat sehingga sangat sukar dimasuki air Percobaan Protein
dan atau asam, akibatnya akan lebih tahan
terhadap asam. Bagian amorf walaupun tersusun 1. Apa itu protein?
oleh ikatan α- (1,6) namun merupakan daerah Protein adalah senyawa organic kompleks
yang kurang padat, amorf, dan mudah dimasuki berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
air sehingga akan memudahkan penetrasi dan dari monomer-monomer asam amino yang
hidrolisis asam terhadap granula pati. hidrolisis dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
asam encer terdiri dari dua tahap. peptide.
Pada tahap pertama sebagian besar pati akan
terhidrolisis menjadi maltosa. Tahap kedua 2. Macam-macam Uji Protein
dioptimasi untuk menghidrolisis maltosa sehingga Percobaan pengujian adanya protein dilakukan
menghasilkan glukosa. Jenis asam yang biasanya dengan berbagai cara yaitu Uji Millon, Uji
digunakan untuk hidrolisis ini adalah HCl. Hopkins-cole, Uji Ninhidrin, Uji Belerang, uji
Kelemahan dari hidrolisis asam adalah degradasi Xantoproteat, Uji Biuret. Uji Biuret merupakan
gula hasil di dalam reaksi hidrolisis dan uji paling sederhana yang biasanya dilakukan
pembentukan produk samping yang tidak dalam percoboaan protein.
diinginkan (furfural) yang merupakan bahan
kimia yang digunakan dalam industri plastik. 3. Struktur Protein
Furfural ini dapat mematikan mikroorganisme Protein putih telur terdiri atas protein serabut
yang melakukan proses fermentasi. Keuntungan dan protein globular ( S i r a i t , 1 9 8 6 ) . Protein
utama penggunaan asam adalah reaksinya yang globular merupakan salah satu protein yang
cepat sehingga mempercepat proses berikutnya, berbentuk bola, protein ini dapat laurt dalam
sedangkan kerugiannya yaitu hasil gula yang larutan garam dan asam encer. Protein globular
diperoleh sedikit. penambahan larutan HCl lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu,
berfungsi sebagai pemberi suasana asam pada konsentrasi garam, dan pelarut asam basa jika
larutan amilum. Pada larutan dengan penambahan dibandingkan protein serabut. Protein globular
juga merupakan jenis protein yang mudah gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat non-
terdenaturasi (Winarno, 1997). polar dan COONa yang bersifat hidrofilik (Polar).
2. Faktor yang mempengaruhi saponifikasi
4. Uji Protein dengan Biuret
Uji Biuret merupakan uji paling umum untuk Faktor faktor yang dapat mempengaruhi
mengidentifikasi adanya protein. Uji positif akan saponifikasi yakni jenis basa seperti penggunaan
terjadi jika semua bahan mengandung lebih dari NaOH akan menghasilkan suatu sabun yang lebih
satu ikatan peptida. Uji biuret merupakan hasil sukar larut dibandingkan sabun dengan KOH.
kondensasi dari 2 molekul dan muncul disebabkan Adanya peningkaakn suhu yang dapat
juga karena adanya ikatan peptida dalam biuret mempengaruhi proses hidrolisis dan saponifikasi
yang memberikan hasil positif dalam ujinya. yang lebih sempurna, pengaruh konsentrasi KOH
Dalam kondisi basa, copper (II) sulfat dalaam sabun juga akan mempengaruhi kuantitas
(CuSO4), (kelompok -CONH-) bereaksi dengan dari sabun yang dihasilkan, serta kecepatan
ikatan peptida nitrogen dari peptida dan protein pengadukan dimana semakin cepat pengadukan
untuk membentuk warna violet komplek. maka semakin banyak sabun yang dihasilkan.
Reaksi ini terjadi hanya jika molekul peptida
3. Bilangan penyabunan
mengandung 2 ikatan peptida (3 asam amino).
Asam amino bebas dan dipeptida tidak dapat Bilangan penyabunan menyatakan banyak /
menunjukkan hasil pada uji ini, karena 2 ikatan jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk
peptida dibutuhkan untuk pembentukan komplek menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
“chelate”, asam amino tunggal (tidak ada ikatan Menurut Naomi (2013) kondisi optimum untuk
yang muncul – dipeptida – hanya 1 ikatan peptida memperleh sabun lunak adalah pada penambahan
yang muncul memberikan hasil negatif. jumlah KOH sebanyak 30 ml dan waktu
Kesalahan hasil uji positif dapat juga ditunjukkan pengadukan selama 50 menit.
saat diamida dari oksalik, malonik, dan asam
suksinit muncul. Asam Nukleat
Perubahan warna semakin pekat warna larutan
Sel tumbuhan terbungkus dalam membran
biuret akan menunjukan semakin tinggi
sitoplasma yang dikelilingi sel yang kuat, untuk
konsentrasi protein dalam suatu bahan. Sehingga
mengeluarkan DNA dari dalam sel terlebih dahulu
putih telur yang dipanaskan memiliki warna yang
harus menghancurkan membran dan dinding sel
lebih terang dibandingkan yang tidak dipanaskan.
tersebut, dapat dilakukan dengan penggerusan
Hal tersebut dikarenakan putih telur yang
dengan mortar atau blender.
dipanaskan mengalami denaturasi.
1. Fungsi penambahan detergen
Uji saponifikasi dan Bilangan Detergen berfungsi memisahkan membrane inti
penyabunan sel agar lipid lemak bisa terlepas dari membran
1. Pengertian saponifikasi inti, detergen sodium dodesil sulfat (SDS) bisa
digunakan untuk merusak membran sel, karena
Saponifikasi adalah proses pembuatan sabun detergen bisa menyebabkan hilangnya molekul
yang dilakukan dengan mereaksikan suatu lemak lipid pada membran sel, sehingga bisa merusak
atau gliserida dengan basa. Sabun merupakan struktur membran sel. detergen bisa menyebabkan
garam alkali karboksilat (RCOONa) dimana kerusakan membran sel dengan cara mengemulsi
lipid dan protein sel serta menyela interaksi polar
yang menyatukan membran sel karena detergen 3. Fungsi penambahan alkohol teknis
mengandung disodium EDTA dan lauryl sulfate
Alkohol dingin berfungsi untuk pengikatan
yang memiliki fungsi yang sama dengan dudesil
strand DNA yang telah terkumpul kerena
sulfat. (Detergen dapat melarutkan lemak dalam
pemekatan oleh garam, karena kerapatan alkohol
membran sel, sehingga sel bisa lisis. Selain itu,
detergen ini dapat menghambat DNase yang dapat lebih kecil dibandingkan kerapatan air maka
alkohol akan berada di bagian atas larutan pada
merusak DNA dan dapat mendenaturasi protein,
sehingga protein dapat dihilangkan dari larutan.) tabung reaksi. Strand-strand DNA yang terikat
oleh alkohol akan nampak sebagi benang-benang
2. Fungsi penambahan garam putih yang terapung di atas filtrat. (Alkohol
mempunyai densitas yang lebih kecil bila
Garam berfungsi menghilangkan protein dan
dibandingkan dengan air, sehingga alkohol ini
karbohidrat karena garam dapat mnyebabkan
akan berada pada bagian atas dua lapisan yang
keduanya terpresipitasi. Garam juga digunakan
terpisah. Semua debris sel, kotoran dan protein
untuk melarutkan DNA, karena ion Na+ yang
yang kita hilangkan pada dua langkah pertama
dikandung oleh garam mampu memblokir
akan bergerak ke arah bawah, pada bagian yang
(membentuk ikatan) dengan kutub negatif fosfat
berair. DNA akan bergerak ke arah lapisan
DNA, yaitu kutub yang bisa menyebabkan
alkohol dari hati ayam atau tanaman.)
molekul-molekul saling tolak mnolak satu sama
lain sehinggga pada saat ion Na+ membentuk
ikatan denagn kutub negatif fosfat DNA, DNA
Pigmen dan Provitamin A
akan terkumpul. Jadi nampak bahwa selain
digunakan untuk menghilangkan protein dan 1. Pengertian Pigmen
karbohidrat dan menjaga kesetabilan pH lysing Pigmen adalah suatu zat yang berfungsi untuk
buffer, garam juga membantu proses pemekatan menghasilkan warna yang berasal dari daya serap
DNA. (Garam ini sangat bermanfaat ketika (Absropsi) panjang gelombang tertentu. Pigmen
protein yang terdapat pada membran sel bertemu memiliki beberapa jenis yakni klorofil, antosianin,
dengan detergen. Muatan negativ dari DNA karotenoid, dan lain lain.
secara alami akan berikatan dengan muatan positif
2. Provitamin A
dari protein pada membran sel. Garam yang
ditambahkan ini akan meminimalkan daya ikatan Provitamin A adalah suatu jenis vitamin yang
antara DNA dan protein dengan merusak banyak terdapat pada pigmen karotenoid yang
keseimbangan muatan negativ dan positif antara berfungsi untuk memberikan warna kuning atau
keduanya. Dengan demikian DNA akan lebih oranye. Provitamin A juga berfungsi sebagai
mudah dipisahkan. Garam akan berikatan dengan precursor dari senyawa vitamin A yang
gugus fosfat DNA yang bermuatan negativ yang merupakan salah satu jenis vitamin yang larut
dapat membantu DNA mengendap pada saat dalam lemak. Karotenoid yang merupakan sumber
pemberian alcohol dingin. Garam ini dibutuhkan dari provitamin A terdiri dari retinol yang saling
untuk menjaga struktur molekul DNA dan berikatan dan banyak terdapat pada tumbuhan
mengurangi jumlah air yang ada pada fase fenol, hijau yang berfungsi sebagai katalisator
dan memfasilitasi deproteinisasi. garam berfungsi fotosintesis, dan karotenoid banyak terdapat
untuk menjaga asam nukleat tetap berada pada dalam sayuran yang berwarna hijau tua.
medium isotonik. Konsentrasi garam ini
diperlukan untuk menjaga struktur molekul DNA
1.4. Perbandingan dengan hasil pengamatan bisa dibedakan antara 2 zat yang dicampurkan.
praktikum Hal ini sesuai dengan penjelasan pada point 1.3.
Klasifikasi vitamin tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya uji kelarutan vitamin 2.2 Uji Kelarutan Pigmen daun (Provitamin A)
A, B, C, dan E yang dilarutkan dalam media 2.1. Pigmen daun
pelarut yaitu air dan minyak. Berdasarkan hasil
Pigmen daun merupakan pewarna yang
pengamatan diperoleh hasil bahwa:
terkandung dalam sel tumbuhan. Pigmen daun
Jenis Kelarutan biasanya berperan dalam proses fotosintesis.
Vitamin Air Minyak Pigmen daun terdiri dari beberapa macam
Tidak larut Larut diantaranya adalah klorofil, antosianin dan
(warna putih carotenoidMenurut Lichtenthaler (1987),
kekuningan, menyatakan bahwa klorofil memiliki rantai
Fase phytyl yang terikat pada sistem cincin porfirin.
campuran Adanya rantai samping phytil yang
homogen,
A diesterifikasikan dalam kelompok karboksil,
masih
cincin tersebut menunjukkan jenis lipidnya.
terdapat
endapan Klorofil merupakan senyawa yang larut
vitamin dalam lemak yang dapat diekstrak dari jaringan
yang belum tumbuhan oleh pelarut organik seperti aseton,
larut) metanol atau etanol, yang sifatnya dapat
Larut (warna Tidak Larut mengambil air. Hal ini dapat dibuktikan dengan
putih adanya pengamatan uji kelarutan pigmen yang
B kekuningan, menunjukkan bahwa tumbukan daun pepaya
Fase larutan yang dilarutkan dalam air, minyak dan alkohol
homogen) menunjukkan warna yang berbeda.
Larut (warna Tidak larut Ekstrak daun yang dilarutkan dalam air,
kuning , fase filtratnya menunjukkan warna hijau keruh,
C
larutan ekstrak daun yang dilarutkan dalam minyak,
homogen)
filtratnya menunjukkan warna hijau bening
Tidak larut Larut
kekuningan, sedangkan ekstrak daun yang
(antara (warna
vitamin dan kuning dilarutkan dalam alkohol, filtratnya menunjukkan
minyak bening, warna hijau tua pekat. Berdasarkan hasil warna
E tersebut memberikan pembuktian bahwa pigmen
terbentuk 2 sama seperti
fase ) minyak, fase daun akan larut dengan baik jika diekstraksi
campuran menggunakan pelarut alkohol.
homogen)
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan
bahwa vitamin A dan E membentuk fase
campuran yang homogen dalam minyak,
sedangkan vitamin B dan C membentuk
campuran yang homogen dalam air. Hal ini
ditandai dengan perubahan warna dan terbentuk
campuran yang terlihat 1 fase sehingga tidak