PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
1.1. Perkembangan Puskesmas di kota Semarang
Pemerintah adalah pihak yang mengatur kehidupan bersama dan
mengatur urusan urusan pelayanan public, pemberian pelayanan prima
merupakan tugas pokok yang diemban oleh pemerintah, dan menjadi tolak
ukur akan kinerja pemerintah. MENPAN Nomor 63 Tahunn 2004,
pelayanan public adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan perwujudan aparatur sebagai abdi masyarakat.
Puskesmas merupakan salah satu bagian dari pemerintah daerah
yang memiliki peran penting dalam mensukseskan kesehatan nasional,
karena puskesmas memiliki posisi strategis yang dekat dengan masyarakat
dan dapat menyentuh lapisan masyarakat paling bawah karena dari segi
biaya puskesmas sangat terjangkau.
Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan public yang
berkualitas dari birokrat, meskipun tuntuan tersebut sering tidak sesuai
dengan harapan karena secara empiris pelayanan public yang terjadi
selama ini masih berbelit-belit, lamban, mahal, tidak adanya kepastian
biaya dan waktu pelayanan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena
masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan sebagai
pihak yang dilayani.
Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik
dirancang dan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam menyelenggarakan pelayanan yang tertuang dalam pasal 8 ayat 2
UU Nomor 25 Tahun 2009 tersebut mengemukakan bahwa penyelenggara
pelayanan public sekurang-kurangnya meliputi pelaksanaan pelayanan,
pengelolaan pengaduan masyarakat, pengelolaan informasi, pengawasan
internal, penyuluhan kepada masyarakat, serta pelayanan konsultasi.
Kemudian Pasal 23 ayat 5 dalam Undang-Undang yang sama
mengatakan bahwa Penyelenggara berkewajiban menyediakan informasi
1
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat secara terbuka
dan mudah diakses. Berdasarkan regulasi tentang pelayanan publik diatas,
sangat jelas bahwa penyelenggara pelayanan publik berkewajiban untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan
informasi / biaya layanan yang termaktub dalam standar pelayanan publik,
pengelolaan informasi pengaduan, serta sarana prasarana yang memadai.
Puskesmas erat kaitannya dengan masalah mutu pelayanan
kesehatan dasar sehingga terkandung makna bahwa puskesmas
berkewajiban menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar
masyarakat.
Pelayanan rawat inap adalah suatu proses perawatan terhadap pasien
yang karena alasan atau sakit tertentu pasien harus diinapkan guna
mendapatkan perawatan dan pengontrolan dari dokter dan petugas
kesehatan secara lebih intensif.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan makin luasnya
kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang membutuhkan rawat inap,
keberadaan puskesmas rawat inap sangatlah membantu masyarakat di
bidang pelayanan kesehatan.
Namun ada citra yang kurang baik dari masyarakat terhadap
pelayanan puskesmas baik dari sisi pemberian pelayanan, pemberian obat-
obatan, dan sarana prasarana. Hal ini dikarenakan murahnya biaya
pengobatan maupun perawatan seolah menjadi alasan bagi pemberi
layanan untuk tidak memberikan pelayanan optimal. Sebagai salah satu
sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di tingkat pertama.
2
kebutuhan aktivitas dan memenuhi standart yang sudah tertulis dalam
undang undang yang mengaturnya juga menjadikan pelayanan yang
diberikan menjadi signifikan dan ptimal bagi para pengguna layanan
tersebut.
3
BAB 2
KAJIAN PUSKESMAS
4
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
5
2.4.4 Penanggungjawab UKM Pengembangan
Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas,
antara lain:
a. Puskesmas Pembantu
b. Puskesmas Keliling
c. Bidan Desa
d. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
6
2.5 Struktur Organisasi Puskesmas
7
Pasal 10
1) Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
f. ketersediaan utilitas publik;
g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. kondisi lainnya.
2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pendirian Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis
pembangunan bangunan gedung negara.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 11
1) Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang
meliputi:
a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan,
perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan
dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk
yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 12
8
1) Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, setiap Puskesmas harus memiliki bangunan rumah
dinas Tenaga Kesehatan.
2) Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didirikan dengan mempertimbangkan
aksesibilitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.
Pasal 13
1) Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling
sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem gas medik;
g. sistem proteksi petir;
h. sistem proteksi kebakaran;
i. sistem pengendalian kebisingan;
j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1
(satu) lantai;
k. kendaraan Puskesmas keliling; dan
l. kendaraan ambulans.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 14
Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
sampai dengan Pasal 13 harus dilakukan pemeliharaan,
perawatan, dan pemeriksaan secara berkala agar tetap laik fungsi.
9
Pasal 15
1) Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi
persyaratan:
a. standar mutu, keamanan, keselamatan;
b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji
dan pengkalibrasi yang berwenang.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peralatan tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 16
1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga
Kesehatan dan tenaga non kesehatan.
2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah
pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan
persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian
waktu kerja.
3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
10
i. tenaga kefarmasian.
4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal
Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 17
1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
bekerja.
2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus
memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 18
1) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh
Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan
kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
2) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 19
1) Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi
kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan
peralatan.
11
2) Pelayanan laboratorium di Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
12
Administrasi
2 Ruang Bersalin
Lobby
3
Teras IGD
4
13
Ruang Tunggu
5 Puskesmas
Denah Puskesmas
6
Area Service
7 Ruang Inap
14
BAB 3
TINJAUAN LOKASI
15
Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi
astronomi di antara garis 6050’ – 7o10’ Lintang Selatan dan garis
109035’ – 110050’ Bujur Timur. Kota Semarang memiliki posisi
geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa,
dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari
empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor
Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang,
Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor
Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju
Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa
Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya
pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta
transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi
Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah.
16
Pasal 94
1) Kawasan pelayanan umum sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 78 huruf n meliputi kawasan fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, serta fasilitas keamanan dan keselamatan.
2) Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan umum
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan skala pelayanan
lingkungan, sub pelayanan kota, dan pelayanan kota.
17
h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas
kurang lebih 5.399 ( lima ratus sembialn puluh sembilan)
hektar.
i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang
lebih 6.213 (enam ribu dua ratus tiga belas) hektar.
j. BWK X Meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan
Tugu dengan Luas kurang lebih 6.393 ( enam ribu tiga ratus
sembilan puluh tiga) hektar.
3.3.2 Rencana pengembangan fungsi utama masing-masing
BWK sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) meliputi :
1. Perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, BWK II,
BWK III
2. Pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II
3. Transportasi udar dan transportasi laut di BWK III
4. Industri di BWK IV dan BWK VIII
5. Pendidikan di BWK VI dan BWK III
6. Perkantoran militer di BWK VII
7. Kantor dan pelayanan publik di BWK IX
3.3.3 Rencana penetapan pusat pelayanan sebagaiman dimaksud
dalam pasal 9 ayat (2) meliputi :
a. Pusat pelayan kota
b. Sub pusat pelayanan kota
c. Pusat lingkungan
Pusat pelayanan Kota yang Sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11 di tetapkan di BWK I, BWK II dan BWK
III. Pusat pelayanan skala Kota berfungsi sebagai pusat
pelayanan Pemerintahan Kota dan Pusat Kegiatan
Perdagangan dan Jasa.
3.3.4 Pusat kegiatan Pemerintahan sebagaiman dimaksud pada
ayat (2) berupa pusat pelayanan kegiatan Pemerintaha yang
dilengkapi dengan pengembangan fasilitas meliputi :
18
a. Kantor Walikota
b. Fasilitas Kantor Pemerintahan pendukung dan pelayanan
public
3.3.5 Pusat pelayanan Perdagangan dan Jasa skala Kota
dilengkapi dengan :
a. Pusat pembelanjaan skala Kota
b. Perkantoran swasta
c. Kegiatan jasa lainnya
19
yang sudah eksis keberadaannya yaitu dilayani oleh bandara
Internasional Ahmad Yani dan Pelabuhan Internasional Tanjungmas.
20
3.6 Kriteria Site
Site yang dipilih nantinya harus memenuhi kriteria site sbb:
i. Aksesibilas strategis agar mudah dicapai.
ii. Dekat dengan sarana prasarana seperti minimarket, temoat
ibadah, pasar, dan lain-lain.
iii. Fasilitas dan utiitas mendukung kegiatan operasional
puskesmas.
iv. Site yang mdah dijangkau termasuk Bus Rapid Transit
memudahkan semua kalangan untuk menjangkaunya.
v. Letaknya yang dekat dengan permukiman warga.
3.6.1 Alternatif 1
Jalan Raya Mangun Harjo, Tembalang.
SIT
SIT
21
Lokasi ini berada di jalan Jalan Raya Mangun Harjo,
Tembalang. Dengan kriteria site sebagai berikut :
a. Tata guna lahan diperuntukan sebagai kawasan Pendidikan
di BWK VI dan BWK III. BWK VI meliputi Kecamatan
Tembalang dengan Luas kurang lebih 4.420 (empat Ribu
empat ratus dua puluh) hektar.
b. Topografi pada lokasi ini yaitu kondisi tanah datar dan
berupa tanah kosong.
c. Pencapaian lokasi sangat mudah karena terletak dipinggir
jalan raya.
d. Utilitas bangunan di sekitar lokasi terpenuhi.
e. View yang didapat dari lokasi ini berupa lahan kosong
penghijauan dan jalan raya.
f. Sarana prasarana dan fasilitas pendukung cukup terpenuhi.
g. Luasan lokasi ini kurang mewadahi karena lahannya sempit
h. Dekat dengan tempat wisata brown canyon.
22
3.6.2 Alternatif 2
Jalan Tunggu Raya Meteseh, Meteseh.
23
b. Topografi pada lokasi ini yaitu kondisi tanah datar dan
berupa tanah kosong.
c. Pencapaian lokasi sangat mudah karena terletak dipinggir
jalan raya di depan site merupakan pos BRT.
d. Utilitas bangunan di sekitar lokasi terpenuhi.
e. View yang didapat dari lokasi ini berupa lahan kosong
penghijauan dan jalan raya.
f. Sarana prasarana dan fasilitas pendukung cukup terpenuhi.
g. Luasan lokasi ini kurang mewadahi karena lahannya sempit
Dasar dari pemilihan site ini yaitu karena penilaian bobot seperti
pada data diatas. Penilaian tersebut berdasarkan pertimbangan
site antara lain :
1. Tata Guna Lahan
Dalam site ini termasuk lahan komersial yang dapat
digunakan untuk perdagangan dan jasa. Pembangunan
Puskesmas termasuk jasa layanan kesehatan. Lahan ini
termasuk BWK 1 dan termasuk lahan kosong.
2. Topografi
Kondisi topografi pada site ini relatif datar. Jenis tanah pada
site ini pun juga relatif mudah untuk didirikan bangunan.
3. Aksesbilitas
Aksesbilitas untuk menuju ke lokasi ini sangat mudah,
mengingat bahwa jalan di depan lokasi site merupakan jalan
utama. Selain itu di samping site juga terdapat jalan yang
dapat dijadikan akses.
4. Utilitas
Utilitas pada lokasi ini terbilang lancer seperti air bersih,
saluran air kotor, listrik, dan sarana prasarana lain.
5. Kenyamanan dan daya tarik lokasi
Kenyaman untuk kawasan ini terbilang cukup karena berada
di tempat yang ramai. Daya tarik dari site ini yaitu letaknya
24
yang strategis sehingga memudahkan kegiatan operasional
yang ada.
6. Klimatologi
Untuk pencahayaan dan penghawaan alami dapat didapatkan
secara mudah pada site ini.
7. Dimensi tapak
Luas dari lokasi site ini sangat luas, sehingga dapat
menciptakan ruang yang nyaman untuk digunakan
25
3.7 Site Terpilih
Jalan Tunggu Raya Meteseh, Meteseh.
26
b. Topografi pada lokasi ini yaitu kondisi tanah datar dan
berupa tanah kosong.
c. Pencapaian lokasi sangat mudah karena terletak dipinggir
jalan raya di depan site merupakan pos BRT.
d. Utilitas bangunan di sekitar lokasi terpenuhi.
e. View yang didapat dari lokasi ini berupa lahan kosong
penghijauan dan jalan raya.
f. Sarana prasarana dan fasilitas pendukung cukup terpenuhi.
g. Luasan lokasi ini kurang mewadahi karena lahannya sempit
27
3.9 Site Existing
28
c. Aksesbilitas
Aksesbilitas untuk menuju ke lokasi ini sangat mudah,
mengingat bahwa jalan di depan lokasi site merupakan jalan
utama. Selain itu di samping site juga terdapat jalan yang dapat
dijadikan akses.
d. Utilitas
Utilitas pada lokasi ini terbilang lancer seperti air bersih, saluran
air kotor, listrik, dan sarana prasarana lain.
e. Kenyamanan dan daya tarik lokasi
Kenyaman untuk kawasan ini terbilang cukup karena berada di
tempat yang ramai. Daya tarik dari site ini yaitu letaknya yang
strategis sehingga memudahkan kegiatan operasional yang ada.
f. Klimatologi
Untuk pencahayaan dan penghawaan alami dapat didapatkan
secara mudah pada site ini.
g. Dimensi tapak
Luas dari lokasi site ini sangat luas, sehingga dapat menciptakan
ruang yang nyaman untuk digunakan
29
d. Penentuan Luas Persil Bangunan
Fasilitas Kesehatan luas persil bangunannya ditetapkan:
Puskesmas ± 1.200 m² (skala 30.000 penduduk).
Puskesmas ± 2.400 m² (skala 120.000 penduduk).
30
lewat tetapi menjadikan suatu kawasan sebagai titik pemberhentian
semetara.
Sirkulai angkutan umum di site ini bersifat aktif, dalam artian
sirkulasi kendaraan umum di jalur ini cukup banyak. Hal tersebut
bisa di lihat dari pos BRT yang ada di sekitar site, dan angkutan kota
yang ada di sekitar site.
31
3.14 Topografi Site
32
BAB 4
PENDEKATAN PERENCANAAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
33
mengurangi stres pasien dan keluarga. Untuk mempromosikan pemulihan,
arsitektur penyembuhan bertujuan untuk:
34
berdasarkan pada kemungkinan seorang pasien mengalami infeksi di
fasilitas yang berbeda dari masalah medis di mana pasien dirawat. Menurut
The Leapfrog Group, lembaga nonprofit independen yang berkomitmen
untuk mengejar kualitas, keselamatan, dan transparansi dalam sistem
perawatan kesehatan AS, 1 dari setiap 25 pasien mengalami infeksi saat
berada di rumah sakit.
35
4.4.2 Penggolongan Pelaku
a. Pasien
4 TAMU/PENGUNJUNG b. Pengantar pasien
36
4.5. Aktivitas pelaku
Staff Kesehatan Puskesmas
Kendaraan
Pribadi
Parkir Lobby Presensi
Datang Kendaraan
Umum Ruang Staff
Berjalan
Kaki Ruang Praktek
Parkir
Kendaraan
Pribadi
Parkir Lobby Presensi
Datang Kendaraan
Umum Ruang Staff
Berjalan
Kaki Ruang Praktek
Parkir
37
Staff Rumah Tangga
Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Presensi
Datang Kendaraan
Umum Ruang staff
Berjalan Dapur
Kaki
Kembali Istirahat
Pulang Selesai
Bekerja
Parkir
Makan & minum
sholat
Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Loket Pendaftaran
Datang Kendaraan
Umum
Ruang Tunggu
Berjalan
Kaki Makan & minum
sholat
Parkir
38
Pasien Rawat Inap
Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Loket Pendaftaran
Datang Kendaraan
Umum
Ruang Tunggu
Berjalan
Kaki Makan & minum
sholat
Pulang Parkir
Pasien IGD
Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Trease
Datang Kendaraan
Umum
Rawat Inap Registrasi IGD
Berjalan
Kaki
Pulang
Parkir
39
Pengelola Servis
Kendaraan
Pribadi
Parkir Pintu Samping Presensi
Datang Kendaraan
Umum Ruang Staff
Bersih-bersih
Parkir
40
4.7. Organisasi ruang
Ruang kepala
Ruang TU
Ruang staff
Ruang rapat Teras
Ruang Laktasi
Toilet Dapur Gudang
R. pemeriksaan umum
R. poli gigi
R. poli mata
R. poli THT
R. KIA dan KB
R. lansia
R. imunisasi
41
4.8. Besaran ruang
42
2 Rawat Jalan Klinik 18 C
Klinik KhusuS 18 C
Klinik anak 18 C
Hall / ruang tunggu 150 ASUMSI
Ruang tunggu bermain anaK 50 ASUMSI
Ruang Dokter (+WC) 20 A
Ruang perawat 20 A
Rekam medik 12 A
Ruang pendaftaran 15 ASUMSI
Kasir rawat jalan 9 A
Ruang arsip 6 B
Ruang racik obat 12 A
Counter apotek 9 A
Pantri 9 A
Gudang 9 ASUMSI
3 Ruang ICU Ruang tidur non isolasi 16 A
Ruang tidur isolasi 20 A
Loker / ruang ganti 9 A
Ruang perawat 20 A
Ruang dokter 20 A
Nurse station 20 A
Ruang pacu 12 A
Ruang tunggu keluarga pasien 30 ASUMSI
Ruang administrasi 9 A
Gudang alat medik 20 A
Gudang bersih 9 ASUMSI
Spoelhoek 9 A
Janitor 9 A
43
WC petugas medik 3/UNIT B
Pantri 9 A
Parkir trolley 9 A
medik 12 A
Ruang tidur non isolasi 16 A
4 Kamar Bedah Ruang bedah / OK 36 A
Ruang induksi 24 A
Ruang persiapan 24 A
Ruang pemulihan 24 A
Ruang dokter (+WC) 20 A
Ruang pendaftaran 15 ASUMSI
Ruang tunggu pengantar 20 A
Loker 9 A
Spoelhoek 9 A
Gudang steril 14 A
Ruang obat 9 A
Scrub station 9 A
5 Radiologi Ruang USG 18 A
Ruang general X-ray 24 A
Ruang proses 7 A
Ruang kerja 24 A
Ruang dokter (+WC) 20 A
Ruang administrasi 9 A 9 A
WC 3 3/UNIT B
Ruang tunggu radiolog 30 ASUMSI
Ruang operator 9 A
6 Laboratorium Ruang pemeriksaan / 16 ASUMSI
pengambilan sampel
Medical check up 20 ASUMSI
44
Laboratorium klinik 28 A
7 Ruang Penunjang Kantin 40 ASUMSI
Minimarket 40 ASUMSI
Fotocopy 5/UNIT B
ATM 3 / slot Asumsi 3/SLOT ASUMSI
Apotek 30 ASUMSI
Kasir apotek 9 A
8 Ruang Servis KM / WC 3/UNIT B
Gudang peralatan servis 9 A
Ruang panel 9 ASUMSI
Ruang genset 27 B
Ruang AHU 12 ASUMSI
Ruang Chiller 110 ASUMSI
Ground Tank 64 C
Roof Tank 40 ASUMSI
Ruang gas medik dan ruang 30 A
kompresor
Depo laundry 9 A
Tangki IPAL 27 A
Ruang kontrol (CCTV) 12 ASUMSI
KM / WC 3/UNIT B
Gudang peralatan servis 9 A
45
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Pendekatan healing architecture dapat dilakukan tidak harus dengan
menerapkan elemen warna dan atau alam ke dalam bangunan. Healing
architecture dapat dicapai dengan memberikan suasana yang membuat pengguna
melupakan rasa sakitnya, misalnya dengan memasukkan suasana yang penuh
aktivitas kehidupan ke dalam bangunan.
5.2 Saran
Dengan adanya healing architecture diharapkan layanan kesehatan tidak
hanya memperhatikan aspek pelayanan saja kepada pasien. Tetapi juga
memperhatikan aspek kenyamanan pengguna, lingkungan, dan lain-lain. Akan
lebih baik jika kita sebagai generasi muda mulai memperhatikan perancabngan
bangunan dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan.
46