Timbulan air limbah domestik adalah banyaknya air limbah domestik yang dihasilkan
dengan satuan Liter/ hari. Volume air limbah adalah 80% volume air minum (Pratiwi &
Purwanti, 2015). Diketahui debit air limbah yang akan diolah sebesar 501,4 Liter/detik.
Berikut ini adalah cara perhitungan debit adir limbah yang akan diolah.
𝑄𝑚𝑑 = 𝐹𝑚𝑑 × 𝑞𝑟
2.1.3. Debit Infiltrasi (Qinf) dan Debit Surface (Qsf)
Debit Infiltrasi merupakan infiltrasi daerah pelayanan dengan koefisien infiltrasi (Cr)
untuk Indonesia berkisar antara 0,1 – 0,3 (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, 2017).
𝑄𝑖𝑛𝑓 = 𝐶𝑟 × 𝑄𝑟
𝐿
𝑄𝑠𝑠𝑓 = × 𝑄𝑟
1000
2.1.4. Debit Puncak (Qp)
Debit puncak (Qp) dicari untuk menentukan dimensi saluran air limbah yang
direncanakan agar dapat menyalurkan air limbah pada kondisi puncak. Rumus yang akan
digunakan untuk menghitung Qpeak sebagai berikut (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2017).
Baku mutu yang akan digunakan dalam menentukan kualitas sungai diklasifikasikan
berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air. Klasifikasi yang dimaksud terdapat 4 kelas yaitu sebagai berikut:
Kelas satu, air yang digunakan untuk air baku air minum, atau dapat diperuntukan untuk
aktivitas lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas dua, air yang digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas tiga, air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut; dan
Kelas empat, air yang digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
Dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah ini diharapkan limbah yang
dibuang ke sungai sesuai dengan baku mutu Kelas 2 yang salah satunya dapat diperuntukan
sebagai prasarana/sarana rekreasi. Berikut ini adalah Tabel 2.1 parameter yang digunakan
dalam menganalisis dan pembanding kualitas air limbah.
Keterangan
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang
tercantum.
Limbah yang akan dibuang harus memenuhi syarat yang tercantum dalam Tabel 2.2.
Pada table tersebut memuat pH, COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biochemcial
Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), Minyak/Lemak, Amoniak, Total Coliform,
dan Debit. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi akan timbul dampak saat setelah limbah itu
dibuang ke Lingkungan. Oleh sebab itu mengapa perlu adanya analisis ketika akan
merencanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Dibawah ini adalah Tabel 2.3. dimana memuat kualitas air limbah sebelum
pengolahan sehingga perlu adanya evaluasi terhapat parameter yang melebihi baku mutu
yang diperbolehkan.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa semua parameter yang tercantum tidak
memnuhi baku mutu Permen LHK No. 68 Tahun 2016. BOD merupakan banyaknya oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam mengurai zat organic dengan kondisi aerobic
dalam air. Hampir mirip dengan BOD, COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk menguraikan seluruh zat organic dengan melalui reaksi kimia. Dalam teori nilai BOD Commented [AAH1]: Sampee sinii
bisa saja sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Oleh karena itu,
perlu adanya pengolahan yang dapat menurunkan nilai BOD dan COD pada air limbah.
Salah satu pengolahan yang sesuai adalah lumpur aktif (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 2001).
Selanjutnya adalah pH pada air limbah yang dianalisis sangatlah asam yaitu 1,96.
Keadaan itu terjadi akibat constituent zat anorganik nonmetallic. Zat tersebut didapatkan
dari kegiatan domestik itu sendiri yang mana menyumbangkan mineral pada badan air
(Metcalf & Eddy, 2001).
Total suspended solid pada air limbah diakibatkan lumpur yang dihasilkan dam
kondisi anaerobic ketika air limbah tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan akuatik
(Metcalf & Eddy, 2001).
Minyak lemak pada air limbah domestik dihasilkan dari biodegradable organic
yang mana hal ini juga akan mempengaruhi nilai BOD dan COD pada air limbah. Jika air
limbah tersebut tidak di olah maka akan membuat stabilisasi biologis dengan oksigen dan
membentuk kondisi septik pada perairan (Metcalf & Eddy, 2001).
𝑄𝐴𝑥𝐶𝐴 + 𝑄𝑆𝑥𝐶𝑆
𝐶𝑐 =
𝑄𝐴 + 𝑄𝑆
Keterangan:
Diketahui:
Standar Qmin
Parameter Satuan Kelas (Cs) Qa (L/s) Sungai Ca Cc Ket
III (L/s)
Keterangan:
Cs = Konsentrasi Stream
Qa = Debit Air Limbah
Qmin = Debit Minimal Sungai
Ca = Konsentrasi Air Limbah
Cc = Konsentrasi Campuran
Ket = Keterangan
Berikut merupakan contoh perhitungan konsentrasi air sungaian konsentrasi campuran :
Total Suspended Solid (TSS)
l l
501,4 s x 101,25 mg/l + 2100 s x 101,92 mg/l
Cc = = 101,79 mg/l
l
501,4 +2100 l/s
s
COD (Chemical Oxygen Demand)
l l
501,4 x 601,01 mg/l + 2100 x 101,44 mg/l
Cc = s s = 197,73 mg/l
l
501,4 s +2100 l/s
l l
501,4 x 301,43 mg/l + 2100 x 61,62 mg/l
Cc = s s = 107,84 mg/l
l
501,4 +2100 l/s
s
Dari data hasil perhitungan konsentrasi campuran didapatkan bahwa hasil BOD,
COD dan TSS memiliki nilai yang cukup tinggi jika langsung dibuang ke sungai, maka perlu
adanya pengolahan yang dapat menyisihkan parameter tersebut pada air. Nilai parameter
BOD dan COD tersebut tinggi diakibatkan nilai organic yang terkandung dalam limbah
domestik tersebut cukup tinggi, sehingga mengakibatkan banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk menyisihkan senyawa organic tersebut. Selain itu, TSS pada hasil di atas
menunjukan harga yang cukup tinggi juga, yang disebabkan oleh padatan tersuspensi
(Metcalf & Eddy, 2014).
Standar % Efisiensi
Permen LHK
Parameter Satuan Ca Cc
No. 68 Tahun
2014 Influent Effluent
Keterangan:
CAL = Konsentrasi Air Limbah
CBM = Konsentrasi Baku Mutu
Contoh Perhitungan:
TSS (Total Suspended Solid)
Influent
101,25 𝑚𝑔/𝐿 −30𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = (101,25 𝑚𝑔/𝐿)
× 100% = 70,37 %
Effulent
101,79 𝑚𝑔/𝐿 −30𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = × 100% = 70,53 %
(101,79𝑚𝑔/𝐿)
Effulent
197,73 𝑚𝑔/𝐿 −30 𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = (197,73 𝑚𝑔/𝐿)
× 100% = 84,83%
Effulent
107,84 𝑚𝑔/𝐿 −100 𝑚𝑔/𝐿
Efisiensi Pengolahan = × 100% = 7,27%
(107,84 𝑚𝑔/𝐿)
DAFTAR PUSTAKA