TINGKAT KONTAMINASI Escherichia Coli PADA SUSU SEGAR DI KAWASAN GUNUNG PERAK, KABUPATEN SINJAI
TINGKAT KONTAMINASI Escherichia Coli PADA SUSU SEGAR DI KAWASAN GUNUNG PERAK, KABUPATEN SINJAI
Koloni Escherichia coli pada susu segar sebelum dan setelah pasteurisasi
pada media EMBA setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 oC, dapat dilihat
Gambar 1. Koloni Escherichia coli (bintik hitam) pada Susu Segar Sebelum
Pasteurisasi Setelah Inkubasi Selama 24 jam dengan Suhu 37oC.
Gambar 2. Susu Segar yang diinokulasi pada Media EMBA Setelah Pasteurisasi
63oC Selama 30 menit (Escherichia coli tidak tumbuh).
Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2, terdapat perbedaan antara sampel susu
segar sebelum dan setelah dipasteurisasi. Pada Gambar 1, susu segar yang tidak
yang ditandai dengan adanya koloni yang berwarna gelap dengan titik hitam pada
media EMBA. Hal ini disebabkan karena bakteri tersebut dapat memfermentasikan
laktosa yang terkandung dalam media tersebut. Hal ini mendukung pendapat
Suwandi (1999), yang menyatakan bahwa media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA)
dari bakteri tersebut akan menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap kilap
logam (metalik). Sedangkan pada Gambar 2, pada sampel yang telah di pasteurisasi,
tidak tampak adanya koloni Escherichia coli yang tumbuh. Hal ini menandakan
Rataan pH pada susu sapi segar yang diperoleh dari penelitian ini disajikan
pada Tabel 4.
sebesar 7,1 dengan rentang pH 6,9 – 7,2. Sedangkan kisaran pH menurut SNI 01-
3141-1998, pH susu sapi segar adalah 6 – 7. Hasil tersebut masih memenuhi syarat
susu segar yang telah di tetapkan oleh SNI 01-3141-1998 tentang mutu susu segar.
Meskipun rataan terlihat lebih tinggi, namun demikian rataan tersebut masih
normal. Pentingnya menilai pH dalam pangan salah satunya yakni susu segar
oleh pH. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2008b) yang menyatakan nilai pH
merupakan suatu fungsi yang menggambarkan keberadaan atom hidrogen bebas yang
dipengaruhi oleh pH. Nilai pH yang sangat rendah atau sangat tinggi akan mencegah
lain, seperti penambahan pengawet, pembekuan, proses termal, dan sebagainya untuk
pada rentang pH 6,9 – 7,2 bakteri tersebut dapat tumbuh. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya koloni Escherichia coli pada media EMBA yang dicirikan dengan inti
berwarna gelap kilap logam (metalik) pada susu yang tidak dipasteurisasi. Hal ini
membuktikan bahwa adanya hubungan antara pH dan pertumbuhan Escherichia coli
pada susu. Hal ini disebabkan karena enzim yang terdapat di dalam bakteri tersebut
Berbeda halnya dengan susu segar yang telah dipasteurisasi tidak terdapat adanya
Escherichia coli (tidak tumbuh). Hal ini dapat disebabkan karena nilai pH pada susu
yang telah dipasteurisasi tidak sesuai dengan pH untuk pertumbuhan bakteri tersebut,
sehingga dapat mempengaruhi kerja enzim pada aktivitas bakteri tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gibson (2008), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
Escherichia coli sangat sensitif terhadap nilai pH yang lebih rendah maupun tinggi
dapat mentolerir lingkungan yang sangat basa dan asam karena banyak enzim yang
merupakan bagian dari proses penting dalam bakteri tersebut yang sangat sensitif
terhadap pH. Ketika terjadi perubahan pH, maka enzim yang terdapat di dalam
kinerja dari bakteri tersebut sehingga dapat menyebabkan bakteri tersebut mati.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
berikut :
1. Susu sapi segar yang berasal dari 3 kelompok tani di Desa Gunung Perak,
Saran
konsumen serta perlu dilakukan proses pasteurisasi terlebih dahulu sebelum susu
dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Adam MR, Moss MO. 2008. Food Microbiology Third Edition. RSC Publishing.
UK.
Anonim. 2007. Potensi Daerah Kabupaten Sinjai - Sulawesi Selatan.
http://www.sinjai.go.id/jasa_industri.htm. [diakses pada tanggal 13 Juli 2011].
Balia, R., Harlia, E., Suryanto, D. 2008. Jumlah Bakteri Total, Koliform dan
Escherichia coli Pada Susu Segar Peternakan Sapi Perah Rakyat dan Susu
Pasteurisasi Tanpa Kemasan di Pedagang Kaki Lima. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
[BPPP] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1998. Pasca Panen Susu.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta.
Eckles, C. H, W. B. Comb and H. Macy. 1980. Milk and Milk Products. Tata Mc-
Graw Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.
Gibson. 2008. Optimal Conditions for the Growth of Escherichia coli. Microbiology
and Molecular Biology Reviews. Vol. 65 (2) : 232-260.
Grahatika, R. 2009. Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri pada Susu
Sapi di Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Hadiwiyoto, S. 1994. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty.
Yogyakarta.
Isnaeny, F. 2009. Total Bakteri dan Bakteri Coliform pada Susu Segar dan Susu
Pasteurisasi Hasil Peternakan Sapi Perah. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Marlina, T., Harlia, E., Astuti, H., 2004. Deteksi Jumlah dan Grup Koliform pada
Susu Sapi Perah Peternak Anggota Kud Tanjungsari di Tps Cimanggung. Tesis.
Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Ristiati, N. P., Widiyanti, N. L. P., 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada
Depo Air di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. 3 (1) : 64 – 73.
Wijayanti, S. 2009. Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi
Segar dari Koperasi Unit Desa di Kabupaten Boyolali. Tesis. Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Lampiran 1. Data Jumlah Escherichia coli pada Susu Segar di Desa Gunung Perak,
Kabupaten Sinjai.
Pengenceran
Ulangan -1 -2
10 10 10-3 10-4 10-5
15 4 4 2 0
1
5 3 0 4 2
36 25 10 4 0
2
0 8 6 2 0
72 60 23 0 1
3
70 46 21 24 0
Pengenceran
Ulangan
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
47 23 10 4 0
1
52 0 3 3 0
0 0 0 0 0
2
0 0 0 0 0
104 66 23 18 8
3
49 76 21 23 0
Pengenceran
Ulangan -1 -2
10 10 10-3 10-4 10-5
6 7 3 0 0
1
16 12 2 3 4
22 19 10 2 0
2 0 8 3 0 0
74 33 22 20 0
3
69 48 19 8 19
Lampiran 2. Koloni Escherichia coli pada Susu Segar Sebelum Pasteurisasi