Disusun oleh :
Area penyimpanan bahan baku merupakan tempat untuk menyimpan kedelai yang
didapatkan dari para supplier.
2. Area pemotongan dan pencucian kacang kedelai
Gambar di atas menunjukkan proses produksi tempe yaitu ketika kacang kedelai dipotong
dengan menggunakan mesin pemotong.
Gambar tersebut merupakan proses pencampuran ragi dimana kacang kedelai didinginkan
supaya pada saat pencampuran, ragi tidak cepat matang.
4. Area pengkukusan kacang kedelai
Gambar di atas menunjukkan kacang kedelai yang sedang dikukus, waktu pengukusan
sendiri yaitu sekitar 30 menit per 10 kg kacang kedelai.
Ancaman
1. Pesaing
Di dalam mendirikan usaha tentunya ada berbagai macam permasalahan yang muncul,
salah satunya bisa datang dari para pesaing di bidang usaha yang sama, tidak terkecuali
industri tempe yang dimiliki oleh Pak Sapto yang mendapatkan ancaman dari para
pesaing yang berupa usaha – usaha tempe yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Dikarenakan lokasi tempat pembuatan tempe Pak Sapto tidak jauh dari produsen kedelai,
maka tidak heran jika ada beberapa orang yang memiliki usaha tempe selain Pak Sapto
sendiri, hal ini adalah salah satu yang harus diperhatikan oleh Pak Sapto karena jika
produsen tempe yang lain memiliki kualitas tempe yang jauh lebih baik darinya maka ini
merupakan sebuah ancaman bagi kelangsungan usaha tempe Pak Sapto ke depannya.
Selain itu para pesaing juga bisa datang dari para penjual tempe lain di pasar Gunungpati,
tentunya di pasar tersebut ada banyak penjual tempe yang berjualan sesuai dengan
kualitas dan rasanya masing – masing.
2. Harga Bahan Baku
Selain dari pesaing, ancaman usaha tempe Pak Sapto bisa datang dari harga bahan baku
kedelai yang tidak menentu, terlebih lagi jika harganya sedang melonjak naik. Bahan
baku kedelai merupakan salah satu bahan baku yang harganya bisa dikatakan naik turun
sesuai dengan kondisi tertentu, seperti gagal panen yang mengharuskan pemerintah untuk
melakukan impor kedelai, meningkatnya nilai tukar rupiah dengan dolar AS, maupun
kesulitan bagi para produsen tempe untuk mendapatkan kedelai sehingga mengharuskan
mereka untuk membeli bahan baku kedelai dengan lokasi yang jauh dan dengan harga
yang mahal. Usaha pembuatan tempe Pak Sapto kadang terkena imbas dari kenaikan
bahan baku kedelai tersebut dengan rata – rata kenaikan Rp 200,- per kg dan hal ini
menjadikan suatu dilema apakah Pak Sapto akan menaikkan harga tempenya atau tidak
mengingat konsumen juga sangat sensitif terhadap kenaikan harga tempe yang bisa
menyebabkan mereka membeli tempe pada pedagang lain yang belum tentu menaikkan
harga tempenya.
3. Kondisi Cuaca
Cuaca yang buruk terkadang juga bisa menjadi ancaman bagi usaha tempe Pak Sapto.
Curah hujan yang tinggi khususnya di Ungaran yang merupakan wilayah pedesaan adalah
kendala tersendiri karena tanaman kedelai menjadi gagal panen dan menyebabkan Pak
Sapto kadang mengentikan sementara usahanya untuk memproduksi tempe. Cuaca yang
buruk seperti ini juga sering berlangsung selama beberapa hari ke depan, bahkan usaha
pembuatan tempe Pak Sapto pernah berhenti selama hampir dua minggu akibat tidak
adanya kiriman kedelai dari supplier. Tingginya curah hujan juga terjadi di wilayah
Gunungpati yang merupakan tempat untuk Pak Sapto berjualan tempe yang menyebabkan
Pak Sapto tidak bisa berjualan tempe atau sepinya para pembeli yang datang ke pasar
tersebut.
Usulan
1. Pengembangan Usaha dan Produk
Peningkatan pendapatan usaha biasanya juga diiringi dengan pengembangan usaha dan
produk dari industri yang bersangkutan. Untuk meningkatkan penghasilannya, Pak Sapto
perlu mengembangkan usahanya yang bisa dimulai dengan menambah jumlah produksi
tempe per harinya, di samping itu pekerja / karyawan yang dibutuhkan juga perlu
ditambah agar pengerjaannya menjadi semakin ringan dan mudah. Dalam sehari Pak
Sapto bisa memproduksi sekitar 60 tempe, jumlah produksi ini perlu ditambah mungkin
sekitar dua atau tiga kali lipat dari biasanya sehingga pendapatan yang dihasilkan juga
akan meningkat. Selain itu produk tempe yang merupakan usaha pokok juga perlu
dikembangkan, mungkin Pak Sapto bisa membuat berbagai macam olahan gorengan yang
berbahan dasar tempe dan mendirikan usaha warung yang terletak tidak jauh dari
rumahnya sebagai tempat berjualan. Pengembangan usaha dan produk semacam ini perlu
untuk dicoba mengingat pendapatan usahanya juga akan semakin meningkat, karena jika
usaha tempe Pak Sapto hanya mengandalkan produksi tempenya maka risiko kerugian
juga akan muncul jika dilihat dari berbagai ancaman – ancaman yang telah diuraikan di
atas.
2. Kondisi Tempat Usaha
Memiliki tempat usaha yang bersih dan nyaman juga perlu diperhatikan ketika memiliki
sebuah usaha. Kondisi tempat usaha Pak Sapto yang tidak tertata dan kurang bersih juga
merupakan hal yang harus dibenahi demi kenyamanan ketika melakukan produksi tempe.
Misalnya di area penyimpanan bahan baku sendiri yang tampak kurang bersih dan banyak
barang – barang yang tidak berguna tergeletak di tempat tersebut, selain itu di area
pengkukusan kedelai di mana terdapat banyak sampah yang tidak langsung dibuang dan
berserakan di area bawah kompor, hal ini juga akan berimbas pada kebersihkan produk
tempe yang dihasilkan.
3. Inovasi
Inovasi dari sebuah produk sangat perlu untuk dicoba agar usahanya juga semakin
berkembang. Di masyarakat olahan tempe biasanya hanya dilakukan dengan menggoreng
atau menjadikannya sebagai keripik, sebenarnya ada berbagai macam inovasi yang bisa
dikembangkan oleh Pak Sapto agar usahanya juga semakin luas, yaitu dengan membuat
olahan tempe yang unik. Di samping saran untuk mengembangkan usahanya dengan
membuat warung yang menjual olahan gorengan yang berbahan dasar tempe, inovasi
produk juga bisa muncul dengan mengembangkan olahan tempe tersebut menjadi
berbagai macam makanan yang unik, contohnya seperti nugget tempe. Mungkin makanan
seperti nugget merupakan sesuatu yang asing khususnya di masyarakat pedesaan, tetapi
dengan bahan – bahannya yang sederhana dan resepnya yang mudah, inovasi olahan
tempe ini bisa dicoba oleh Pak Sapto agar usahanya semakin berkembang.