Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDUSTRI KECIL

Disusun oleh :

Jovita Dharmawan 16.D1.0290

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
2019
Gambaran Umum Industri Pedesaan (Kecil)
1. Sejarah
Industri kecil pembuatan tempe Pak Sapto merupakan sebuah usaha yang memproduksi
tempe dan sudah berdiri selama kurang lebih satu tahun. Berawal dari niat Pak Sapto dan
istrinya untuk menjadi lebih produktif, maka dengan niat yang baik dan tekad yang kuat
mereka bisa mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang biasa disebut home industry.
Dikarenakan usahanya masih kecil, Pak Sapto belum memiliki karyawan di dalam
menjalankan bisnisnya dan semua hal ia kerjakan sendiri bersama keluarganya.
2. Lokasi
Lokasi industri tempe Pak Sapto terletak di Jl. Tohjoyo 1 No. 8A, Jatisari Gedang Anak,
Kabupaten Ungaran Timur.
3. Produk
Industri tempe Pak Sapto merupakan sebuah usaha yang memproduksi tempe, selain itu
di dalam menjalankan usahanya Pak Sapto memiliki satu buah mesin pemotong kedelai
dimana pengerjaannya ia lakukan sendiri bersama dengan keluarganya. Industri tempe
Pak Sapto dalam sehari dapat memproduksi 59 bungkus tempe dengan berat pembungkus
sebesar 6 ons.
4. Area Pemasaran
Penjualan tempe dilakukan di pasar Gunungpati pada pagi hari dan dilakukan oleh ibu
dan istri dari Pak Sapto.
5. Proses Produksi
Di dalam pembuatan tempe, terdapat empat tahap yang harus dilakukan, yaitu yang
pertama pencucian dan pengkukusan kacang kedelai, lalu pemotongan dan pembersihan
cangkang kedelai, kemudian pengkukusan kembali pada kacang kedelai yang sudah
terpotong, serta pencampuran ragi dan pembungkusan tempe. Proses produksi ini
dilakukan pada pagi hari setelah Pak Sapto mengantar ibu dan istrinya ke pasar
Gunungpati untuk menjual tempe yang sudah jadi. Proses pembuatan tempe ini
membutuhkan waktu empat hari dari bahan baku sampai produk jadi dan kemudian siap
untuk dijual. Dalam pembuatan tempe tentunya terdapat limbah dari proses
pembuatannya, tetapi sudah ada orang – orang yang mengambil dan menjadikannya
sebagai makanan ternak.

Tahap – tahap pembuatan tempe :


 Pencucian dan pengkukusan kacang kedelai
Pada tahapan ini, kedelai diambil dari tempat penyimpanan bahan baku, pengambilan
kedelai dalam sehari biasanya sebesar 30 kg kacang kedelai. Kacang kedelai yang
sudah diambil dari tempat bahan baku tersebut kemudian dicuci hingga bersih dengan
membuang kotoran seperti biji jagung yang tercampur pada kacang kedelai dan
serabut kayu. Setelah dicuci, proses selanjutnya yaitu pengkukusan kacang kedelai
yang tidak boleh dilakukan secara bersamaan, tetapi hanya bisa dilakukan per 10 kg,
sehingga terdapat tiga kali proses pengkukusan dimana rata – rata waktu pengkukusan
selama 30 menit. Ketika proses pengkukusan selesei, kacang kedelai tersebut dituang
pada tong / ember dimana setiap tong / ember berisikan 10 kg kacang kedelai beserta
air kukusan, kemudian kacang kedelai tersebut didiamkan selama sehari.
 Pemotongan dan pembersihan cangkang kacang kedelai
Tahap kedua ini dilakukan dengan memotong kacang kedelai menggunakan mesin
pemotong, dimana pemotongan ini bertujuan untuk memecahkan kacang kedelai dan
memisahkannya dari cangkang. Setelah proses pemotongan selesei, tahap selanjutnya
dilakukan proses pencucian yang bertujuan untuk memisahkan kacang kedelai dengan
cangkangnya, pencucian ini menggunakan saringan / ayakan. Limbah yang dihasilkan
pada proses ini berupa air rendaman dan cangkang kedelai untuk kemudian disimpan
di dalam tong / ember yang akan diambil oleh orang – orang.
 Pengkukusan kacang kedelai yang sudah terpotong
Tahap ketiga ini merupakan proses pengkukusan kacang kedelai yang sudah terpotong
dan dicuci hingga bersih. Proses pengkukusan ini dilakukan pada setiap 10 kg kacang
kedelai sehingga terdapat tiga kali pengkukusan dan rata – rata waktu yang
dibutuhkan selama 20 menit. Setelah selesai dikukus, kacang kedelai kemudian
diangkat dan didiamkan hingga dingin.
 Pencampuran ragi dan pembungkusan tempe
Tahap terakhir proses pembuatan tempe yaitu pencampuran ragi dengan kacang
kedelai dimana hal ini dilakukan setelah kacang kedelai yang sebelumnya dikukus
telah menjadi dingin, hal ini dilakukan untuk menghindari tempe menjadi tidak
matang jika diberi ragi tetapi masih dalam keadaan panas. Pembungkusan tempe
dilakukan setelah proses pencampuran ragi, dimana setiap bungkus berisi 6 ons tempe
dengan cara didiamkan di rak selama satu hari untuk kemudian dijual pada pagi
harinya.
Gambar Kondisi Tempat Produksi
1. Area penyimpanan bahan baku

Area penyimpanan bahan baku merupakan tempat untuk menyimpan kedelai yang
didapatkan dari para supplier.
2. Area pemotongan dan pencucian kacang kedelai

Gambar di atas menunjukkan proses produksi tempe yaitu ketika kacang kedelai dipotong
dengan menggunakan mesin pemotong.

3. Area pencampuran ragi dan pembungkusan tempe


Gambar di atas menunjukkan beberapa tempe yang telah diberi ragi dan ditaruh di rak
untuk kemudian siap dibungkus.

Gambar tersebut merupakan proses pencampuran ragi dimana kacang kedelai didinginkan
supaya pada saat pencampuran, ragi tidak cepat matang.
4. Area pengkukusan kacang kedelai
Gambar di atas menunjukkan kacang kedelai yang sedang dikukus, waktu pengukusan
sendiri yaitu sekitar 30 menit per 10 kg kacang kedelai.

Ancaman
1. Pesaing
Di dalam mendirikan usaha tentunya ada berbagai macam permasalahan yang muncul,
salah satunya bisa datang dari para pesaing di bidang usaha yang sama, tidak terkecuali
industri tempe yang dimiliki oleh Pak Sapto yang mendapatkan ancaman dari para
pesaing yang berupa usaha – usaha tempe yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Dikarenakan lokasi tempat pembuatan tempe Pak Sapto tidak jauh dari produsen kedelai,
maka tidak heran jika ada beberapa orang yang memiliki usaha tempe selain Pak Sapto
sendiri, hal ini adalah salah satu yang harus diperhatikan oleh Pak Sapto karena jika
produsen tempe yang lain memiliki kualitas tempe yang jauh lebih baik darinya maka ini
merupakan sebuah ancaman bagi kelangsungan usaha tempe Pak Sapto ke depannya.
Selain itu para pesaing juga bisa datang dari para penjual tempe lain di pasar Gunungpati,
tentunya di pasar tersebut ada banyak penjual tempe yang berjualan sesuai dengan
kualitas dan rasanya masing – masing.
2. Harga Bahan Baku
Selain dari pesaing, ancaman usaha tempe Pak Sapto bisa datang dari harga bahan baku
kedelai yang tidak menentu, terlebih lagi jika harganya sedang melonjak naik. Bahan
baku kedelai merupakan salah satu bahan baku yang harganya bisa dikatakan naik turun
sesuai dengan kondisi tertentu, seperti gagal panen yang mengharuskan pemerintah untuk
melakukan impor kedelai, meningkatnya nilai tukar rupiah dengan dolar AS, maupun
kesulitan bagi para produsen tempe untuk mendapatkan kedelai sehingga mengharuskan
mereka untuk membeli bahan baku kedelai dengan lokasi yang jauh dan dengan harga
yang mahal. Usaha pembuatan tempe Pak Sapto kadang terkena imbas dari kenaikan
bahan baku kedelai tersebut dengan rata – rata kenaikan Rp 200,- per kg dan hal ini
menjadikan suatu dilema apakah Pak Sapto akan menaikkan harga tempenya atau tidak
mengingat konsumen juga sangat sensitif terhadap kenaikan harga tempe yang bisa
menyebabkan mereka membeli tempe pada pedagang lain yang belum tentu menaikkan
harga tempenya.
3. Kondisi Cuaca
Cuaca yang buruk terkadang juga bisa menjadi ancaman bagi usaha tempe Pak Sapto.
Curah hujan yang tinggi khususnya di Ungaran yang merupakan wilayah pedesaan adalah
kendala tersendiri karena tanaman kedelai menjadi gagal panen dan menyebabkan Pak
Sapto kadang mengentikan sementara usahanya untuk memproduksi tempe. Cuaca yang
buruk seperti ini juga sering berlangsung selama beberapa hari ke depan, bahkan usaha
pembuatan tempe Pak Sapto pernah berhenti selama hampir dua minggu akibat tidak
adanya kiriman kedelai dari supplier. Tingginya curah hujan juga terjadi di wilayah
Gunungpati yang merupakan tempat untuk Pak Sapto berjualan tempe yang menyebabkan
Pak Sapto tidak bisa berjualan tempe atau sepinya para pembeli yang datang ke pasar
tersebut.

Usulan
1. Pengembangan Usaha dan Produk
Peningkatan pendapatan usaha biasanya juga diiringi dengan pengembangan usaha dan
produk dari industri yang bersangkutan. Untuk meningkatkan penghasilannya, Pak Sapto
perlu mengembangkan usahanya yang bisa dimulai dengan menambah jumlah produksi
tempe per harinya, di samping itu pekerja / karyawan yang dibutuhkan juga perlu
ditambah agar pengerjaannya menjadi semakin ringan dan mudah. Dalam sehari Pak
Sapto bisa memproduksi sekitar 60 tempe, jumlah produksi ini perlu ditambah mungkin
sekitar dua atau tiga kali lipat dari biasanya sehingga pendapatan yang dihasilkan juga
akan meningkat. Selain itu produk tempe yang merupakan usaha pokok juga perlu
dikembangkan, mungkin Pak Sapto bisa membuat berbagai macam olahan gorengan yang
berbahan dasar tempe dan mendirikan usaha warung yang terletak tidak jauh dari
rumahnya sebagai tempat berjualan. Pengembangan usaha dan produk semacam ini perlu
untuk dicoba mengingat pendapatan usahanya juga akan semakin meningkat, karena jika
usaha tempe Pak Sapto hanya mengandalkan produksi tempenya maka risiko kerugian
juga akan muncul jika dilihat dari berbagai ancaman – ancaman yang telah diuraikan di
atas.
2. Kondisi Tempat Usaha
Memiliki tempat usaha yang bersih dan nyaman juga perlu diperhatikan ketika memiliki
sebuah usaha. Kondisi tempat usaha Pak Sapto yang tidak tertata dan kurang bersih juga
merupakan hal yang harus dibenahi demi kenyamanan ketika melakukan produksi tempe.
Misalnya di area penyimpanan bahan baku sendiri yang tampak kurang bersih dan banyak
barang – barang yang tidak berguna tergeletak di tempat tersebut, selain itu di area
pengkukusan kedelai di mana terdapat banyak sampah yang tidak langsung dibuang dan
berserakan di area bawah kompor, hal ini juga akan berimbas pada kebersihkan produk
tempe yang dihasilkan.
3. Inovasi
Inovasi dari sebuah produk sangat perlu untuk dicoba agar usahanya juga semakin
berkembang. Di masyarakat olahan tempe biasanya hanya dilakukan dengan menggoreng
atau menjadikannya sebagai keripik, sebenarnya ada berbagai macam inovasi yang bisa
dikembangkan oleh Pak Sapto agar usahanya juga semakin luas, yaitu dengan membuat
olahan tempe yang unik. Di samping saran untuk mengembangkan usahanya dengan
membuat warung yang menjual olahan gorengan yang berbahan dasar tempe, inovasi
produk juga bisa muncul dengan mengembangkan olahan tempe tersebut menjadi
berbagai macam makanan yang unik, contohnya seperti nugget tempe. Mungkin makanan
seperti nugget merupakan sesuatu yang asing khususnya di masyarakat pedesaan, tetapi
dengan bahan – bahannya yang sederhana dan resepnya yang mudah, inovasi olahan
tempe ini bisa dicoba oleh Pak Sapto agar usahanya semakin berkembang.

Anda mungkin juga menyukai