Critical Appraisal Jurnal Interna
Critical Appraisal Jurnal Interna
9. Pendahuluan
Rasionalisasi : penelitian ini melakukan penilaian terhadap prevalensi hipertensi pada
pasien epistaksis dan ingin mengetahui apakah hipertensi adalah faktor penyebab atau
resiko dari epistaksis.
Tujuan : penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara epistaksis dan
hipertensi, kekambuhan serta pengendaliannya.
10. Metode
Protokol dan pendaftaran :
Penelitian ini adalah penelitian prospektif yang dilakukan di Pusat Medis Olaya (Riyadh)
selama periode dari Mei 2013 hingga Juni 2014. Protokol penelitian telah disetujui oleh
komite etik pusat. Sebanyak 80 pasien dibagi menjadi dua kelompok besar, grup A terdiri
dari 40 pasien yang datang dengan epistaksis idiopatik. Grup B terdiri dari 40 pasien
sebagai kelompok kontrol
Kriteria inklusi :
Pasien berusia lebih dari 18 tahun yang datang ke klinik telinga, hidung dan tenggorokan
(THT) turut diikutkan dalam penelitian setelah menandatangani inform conset secara
tertulis
Kriteria eksklusi untuk bayi adalah :
Pasien dengan riwayat trauma di hidung, patologi lokal, penyakit sistemik, gangguan
perdarahan, pasien yang sendang mengkonsumsi obat aspirin, klopidogreal dan
antikoagulan, dan anak anak akan dikeluarkan dari penelitian
Pada pasien diberikan intervensi berupa :
- Pemeriksaan rhinoskopi anterior posterior
- Penatalaksanaan epistaksis
- Penilaian tekanan darah selama 24 jam
-
Pemeriksaan tekanan darah selama 24 jam dilakukan sebagai berikut :
Penilaian pertama dilakukan sebelum tindakan rinoskopi; pembacaan kedua diambil 20 menit
dan 1 jam setelah penanganan epistaksis; penialian pertama dihilangkan dan hasil akhirnya
dikalkulasikan sebagai rata rata antara nilai perhitungan kedua dan ketiga.
Selama minggu minggu follow up, ABPM diberikan dalam kurun waktu 24 jam menggunakan
alat bermerek oscar 2, sunTech medical ich. Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar
bilamana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau diastolik dengan nilai ≥90 mmHg atau
menggunakan terapi anti hipertensi. Hipertensi saat pengukuran tekanan darah 24 jam
didefinisikan ketika tekanan darah sistolik rata rata hariannya sama atau lebih besar dari 135
mmHg atau ketika tekanan darah diastolik rata rata hariannya sama atau lebih besar dari 85
mmHg,
ENDOINT PRIMER PENELITIAN :
Outcome primer penelitian ini adalah menilai hubungan antara hipertensi dan epistaksis
ENDPOINT SEKUNDER
Outcome sekunder : tidak ada
Follow Up
Kedua kelompok pasien difollow up tekanan darahnya dalam kurun waktu 24 jam
Analisis tambahan
Penelitian ini memiliki outcome utama yakni :
- Hubungan antara hipertensi dan epistaksis
tidak ada analisa tambahan pada penelitian ini.
Diskusi
Kesimpulan dari adanya bukti penelitian
- Tekanan darah saat awal keluhan pada kedua kelompok berada pada nilai normal, dan
hipertensi awal ditemukan pada 14 orang pasien dengan epistaksis (35%) dan 16 pasien
kontrol (40%). Peningkatan tekanan darah saat awal mungkin karena pasien khawatir
ketika melihat darah.
- Kikidis dan rekan menyimpulkan adanya peningkatan tekanan darah selama episode
perdarahan nasal tidak dapat dianggap memiliki hubungan kausatif dengan epistaksis
karena adanya faktor perancu seperti stres dan fenomena jubah putih/white coat
pehmonenon atau takut doker, namun dapat mengarahkan pada diagnosis awal dari
hipertensi arteri.
- Tidak ada perbedaan yang signifikan antar kedua kelompok penelitian. Berbagai
temuan ini mengindikasikan tidak ada nya hubungan antara epistaksis dan hipertensi.
- Prevalensi hipertentensi pada pasien dengan epistaksis dilaporkan mulai dari 24 hingga
64%. Tehodosis dan rekan menemukan bahwa diagnosis final
- terdapat korelasi positif antara jumlah serangan dengan pembacaan tekanan darah
termasuk saat awal keluhan, ABPM dan tekanan darah di bulan ke tiga. Hal ini
mengindikasikan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol berkaitan dengan serangan
epistaksis yang berjumlah lebih dari satu dan juga bahwa epistaksis mungkin sulit untuk
dikontrol pada pasien dengan hipertensi tak terkontrol
- Tekanan darah sistolik saat keluhan awal secara signifikan lebih tinggi pada pasien
yang membutuhkan intervensi terapi yang lebih kompleks, seperti pack, ballon atau
kauter dari pada pasien yang hanya ditangani dengan pertolongan sederhana saja. Hal
ini mengindikasikan bahwa hipertensi akan mempersulit penanganan epistaksis
Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat kami simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara hipertensi dan
epistaksis, dan bahwa epistaksis tidak diawali dari tekanan darah yang tinggi. Meskipun begitu,
epistaksis akan lebih sulit untuk dikontrol pada pasien hipertensi. Karena keterbatasan jumlah
pasien dan singkatnya durasi follow up, studi dengan skala lebih besar sangatlah dibutuhkan
untuk mengetahui permasalahan ini.
Etik Penelitian
Protokol penelitian telah disetujui oleh komite etik pusat.