Anda di halaman 1dari 9

BAB II

ANALISA KUALITAS AIR LIMBAH


2.1 Perhitungan Debit Air Limbah

Timbulan air limbah domestik adalah banyaknya air limbah domestik yang dihasilkan
dengan satuan Liter/ hari. Volume air limbah adalah 80% volume air minum (Pratiwi &
Purwanti, 2015). Diketahui debit air limbah yang akan diolah sebesar 501,4 Liter/detik.
Berikut ini adalah cara perhitungan debit adir limbah yang akan diolah.

2.1.1. Debit Air Limbah Domestik (Qal)


Debit air limbah dihitung dari jumlah penduduk wilayah perencanaan pengolahan air
limbah. Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Fanggi,
Utomo, & Udiana, 2015):

𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘


𝑄𝑑 =
86400
2.1.2. Debit Aliran Maksimal Harian (Qmd)
Debit aliran maksimal harian didapatkan dari factor maksium desain dikalikan
dengan nilai debit air limbah rata-rata per 1000 penduduk (L/detik/1000 jiwa) (Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017).

𝑄𝑚𝑑 = 𝐹𝑚𝑑 × 𝑞𝑟
2.1.3. Debit Infiltrasi (Qinf) dan Debit Surface (Qsf)
Debit Infiltrasi merupakan infiltrasi daerah pelayanan dengan koefisien infiltrasi (Cr)
untuk Indonesia berkisar antara 0,1 – 0,3 (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, 2017).

𝑄𝑖𝑛𝑓 = 𝐶𝑟 × 𝑄𝑟
𝐿
𝑄𝑠𝑠𝑓 = × 𝑄𝑟
1000
2.1.4. Debit Puncak (Qp)
Debit puncak (Qp) dicari untuk menentukan dimensi saluran air limbah yang
direncanakan agar dapat menyalurkan air limbah pada kondisi puncak. Rumus yang akan
digunakan untuk menghitung Qpeak sebagai berikut (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2017).

𝑄𝑝 = 𝑄𝑚𝑑 + 𝑄𝑖𝑛𝑓 + 𝑄𝑠𝑓


2.1.5. Debit Puncak Desain (Qpd)
Debit desain (Qpd) pada dasarnya perhitungnya mirip dengan debit jam maksimum
yaitu perkiraan air buangan dimana perkiraan air bersih paling banyak dalam satu jam
selama satu hari (Fanggi et al., 2015).

𝑄𝑝𝑑 = 𝑄𝑝 + 𝑄𝑖𝑛𝑓 + 𝑄𝑠𝑓


2.2 Baku Mutu Air Limbah
Baku mutu yang digunakan dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik dan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Berikut ini uraian singkat tentang baku
mutu terkait dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah.

2.2.1 Stream Standar Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001


Stream Standar atau biasa disebut juga sebagai baku mutu suatu sumber daya alam
dan memiliki fungsi sangat penting dalam menentukan kualitas dari sumber daya itu sendiri.
Pada kasus limbah domestik adalah baku mutu air. Hal ini terjadi, karena kebanyakan limbah
dibuang ke badan air yaitu salah satunya sungai.

Baku mutu yang akan digunakan dalam menentukan kualitas sungai diklasifikasikan
berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air. Klasifikasi yang dimaksud terdapat 4 kelas yaitu sebagai berikut:

 Kelas satu, air yang digunakan untuk air baku air minum, atau dapat diperuntukan untuk
aktivitas lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas dua, air yang digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas tiga, air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut; dan
 Kelas empat, air yang digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

Dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah ini diharapkan limbah yang
dibuang ke sungai sesuai dengan baku mutu Kelas 2 yang salah satunya dapat diperuntukan
sebagai prasarana/sarana rekreasi. Berikut ini adalah Tabel 2.1 parameter yang digunakan
dalam menganalisis dan pembanding kualitas air limbah.

Tabel 2.1 Stream Standar

Parameter Satuan Kadar Kelas III Keterangan


Bagi pengolahan air minum secara
Residu Tersuspensi mg/L 400 konvensional, residu tresuspensi ≤ 5000
mg/L
Apabila secara alamiah di luar rentang
pH mg/L 6-9 tersebut, maka ditentukan berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 6
COD mg/L 50
Minyak dan Lemak µg/L 1000
Sumber: (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001)

Keterangan
 Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang
tercantum.

Effluent Standar Permen LHK No. 68 Tahun 2016


Sesuai dengan Baku mutu Permen LHK No. 68 Tahun 2016, effluent merupakan
ukuran kadar dari unsur pencemar yang keberadaannya dapat ditolerir sebelum dibuang atau
dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.

Limbah yang akan dibuang harus memenuhi syarat yang tercantum dalam Tabel 2.2.
Pada table tersebut memuat pH, COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biochemcial
Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), Minyak/Lemak, Amoniak, Total Coliform,
dan Debit. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi akan timbul dampak saat setelah limbah itu
dibuang ke Lingkungan. Oleh sebab itu mengapa perlu adanya analisis ketika akan
merencanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah.

Tabel 2.2 Standar Baku Mutu Effluent


Parameter Satuan Kadar Maksimum*
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Tabel 2.2 Standar Baku Mutu Effluent
Parameter Satuan Kadar Maksimum*
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/ 100mL 3000
Debit L/ orang/ hari 100
Sumber: (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016)

2.3 Analisis Kualitas Air Limbah dan Badan Air Penerima


Analisis kualitas air limbah dan badan air penerima adalah salah satu aspek terpenting
dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah. Hal tersebut akan berguna dalam
pemilihan unit pengolahan apa saja yang akan dibutuhkan agar biaya investasi yang
dikeluarkan juga ekonomis.

2.3.1. Evaluasi Kualitas Air Limbah

Dibawah ini adalah Tabel 2.3. dimana memuat kualitas air limbah sebelum
pengolahan sehingga perlu adanya evaluasi terhapat parameter yang melebihi baku mutu
yang diperbolehkan.

Tabel 2.3 Perbandingan Baku Mutu Effluent dengan Air Limbah


No Parameter Satuan Baku Mutu Konsentrasi
1 BOD mg/L 30 301,43
2 COD mg/L 100 601,01
3 pH 6-9 1,96
4 Total zat padat tersuspensi (TSS) mg/L 30 101,25
5 Minyak dan Lemak mg/L 5 61
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Dari data diatas dapat dilihat bahwa semua parameter yang tercantum tidak
memnuhi baku mutu Permen LHK No. 68 Tahun 2016. BOD merupakan banyaknya oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam mengurai zat organic dengan kondisi aerobic
dalam air. Hampir mirip dengan BOD, COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk menguraikan seluruh zat organic dengan melalui reaksi kimia. Dalam teori nilai BOD Commented [AAH1]: Sampee sinii

bisa saja sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Oleh karena itu,
perlu adanya pengolahan yang dapat menurunkan nilai BOD dan COD pada air limbah.
Salah satu pengolahan yang sesuai adalah lumpur aktif (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 2001).

Selanjutnya adalah pH pada air limbah yang dianalisis sangatlah asam yaitu 1,96.
Keadaan itu terjadi akibat constituent zat anorganik nonmetallic. Zat tersebut didapatkan
dari kegiatan domestik itu sendiri yang mana menyumbangkan mineral pada badan air
(Metcalf & Eddy, 2001).

Total suspended solid pada air limbah diakibatkan lumpur yang dihasilkan dam
kondisi anaerobic ketika air limbah tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan akuatik
(Metcalf & Eddy, 2001).

Minyak lemak pada air limbah domestik dihasilkan dari biodegradable organic
yang mana hal ini juga akan mempengaruhi nilai BOD dan COD pada air limbah. Jika air
limbah tersebut tidak di olah maka akan membuat stabilisasi biologis dengan oksigen dan
membentuk kondisi septik pada perairan (Metcalf & Eddy, 2001).

2.3.2. Evaluasi Kualitas Air Badan Penerima


Evaluasi kualitas badan penerima perlu adanya perhitungan konsentrasi campuran.
Nilai tersebut akan memperlihatkan konsentrasi sebenarnya limbah yang dibuang pada
lingkungan, sehingga akan mempermudah tahap selanjutnya dalam menghitung efisiensi
konstituen yang harus disisihkan. Perhitungan konsentrasi campuran dari parameter-
parameter air limbah yang ada:

𝑄𝐴𝑥𝐶𝐴 + 𝑄𝑆𝑥𝐶𝑆
𝐶𝑐 =
𝑄𝐴 + 𝑄𝑆

Keterangan:

Cc = Konsentrasi campuran (mg/l)

QA = Debit air limbah domestik maksimum (L/detik)

Qs = debit air sungai minimum (L/detik)

CA = konsentrasi air limbah domestik (mg/L)

CS = konsentrasi badan air penerima (mg/l)

Diketahui:

Debit Minimum (Qmin) 2,1 m3/detik → 2100 L/detik

Debit Rata-Rata (Qaverage) 3,1 m3/detik → 3100 L/detik

Debit Maksimum (Qmax) 4,1 m3/detik → 4100 L/detik


Berikut ini Tabel 2.4 menyajikan data konsentrasi campuran.

Tabel 2.4 Konsentrasi Campuran

Standar Qmin
Parameter Satuan Kelas (Cs) Qa (L/s) Sungai Ca Cc Ket
III (L/s)

TSS mg/L 400 101,92 501,4 2100 101,25 101,79 ✘

pH 6–9 7,01 501,4 2100 1,96 6,04 ✔


COD mg/L 50 101,44 501,4 2100 601,01 197,73 ✘
BOD mg/L 6 61,62 501,4 2100 301,43 107,84 ✘
Minyak / Lemak mg/L 1000 0 501,4 2100 61 11,76 ✔
Sumber: Hasil Perhitungan,, 2019

Keterangan:
Cs = Konsentrasi Stream
Qa = Debit Air Limbah
Qmin = Debit Minimal Sungai
Ca = Konsentrasi Air Limbah
Cc = Konsentrasi Campuran
Ket = Keterangan
Berikut merupakan contoh perhitungan konsentrasi air sungaian konsentrasi campuran :
 Total Suspended Solid (TSS)
l l
501,4 s x 101,25 mg/l + 2100 s x 101,92 mg/l
Cc = = 101,79 mg/l
l
501,4 +2100 l/s
s
 COD (Chemical Oxygen Demand)

l l
501,4 x 601,01 mg/l + 2100 x 101,44 mg/l
Cc = s s = 197,73 mg/l
l
501,4 s +2100 l/s

 BOD (Biochemical Oxygen Demand)

l l
501,4 x 301,43 mg/l + 2100 x 61,62 mg/l
Cc = s s = 107,84 mg/l
l
501,4 +2100 l/s
s
Dari data hasil perhitungan konsentrasi campuran didapatkan bahwa hasil BOD,
COD dan TSS memiliki nilai yang cukup tinggi jika langsung dibuang ke sungai, maka perlu
adanya pengolahan yang dapat menyisihkan parameter tersebut pada air. Nilai parameter
BOD dan COD tersebut tinggi diakibatkan nilai organic yang terkandung dalam limbah
domestik tersebut cukup tinggi, sehingga mengakibatkan banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk menyisihkan senyawa organic tersebut. Selain itu, TSS pada hasil di atas
menunjukan harga yang cukup tinggi juga, yang disebabkan oleh padatan tersuspensi
(Metcalf & Eddy, 2014).

2.3.3. Efisiensi Penyisihan


Setelah mengevaluasi kualitas air badan air penerima, maka selanjutnya adalah
menghitung efisiensi penyisihan setiap parameter yang melebihi baku mutu. Pada kasus ini
parameter yang melebihi baku mutu yaitu TSS (total suspended solid), BOD, dan COD.
Berikut merupakan efisiensi dari penyisihan parameter yang terkandung dalam limbah
domestik:

Tabel 1.5 Efisiensi Pengolahan Effluent Standart

Standar % Efisiensi
Permen LHK
Parameter Satuan Ca Cc
No. 68 Tahun
2014 Influent Effluent

TSS mg/L 30 101,25 101,79 74,69 % 74,55 %

COD mg/L 100 301,43 197,73 90,05 % 84,83 %

BOD mg/L 30 601,01 107,84 83,36 % 7,27 %


Sumber: Hasil Perhitungan,, 2019

Dibawah ini adalah rumus perhitungan efisiensi penyisihan parameter yang


melebihi baku mutu Permen LHK No. 68 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017):
𝐶𝐴𝐿 −(𝐶𝐵𝑀 )
Efisiensi Pengolahan = × 100%
(𝐶𝐵𝑀 )

Keterangan:
CAL = Konsentrasi Air Limbah
CBM = Konsentrasi Baku Mutu
Contoh Perhitungan:
 TSS (Total Suspended Solid)
Influent
101,25 𝑚𝑔/𝐿 −30𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = (101,25 𝑚𝑔/𝐿)
× 100% = 70,37 %

Effulent
101,79 𝑚𝑔/𝐿 −30𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = × 100% = 70,53 %
(101,79𝑚𝑔/𝐿)

 COD (Chemical Oxygen Demand)


Influent
301,43 𝑚𝑔/𝐿 −30 𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = × 100% = 90,05%
(301,43 𝑚𝑔/𝐿)

Effulent
197,73 𝑚𝑔/𝐿 −30 𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = (197,73 𝑚𝑔/𝐿)
× 100% = 84,83%

 BOD (Biochemical Oxygen Demand)


Influent
601,01 𝑚𝑔/𝐿 −100 𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = × 100% = 83,36 %
(601,01 𝑚𝑔/𝐿)

Effulent
107,84 𝑚𝑔/𝐿 −100 𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = × 100% = 7,27%
(107,84 𝑚𝑔/𝐿)
DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C. E. (1990). Water quality in ponds for aquaculture.


Fanggi, M. S., Utomo, S., & Udiana, I. M. (2015). Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Rumah Tangga Komunal Pada Daerah Pesisir Di Kelurahan Metina Kecamatan Lobalain
Kabupaten Rote-ndao. Jurnal Teknik Sipil, 4(2), 159-166.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, (2001).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, (2016).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, (2017).
Metcalf & Eddy. (2001). Wastewater Engineering Treatment dan Reuse: McGraw-Hill, Inc. New
York.
Metcalf & Eddy. (2014). Wastewater Engineering Treatment and Resource Recovery. New York:
McGraw-Hill International.
Pratiwi, R. S., & Purwanti, I. F. P. I. F. (2015). Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik
di Kelurahan Keputih Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 4(1), D40-D44.

Anda mungkin juga menyukai