11 Persiapan
11 Persiapan
31 January 2018
Memantapkan hati untuk bertemu psikolog adalah sebuah keberanian. Karena pada
akhirnya kita berani menunjukan vulnerabililty (kerapuhan diri) yang disembunyikan
selama ini. Kita mengizinkan diri ini menghadapi monster di dalam kita. Monster yang
penuh kebencian, amarah, kesedihan, kekecewaan, duka, dan kedengkian.
1. Tentukan Tujuanmu
Tuliskan momen-momen saat kamu benar-benar sedih dan terpuruk atau momen-
momen saat kamu panik dan tidak sanggup mengontrol diri. Cobalah diingat apa
yang menjadi pemicunya dan hal apa yang kamu lakukan setelah itu. Buatlah catatan
seperti ini beberapa hari sebelum kamu ke psikolog agar saat konseling dimulai,
kamu sudah lebih tau apa yang kamu alami dan waktu 50 menit tidak dihabiskan
hanya untuk sekedar memetakan masalahmu.
3. Siapkan mindset “gue bukan sekedar curhat” tapi mengatasi isu yang
spesifik
Banyak orang yang datang ke psikolog ketika mereka sudah benar-benar di puncak
masalah. Alhasil, ke 50 menit sesi konsultasi dihabiskan untuk menangis tersedu-
sedu tanpa memberi kesempatan psikolog untuk berdiskusi. Lalu kemudian mereka
pulang dan kecewa, “psikolognya diem aja, padahal udah mahal-mahal”
4. Perhitungkan budget
Coba ingat-ingat obat apa saja yang dikonsumsi akhir-akhir ini. Obat maag?
Paracetamol? Bisa jadi, pusing atau mual yang kamu alami belakangan ini
disebabkan oleh permasalah psikologis yang tidak kamu sadari.
Atau jika kamu sudah mengkonsumsi obat psikotropika seperti antidepressant, maka
sampaikan juga ke psikolog agar mereka bisa semakin memahami kondisimu.
Artikel terkait hubungan antara tubuh dan emosi bisa di baca di sini
Katakan apapun yang terpendam, yang membuatmu malu, yang membuatmu takut
dikira gila, sakit, jahat. Katakanlah semuanya. Konseling adalah tempat di mana
pikiran aneh dan menyimpang dapat diterima.
Tidak ada yang salah dengan gagal move on selama tujuh tahun, tidak ada yang
aneh dengan pikiran bunuh diri, tidak ada yang salah ketika kamu memiliki rasa benci
terhadap orang tua, tidak ada yang salah jika kamu masih mengingat kata-kata jahat
dari teman SD mu. Semua pikiran diterima, dan semua hal bisa didiskusikan.
Mempunyai ekspektasi itu boleh, namun selayaknya dokter, psikolog juga manusia.
Tidak mesti semua psikolog bisa memahamimu. Atau bisa juga, kamu tidak cocok
dengan seorang psikolog walaupun dia sangat bisa memahamimu. Misalkan psikolog
tersebut memiliki karakteristik seperti ayahmu baik dari segi usia dan
penampilannya. Padahal kamu ke psikolog untuk mengatasi rasa marahmu pada
ayah.
Datanglah lebih awal karena ada dokumen yang perlu diisi. Selain itu, rasanya akan
sangat tidak nyaman jika kamu ingin meluapkan masalahmu saat nafasmu masih
tersengal akibat terburu-buru di jalan. Datanglah lebih awal untuk mengumpulkan
semua pikiran dan perasaanmu agar siap melakukan sesi konseling.
Konseling dan atau terapi sangat menyita energi. Jika kamu belum pernah sama
sekali, maka sebaiknya jadwalkanlah konseling di hari akhir sekolah atau kerja. Ada
sebagian orang yang tetap bisa beraktivitas setelah sesi konseling, namun ada juga
orang-orang yang merasa sangat lelah dan hanya ingin berdiam diri di rumah.
Konseling ataupun terapi psikologi itu layaknya melakukan operasi bedah, hanya saja
yang dibedah adalah jiwamu, emosimu, pikiranmu. Maka dari itu sangat menguras
tenaga.
Selain itu, menghabiskan waktu sendiri sangat berguna untuk memaknai kembali
insight yang didapatkan selama sesi konseling.
Masih banyak juga orang yang merasa emosi dan pikiran itu tidak perlu disembuhkan
saat sakit. Masih banyak orang yang menganggap bahwa kesehatan hanyalah
sebatas sehat fisik. Mereka mengabaikan kesehatan jiwa mereka karena takut
dianggap lemah, sensitif, atau baper.
Tidak semua orang berani menyelami dirinya. Tidak semua orang berani mengenal
monster yang ada di dalam diri kita. Kamu harus berbangga karena kamu mengambil
langkah untuk memulai hidup baru.