Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
1.1. Perkembangan Puskesmas di kota Semarang
Pemerintah adalah pihak yang mengatur kehidupan bersama dan
mengatur urusan urusan pelayanan public, pemberian pelayanan prima
merupakan tugas pokok yang diemban oleh pemerintah, dan menjadi tolak
ukur akan kinerja pemerintah. MENPAN Nomor 63 Tahunn 2004,
pelayanan public adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan perwujudan aparatur sebagai abdi masyarakat.
Puskesmas merupakan salah satu bagian dari pemerintah daerah
yang memiliki peran penting dalam mensukseskan kesehatan nasional,
karena puskesmas memiliki posisi strategis yang dekat dengan masyarakat
dan dapat menyentuh lapisan masyarakat paling bawah karena dari segi
biaya puskesmas sangat terjangkau.
Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan public yang
berkualitas dari birokrat, meskipun tuntuan tersebut sering tidak sesuai
dengan harapan karena secara empiris pelayanan public yang terjadi
selama ini masih berbelit-belit, lamban, mahal, tidak adanya kepastian
biaya dan waktu pelayanan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena
masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan sebagai
pihak yang dilayani.
Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik
dirancang dan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam menyelenggarakan pelayanan yang tertuang dalam pasal 8 ayat 2
UU Nomor 25 Tahun 2009 tersebut mengemukakan bahwa penyelenggara
pelayanan public sekurang-kurangnya meliputi pelaksanaan pelayanan,
pengelolaan pengaduan masyarakat, pengelolaan informasi, pengawasan
internal, penyuluhan kepada masyarakat, serta pelayanan konsultasi.
Kemudian Pasal 23 ayat 5 dalam Undang-Undang yang sama
mengatakan bahwa Penyelenggara berkewajiban menyediakan informasi

1
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat secara terbuka
dan mudah diakses. Berdasarkan regulasi tentang pelayanan publik diatas,
sangat jelas bahwa penyelenggara pelayanan publik berkewajiban untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan
informasi / biaya layanan yang termaktub dalam standar pelayanan publik,
pengelolaan informasi pengaduan, serta sarana prasarana yang memadai.
Puskesmas erat kaitannya dengan masalah mutu pelayanan
kesehatan dasar sehingga terkandung makna bahwa puskesmas
berkewajiban menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar
masyarakat.
Pelayanan rawat inap adalah suatu proses perawatan terhadap pasien
yang karena alasan atau sakit tertentu pasien harus diinapkan guna
mendapatkan perawatan dan pengontrolan dari dokter dan petugas
kesehatan secara lebih intensif.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan makin luasnya
kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang membutuhkan rawat inap,
keberadaan puskesmas rawat inap sangatlah membantu masyarakat di
bidang pelayanan kesehatan.
Namun ada citra yang kurang baik dari masyarakat terhadap
pelayanan puskesmas baik dari sisi pemberian pelayanan, pemberian obat-
obatan, dan sarana prasarana. Hal ini dikarenakan murahnya biaya
pengobatan maupun perawatan seolah menjadi alasan bagi pemberi
layanan untuk tidak memberikan pelayanan optimal. Sebagai salah satu
sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di tingkat pertama.

1.2. Isu Kelayakan Sarana Prasarana layanan Puskesmas


Minimnya bangunan puskesmas yang memenuhi standart
penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai peraturan yang
tertera menjadikan laporan ini disusun.
Sehingga diharapkan laporan ini dapat menjadi sebuah solusi dan
tuntuan pembangunan dan perencanaan puskesmas yang sesuai dengan

2
kebutuhan aktivitas dan memenuhi standart yang sudah tertulis dalam
undang undang yang mengaturnya juga menjadikan pelayanan yang
diberikan menjadi signifikan dan ptimal bagi para pengguna layanan
tersebut.

II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN


1. Minimnya bangunan puskesmas yang memenuhi sarana dan prasarana
yang dibutuhkan.
2. Minimnya satndart kelayakan operasional dan kebutuhan ruang di
puskesmas.
3. Diharapkan menjadi tuntunan pembangunan sarana dan prasarana
puskesmas sesuai kebutuhan.

3
BAB 2

KAJIAN PUSKESMAS

II. BANGUNAN PUSKESMAS


2.1 Pengertian Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas Non Rawat Inap
Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolongan persalinan normal.
2.1.2 Pengertian Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
2.2 Tujuan Puskesmas
2.2.1 Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
sehat.
2.2.2 Fungsi Puskesmas
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
dan
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
2.3 Wewenang Puskesmas
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhnan pelayanan yang
diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan ;
d. Menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
mnenyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

4
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.

2.4 Struktur Kepegawaian Puskesmas


2.4.1 Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan paling rendah sarjana, memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat, masa kerja di Puskesmas
minimal 2 (dua) tahun, dan telah mengikuti pelatihan
manajemen Puskesmas.
2.4.2 Kasubag Tata Usaha
Membawahi beberapa kegiatan diantaranya Sistem Informasi
Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.
2.4.3 Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan
kesehatan masyarakat

a. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS


b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
d. Pelayanan gizi yang bersifat UKM
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
f. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

5
2.4.4 Penanggungjawab UKM Pengembangan
Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas,
antara lain:

a. Pelayanan kesehatan jiwa


b. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
c. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
d. Pelayanan kesehatan olahraga
e. Pelayanan kesehatan indera
f. Pelayanan kesehatan lansia
g. Pelayanan kesehatan kerja
h. Pelayanan kesehatan lainnya

2.4.5 Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium


Membawahi beberapa kegiatan, yaitu:

a. Pelayanan pemeriksaan umum


b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
c. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
d. Pelayanan gawat darurat
e. Pelayanan gizi yang bersifat UKP
f. Pelayanan persalinan
g. Pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap
h. Pelayanan kefarmasian
i. Pelayanan laboratorium

2.4.6 Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan


jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

a. Puskesmas Pembantu
b. Puskesmas Keliling
c. Bidan Desa
d. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

6
2.5 Struktur Organisasi Puskesmas

Struktur Organisasi Puskesmas Perkotaan dan Perdesaan

2.6 Persyaratan Puskesmas


Persyaratan puskesmas diatur dalam Permenkes No.75 Tahun 2014
tentang pusat kesehatan masyarakat, BAB III pasal 9 s.d. pasal 19.
Pasal 9
1) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat
didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas.
3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan,
jumlah penduduk dan aksesibilitas.
4) Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan,
prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan
laboratorium.

7
Pasal 10
1) Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
f. ketersediaan utilitas publik;
g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. kondisi lainnya.
2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pendirian Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis
pembangunan bangunan gedung negara.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 11
1) Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang
meliputi:
a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan,
perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan
dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk
yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 12

8
1) Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, setiap Puskesmas harus memiliki bangunan rumah
dinas Tenaga Kesehatan.
2) Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didirikan dengan mempertimbangkan
aksesibilitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.
Pasal 13
1) Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling
sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem gas medik;
g. sistem proteksi petir;
h. sistem proteksi kebakaran;
i. sistem pengendalian kebisingan;
j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1
(satu) lantai;
k. kendaraan Puskesmas keliling; dan
l. kendaraan ambulans.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.

Pasal 14
Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
sampai dengan Pasal 13 harus dilakukan pemeliharaan,
perawatan, dan pemeriksaan secara berkala agar tetap laik fungsi.

9
Pasal 15
1) Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi
persyaratan:
a. standar mutu, keamanan, keselamatan;
b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji
dan pengkalibrasi yang berwenang.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peralatan tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 16
1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga
Kesehatan dan tenaga non kesehatan.
2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah
pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan
persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian
waktu kerja.
3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan

10
i. tenaga kefarmasian.
4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal
Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 17
1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
bekerja.
2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus
memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 18
1) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh
Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan
kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
2) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.

Pasal 19
1) Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi
kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan
peralatan.

11
2) Pelayanan laboratorium di Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.

2.7 Studi Kasus Puskesmas


Puskesmas Halmahera terletak di Jl. Halmahera Raya No. 38
Kelurahan Karangtempel Kec. Semarang Timur , Semarang, Indonesia.
Puskesmas Halmahera melayani pelayanan Rawat Jalan, Bersalin dan
pelayanan Rawat Inap, dan juga sebagai Rujukan antara sebelum dirujuk
ke Rumah Sakit.
NO GAMBAR KETERANGAN

Ruang Rawat Inap


1

12
Administrasi
2 Ruang Bersalin

Lobby
3

Teras IGD
4

13
Ruang Tunggu
5 Puskesmas

Denah Puskesmas
6

Area Service
7 Ruang Inap

14
BAB 3

TINJAUAN LOKASI

III. KONDISI FISIK KOTA SEMARANG


3.1 Luas dan batas wilayah Kota Semarang
Luas wilayah 373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang
terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan
yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu
Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan
Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan
tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan
yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan
perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil
adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km2
diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14
Km2 .

Wilayah Administrasi Kota Semarang (Km2)

Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS (data diolah)

15
Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi
astronomi di antara garis 6050’ – 7o10’ Lintang Selatan dan garis
109035’ – 110050’ Bujur Timur. Kota Semarang memiliki posisi
geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa,
dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari
empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor
Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang,
Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor
Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju
Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa
Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya
pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta
transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi
Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah.

Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan Indonesia

3.2 Rencana Kawasan Kesehatan


Kawasan kesehatan tercantum dalam kawasan pelayanan umum
pada RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031. Kawasan Pelayanan
Umum

16
Pasal 94
1) Kawasan pelayanan umum sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 78 huruf n meliputi kawasan fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, serta fasilitas keamanan dan keselamatan.
2) Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan umum
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan skala pelayanan
lingkungan, sub pelayanan kota, dan pelayanan kota.

3.3 Tinjauan Kebijakan Pemanfaatan Tata Ruang Kota


3.3.1 Rencana pembagian Wilayah Kota (BWK) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) :
a. BWK I meliputi kecamatan semarang tengah, Kecamatan
Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan dengan
luas kurang lebih 2.223 (dua ribu dua ratus dua puluh tiga)
hektar.
b. BWK II meliputi Kacamatan Candisari dan Kecamatan
Gajahmungkur dengan luas kurang lebih 1.320 (seribu tiga
ratus dua puluh) hektar.
c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan
Kecamatan Semarang Utara dengan luas kurang lebih 3.522
(tiga ribu lima ratus dua puluh dua)hektar.
d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang
lebih 2.738 (dua ribu tujuh ratus tiga puluh delapan) hektar.
e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan
Pedurungan dengan luas kurang lebih 2.622 (dua ribu enam
ratus dua puluh dua) hektar.
f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan Luas
kurang lebih 4.420 (empat Ribu empat ratus dua puluh)
hektar.
g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas
kurang lebih 2.509 (dua ribu lima ratus sembilan) hektar.

17
h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas
kurang lebih 5.399 ( lima ratus sembialn puluh sembilan)
hektar.
i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang
lebih 6.213 (enam ribu dua ratus tiga belas) hektar.
j. BWK X Meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan
Tugu dengan Luas kurang lebih 6.393 ( enam ribu tiga ratus
sembilan puluh tiga) hektar.
3.3.2 Rencana pengembangan fungsi utama masing-masing
BWK sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) meliputi :
1. Perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, BWK II,
BWK III
2. Pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II
3. Transportasi udar dan transportasi laut di BWK III
4. Industri di BWK IV dan BWK VIII
5. Pendidikan di BWK VI dan BWK III
6. Perkantoran militer di BWK VII
7. Kantor dan pelayanan publik di BWK IX
3.3.3 Rencana penetapan pusat pelayanan sebagaiman dimaksud
dalam pasal 9 ayat (2) meliputi :
a. Pusat pelayan kota
b. Sub pusat pelayanan kota
c. Pusat lingkungan
Pusat pelayanan Kota yang Sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11 di tetapkan di BWK I, BWK II dan BWK
III. Pusat pelayanan skala Kota berfungsi sebagai pusat
pelayanan Pemerintahan Kota dan Pusat Kegiatan
Perdagangan dan Jasa.
3.3.4 Pusat kegiatan Pemerintahan sebagaiman dimaksud pada
ayat (2) berupa pusat pelayanan kegiatan Pemerintaha yang
dilengkapi dengan pengembangan fasilitas meliputi :

18
a. Kantor Walikota
b. Fasilitas Kantor Pemerintahan pendukung dan pelayanan
public
3.3.5 Pusat pelayanan Perdagangan dan Jasa skala Kota
dilengkapi dengan :
a. Pusat pembelanjaan skala Kota
b. Perkantoran swasta
c. Kegiatan jasa lainnya

Pemanfaatan Tata Ruang Kota, sumber : BAPPEDA Semarang,2014

3.4 Potensi Kota Semarang


Jalur transportasi utama Semarang – Yogyakarta – Solo dan
Pantura (Jakarta – Surabaya) sangat membantu kemudahan pergerakan
masyarakat. Sementara itu, jalan yang menghubungkan antara jalur
utama dengan pusat-pusat permukiman kondisinya cukup baik. Panjang
jalan di seluruh wilayah Kota Semarang mencapai 2.786,056 km,
52,46% sudah diaspal 54,72% dalam keadaan baik; 32,52% dalam
keadaan sedang; dan sisanya dalam keadaan rusak.

Untuk memenuhi transportasi darat terdapat Bus Antar Kota Dalam


Propinsi (AKDP) dan Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP).
Angkutan Kereta Api di Kota Semarang dilayani 3 stasiun yaitu Stasiun
Tawang, Stasiun Poncol dan Stasiun Alastuwa. Kemudian pelayanan
transportasi internasional menggunakan pesawat terbang dan kapal laut

19
yang sudah eksis keberadaannya yaitu dilayani oleh bandara
Internasional Ahmad Yani dan Pelabuhan Internasional Tanjungmas.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


(RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015, adalah mewujudkan Kota
Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala internasional
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Sedangkan
kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang secara umum
terbagi atas: Kebijakan pengembangan struktur ruang dan Kebijakan
pengembangan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang
Kota Semarang, ditunjukkan pada gambar 1 berikut berdasarkan pada:

1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan


perdagangan dan jasa berskala internasional.
2. Peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan.
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana
sarana umum.

3.5 Data Site


Berdasarkan analisa yang telah disebutkan diambil BWK yang
mempunyai potensi sesuai dengan kriteria lokasi. Menurut rencana
pengembangan fungsi utama masing-masing BWK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1 ), BWK I, BWK II, BWK III adalah wilayah
dalam Kota Semarang yang berfungsi sebagai Perkantoran,
perdagangan dan jasa. Wilayah ini sesuai dan potensial sebagai lokasi
pembangunan Puskesmas di Semarang.
Pada pemilihan tapak untuk Puskesmas di Semarang, maka perlu
diadakan penilaian dan pembobotan tapak yang telah dipilih dari segi
tata guna lahan, kondisi topografi, aksesbilitas, utilitas bangunan,
kenyamanan dan daya tarik lokasi, klimatologi, dimensi tapak. Maka
untuk pemilihan lokasi untuk pembangunan Puskesmas perlu adanya
kriteria lokasi yang harus dipenuhi sesuai dengan penilaian
pembobotan.

20
3.6 Kriteria Site
Site yang dipilih nantinya harus memenuhi kriteria site sbb:
i. Aksesibilas strategis agar mudah dicapai.
ii. Dekat dengan sarana prasarana seperti minimarket, temoat
ibadah, pasar, dan lain-lain.
iii. Fasilitas dan utiitas mendukung kegiatan operasional
puskesmas.
iv. Site yang mdah dijangkau termasuk Bus Rapid Transit
memudahkan semua kalangan untuk menjangkaunya.
v. Letaknya yang dekat dengan permukiman warga.

3.6.1 Alternatif 1
Jalan Raya Mangun Harjo, Tembalang.

SIT
SIT

Gambar 3.6.1 Jalan Raya Mangun Harjo, Tembalang.

21
Lokasi ini berada di jalan Jalan Raya Mangun Harjo,
Tembalang. Dengan kriteria site sebagai berikut :
a. Tata guna lahan diperuntukan sebagai kawasan Pendidikan
di BWK VI dan BWK III. BWK VI meliputi Kecamatan
Tembalang dengan Luas kurang lebih 4.420 (empat Ribu
empat ratus dua puluh) hektar.
b. Topografi pada lokasi ini yaitu kondisi tanah datar dan
berupa tanah kosong.
c. Pencapaian lokasi sangat mudah karena terletak dipinggir
jalan raya.
d. Utilitas bangunan di sekitar lokasi terpenuhi.
e. View yang didapat dari lokasi ini berupa lahan kosong
penghijauan dan jalan raya.
f. Sarana prasarana dan fasilitas pendukung cukup terpenuhi.
g. Luasan lokasi ini kurang mewadahi karena lahannya sempit
h. Dekat dengan tempat wisata brown canyon.

22
3.6.2 Alternatif 2
Jalan Tunggu Raya Meteseh, Meteseh.

Gambar 3.6.2 Jalan Tunggu Raya Meteseh, Meteseh.

Lokasi ini berada di jalan Jalan Tunggu Raya Meteseh,


Meteseh. Dengan kriteria site sebagai berikut :
a. Tata guna lahan diperuntukan sebagai kawasan Kantor dan
pelayanan publik di BWK IX yang meliputi Kecamatan
Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 (enam ribu dua ratus
tiga belas) hektar.

23
b. Topografi pada lokasi ini yaitu kondisi tanah datar dan
berupa tanah kosong.
c. Pencapaian lokasi sangat mudah karena terletak dipinggir
jalan raya di depan site merupakan pos BRT.
d. Utilitas bangunan di sekitar lokasi terpenuhi.
e. View yang didapat dari lokasi ini berupa lahan kosong
penghijauan dan jalan raya.
f. Sarana prasarana dan fasilitas pendukung cukup terpenuhi.
g. Luasan lokasi ini kurang mewadahi karena lahannya sempit

Dasar dari pemilihan site ini yaitu karena penilaian bobot seperti
pada data diatas. Penilaian tersebut berdasarkan pertimbangan
site antara lain :
1. Tata Guna Lahan
Dalam site ini termasuk lahan komersial yang dapat
digunakan untuk perdagangan dan jasa. Pembangunan
Puskesmas termasuk jasa layanan kesehatan. Lahan ini
termasuk BWK 1 dan termasuk lahan kosong.
2. Topografi
Kondisi topografi pada site ini relatif datar. Jenis tanah pada
site ini pun juga relatif mudah untuk didirikan bangunan.
3. Aksesbilitas
Aksesbilitas untuk menuju ke lokasi ini sangat mudah,
mengingat bahwa jalan di depan lokasi site merupakan jalan
utama. Selain itu di samping site juga terdapat jalan yang
dapat dijadikan akses.
4. Utilitas
Utilitas pada lokasi ini terbilang lancer seperti air bersih,
saluran air kotor, listrik, dan sarana prasarana lain.
5. Kenyamanan dan daya tarik lokasi
Kenyaman untuk kawasan ini terbilang cukup karena berada
di tempat yang ramai. Daya tarik dari site ini yaitu letaknya

24
yang strategis sehingga memudahkan kegiatan operasional
yang ada.
6. Klimatologi
Untuk pencahayaan dan penghawaan alami dapat didapatkan
secara mudah pada site ini.
7. Dimensi tapak
Luas dari lokasi site ini sangat luas, sehingga dapat
menciptakan ruang yang nyaman untuk digunakan

3.6.3 Penilaian Alternatif Tapak


Penilaian kedua alternatif tapak yang menjadi area
perancangan pembangunan Puskesmas dilakukan penilaian
pembobotan sebagai berikut:
Alternatif 1 Alternatif 2
No Kriteria Bobot
Keterangan Nilai Keterangan Nilai
Tata Guna Daerah Daerah
1 5 35 40
Lahan komersial komersial
Kondisi
2 3 Relatif datar 21 Relatif datar 24
Topografi
3 Aksesibilitas 4 Jalan alternatif 32 Jalan utama 32
Air bersih, Air bersih, listik,
4 Utilitas 3 listrik, saluran 21 saluran drainase 24
drainase baik baik
Kenyamanan Daerah cukup Daerah site
5 dan daya 4 tenang, view 28 bising, view 28
tarik lokasi cukup bagus
Pencahayaan
Pencahayaan
dan
6 Klimatologi 4 28 dan penghawaan 28
penghawaan
alami baik
alami baik
Dimensi
7 3 Site Sangat luas 21 Site Luas 21
Tapak
TOTAL 26 Alternatif 1 186 197
Tabel bobot alternatif site
Dari hasil penilaian pembobotan ke-2 lokasi alternatif diatas,
maka site terpilih yaitu site lokasi alternatif 1 yang berada di jalan
Tunggu Raya Meteseh, Meteseh dengan total skor 197.

25
3.7 Site Terpilih
Jalan Tunggu Raya Meteseh, Meteseh.

Gambar 3.6.2 Jalan Tunggu Raya Meteseh, Meteseh.

Lokasi ini berada di jalan Jalan Tunggu Raya Meteseh,


Meteseh. Dengan kriteria site sebagai berikut :
a. Tata guna lahan diperuntukan sebagai kawasan Kantor dan
pelayanan publik di BWK IX yang meliputi Kecamatan
Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 (enam ribu dua ratus
tiga belas) hektar.

26
b. Topografi pada lokasi ini yaitu kondisi tanah datar dan
berupa tanah kosong.
c. Pencapaian lokasi sangat mudah karena terletak dipinggir
jalan raya di depan site merupakan pos BRT.
d. Utilitas bangunan di sekitar lokasi terpenuhi.
e. View yang didapat dari lokasi ini berupa lahan kosong
penghijauan dan jalan raya.
f. Sarana prasarana dan fasilitas pendukung cukup terpenuhi.
g. Luasan lokasi ini kurang mewadahi karena lahannya sempit

3.8 Batasan Site


Utara : Minimarket Meteseh, MA Taqwal Illah
Timur : Kantor Urusan Agama (KUA)
Selatan : Warung juice, warung wedang ronde, pasar meteseh
Barat : Lahan kosong

27
3.9 Site Existing

3.10 Pertimbangan Pemilihan Site


Dasar dari pemilihan site ini yaitu karena penilaian bobot
seperti pada data diatas. Penilaian tersebut berdasarkan
pertimbangan site antara lain :
a. Tata Guna Lahan
Dalam site ini termasuk lahan komersial yang dapat digunakan
untuk perdagangan dan jasa. Pembangunan Puskesmas
termasuk jasa layanan kesehatan. Lahan ini termasuk BWK 1
dan termasuk lahan kosong.
b. Topografi
Kondisi topografi pada site ini relatif datar. Jenis tanah pada site
ini pun juga relatif mudah untuk didirikan bangunan.

28
c. Aksesbilitas
Aksesbilitas untuk menuju ke lokasi ini sangat mudah,
mengingat bahwa jalan di depan lokasi site merupakan jalan
utama. Selain itu di samping site juga terdapat jalan yang dapat
dijadikan akses.
d. Utilitas
Utilitas pada lokasi ini terbilang lancer seperti air bersih, saluran
air kotor, listrik, dan sarana prasarana lain.
e. Kenyamanan dan daya tarik lokasi
Kenyaman untuk kawasan ini terbilang cukup karena berada di
tempat yang ramai. Daya tarik dari site ini yaitu letaknya yang
strategis sehingga memudahkan kegiatan operasional yang ada.
f. Klimatologi
Untuk pencahayaan dan penghawaan alami dapat didapatkan
secara mudah pada site ini.
g. Dimensi tapak
Luas dari lokasi site ini sangat luas, sehingga dapat menciptakan
ruang yang nyaman untuk digunakan

3.11 Peraturan Yang Berlaku


Penentuan KDB pada setiap ruas fungsi jaringan jalan ditetapkan
sebagai berikut :
Jalan Lokal Sekunder, KDB yang ditetapkan :
a. Kesehatan KDB yang direncanakan 40 % (empat puluh
perseratus) Bangunan Pelayanan Umum KDB yang
direncanakan 40 % (empat puluh perseratus).
b. Kesehatan maksimal 2 lantai dan KLB 0,8
c. Garis sempadan muka bangunan terhadap sempadan
jalan dihitung dari as jalan sampai dinding terluar
bangunan yang besarnya ditetapkan berdasarkan fungsi
jalan sebagai berikut:
GSB yang ditetapkan : 8 m

29
d. Penentuan Luas Persil Bangunan
Fasilitas Kesehatan luas persil bangunannya ditetapkan:
Puskesmas ± 1.200 m² (skala 30.000 penduduk).
Puskesmas ± 2.400 m² (skala 120.000 penduduk).

3.12 Sirkulasi Site

Jalan Raya Tunggu


Raya Meteseh tidak ada Jalan Tunggu Raya
traffic light karena Meteseh, Meteseh.
bukan merupakan jalur Lebar jalan 8 meter
cepat. 2 arah

Lalu lintas sekitar site bisa diakses kendaraan bermotor melalui


2 arah yaitu jalur utara selatan . Tidak ada lampu lalu lintas
sepanjang jalan tersebut. Lebar jalan ±8 meter sehingga bisa cukup
untuk dilalui 2 mobil secara bersamaan.
Site yang berada di tepi jalan yang strategis menjadikan sirkulasi
kendaraan bersifat pasif, karena kendaraan yang datang bukan hanya

30
lewat tetapi menjadikan suatu kawasan sebagai titik pemberhentian
semetara.
Sirkulai angkutan umum di site ini bersifat aktif, dalam artian
sirkulasi kendaraan umum di jalur ini cukup banyak. Hal tersebut
bisa di lihat dari pos BRT yang ada di sekitar site, dan angkutan kota
yang ada di sekitar site.

3.13 Utilitas Site


Fasilitas yang telah ada disekitar lokasi adalah fasilitas
minimarket dan tempat ibadah. Sarana ibadah berupa masjid dan
musholla banyak terdapat disekitar lokasi perumahan. Dekat dengan
jasa agkutan umum Bus Rapid Transit (BRT). Pasar Meteseh,
warung, minimarket alfamart. Utilitas yang telah ada di Lokasi
Perumahan yaitu Listrik PLN dan PDAM (telah ada saluran primer
didekat lokasi) dan telepon.

31
3.14 Topografi Site

Lokasi site terletak di pinggir


jalan raya. Sirkulasi dalam jalan
raya ini terbilang ramai lancar.
Jalan raya ini memiliki 2 jalur
yang dimana satu jalur memiliki
lebar ±8 meter.
Pencapaian untuk ke lokasi
sangat mudah karena letaknya
yang strategis. Sarana
tranportasi umum juga dapat
melintas di depan lokasi site.
Luasan site sekitar ± 1.100m2

32
BAB 4
PENDEKATAN PERENCANAAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

4.1. Permasalahan Arsitektural


Permasalahan arsitektural yang ada pada banguan Pusat Kesehatan
Masyarakat sebagai berikut:
1 Fasilitas pelayanan puskesmas yang ada di kota Semarang kurang layak
desain.
2 Perawatan fasilitas pelayanan Puskesmas yang kurang.
3 Penggunaan material yang kurang tepat pada bangunan pusat kesehatan
masyarakat yang ada.
4 Konsep rancangan yang kurang sesuai dengan metode kesembuhan pasien
rawat jalan maupun rawat inap.

Sejalan dengan pernyataan diatas, kebutuhan ruang puskesmas pun


terus meningkat, sehingga seiring dengan berkembangnya puskesmas
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka diperlukannya efisiensi lahan
dengan fungsi dan manfaat yang maksimal untuk semua kalangan, dan
juga memikirkan penggunaan material yang sustainable dan ramah
terhadap lingkungan.

4.2. Konsep Rancangan


4.2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat dengan pendekatan “Healing
Architecture”

Healing architecture secara umum diartikan sebagai


penyembuhan yang dilakukan melalui elemen arsitektur. Dalam
penerapannya, Healing Architecture umumnya dikaitkan dengan
pemberian aspek warna dan alam ke dalam bangunan, mengingat
kedua aspek inilah yang terbukti mampu membantu tingkat
kesembuhan pasien. Namun secara definisi, penerapan Healing
Architecture ini tidak selalu harus diwujudkan dalam bentuk kedua
aspek di atas. Pada objek rancang ini, sebuah pendekatan baru
diterapkan dalam prinsip Healing Architecture. Pendekatan ini
diterapkan dalam objek rancang dengan menghadirkan kehidupan
sehari-hari yang disukai sebagian besar masyarakat dalam kegiatan
puskesmas. Perwujudan konsep ini dihadirkan dengan memberikan
konsep green architecture ke dalam bangunan puskesmas, sehingga
suasana pusat kesehatan yang dingin dan kaku menjadi lebih hidup
dan penuh dengan aktivitas.

4.2.2 Tujuan Penerapan Healing Architecture


Tujuan dari semua lingkungan penyembuhan adalah untuk
melibatkan pasien dalam proses penyembuhan diri dan pemulihan.
Sehingga, ruang-ruang ini dirancang untuk dipelihara dan terapeutik untuk

33
mengurangi stres pasien dan keluarga. Untuk mempromosikan pemulihan,
arsitektur penyembuhan bertujuan untuk:

1 Hilangkan stres lingkungan, seperti kebisingan, kurangnya privasi,


kualitas udara yang buruk dan silau.
2 Hubungkan pasien ke alam dengan menyediakan pemandangan
luar dan fitur alami lainnya, termasuk taman interior dan elemen
air.
3 Tingkatkan perasaan pasien untuk mengontrol dengan
menawarkan opsi dan pilihan.
4 Berikan suasana positif, seperti seni interaktif atau lampu yang
menenangkan yang sesuai dengan pengaturan perawatan
kesehatan.
5 Menginspirasi perasaan damai, harapan, refleksi, dan koneksi
spiritual.

4.2.3 Manfaat Healing Architecture

Contoh-contoh terbaru telah menunjukkan bagaimana desain dan


desain yang fokus pada mempromosikan penyembuhan dapat memiliki
dampak terukur pada pemulihan pasien, termasuk masa inap di rumah sakit
yang lebih pendek, lebih sedikit infeksi yang berkontraksi di rumah sakit
dan mengurangi rasa sakit.

Penelitian oleh Dr. Roger Ulrich, seorang profesor arsitektur di


Pusat Penelitian Pengembangan Kesehatan di Chalmers University of
Technology di Swedia, menemukan bahwa pasien operasi kandung
empedu yang ditugaskan ke ruangan dengan tampilan jendela pengaturan
alam memiliki masa inap rumah sakit pasca operasi yang lebih pendek
dibandingkan kepada pasien di kamar yang sama dengan jendela yang
menghadap ke dinding bangunan bata. Penelitian serupa oleh Departemen
Ilmu Neuropsikiatrik di Universitas Milan menemukan bahwa pasien
dengan gangguan bipolar yang ditugasi ke kamar yang lebih terang dan
menghadap ke timur dengan sinar matahari pagi memiliki rumah sakit
yang tetap hampir empat hari lebih pendek daripada mereka yang memiliki
kamar yang menghadap ke barat.

Menurut sebuah studi oleh Asosiasi Penelitian Desain


Lingkungan, selama minggu-minggu itu poster adegan alam yang realistis
digantung di ruang serbaguna dari klinik psikiatri akut, administrasi
suntikan "yang dibutuhkan" untuk menangani pasien yang menunjukkan
"agresif dan gelisah." "Perilaku itu 70 persen lebih rendah daripada ketika
dinding kosong. Hasil ini juga berlaku dan bahkan ditingkatkan ketika
pasien berhubungan dengan pandangan alam yang sebenarnya.

Arsitektur penyembuhan juga dapat mencakup strategi yang


dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran infeksi. Tren terbaru dalam
industri perawatan kesehatan adalah untuk menilai rumah sakit

34
berdasarkan pada kemungkinan seorang pasien mengalami infeksi di
fasilitas yang berbeda dari masalah medis di mana pasien dirawat. Menurut
The Leapfrog Group, lembaga nonprofit independen yang berkomitmen
untuk mengejar kualitas, keselamatan, dan transparansi dalam sistem
perawatan kesehatan AS, 1 dari setiap 25 pasien mengalami infeksi saat
berada di rumah sakit.

4.3. Tema Rancangan

Heeling Architecture sendiri diwujudkan dengan pendekatan Green


architecture, karena konsep penyembuhan yang ingin ditekankan yaitu dengan
menerapkan konsep pengaturan alami seperti penambahan iner court, mini garden,
dan lain sebagainya yang mengacu pada penyembuhan dengan pendekatan Green
Architecture. Namun dari segi material tetap mengikuti standar pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan yang sudah ada.

4.4. Analisa pengguna


4.4.1 Struktur Organisasi

35
4.4.2 Penggolongan Pelaku

NO GOLONGAN PELAKU JABATAN


a. Kepala Puskesmas
1 STAFF b. Kasubag TU
ADMINISTRASI i Simpus
ii Kepegawaian
iii Keuangan
iv Rumah tangga

2 STAFF KESEHATAN c. UKM Esensial Dan Keperawatan Kesmas


PUSKESMAS i Kesling
ii P2P
iii Gizi Kesmas
iv KIA/KB
v Keperawatan Kesmas
vi Promosi Kesehatan
d. UKM Pengembangan
i Kesehatan Jiwa
ii Kesehatan Indra
iii Kesehatan Lansia
iv Kesehatan Olahraga
v Kesehatan Gigi
vi Kestra Dan Komplementer
e. UKP, Kefarmasian Dan Lab.
i Rawat Jalan
ii Gawat Darurat
iii Kefarmasian
iv Laboratorium
v KIA/ KB
vi Rawat Inap
vii Gizi
viii Persalinan
f. Jejaring Dan Jaringan Puskesmas
i Puskesmas Pembantu
ii Puskesmas Keliling
iii Bidan Desa
iv Jejaring Fasyankes

3 PENGELOLA SERVIS Staff / Pengelola Kebersihan

a. Pasien
4 TAMU/PENGUNJUNG b. Pengantar pasien

36
4.5. Aktivitas pelaku
 Staff Kesehatan Puskesmas
Kendaraan
Pribadi
Parkir Lobby Presensi

Datang Kendaraan
Umum Ruang Staff

Berjalan
Kaki Ruang Praktek

Makan & minum


Pulang Selesai Ruang Staff
sholat

Parkir

 Staff Administrasi Puskesmas

Kendaraan
Pribadi
Parkir Lobby Presensi

Datang Kendaraan
Umum Ruang Staff

Berjalan
Kaki Ruang Praktek

Makan & minum


Pulang Selesai Ruang Staff
sholat

Parkir

37
 Staff Rumah Tangga

Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Presensi

Datang Kendaraan
Umum Ruang staff

Berjalan Dapur
Kaki

Kembali Istirahat
Pulang Selesai
Bekerja

Parkir
Makan & minum
sholat

 Pasien Rawat Jalan

Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Loket Pendaftaran

Datang Kendaraan
Umum
Ruang Tunggu
Berjalan
Kaki Makan & minum
sholat

Loket pengambilan Ruang Periksa


Pulang Selesai
obat

Parkir

38
 Pasien Rawat Inap

Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Loket Pendaftaran

Datang Kendaraan
Umum
Ruang Tunggu
Berjalan
Kaki Makan & minum
sholat

Toilet Ruang rawat Registrasi Ruang Periksa


inap rawat inap

Pulang Parkir

 Pasien IGD

Kendaraan
Pribadi
Parkir Loby Trease

Datang Kendaraan
Umum
Rawat Inap Registrasi IGD
Berjalan
Kaki

Toilet Ruang rawat Registrasi Rawat jalan


inap rawat inap

Pulang

Parkir

39
 Pengelola Servis

Kendaraan
Pribadi
Parkir Pintu Samping Presensi

Datang Kendaraan
Umum Ruang Staff

Berjalan Gudang/ R.penyimpan


Kaki perlengkapan

Bersih-bersih

Pulang Selesai Makan & minum Ruang Staff


sholat

Parkir

4.6. Kebutuhan ruang

ZONA LAYANAN ZONA ZONA UTILITAS DAN


KESEHATAN ADMINIASTRASI PENDUKUNG

a. IGD a Loket a Lobby


b. Laboraturium b Ruang tunggu b Ruang Pencucian Alat
c. Ruang Bersalin c Ruang admin c KM/WC
d. Ruang Inap d Ruang rapat/diskusi d Ruang Oksigen
e. Ruang Transit e Ruang TU e Gudang
Dokter f Ruang kepala f Genset
f. Ruang g Ruang arsip g Pengumpulan Limbah
Pemeriksaan h Ruang informasi h Mushola
Umum i Ruang rekam medik i Ruang Pertemuan
g. Ruang Imunisasi j Ruang Lsaktasi
h. Ruang Lansia k Kantin
i. Ruang Kesehatan l Dapur
Gigi m ATM Center
j. Ruang Kesehatan n Taman
Mata o Ruang Jemur
k. Ruang Tht p Ruang Customer
l. Ruang Kia Dan Kb Service
m. Ruang Farmasi q Parkir
r Water Tank/Pompa Air
s Ruang Panel
t Ruang Monitor/It
u Ruang Security
v Ruang Sanitasi

40
4.7. Organisasi ruang

 Ruang kepala
 Ruang TU
 Ruang staff
 Ruang rapat Teras

Lobby Lobby Ruang Staff


IGD Umum Puskesmas

Trease Ruang Arsip Registrasi


Registrasi Ruang
(penanganan umum rawat inap Inap
IGD) Registrasi
IGD
Ruang Kamar
mandi
tunggu Apotek
Ruang Ruang
Intensif bayi Bersalin
Kantin Mushola

Ruang Laktasi
Toilet Dapur Gudang

Ruang Ruang Genset


pemeriksaan
kesehatan

 R. pemeriksaan umum
 R. poli gigi
 R. poli mata
 R. poli THT
 R. KIA dan KB
 R. lansia
 R. imunisasi

41
4.8. Besaran ruang

NO ZONASI RUANG STANDART SUMBER


(M2)
1. Rawat inap Kamar rawat inap VIP B 26 C
Kamar rawat inap VIP A 26 C 26 C
Kamar rawat inap VVIP 36 C 36 C
Kamar rawat inap presiden suite 72 C
Ruang kepala 12 A
Ruang hall / ruang tunggu 20 ASUMSI
Nurse Station 20 A
Ruang administrasi 9 A
Ruang tindakan 24 A
Ruang konsultasi 12 A
Ruang dokter (+WC) 20 A
Ruang perawat 20 A
Ruang Farmasi 12 A
Ruang ganti / loker 9 A
Ruang gizI 18 C
Ruang linen bersih 18 A
Ruang linen kotor 9 A
Spoelhoek 9 A
KM / WC 3/UNIT B
Gudang 9 Asumsi 9 ASUMSI

Kamar rawat inap VIP A 26 C


Kamar rawat inap VVIP 36 C
Kamar rawat inap presiden suite 72 C
Ruang kepala ruang 12 A
Ruang hall / ruang tunggu 50 ASUMSI

42
2 Rawat Jalan Klinik 18 C
Klinik KhusuS 18 C
Klinik anak 18 C
Hall / ruang tunggu 150 ASUMSI
Ruang tunggu bermain anaK 50 ASUMSI
Ruang Dokter (+WC) 20 A
Ruang perawat 20 A
Rekam medik 12 A
Ruang pendaftaran 15 ASUMSI
Kasir rawat jalan 9 A
Ruang arsip 6 B
Ruang racik obat 12 A
Counter apotek 9 A
Pantri 9 A
Gudang 9 ASUMSI
3 Ruang ICU Ruang tidur non isolasi 16 A
Ruang tidur isolasi 20 A
Loker / ruang ganti 9 A
Ruang perawat 20 A
Ruang dokter 20 A
Nurse station 20 A
Ruang pacu 12 A
Ruang tunggu keluarga pasien 30 ASUMSI
Ruang administrasi 9 A
Gudang alat medik 20 A
Gudang bersih 9 ASUMSI
Spoelhoek 9 A
Janitor 9 A

43
WC petugas medik 3/UNIT B
Pantri 9 A
Parkir trolley 9 A
medik 12 A
Ruang tidur non isolasi 16 A
4 Kamar Bedah Ruang bedah / OK 36 A
Ruang induksi 24 A
Ruang persiapan 24 A
Ruang pemulihan 24 A
Ruang dokter (+WC) 20 A
Ruang pendaftaran 15 ASUMSI
Ruang tunggu pengantar 20 A
Loker 9 A
Spoelhoek 9 A
Gudang steril 14 A
Ruang obat 9 A
Scrub station 9 A
5 Radiologi Ruang USG 18 A
Ruang general X-ray 24 A
Ruang proses 7 A
Ruang kerja 24 A
Ruang dokter (+WC) 20 A
Ruang administrasi 9 A 9 A
WC 3 3/UNIT B
Ruang tunggu radiolog 30 ASUMSI
Ruang operator 9 A
6 Laboratorium Ruang pemeriksaan / 16 ASUMSI
pengambilan sampel
Medical check up 20 ASUMSI

44
Laboratorium klinik 28 A
7 Ruang Penunjang Kantin 40 ASUMSI
Minimarket 40 ASUMSI
Fotocopy 5/UNIT B
ATM 3 / slot Asumsi 3/SLOT ASUMSI
Apotek 30 ASUMSI
Kasir apotek 9 A
8 Ruang Servis KM / WC 3/UNIT B
Gudang peralatan servis 9 A
Ruang panel 9 ASUMSI
Ruang genset 27 B
Ruang AHU 12 ASUMSI
Ruang Chiller 110 ASUMSI
Ground Tank 64 C
Roof Tank 40 ASUMSI
Ruang gas medik dan ruang 30 A
kompresor
Depo laundry 9 A
Tangki IPAL 27 A
Ruang kontrol (CCTV) 12 ASUMSI
KM / WC 3/UNIT B
Gudang peralatan servis 9 A

C. Pendekatan Standar Besaran Ruang


Untuk menentukan besaran ruang di masing-masing kegiatan digunakan
beberapa sumber antara lain :
 Departemen Kesehatan (A)
 Ernst Neufert, Data Arsitek (B)
 Pavilun garuda RSUP Dr.Kariadi (C)

45
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Pendekatan healing architecture dapat dilakukan tidak harus dengan
menerapkan elemen warna dan atau alam ke dalam bangunan. Healing
architecture dapat dicapai dengan memberikan suasana yang membuat pengguna
melupakan rasa sakitnya, misalnya dengan memasukkan suasana yang penuh
aktivitas kehidupan ke dalam bangunan.
5.2 Saran
Dengan adanya healing architecture diharapkan layanan kesehatan tidak
hanya memperhatikan aspek pelayanan saja kepada pasien. Tetapi juga
memperhatikan aspek kenyamanan pengguna, lingkungan, dan lain-lain. Akan
lebih baik jika kita sebagai generasi muda mulai memperhatikan perancabngan
bangunan dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan.

46

Anda mungkin juga menyukai