Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, LEVERAGE,

SALES GROWTH DAN OPERATING CAPACITY TERHADAP


FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR (TERDAFTAR DI BEI)

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

RETA EMININGTYAS
NIM : 2013310212

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2017
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, LEVERAGE, SALES
GROWTH DAN OPERATING CAPACITY TERHADAP
FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR (TERDAFTAR DI BEI)

Reta Eminingtyas
STIE Perbanas Surabaya
Email : retaeminingtyas@gmail.com

Riski Aprillia Nita


STIE Perbanas Surabaya
Email: riski@perbanas.ac.id
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

Financial distress is a condition where a decline in finances before the bankruptcy of a


company. This study is meant to examine the effect of Firm Size, Liquidity, Leverage, Sales
Growth and Operating Capacity of Financial Distress in manufacturing companies (listed on
the Stock Exchange). The study period is 2013-2015. Engineering research sample selection
using purposive sampling technique in the presence of certain criteria and obtain 312
companies as research samples. Data analysis technique used is logistic regression. The
results of analysis of this study it states that the size of the company does not take effect and
have a negative direction, the liquidity effect and had a negative direction, leverage and has
no effect positive direction, sales growth had no effect and has a positive direction and
operating capacity influential and has a positive direction.

Keywords : Financial Distress,Firm Size, Liquidity, Leverage, Sales Growth, Operating


Capacity

PENDAHULUAN meningkatkan persaingan dengan


Pada persaingan antar perusahaan saat menjadikan produk-produk yang
ini menyebabkan sektor ekonomi diciptakan perusahaan menjadi lebih baik.
mengalami perubahan yang pesat. Emiten telekomunikasi PT Bakrie
Perkembangan dan kemajuan antar Telecom Tbk (BTEL) mengalami
perusahaan dituntut mampu bersaing kesulitan keuangan dengan memposting
dengan perusahaan lain sehingga nilai kerugian hingga Rp 3,65 triliun di
diharapkan dapat meningkatkan kuartal III 2015. Akibatnya, perseroan
keuntungan perusahaan tersebut. terpaksa menjelma menjadi pemain
Perusahaan yang tidak siap dalam aplikasi Esia Talk. Perseroan melakukan
menghadapi persaingan dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
perusahaan lain akan terjadi menurunnya karena ingin fokus bermain di
penjualan yang akan mempengaruhi aplikasi. Sayangnya, proses PHK yang
laporan keuangan. Di Indonesia sendiri berjalan mulus dinodai dengan kasus
sudah memasuki Masyarakat Ekonomi pembayaran pesangon yang belum
Asean (MEA) atau pasar bebas dalam tuntas. Berdasarkan paparan kinerja
lingkungan Asean mulai tahun 2015 yang perseroan di kuartal III 2015, pemicu
dapat menuntut perusahaan untuk utama dari kerugian pemilik merek

1
dagang Esia ini adalah beban perusahaan, kelangsungan usaha perusahaan tercatat
rugi dari selisih kurs, ditambah dengan sebagai perusahaan terbuka.
turunnya pendapatan. (ekbis.sindonews.com)
(bisniskeuangan.kompas.com) Permasalahan yang terjadi pada
Terdapat beberapa perusahaan yang perusahaan yang di delisting di Bursa
mengalami delisted dari Bursa Efek Efek Indonesia tersebut membuat
Indonesia setiap tahunnya diantaranya perusahaan-perusahaan lain harus
terdapat PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) mengantisipasi keberlangsungan usaha
resmi delisting tahun 2014, total emiten sebagai pasar terbuka. Banyak perusahaan
yang keluar dari papan pencatatan Bursa yang berkembang maju dan banyak
Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2014 ada perusahaan yang mengalami kemunduran
dua perusahaan. Satu perusahaan lainnya dalam perkembangannya karena gagal
adalah PT Asia Natural Resources Tbk dalam melakukan persaingan dengan
(ASIA). Otoritas BEI menendang keluar perusahaan lain yang melakukan inovasi
(forced delisting) kedua emiten ini karena dari produk-produknya. Dengan adanya
isu keberlangsungan usaha yang hal tersebut maka dapat dilakukan analisis
menghkhawatirkan. Selain itu, saham mengenai kemungkinan terjadi financial
DAVO juga telah mengalami suspensi distress.
lebih dari dua tahun lamanya. Saham Penelitian tentang financial distress
emiten kakao ini telah diberhentikan menunjukkan keanekaragaman hasil
perdagangannya sejak 9 Maret 2012. BEI misalnya, I Gusti dan Ni Ketut (2015)
tengah melakukan pemeriksaan dan menunjukkan ukuran perusahaan tidak
memproses tindakan delisting paksa atas berpengaruh terhadap financial distress.
DAVO. Jika dirunut dalam tiga tahun ke Hasil penelitian menurut Ni Luh dan Ni
belakang, tahun 2014, jumlah emiten yang Ketut (2015), likuiditas berpengaruh
keluar dari BEI paling sedikit. Tahun terhadap financial distress, sedangkan
2013, jumlah emiten yang cabut dari menurut Okta (2015) likuiditas tidak
papan BEI ada tujuh emiten. Seluruhnya berpengaruh terhadap financial distress.
mengalami delisting paksa dari BEI. Menurut Liliananda (2015) tingkat
Kemudian, di tahun 2012 ada empat leverage tidak berpengaruh terhadap
emiten yang keluar. financial distress, sedangkan menurut
(investasi.kontan.co.id). Viggo (2014), tingkat leverage
Direktur Utama BEI, Ito Warsito berpengaruh terhadap financial distress.
mengatakan, langkah dalam delisting Sales growth menunjukkan berpengaruh
tersebut adalah langkah wajib yang harus terhadap financial distress menurut Viggo
diambil otoritas bursa untuk melindungi (2014). Operating capacity berpengaruh
potensi timbulnya kerugian, baik di sisi terhadap financial distress menurut Okta
investor mupun perusahaan itu sendiri. (2015)
Adapun acuan yang dipakai oleh BEI Penelitian ini menggunakan sektor
dalam menghapus saham perusahaan manufaktur, karena perusahaan
tercatat, adalah Peraturan Bursa Nomor II manufaktur memiliki pengaruh yang
tentang Penghapusan Pencatatan sangat besar di Indonesia khususnya pada
(Delisting) dan Pencatatan Kembali faktor perekonomian dan sektor
(Relisting) Saham di Bursa Ketentuan III. manufaktur merupakan setor yang paling
Dalam peraturan tersebut disebutkan baik dibandingkan dengan setor lainnya.
bahwa BEI menghapus pencatatan saham
Perusahaan Tercatat apabila Perusahaan
Tercatat mengalami sekurang-kurangnya
satu kondisi atau peristiwa, yang secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap

2
RERANGKA TEORITIS YANG mengalami kondisi financial distress. I
DIPAKAI DAN HIPOTESIS Gusti dan Ni Ketut (2015) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki
Teori Sinyal pengaruh terhadap financial distress.
Teori sinyal merupakan teori yang dapat H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh
menunjukkan adanya asimetri informasi terhadap Financial Distress.
antara manajemen dengan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan informasi Hubungan Likuiditas Terhadap
dalam perusahaan tersebut. Pada teori Financial Distress
sinyal ini merupakan asumsi dari Perusahaan melakukan likuiditas untuk
informasi yang diterima oleh pihak-pihak menjalankan aktivitas bisnis perusahaan
yang berkepentingan tidak sama. Teori sehari-hari. Likuiditas juga dapat
sinyal juga dapat mengungkapkan laporan dilakukan untuk menutupi kewajiban
keuangan dari bagaimana perusahaan lancar perusahaan dengan memanfaatkan
memberikan sinya-sinyal tersebut. aset lancar. Perusahaan yang memiliki
Menurut Hendrianto (2012:63) teori likuiditas yang tinggi maka akan terhindar
sinyal dalam topik financial distress dari kondisi financial distress. Likuiditas
menjelaskan bahwa jika kondisi keuangan yang tinggi dapat menunjukkan sinyal
dan prospek perusahaan baik, manajer yang baik dan positif bagi investor dan
memberi sinyal dengan kreditur karena perusahaan dianggap telah
menyelenggarakan akuntansi liberal. mampu untuk menutupi kewajiban
Menurut Viggo (2014) teori sinyal lancarnya dan dianggap baik untuk
menunjukkan tindakan yang diambil oleh pengelolaannya. Likuiditas yang rendah
manajemen perusahaan untuk dapat menyebabkan perusahaan
memberikan petunjuk kepada invesor mengalami financial distress. Penelitian
tentang bagaimana manajemen menilai yang dilakukan I Gusti dan Ni Ketut
prospek perusahaan tersebut. Perusahaan (2015) menunjukkan bahwa likuiditas
yang mengalami bad news dapat berpengaruh terhadap financial distress.
menunjukkan bahwa hal tersebut H2: Likuiditas berpengaruh terhadap
merupakan sinyal yang buruk bagi Financial Distress.
investor untuk dapat menanamkan
modalnya. Sebaliknya dengan perusahaan Hubungan Leverage Terhadap
yang mengalami good news akan Financial Distress
menjadikan sinyal yang baik bagi investor Leverage dapat menunjukkan kemampuan
agar dapat menanamkan modalnya di perusahaan untuk melunasi hutang-hutang
perusahaan tersebut. Informasi perusahaan yang didapatkan dari kreditur. Besarnya
yang dikeluarkan oleh perusahaan salah jumlah pinjaman perusahaan maka akan
satunya adalah laporan keuangan. semakin tinggi pula tingkat suku bunga
yang diminta oleh kreditur. Hal tersebut
Hubungan Ukuran Perusahaan yang menunjukkan sinyal untuk kreditur,
Terhadap Financial Distress karena besarnya hutang perusahaan dapat
Ukuran perusahaan dapat menggambarkan memungkinkan perusahaan tidak mampu
total aset yang dimiliki perusahaan dalam melunasi hutang-hutang perusahaan saat
kondisi tertentu. Perusahaan yang jatuh tempo. Selain dapat menjadi sinyal
memiliki aset yang besar dapat untuk kreditur, perusahaan yang
menunjukkan sinyal untuk para investor memungkinkan tidak mampu melunasi
maupun kreditur yang akan melakukan hutang-hutangnya juga dapat
investasi maupun memberikan kredit. menyebabkan terjadinya financial distress
Perusahaan yang memiliki total aset yang jika tidak dilakukan penanganan secara
kecil dapat memungkinkan perusahaan cepat. Leverage yang tinggi dapat

3
menyebabkan perusahaan mengalami financial distress perusahaan. Hal tersebut
kondisi financial distress. Penelitian yang dapat membuat sinyal bagi investor
dilakukan oleh Viggo (2014) menyatakan maupun kreditur untuk melakukan
bahwa leverage berpengaruh terhadap investasi dan kreditnya di perusahaan
financial distress. karena perusahaan telah dinilai baik untuk
H2: Likuiditas berpengaruh terhadap mengatur keuangan perusahaan.
Financial Distress. Operating capacity yang rendah dapat
Hubungan Sales Growth Terhadap berpengaruh terhadap kondisi financial
Financial Distress distress. Penelitian yang dilakukan oleh
Sales growth dapat menjadi ukuran dari Okta (2015) dan Ni Luh dan Ni Ketut
keberhasilan investasi yang terjadi pada (2015) yang menunjukkan bahwa
periode lalu, sehingga dapat dijadikan operating capacity berpengaruh terhadap
prediksi pertumbuhan perusahaan di masa financial distress.
yang akan datang. Sales growth dapat H5: Operating Capacity berpengaruh
mempengaruhi keuntungan yang dimiliki terhadap Financial Distress.
perusahaan di masa yang akan datang.
Sales growth yang tinggi dapat METODE PENELITIAN
meningkatkan pendapatan perusahaan dari Rancangan Penelitian
hasil penjualan yang terjadi selama Berdasarkan tujuan penelitian yang
periode tertentu pada perusahaan tersebut. dijelaskan, maka penelitian ini
Hal tersebut menjadi sinyal bagi investor menggunakan penelitian kuantitatif.
maupun kreditur karena sales growth Penelitian kuantitatif merupakan
perusahaan yang tinggi maka akan penelitian yang pengujian berupa angka
mempengaruhi aset dan laba perusahaan, dan analisis menggunakan uji statistik.
sehingga investor dan kreditur tertarik Jenis sumber data dalam penelitian ini
utuk memberikan investasi dan kredit menggunakan data sekunder, yang
kepada perusahaan. Sales growth diambil dari laporan tahunan perusahaan
menunjukkan angka yang rendah dapat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
menyebabkan perusahaan mengalami
kondisi financial distress karena Batasan Penelitian
penjualan yang turun dari periode lalu Terdapat beberapa batasan dalam
sehingga dapat mempengaruhi aset, laba, penelitian ini, yaitu:
dan hutang perusahaan. Hasil penelitian 1. Ruang lingkup penelitian ini berfokus
yang dilakukan Ni Luh dan Ni Ketut pada perusahaan sektor manufaktur
(2015) yang memberikan hasil bahwa yang terdaftar di BEI selama tahun
sales growth berpengaruh terhadap 2013-2015 dan laporan keuangan
financial distress. perusahaan telah dipublikasikan di
H4: Sales growth berpengaruh Bursa Efek Indonesia.
terhadap Financial Distress. 2. Pada penelitian ini menggunakan lima
variabel independen yaitu Ukuran
Hubungan Operating Capacity Perusahaan, Likuiditas, Leverage,
Terhadap Financial Distress Sales Growth, dan, Operating
Operating capacity dapat mengukur Capacity.
efisiensi dari perputaran total aset yang
dapat diukur dari volume penjualan Identifikasi Variabel
sehingga dapat menunjukkan kemampuan Variabel yang digunakan dalam penelitian
aset yang dapat menciptakan penjualan. ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel
Tingkat operating capacity yang dependen dan variabel independen.
menunjukkan semakin tinggi hasil dari Variabel yang digunakan dalam penelitian
rasio ini maka akan terhindar dari kondisi ini:

4
1. Variabel dependen (Y) adalah kewajibannya tepat waktu maka
Financial Distress. perusahaan tersebut memiliki peluang
2. Variabel independen (X) adalah lebih kecil mengalami financial distress.
Ukuran Perusahaan (X1), Likuiditas Rasio likuiditas merupakan indikator
(X2), Leverage (X3), Sales Growth (X4) penting untuk mengukur kewajiban
dan Operating Capacity (X5). keuangan perusahaan. Pada penelitian ini
menggunakan rasio lancar (current ratio)
untuk mengetahui sejauh mana jumlah
Definisi Operasional dan Pengukuran aset lancar dalam memenuhi
Variabel kewajibannya. Nilai current ratio yang
Financial Distress baik adalah bernilai dua.
Financial Distress merupakan suatu Perhitungan current ratio menurut Dwi
kondisi dimana perusahaan mengalami Prastowo (2011;84) adalah:
kesulitan dalam keuangan yang
disebabkan oleh perusahaan yang tidak Current Ratio = Aset Lancar
dapat membayar hutang jangka pendek Hutang
atau hutang jangka panjangnya kepada Lancar
kreditur. Financial distress diukur melalui
rugi bersih sebelum pajak selama dua Leverage
tahun berturut-turut. Dummy digunakan Rasio leverage adalah modal yang
sebagai pengukuran pembeda kategori dimiliki oleh perusahaan berasal dari
perusahaan yang mengalami kondisi hutang. Rasio leverage ini dapat
financial distress (1) dan perusahaan yang mengukur perbandingan dana yang
terhindar dari kondisi financial distress dipinjam dari kreditur. Perusahaan yang
(0). membiayai ekuitas atau modalnya
menggunakan hutang dengan nilai yang
Ukuran Perusahaan tinggi maka akan dapat mengakibatkan
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan tejadinya financial distress. Menurut
aset yang dimiliki oleh perusahaan besar Sofyan (2013:303) berikut pehitungan
ataukah kecil. Jika dalam perusahaan dari total debt to equity ratio:
memiliki aset yang kecil akan
memungkinkan perusahaan mengalami Total Debt to = Total Kewajiban
financial distress. Perusahaan yang Equity Ratio Total Aset
memiliki total aset yang besar akan lebih
kecil mengalami kemungkinan dalam
Sales Growth
financial distress karena mampu untuk
Merupakan salah satu faktor yang dapat
melunasi kewajiban masa depannya. Jika
mempengaruhi keberhasilan dalam
perusahaan memiliki total aset yang kecil
investasi perusahaan. Hal ini juga dapat
akan memungkinkan mengalami financial
memprediksi pertumbuhan penjualan di
distress, dikarenakan kewajiban masa
periode yang akan datang. Perusahaan
depannya semakin bertambah dan
yang memiliki sales growth yang kecil
perusahaan tidak bisa melunasinya.
memungkinkan perusahaan tersebut
Menurut I Gusti dan Ni Ketut (2015),
mengalami financial distress.
pengukuran ukuran perusahaan dapat
Perhitungan sales growth menurut Sofyan
diukur dengan rumus:
(2013;309) dihitung dengan rumus
Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset) sebagai berikut:
Sales Growth = Pj Th1 – Pj Th0
Likuiditas Pj Th0
Likuiditas adalah suatu perusahaan
memiliki aset yang dapat membayar

5
Operating Capacity Teknik Analisis Data
Operating capacity merupakan suatu Metode analisis yang digunakan pada
penggambaran dari kemampuan penelitian ini adalah analisis data statistik
perusahaan dalam menggunakan aset yang deskriptif dan regresi logistik.
dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Analisis Statistik Deskriptif
Operating capacity yang diproksikan total Menurut Imam (2011: 19), analisis
asset turn over dapat mengetahui suatu statistik deskriptif memberikan deskripsi
efektivitas penggunaan aset dalam suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
menghasilkan penjualan. Perusahaan yang (mean), standar deviasi, varian, minimum,
memiliki tingkat operating capacity yang maksimum, sum, range, kurtosis dan
rendah dapat menunjukkan bahwa skewness (kemencengan distribusi).
perusahaan mengalami financial distress. Pengujian ini memberikan gambaran
Perhitungan operating capacity menurut mengenai distribusi dan perilaku data
Sofyan (2013;309) dihitung dengan rumus sampel.
sebagai berikut:
Operating Capacity = Penjualan Analisis Data Regresi Logistik
Total Aset Penelitian ini menggunakan analisis data
regresi logistik dengan bertujuan agar
penelitian ini dapat memprediksi variabel
Populasi Sampel dan Teknik independen terhadap vaiabel dependen
Pengambilan Sampel yang ada. Dimana rumus dari model
Populasi yang digunakan dalam penelitian regresi logistik adalah sebagai berikut :
ini adalah menggunakan perusahaan yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia). = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ b5X5
Sampel penelitin ini merupakan
perusahaan manufaktur selama periode Keterangan :
2013-2015. Teknik pengambilan sampel P : Probabilitas dalam perusahaan
yang digunakan pada penelitian ini yang mengalami financial distress
menggunakan metode purposive sampling b0 : Konstanta
yaitu dalam pengambilan sampelnya b1X1 : Ukuran Perusahaan
menggunakan beberapa kriteria-kriteria b2X2 : Likuiditas
tertentu. Dan kriteria-kriteria dari b3X3 : Leverage
penelitian ini adalah : b4X4 : Sales Growth
1. Perusahaan dalam sektor Manufaktur b5X5 : Operating Capacity
di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2015. Dalam menentukan kelayakan uji model
2. Perusahaan manufaktur yang memiliki regresi ini dapat menggunakan nilai model
laporan keuangan yang telah diaudit fit :
oleh perusahaan. a) Log Likehood Value
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan Menurut Imam (2011:340) Log Likehood
keuangan yang menyediakan data yang Value model merupakan probabilitas
diperlukan untuk variabel penelitian bahwa model yang dihipotesakan
yaitu ukuran perusahaan, likuiditas, menggambarka data input.
leverage, sales growth dan operating b) Nagelkerke R Square
capacity. Menurut Imam Ghozali (2011:341)
4. Perusahaan manufaktur yang Nagelkerke R Square merupakan
menyajikan laporan keuangan dengan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell’s
rasio mata uang rupiah. untuk memastikan bahwa nilainya
bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu).

6
c) Hosmer and Lemeshow’s Goodness of 1. Financial Distress (FD)
Fit Test Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah
Dalam uji model ini diperhatikan dalam pengukuran (N), nilai rata-rata (mean) dan
nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness standar deviasi untuk financial distress
of Fit Test. Jika Hosmer and Lemeshow’s dam non financial distress. Perusahaan
Goodness of Fit Test memiliki nilai ≤ 0,05 yang mengalami financial distress,
maka H0 ditolak, jika Hosmer and memiliki data sebesar 33 dari perusahaan
Lemeshow’s Goodness of Fit Test manufaktur. Nilai rata-rata (mean)
memiliki nilai ≥ 0,05 maka H0 diterima, financial distress sebesar 1. Standar
dan jika H¬0 diterima maka menunjukkan deviasi untuk financial distress sebesar
model tersebut cocok dengan data 0,000, pada nilai ini menunjukkan bahwa
penelitian. lebih besar nilai rata-rata (mean) sehingga
d) Tabel klasifikasi data pada financial distress menunjukkan
Menurut Imam Ghozali (2011:342) tabel kurang baik dan memiliki variasi data
klasifikasi menghitung nilai estimasi yang yang tinggi. Perusahaan yang mengalami
benar dan salah. Dengan menggunakan uji non financial distress, memiliki data
tabel klasifikasi ini maka akan dapat sebesar 279 dari perusahaan manufaktur.
menunjukkan prediksi dalam variabel Nilai rata-rata (mean) non financial
dependen tersebut tepat ataukah tidak. distress sebesar 0. Standar deviasi untuk
e) Wald Test non financial distress sebesar 0,000, pada
Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang nilai ini menunjukkan bahwa sama dengan
populasi yang dibuktikan oleh data. nilai rata-rata (mean) sehingga data pada
Pengujian dari hipotesis dapat dilakukan non financial distress menunjukkan nilai
dengan cara membandingkan antara nilai yang identik.
probabilitas (sig) dengan tingkat
signifikasi (α) 5 persen. Financial Distress Non Financial Distress
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
UP 6.531 1.267 2.317 3.136 3.641 2.831 2.290 1.768
ANALISIS DATA DAN LIK 0,345 11,492 1,543 1,882 0,006 464,98 5,871 33,837
PEMBAHASAN LEV 0,065 5,713 1,039 1,041 0,019 30,291 0,629 1,901
Analisis statistik deskriptif SG (0,54) 5,947 0,232 1,081 (1) 5,907 0,116 0,436
Dalam penelitian ini analisis deskriptif OC 0,035 1,483 0,753 0,403 0,000 14,899 1,17 1,074
akan menjelaskan dan mendeskriptifkan Jmlh 33 279
data yang dilihat dari minimum, Tabel 2
maksimum, rata-rata (mean) dan standar Analisis Statistik Deskriptif Variabel
deviasi. Berikut ini ialah penjelasan dari Independen
analisis deskriptif.
Financial Non 2. Ukuran Perusahaan
Distress Financial Kondisi Financial Distress
(skor = 1) Distress memberikan hasil minimum sebesar
(skor = 0) 65.314.178.204 dari total aset perusahaan
Mean 1 0 yang dimiliki oleh PT. Siwani Makmur
Standart 0,000 0,000 Tbk (SIMA) pada tahun 2013. Pada
Deviation kategori non financial distress yang
Jumlah 33 279 mempunyai 279 perusahaan, memberikan
Tabel 1 hasil minimum sebesar 36.412.685.488
Analisis Statistik Deskriptif dari total aset yang dimiliki oleh PT.
Financial Distress Siwani Makmur Tbk (SIMA) pada tahun
2015. Nilai ukuran perusahaan minimum
diproksikan melalui total aset yang
dimiliki oleh perusahaan bernilai kecil.

7
Nilai ukuran perusahaan yang Tbk (JKSW) pada tahun 2013. Nilai
menunjukkan nilai maksimum yang maksimum pada kategori non financial
terdapat pada kategori financial distress distress menunjukkan angka 464,984
menunjukkan hasil 12.667.314.000.000 ditunjukkan dengan PT. Jaya Pari Steel
dimiliki oleh PT. Bentoel International Tbk (JPRS) pada tahun 2014. Nilai
Investama Tbk (RMBA) pada tahun 2015. likuiditas yang maksimum diproksikan
Nilai ukuran perusahaan yang melalui aser lancar perusahaan dibagi
menunjukkan nilai maksimum pada dengan hutang lancar perusahaan yang
kategori non financial distress memiliki nilai yang paling besar.
menunjukkan hasil 2.830.877.000.000.000 Nilai standar deviasi perusahaan yang
dimiliki oleh PT. Sorini Agro Asia mengalami financial distress dapat
Corporindo Tbk (SOBI) pada tahun 2015. dibandingkan dengan nilai rata-rata yang
Nilai ukuran perusahaan yang menunjukkan bahwa nilai standar deviasi
menunjukkan hasil maksimum dinilai dari lebih tinggi, sehingga data untuk likuiditas
total aset yang dimiliki oleh perusahaan pada perusahaan financial distress kurang
bernilai besar. baik dan memiliki variasi data yang
Nilai standar deviasi yang dimiliki oleh tinggi. Nilai standar deviasi perusahaan
perusahaan dengan kategori financial yang mengalami non financial distress
distress dengan nilai rata-rata dapat dibandingkan dengan nilai rata-rata
menunjukkan lebih besar nilai standar yang menunjukkan bahwa nilai standar
deviasi sehingga data untuk Ukuran deviasi memiliki nilai yang lebih tinggi,
Perusahaan (UP) kurang baik dan sehingga data untuk likuiditas kurang baik
memiliki variasi data yang tinggi dan memiliki variasi data yang tinggi
(heterogen). Pada kategori non financial (heterogen).
distress antara nilai standar deviasi
dengan nilai rata-rata menunjukkan bahwa 4. Leverage
standar deviasi memiliki nilai yang lebih Nilai minimum dari leverage pada
kecil dibandingkan rata-rata, sehingga kategori perusahaan financial distress
data untuk Ukuran Perusahaan (UP) menunjukkan angka 0,065 ditunjukkan
cukup baik dan memiliki variasi data data dengan PT. Inti Keramik Alam Asri
yang rendah (homogen). Industri Tbk (IKAI) pada tahun 2014.
Nilai minimum pada kategori non
3. Likuiditas financial distress menunjukkan angka
Nilai minimum dari likuiditas pada 0,019 ditunjukkan dengan PT. Semen
kategori perusahaan financial distress Baturaja Tbk (SMBR) pada tahun 2015.
menunjukkan angka 0,345 ditunjukkan Nilai leverage yang minimum diproksikan
dengan PT. APAC Citra Centertex Tbk melalui total aset perusahaan dibagi
(MYTX) pada tahun 2015. Nilai dengan total hutang perusahaan yang
minimum pada kategori non financial memiliki nilai kecil.
distress menunjukkan angka 0,006 Nilai maksimum dari leverage pada
ditunjukkan dengan PT. Keramika kategori perusahaan financial distress
Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS) pada menunjukkan angka 5,713 ditunjukkan
tahun 2014. Nilai likuiditas yang dengan PT. Inti Keramik Alam Asri
minimum diproksikan melalui aser lancar Industri Tbk (IKAI) pada tahun 2013.
perusahaan dibagi dengan hutang lancar Nilai maksimum pada kategori non
perusahaan yang memiliki nilai kecil. financial distress menunjukkan angka
Nilai maksimum dari likuiditas pada 30,291 ditunjukkan dengan PT.
kategori perusahaan financial distress Primarindo Asia Infrastructure Tbk
menunjukkan angka 11,492 ditunjukkan (BIMA) pada tahun 2015. Nilai leverage
dengan PT. Jakarta Kyoei Steel Works yang maksimum diproksikan melalui total

8
aset perusahaan dibagi dengan total sales growth kurang baik dan memiliki
hutang perusahaan yang memiliki nilai variasi data yang tinggi (heterogen).
yang paling besar.
Nilai standar deviasi perusahaan yang 6. Operating Capacity
mengalami financial distress dan non Nilai minimum dari operating capacity
financial distress dapat dibandingkan pada kategori perusahaan financial
dengan nilai rata-rata yang menunjukkan distress menunjukkan angka 0,035
bahwa nilai standar deviasi memiliki nilai ditunjukkan dengan PT. Siwani Makmur
yang lebih tinggi, sehingga data untuk Tbk (SIMA) pada tahun 2013. Nilai
leverage kurang baik dan memiliki variasi minimum pada kategori non financial
data yang tinggi (heterogen). distress menunjukkan angka 0,000
ditunjukkan dengan PT. Siwani Makmur
5. Sales Growth Tbk (SIMA) pada tahun 2015. Nilai
Nilai minimum dari sales growth pada operating capacity yang minimum
kategori perusahaan financial distress diproksikan melalui penjualan perusahaan
menunjukkan angka -0,543 ditunjukkan dibagi dengan total aset perusahaan yang
dengan PT. Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) menghasilkan nilai kecil.
pada tahun 2015. Nilai minimum pada Nilai maksimum dari operating
kategori non financial distress capacity pada kategori perusahaan
menunjukkan angka -1,000 ditunjukkan financial distress menunjukkan angka
dengan PT. Siwani Makmur Tbk (SIMA) 1,483 ditunjukkan dengan PT. Prasidha
pada tahun 2015. Nilai sales growth yang Aneka Niaga Tbk (PSDN) pada tahun
minimum diproksikan melalui penjualan 2015. Nilai maksimum pada kategori non
perusahaan tahun saat ini dikurangi financial distress menunjukkan angka
dengan penjualan perusahaan tahun lalu 14,899 ditunjukkan dengan PT. Kimia
dibagi dengan penjualan tahun lalu Farma Tbk (KAEF) pada tahun 2015.
perusahaan dan memiliki hasil atau nilai Nilai operating capacity yang maksimum
yang kecil. diproksikan melalui penjualan perusahaan
Nilai maksimum dari sales growth dibagi dengan total aset perusahaan yang
pada kategori perusahaan financial menghasilkan nilai yang tinggi.
distress menunjukkan angka 5,947 Dari nilai standar deviasi perusahaan
ditunjukkan dengan PT. Kertas Basuki yang mengalami financial distress dan
Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) pada non financial distress dapat dibandingkan
tahun 2015. Nilai maksimum pada dengan nilai rata-rata yang menunjukkan
kategori non financial distress bahwa nilai standar deviasi memiliki nilai
menunjukkan angka 5,907 ditunjukkan yang lebih kecil, sehingga data untuk
dengan PT. Siwani Makmur Tbk (SIMA) operating capacity cukup baik dan
pada tahun 2015. Nilai sales growth yang memiliki variasi data yang rendah
maksimum diproksikan melalui penjualan (homogen).
perusahaan tahun saat ini dikurangi
dengan penjualan perusahaan tahun lalu Uji Overall Model Fit
dibagi dengan penjualan tahun lalu Nilai dari -2 Log Likelihood block 0:
perusahaan dan memiliki hasil atau nilai beginning block adalah sebesar 210,648.
yang tinggi. Nilai dari -2 Log Likelihood block 1:
Nilai standar deviasi perusahaan yang method = enter adalah sebesar 182,429.
mengalami financial distress dan non Hasil tersebut menunjukkan bahwa model
financial distress dapat dibandingkan ini merupakan model regresi yang baik
dengan nilai rata-rata yang menunjukkan dan model yang dihipotesiskan fit dengan
bahwa nilai standar deviasi memiliki nilai data.
yang lebih tinggi, sehingga data untuk

9
Tabel 3 Tabel Klasifikasi
-2Log Likelihood Tabel 6
-2Log likelihood Tabel Klasifikasi
Block 0: beggining 210,648 Jumlah Prediksi
Presentase
Observasi Data Non FD
block Perusahaan
(%)
FD
Block 1 : method = 182,429 Non FD 279 277 2 99,3
eror FD 33 32 1 3,0
Total 312 309 3
Uji Nagelkerke’s R square Persentase keseluruhan 89,1
Nagelkerke’s R square ini merupakan
modifikasi dari koefisien Cox dan Sell’s, Berdasarkan pada tabel 6 dapat diketahui
uji model ini dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan yang tidak mengalami
bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) kondisi financial distress terdapat 279
sampai 1 (satu). Berikut nilai data, tetapi pada hasil observasi terdapat
Nagelkerke’s R square yang menunjukkan 277 data perusahaan yang tidak
bahwa nilai Nagelkerke’s R square mengalami kondisi financial distress.
sebesar 0,176 yang berarti variabel Ketepatan klasifikasi berasal dari 277/279
dependen dapat dijadikan oleh variabel sehingga memperoleh hasil 99,3%.
independen sebesar 17,6%. Perusahaan yang mengalami kondisi
financial distress berjumlah 33 data, tetapi
Tabel 4 pada hasil observasi terdapat 1 data
Nagelkerke’s R square perusahaan yang mengalami kondisi
Cox & Snell R Nagelkerke R Square financial distress. Ketepatan klasifikasi
Square berasal dari 1/33 sehingga memperoleh
0,086 0,176 hasil 3%. Dengan demikian, secara
keseluruhan model ini memiliki ketepatan
Uji Hosmer and Lemeshow klasifikasi sebesar 89,1%. Berarti pada hal
Hasil dari pengujian Hosmer and ini dari 312 data observasi, hanya ada 277
Lemeshow memiliki nilai chi-square data yang tepat dalam melakukan
sebesar 3,096 dengan tingkat signifikansi klasifikasian dengan menggunakan model
sebesar 0,928. Nilai signifikansi dari regresi logistik.
model Hosmer and Lemeshow
menunjukkan angka sebesar 0,928 yang Uji Analisis Regresi Logistik
lebih besar dari nilai probabilitas Tabel 7
signifikan 0,05. Dari perbandingan nilai Hasil Analisis Regresi Logistik
signifikansi model dan nilai probabilitas
signifikan dapat menunjukkan bahwa H0 Koefisien Exp
Variabel Wald Sig.
(B) (B)
diterima dan model mampu memprediksi
kondisi financial distress. U - 3 0 0
UP 0,236 ,249 ,071 ,790
Tabel 5 L - 5 0 0
LIK 0,355 ,072 ,024 ,701
Hosmer and Lemeshow L 0 1 0 1
Chi-Square Signifikansi LEV ,092 ,685 ,194 ,096
3,096 0,928 S 0 0 0 1
SG ,060 ,068 ,794 ,062
O - 1 0 0
OC 1,403 1,103 ,001 ,246
V 6 2 0 6
constant ,404 ,984 ,084 604,190

10
Dengan demikian model penelitian yang d. H4 : Sales Growth tidak
dapat disimpulkan kedalam persamaan berpengaruh terhadap financial
sebagai berikut: distress
Ln p = 6,404 + (0,236) UP + (0,355) LIK + 0,092 LEV +
Berdasarkan pada hasil penelitian,
(1-p) 0,060 SG + (1,403) OC dapat diperoleh bahwa sales growth
memiliki koefisien regresi sebesar
0,060 yang bertanda negatif. Tingkat
Uji Hipotesis signifikansi sebesar 0,794 > 0,05,
a. H1 : Ukuran Perusahaan tidak sehingga Sales Growth (SG) tidak
berpengaruh teradap Financial memiliki pengaruh yang signifikan
Distress terhadap financial distress. Dari hasil
Berdasarkan pada hasil penelitian, ini dapat disimpulkan bahwa H4 tidak
dapat diperoleh bahwa ukuran dapat diterima atau ditolak dan tidak
perusahaan memiliki koefisien regresi berpengaruh.
sebesar -0,236 yang bertanda negatif.
Tingkat signifikansi sebesar 0,071 > e. H5 : Operating Capacity
0,05, sehingga Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap financial
(UP) tidak memiliki pengaruh yang distress
signifikan terhadap financial distress. Berdasarkan pada hasil penelitian,
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa dapat diperoleh bahwa operating
H1 tidak dapat diterima atau ditolak capacity memiliki koefisien regresi
dan tidak berpengaruh. sebesar -1,403 yang bertanda negatif.
Tingkat signifikansi sebesar 0,001 <
b. H2 : Likuiditas berpengaruh 0,05, sehingga Operating Capacity
terhadap financial distress (OC) memiliki pengaruh yang
Berdasarkan pada hasil penelitian, signifikan terhadap financial distress.
dapat diperoleh bahwa likuiditas Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
memiliki koefisien regresi sebesar - H5 dapat diterima dan berpengaruh.
0,355 yang bertanda negatif. Tingkat
signifikansi sebesar 0,024 < 0,05, Pembahasan
sehingga Likuiditas (LIK) memiliki 1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (X1)
pengaruh yang signifikan terhadap terhadap Financial Distress (Y)
financial distress. Dari hasil ini dapat Ukuran perusahaan merupakan
disimpulkan bahwa H2 dapat diterima gambaran mengenai kondisi tertentu suatu
dan berpengaruh. aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Berdasarkan teori, semakin kecil total aset
c. H3 : Leverage tidak berpengaruh perusahaan sehingga dapat menunjukkan
terhadap financial distress sinyal yang tidak baik bagi perusahaan
Berdasarkan pada hasil penelitian, dan dapat menunjukkan perusahaan
dapat diperoleh bahwa leverage tersebut mengalami kondisi financial
memiliki koefisien regresi sebesar distress. Hal ini dapat dikarenakan
0,092 yang bertanda positif. Tingkat semakin kecil total aset perusahaan maka
signifikansi sebesar 0,194 > 0,05, perusahaan mengalami kesulitan dalam
sehingga Leverage (LEV) tidak melunasi kewajibannya.
memiliki pengaruh yang signifikan Berdasarkan hasil dari analisis regresi
terhadap financial distress. Dari hasil logistik menunjukkan bahwa ukuran
ini dapat disimpulkan bahwa H3 tidak perusahaan memiliki nilai koefisien
dapat diterima atau ditolak dan tidak bernilai -0,236 dan tingkat signifikansi
berpengaruh. sebesar 0,071. Dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan tidak memiliki

11
pengaruh terhadap financial distress. Hal kondisi financial distress dan dapat
ini dapat disebabkan karena perusahaan disebabkan karena perusahaan memiliki
yang memiliki total aset yang besar aset lancar yang kecil digunakan untuk
maupun kecil memiliki mitra kerja yang membayar hutang-hutang jangka pendek
banyak dan memiliki tingkat investasi perusahaan sebelum jatuh tempo. Hutang
yang tinggi, selain itu dapat dikarenakan lancar yang dimiliki cukup besar sehingga
kondisi perekonomian yang berubag-ubah dana aset lancar perusahaan tidak cukup
setiap tahunnya yang dapat memungkinan dalam melunasi hutang-hutang perusahaan
perusahaan mengalami tekanan keuangan. dan perusahaan tidak mampu menjamin
Hasil penenlitian ini sejalan dengan akan membayar hutang lancar perusahaan
penelitian sebelumnya yang dilakukan saat jatuh tempo.
oleh I Gusti dan Ni Ketut (2015) yang Hasil penelitian ini sesuai dengan
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan penelitian yang dilakukan I Gusti dan
tidak berpengaruh signifikan terhadap Ni Ketut (2015) yang menunjukkan
financial distress. Hal ini disebabkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap
tidak adanya pemisahan perusahaan yang financial distress. Hal ini dikarenakan
sudah mature maupun yang baru likuiditas yang besar akan membuat
berkembang. perusahaan menjadi semakin baik
dalam pengelolaannya, sedangkan
2. Pengaruh Likuditas (X2) terhadap likuiditas yang kecil membuat
Financial Distress (Y) perusahaan berpengaruh terhadap
Likuiditas merupakan rasio kondisi kesulitan keuangan.
perbandingan antara aset lancar dengan
hutang lancar perusahaan, rasio ini 3. Pengaruh Leverage (X3) terhadap
digunakan untuk mengukur kemampuan Financial Distress (Y)
perusahaan dalam melunasi hutang jangka Leverage timbul dari aktifitas
pendek perusahaan. Likuiditas dapat penggunaan dana perusahaan yang berasal
menunjukkan perusahaan dalam kondisi dari pihak ketiga dalam bentuk hutang.
likuid. Pada penelitian ini menggunakan Perusahaan yang memiliki leverage yang
current ratio sebagai indikator yang tinggi akan berpengaruh terhadap kreditur
digunakan, hal ini dikarenakan selisih aset karena tingkat bunga akan menjadi tinggi.
lancar atas hutang lancar merupakan Pinjaman yang diperoleh perusahaan
jaminan terhadap kemungkinan rugi yang semakin tinggi maka tingkat bunga akan
timbul dengan cara merealisasikan aset semakin tinggi dan semakin besar pula
lancar non kas menjadi kas. Berdasarkan hutang perusahaan. Berdasarkan teori,
teori, semakin tinggi nilai aset lancar semakin tinggi tingkat leverage maka
dalam menutupi kewajiban lancar perusahaan akan semakin berpengaruh
perusahaan, hal tersebut semakin baik terhadap kondisi financial distress. Hal ini
bagi perusahaan. Semakin rendah nilai disebabkan kewajiban perusahaan yang
aset lancar dalam menutupi hutang jangka tinggi dibandingkan aset dapat berdampak
pendeknya, maka perusahaan dapat buruk terhadap perusahaan.
mengalami kondisi financial distress. Hasil dari analisis regresi logistik
Hasil dari analisis regresi logistik menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,092
menunjukkan nilai koefisien sebesar - dengan tingkat signifikansi sebesar 0,194
0,355 dengan tingkat signifikansi sebesar sehingga menunjukkan leverage tidak
0,024 sehingga menunjukkan likuiditas berpengaruh terhadap financial distress.
berpengaruh negatif terhadap financial Hal tersebut dapat disebabkan karena
distress. Hal tersebut dapat menunjukkan perusahaan memiliki total hutang yang
bahwa semakin rendah likuiditas maka tinggi tetapi total aset yang dimiliki
akan semakin besar pengaruh terhadap perusahaan juga tinggi, sehingga

12
perusahaan mampu membayar hutang berpengaruh terhadap financial distress.
menggunakan aset yang dimiliki Hal tersebut dapat disebabkan karena
perusahaan. Perusahaan cenderung lebih perusahaan memiliki penjualan yang
berhati-hati dalam memanfaatkan hutang relatif stabil dan lebih aman memperoleh
jangka pendek dan jangka panjang dalam pinjaman sehingga dapat menanggung
penggunaan operasional perusahaan. beban jika penjualan tidak stabil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Perusahaan yang memiliki nilai sales
penelitian yang dilakukan Liliananda growth yang tinggi dapat
(2015) yang memberikan hasil bahwa mempertahankan kelagsungan hidup
leverage tidak berpengaruh terhadap perusahaan dikarenakan laba perusahaan
financial distress. Hal ini dikarenakan tersebut semakin meningkat. Nilai sales
perusahaan yang besar cenderung growth yang rendah akan berpengaruh
melakukan pembiayaan pinjaman bank, terhadap penurunan laba, tetapi penurunan
perusahaan yang memiliki tingkat laba perusahaan yang terjadi selama tahun
leverage yang tinggi dengan ukuran saat ini tidak akan menyebabkan
perusahaan yang besar dapat melakukan perusahaan mengalami kondisi financial
diversifikasi pada usahanya. distress. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Viggo
4. Pengaruh Sales Growth (X4) (2014) yang menunjukkan hasil bahwa
terhadap Financial Distress (Y) sales growth berpengaruh terhadap
Sales growth merupakan salah satu financial distress. Hal ini disebabkan
indikator penting karena tingkat penjualan karena tingkat sales growth yang rendah
dapat digunakan sebagai prediksi dapat menentukan kemampuan
pertumbuhan penjualan di periode yang perusahaan dalam menghasilkan laba
akan datang. Perusahaan yang memiliki semakin rendah dan berpengaruh terhadap
sales growth yang tinggi diharapkan akan kondisi financial distress.
menghasilkan laba semaksimal mungkin.
Perusahaan dituntut untuk memiliki 5. Pengaruh Operating Capacity (X5)
strategi yang tepat untuk memenangkan terhadap Financial Distress (Y)
pangsa pasar disetiap tahunnya, hal itu Operating capacity merupakan rasio
berkaitan dengan penjualan perusahaan yang dihitung dengan membandingkan
agar volume penjualan meningkat dan total penjualan dengan total aset yang
perusahaan memperoleh laba. Sales dimiliki perusahaan. Tingkat operating
growth dihitung dengan mengurangi capacity yang rendah menunjukkan
penjualan tahun saat ini dengan tahun lalu, perusahaan tidak menghasilkan penjualan
kemudian dibagi dengan penjualan tahun yang cukup dibandingkan dengan aset
lalu Berdasarkan teori, semakin rendah perusahaan. Operating capacity dianggap
tingkat sales growth maka akan semakin telah efektif apabila penjualan perusahaan
tinggi perusahaan mengalami kondisi dapat memberikan hasil yang
financial distress. Hal itu dikarenakan menguntungkan perusahaan. Berdasarkan
penjualan yang terjadi pada tahun ini teori, semakin rendah operating capacity
rendah dibandingkan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan maka akan
yang terjadi pada tahun sebelumnya semakin berpengaruh terhadap terjadinya
sehingga dapat berpengaruh pada laba kondisi financial distress. Hal ini
yang dihasilkan tahun ini juga akan dikarenakan perusahaan tidak dapat
rendah. menghasilkan volume penjualan yang
Hasil dari analisis regresi logistik cukup dibandingkan dengan total aset
menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,060 yang dimiliki perusahaan.
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,794 Hasil dari analisis regresi logistik
sehingga menunjukkan sales growth tidak menunjukkan nilai koefisien sebesar -

13
1,403 dengan tingkat signifikansi sebesar 3. Leverage tidak berpengaruh terhadap
0,001 sehingga menunjukkan operating Financial Distress pada perusahaan
capacity berpengaruh terhadap financial manufaktur yang terdaftar di Bursa
distress. Operating capacity dapat Efek Indonesia.
berpengaruh terhadap financial distress 4. Sales Growth tidak berpengaruh
dikarenakan perusahaan tidak terhadap Financial Distress pada
menghasilkan penjualan yang cukup perusahaan manufaktur yang terdaftar
dibandingkan dengan asetnya Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
yang memiliki nilai operating capacity 5. Operating Capacity berpengaruh
yang rendah menunjukkan penjualan yang terhadap Financial Distress pada
dimiliki perusahaan bernilai kecil perusahaan manufaktur yang terdaftar
dibandingkan dengan aset perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
bernilai tinggi sehingga perusahaan
mengalami kondisi financial distress. Keterbatasan
Penggunaan aset yang kurang efektif Peneliti menyadari bahwa penelitian ini
dapat menunjukkan kinerja perusahaan masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
yang kurang baik karena tidak mampu itu terdapat keterbatasan-keterbatasan
menghasilkan penjualan yang cukup. sebagai berikut:
Perusahaan yang memiliki nilai operating 1. Penelitian ini memiliki keterbatasan
capacity yang tinggi dapat menunjukkan pada pengukuran pengelompokkan
perusahaan tersebut telah efektif dalam kategori financial distress dan non
penggunaan aset sehingga dapat financial distress yaitu didasarkan pada
menghasilkan penjualan dan membuat laba bersih sebelum pajak negatif
perusahaan tersebut terhindar dari kondisi selama dua tahun berturut-turut (rugi
financial distress. Hasil penelitian ini sebelum pajak dua tahun berturut-
sejalan dengan penelitian yang dilakukan turut).
Okta (2015) yang menunjukkan bahwa 2. Pemilihan variabel independen hanya
operating capacity berpengaruh terhadap berfokus pada rasio keuangan.
financial distress. Hal ini disebabkan 3. Periode dalam penelitian dinilai masih
perusahaan tidak menghasilkan penjualan kurang optimal karena jangka waktu
yang cukup dengan investasi dalam yang pendek dengan sektor perusahaan
asetnya sehingga menunjukkan kriteria yang kurang optimal.
perusahaan yang tidak baik dan dapat
mempengaruhi kondisi financial distress. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian
KESIMPULAN, KETERBATASAN ini untuk penelitian selanjutnya adalah
DAN SARAN sebagai berikut:
Kesimpulan 1. Menentukan kelompok atau kategori
Berdasarkan hasil analisis data yang telah financial distress atau non financial
dilakukan, maka dapat disimpulkan distress dapat mempertimbangkan
bahwa: ukuran yang lain seperti EPS negatif
1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh atau ICR.
terhadap Financial Distress pada 2. Variabel yang dapat menggunakan
perusahaan manufaktur yang terdaftar variabel lain non-keuangan seperti
di Bursa Efek Indonesia. umur perusahaan atau unsur-unsur dari
2. Likuiditas berpengaruh terhadap good corporate governance.
Financial Distress pada perusahaan 3. Menggunakan sampel dari seluruh
manufaktur yang terdaftar di Bursa populasi yang lebih luas dengan
Efek Indonesia. periode yang lebih banyak.

14
DAFTAR PUSTAKA Distress. E-Jurnal Akuntansi
Afina Fitriana. 2014. ”Prediksi Financial Universitas Udayana, 10(3), 897-915.
Distress dalam Perusahaan Manufaktur
(Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis
Periode 2009-2013).” Artikel Ilmiah. Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19-5/E.
Amir Saleh dan Bambang Sidiyanto.
2013. ”Pengaruh Rasio Keuangan Kasmir. 2012. “Analisis Laporan
untuk Memrediksi Probabilitas Keuangan.” Jakarta : PT Raja Grafindo
Kebangkrutan pada Perusahaan Persada.
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Dinamika Akuntansi, Kim-Soon, N., Mohammed, A. A. E., &
Keuangan dan Perbankan.” Mei 2013, Agob, F. K. M. (2013). A Study of
Hal:82-91 Vol, 2 No. 1 ISSN :1979- Financial Distress Companies Listed in
4878. the Malaysian Stock Exchange using
Financial Liquidity Ratios and
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2011). Altman's Model. European Journal of
Dasar-dasar manajemen keuangan edisi Scientific Research, 114(4), 513-525.
11. Jakarta: Salemba Empat.
Liliananda Putri Mayangsari. (2016).
Dwi Prastowo. 2011. Analisis Laporan Pengaruh Good Corporate Governance
Keuangan Konsep dan Aplikasi. Edisi. Dan Kinerja Keuangan Terhadap
Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Financial Distress. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi, 4(4).
Evanny Indri Hapsari. 2012. “Kekuatan
Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Listyorini Wahyu Widati. 2015.
Kondisi financial distress Perusahaan ”Pengaruh Current Ratio, Debt To
Manufaktur Di BEI.” Jurnal Dinamika Equity Ratio, dan Return On Equity,
Manajemen JDM Vol. 3, No. 2, 2012, untuk Memprediksi Kondisi Financial
pp: 101-109. Distress.Prosding.” Seminar Nasional
Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers
Fanni Djongkang & Maria Rio Rita. 2014. UNISBANK (SENDI_U) ISBN : 978-
“Manfaat Laba dan Arus Kas Untuk 979-3649-81-8.
Memprediksi Kodisi financial
distress”. Research Methods And Mamduh M.Hanafi, dan Abdul Halim.
Organizational Studies ISBN : 978- 2012. “Analisis Laporan Keuangan.”
602-70429-1-9 Hal. 247-255. Edisi 4, Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Hendrianto. 2012. “Tingkat Kesulitan
Keuangan Perusahaan dan Ni Luh Made Ayu Widhiari dan Ni Ketut
Konservatisme Akuntansi di Lely Aryani Merkusiwati. (2015).
Indonesia.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage,
Akuntansi. (Vol. 1, No. 3). Operating Capacity, Dan Sales Growth
Terhadap Financial Distress. E-Jurnal
I Gusti Agung Ayu Pritha Cinantya dan Akuntansi Universitas Udayana, 11(2),
Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati. 456-469.
(2015). Pengaruh Corporate
Governance, Financial Indicators, Dan Okta Kusanti. (2015). Pengaruh Good
Ukuran Perusahaan Pada Financial Corporate Governance Dan Rasio

15
Keuangan Terhadap Financial Distress. Viggo Eliu. (2014). Pengaruh Financial
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(10). Leverage dan Firm Growth Terhadap
Financial Distress. Finesta, 2(2), 6-11.
Oktita Earning Hanifah dan Agus
Purwanto. 2013. Pengaruh Struktur http://bisniskeuangan.kompas.com/
Corporate Governance Dan Financial diakses pada 23 November 2016
Indicators Terhadap Kondisi Financial
Distress. Diponegoro Journal of http://ekbis.sindonews.com/ diakses pada
Accounting, 648-662. 24 November 2016

Pourali, M. R., & Mahmoud Samadi, E. http://investasi.kontan.co.id/ diakses pada


(2013). The study of relationship 24 November 2016
between capital intensity and financial
leverage with degree of financial http://www.idx.co.id/ diakses pada 24
distress in companies listed in Tehran November 2016
Stock Exchange.

Rahmy. 2015. Pengaruh Profitabilitas,


Financial Leverage, Sales Growth Dan
Aktivitas Terhadap Financial Distress
(Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Tahun 2009-2012). Jurnal Akuntansi,
3(1).

S, Munawir . 2012. Analisis Informasi


Keuangan, Liberty, Yogyakarta.

Selfi Anggraeni Fauziah Hadi. (2015).


Mekanisme Corporate Governance
Dan Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Yang Mengalami Financial
Distress. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi, 3(5).

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta.

_______. (2013). Metode Penelitian


Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.

Sofyan Syafri Harahap. 2013. Analisis


Kritis Atas Laporan Keuangan.
Cetakan Kesebelas. Penerbit Rajawali
Pers, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai