Anda di halaman 1dari 20

1

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA KE DALAM PEMAKAIAN


BAHASA INGGRIS WACANA TULIS SISWA
DI RSMPBI 1 JETIS PONOROGO

Diyah Atiek Mustikawati


Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk
interferensi bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa Inggris wacana tulis
siswa SMP 1 Jetis, (2) untuk mengetahui factor-faktor yang melatarbelakangi
interferensi, mendiskripsikan pengaruh dan persepsi guru dan siswa terhadap
peristiwa interferensi. Landasan teori penelitian ini mengacu pada sejumlah teori
dalam sosiolinguistik yaitu sosiolinguistik, kontak bahasa, masyarakat tutur,
interferensi, campur kode dan alih kode dan wacana. Penelitian ini bersifat
kualitatif berlokasi di SMP 1 Jetis. Sumber data adalah wacana tulis siswa dan
responden. Teknik sampling yang digunakan adalah criterion-based selection dan
purposive sampling. Teknik penyediaan data dilakukan melalui pemberian
assignment kepada siswa, observasi dan wawancara mendalam. Analisis yang
digunakan adalah analisis isi (content analysis) untuk menganalisis setiap tuturan
dalam wacana. Teknik analisis data menggunakan metode padan referensial dan
analisis komponen tutur Dell Hymes.

Key word : Interferensi, Wacana Tulis

A. PENDAHULUAN pemakaian bahasa biasanya juga


dipengaruhi faktor situasi, kondisi
1. Latar Belakang Masalah orang tersebut juga tempat, waktu,
Sosiolinguistik (dalam Abdul dan topik pembahasan. Hal senada
Chaer dan Leonie Agustina, 1995) juga dikemukakan Fishman (1976:
merupakan kajian tentang ciri khas 15) menyatakan “who speaks what
variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi language to whom and when”.
bahasa dan pemakaian bahasa karena Maksudnya adalah siapa yang
ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berbicara menggunakan bahasa apa,
berubah dan saling mengubah satu kapan bahasa itu digunakan apakah
sama lain dalam masyarakat tutur. resmi atau tidak resmi di mana
Variasi bahasa ini memiliki fungsi- bahasa itu digunakan misalnya : di
fungsi tertentu, di antaranya bahasa kantor, warung, bus, di tempat
dapat sebagai alat untuk bergengsi, pariwisata, serta di lingkungan
untuk menguatkan maksud, pendidikan. Pernyataan tersebut
memperoleh kedudukan, kepentingan berkaitan dengan penelitian ini yang
berhumor, dan lain-lain. mengambil lingkungan pendidikan
Variasi bahasa ini dapat sebagai setting penelitian. Hal ini
berasal dari bahasa daerah, bahasa dikarenakan dalam lingkungan
nasional, dan bahasa yang sedang pendidikan khususnya pada proses
dipelajari atau bahasa kedua atau pembelajaran bahasa kedua tidak
bahasa asing bahkan bahasa ibu hanya menggunakan bahasa kedua
(Muhtar Hayuni, 2001). Variasi
2

saja, melainkan masih terpengaruh Inggris dalam kehidupan sehari-hari


dengan struktur yang ada dalam dengan benar sesuai dengan kaidah
bahasa pertama yang lebih dahulu yang ada dalam bahasa tersebut,
dikuasai. seperti ketika mereka berbicara atau
Interferensi dipahami sebagai menulis, seringkali mereka
suatu penyimpangan yang terjadi menggunakan struktur bahasa
pada biligualisme yang masih dalam pertama dalam hal ini bahasa
tahap pembelajaran bahasa kedua. Indonesia dalam komunikasi bahasa
Interferensi juga timbul disebabkan Inggris.
oleh dominannya sistem bahasa Menulis (writing) merupakan
pertama yang mempengaruhi salah satu ketrampilan berbahasa
pemakaian bahasa kedua dalam yang menjadi bagian materi
peristiwa komunikasi, emosi, pembelajaran. Menulis suatu wacana
kepekaan, dan sikap penutur. memerlukan suatu konfigurasi antara
Peristiwa kontak bahasa yang terjadi pemikiran, inspirasi, ide, kemampuan
tidak akan menyebabkan interferensi serta pengetahuan yang cukup
sepanjang sistem bahasa yang ada memadai apalagi menulis wacana
pada bahasa pertama memiliki bahasa asing seperti bahasa Inggris.
kesamaan dengan sistem bahasa pada Sesuai dengan hakikat wacana itu
bahasa kedua. Akan tetapi, apabila sendiri sebagai satuan bahasa
terjadi perbedaan sistem antara terlengkap yang dinyatakan secara
bahasa pertama dan kedua, maka tertulis atau secara lisan, yang dilihat
akan terjadi kekacauan yang akan dari struktur lahirnya (segi
menimbulkan penyimpangan- bentuknya) bersifat kohesif, saling
penyimpangan atau kesalahan yang terkait dan dari struktur batinnya
dikenali dengan istilah interferensi. (segi maknanya) bersifat koheren,
Eksistensi interferensi terpadu (Sumarlam, 2003: 15).
menimbulkan kekaburan dalam Pada kalangan remaja
pemakaian bahasa, untuk itulah khususnya siswa RSMPBI, menulis
sebagai suatu konsekuensi logis suatu wacana singkat dalam bentuk
bahwa interferensi itu sedapat naratif, procedural teks maupun teks-
mungkin harus dihindari bahkan teks sederhana telah dilakukan.
ditiadakan. Dengan demikian, akan Meskipun demikian, pengaruh
lebih mudah dimengerti ketika pemakaian bahasa Indonsia yang
seorang penutur menggunakan frekuensi waktunya lebih lama
bahasa kedua secara baik dan benar daripada bahasa Inggris masih
sesuai dengan kaidah dan sistem mempengaruhi siswa. Pengaruh itu
yang berlaku dalam pemakaian tampak ketika menulis wacana
bahasa kedua. misalnya struktur bahasa Indonesia
Bahasa Inggris merupakan yang masuk dalam wacana berbahasa
bahasa asing yang telah lama Inggris. Hal ini secara langsung
dipelajari oleh para pembelajar menimbulkan dampak yang tidak
bahasa di Indonesia. Bahasa Inggris baik sehingga wacana tersebut
juga telah diajarkan pada setiap kurang dapat dipahami. Dampak
tingkat pendidikan. Namun, realita yang kurang baik atau negatif akibat
yang ada pada pembelajar di penerapan struktur bahasa Indonesia
Indonesia, ternyata belum mampu ke dalam penulisan wacana
menguasai dan mengaplikasi bahasa
3

berbahasa Inggris itulah yang disebut kemampuan mereka masih kurang


interferensi. memadai dan belum efektif dalam
Adapun kajian yang terkait membaca teks berbahasa Inggris.
dengan penelitian interferensi di Pemilihan siswa –siswa
antaranya pernah dilakukan oleh RSMPBI, berawal dari realita bahwa
Nuril Huda dkk (1981), Abdul Hayi dalam proses pembelajaran bahasa
dkk (1985), Ketut Rindjin (1989), I Inggris terjadi penyimpangan-
Wayan Bawa (2000), Sinung Hartadi penyimpangan yang bersifat
(2001), Muhtar Hayuni (2001), dan mengganggu terutama pada kaidah
Dasih Wiryastuti (2002). yang berlaku dalam bahasa Inggris.
Penelitian interferensi yang Penyimpangan itu terjadi ketika
telah dilakukan kebanyakan siswa-siswa menggunakan bahasa
mengenai interferensi bahasa daerah Inggris dalam proses kegiatan belajar
ke dalam pemakaian bahasa mengajar baik secara lisan dan tulis
Indonesia begitu juga sebaliknya. di dalam maupun di luar kelas. Akan
Dengan demikian, penelitian tetapi, dalam penelitian ini hanya
interferensi bahasa Indonesia ke difokuskan pada interferensi dalam
dalam pemakaian bahasa Inggris wacana tulis saja, meskipun menulis
dalam wacana tulis siswa bukan menjadi sentral dari
dimungkinkan belum pernah pembelajaran bahasa Inggris di
dilakukan. Dengan kata lain, RSMPBI. Namun, ketrampilan
penelitian ini merupakan penelitian berbahasa ini dianggap penting sebab
awal yang memfokuskan pada kajian terkait dengan ketrampilan berbahasa
interferensi bahasa Indonesia ke yang lain seperti reading dan
dalam bahasa Inggris. structure. Selain itu, menulis
Penelitian interferensi bahasa memerlukan suatu pemahaman yang
Indonesia ke dalam pemakaian mendalam tidak hanya dari aspek
bahasa Inggris dalam wacana tulis kebahasaan saja, melainkan
siswa pada tingkat RSMPBI ini pengetahuan dalam menuangkan ide
dipandang sangat menarik untuk atau gagasan dalam suatu wacana. Di
dilakukan. Mengingat realitas yang samping itu, bahasa Indonesia yang
ada sekarang ini, meskipun bahasa biasa digunakan sebagai bahasa
Inggris sudah diajarkan pada setiap pengantar proses pembelajaran
tingkat pendidikan di Indonesia. bahasa Inggris disebut bahasa
Namun demikian, masih banyak pertama dan bahasa Inggris selaku
terjadi penyimpangan-penyimpangan bahasa yang sedang dipelajari
dalam pengaplikasiannya, khususnya disebut bahasa kedua. Dengan
dalam berkomunikasi baik lisan demikian, peristiwa interfensi
maupun tulis. Demikian juga pada dimungkinkan sekali terjadi akibat
tataran RSMPBI, meskipun mereka penerapan kedua bahasa tersebut
telah mendapatkan pembelajaran secara bersamaan.
bahasa Inggris sejak SD. Hal ini
dibuktikan oleh Asim Gunarwan 2. Rumusan Masalah
(2000: 321) yang telah mengadakan Dalam penelitian ini penulis
penelitian tentang kemampuan merumuskan permasalahan sebagai
membaca teks berbahasa Inggris oleh berikut:
siswa sekolah lanjutan atas. 1. Bagaimanakah bentuk
Penelitiannya menunjukkan bahwa interferensi bahasa Indonesia ke
4

dalam pemakaian bahasa Inggris 5.MANFAAT PENELITIAN


wacana tulis siswa RSMPBI I
Jetis Ponorogo? 1. Manfaat Teoretis
2. Faktor-faktor apa saja yang Penelitian ini diharapkan
melatarbelakangi interferensi dapat menambah khasanah ilmu
bahasa Indonesia ke dalam pengetahuan Linguistik terutama
pemakaian bahasa Inggris kajian Sosiolinguistik perihal
wacana tulis siswa RSMPBI I interferensi. Interferensi yang dikaji
Jetis Ponorogo? adalah interferensi bahasa Inggris.
3. Bagaimana pengaruh interferensi Penelitian ini mengambil lingkungan
bahasa Indonesia ke dalam pendidikan sebagai setting
pemakaian bahasa Inggris khususnya siswa-siswa SMP yang
wacana tulis siswa RSMPBI I dipandang dalam proses
Jetis Ponorogo pembelajaran bahasa. Dengan
4. Usaha-usaha apa yang dilakukan demikian penelitian ini diharapkan
untuk menyikapi interferensi dapat memberikan sumbangan teori
bahasa Indonesia ke dalam untuk memperluas pengetahuan
bahasa Inggris wacana tulis siswa siswa tentang interferensi.
RSMPBI I Jetis Ponorogo?

3. TUJUAN PENELITIAN
2. Manfaat Praktis
Berdasarkan masalah yang
Penelitian ini diharapkan
sudah dipaparkan maka, penelitian
dapat memberikan masukan dan
ini bertujuan untuk:
sumbangan pengetahuan pada siswa-
1. Mengidentifikasi bentuk
siswa SMP yang sedang mengalami
interferensi bahasa Indonesia ke
proses pembelajaran bahasa asing.
dalam pemakaian bahasa Inggris
Hasil penelitian ini juga diharapkan
wacana tulis siswa RSMPBI di
bermanfaat untuk orang-orang yang
Ponorogo
berkecimpung dalam dunia
2. Mendeskripsikan faktor-faktor pendidikan. Mereka diharapkan
yang melatarbelakangi dapat lebih memahami secara
interferensi bahasa Indonesia ke mendalam pengetahuan tentang
dalam pemakaian bahasa Inggris kebahasaan terutama interferensi dan
wacana tulis siswa RSMPBI di pada akhirnya dapat menerapkan
Ponorogo bahasa tersebut dengan baik dan
3. Mendeskripsikan pengaruh benar, sesuai dengan situasi, tempat
interferensi bahasa Indonesia ke dan dengan siapa penutur
dalam pemakaian bahasa Inggris berkomunikasi.
wacana tulis siswa RSMPBI di
B. TINJAUAN PUSTAKA
Ponorogo
Konsep Interferensi
4. Memaparkan usaha-usaha untuk
Pada abad ke 20 ini,
menyikapi peristiwa interferensi
interferensi dapat dikatakan sebagai
bahasa Indonesia ke dalam
gejala perubahan bahasa yang besar
pemakaian bahasa Inggris
dan penting karena persentuhan
wacana tulis siswa RSMPBI di
bahasa-bahasa yang semakin
Ponorogo
kompleks. Interferensi merupakan
salah satu mekanisme perubahan
5

bahasa dikarenakan terjadinya atas, penelitian ini akan mengacu


kontak antara bahasa satu dengan pada pendapat Robert Lado (dalam
bahasa lain akan mengakibatkan Abdul Hayi, dkk., 1985: 8) bahwa
adanya saling mempengaruhi. Kedua interferensi dapat dikatakan sebagai
peristiwa ini adalah pemakaian unsur kesulitan penutur yang timbul dalam
bahasa yang satu ke bahasa yang lain proses pembelajaran bahasa kedua.
yang terjadi dalam diri penutur. Hal senada juga dikemukakan oleh
Dalam peristiwa ada tiga unsur yang Nababan (dalam Samino, 2002: 36)
memegang peranan yaitu: bahasa bahwa interferensi selain interferensi
sumber atau bahasa donor, bahasa produktif dan reseptif masih ada
penyerap atau resipien dan unsur jenis yang lain yakni interferensi
serapan atau importasi. pelakuan (performance interference)
Pada awalnya interferensi dan interferensi sistemik (systemic
terjadi oleh adanya peristiwa kontak interference). Interferensi perlakuan
bahasa. Interferensi dapat terjadi sering terjadi pada seorang
pada semua komponen kebahasaan. dwibahasawan yang sedang
Pada umumnya gejala bahasa itu mempelajari bahasa kedua. Oleh
dianggap sebagai gejala tutur dalam karena itu, gejala penyimpangan ini
diri penutur sebagai dwibahasawan disebut interferensi belajar (learning
atau penutur multilingual yang interference). Peristiwa ini juga
dianggap menyimpang dan masih mengalami perubahan dan
diharapkan tidak boleh terjadi karena perkembangan yang disebut
unsur-unsurnya telah ada dalam interferensi perkembangan
bahasa penyerap. (development interference).
Brown (1994: 91-92) Menurut Suwito (1983: 55)
berpendapat bahwa interferensi interferensi bahasa terjadi di seluruh
bahasa pertama ke dalam bahasa komponen kebahasaan yang dapat
kedua secara sederhana merupakan diklasifikasikan menjadi 5 jenis
suatu bentuk penggeneralisasian interferensi, yaitu fonologi,
yang mempengaruhi bahasa kedua morfologi, sintaksis, leksikon dan
dan menerapkannya secara tak benar, semantik. Jenis interferensi yang
artinya interferensi sebagai akibat pertama adalah interferensi tata
penerapan sistem bahasa pertama ke bunyi atau fonologi merupakan
dalam bahasa kedua secara tidak penyimpangan unsur bahasa pada
benar. tataran bunyi yang terfokus pada
Pendapat tersebut diperkuat pelafalan. Jenis interferensi yang
oleh Kridalaksana (2001: 84) yang kedua adalah interferensi morfologi
mengatakan bahwa interferensi yaitu penyimpangan bahasa yang
adalah kesalahan berbahasa berupa terjadi dalam proses pembentukan
unsur bahasa sendiri yang dibawa ke kata bahasa resipien yang diserap
dalam bahasa lain yang sedang dari bahasa donor. Jenis interferensi
dipelajari. Kesalahan berbahasa yang ketiga adalah interferensi
tersebut terjadi karena unsur-unsur sintaksis yang dibagi menjadi 2
yang dibawa penutur berbeda dengan macam yaitu structural yang terjadi
unsur-unsur dan sistem bahasa yang penutur mengucapkan bahasa A
sedang dipelajari. tetapi menggunakan struktur bahasa
Berdasarkan paparan B. jenis interferensi yang keempat
mengenai pengertian interferensi di yaitu interferensi arti (leksikon).
6

Interferensi ini berkaitan dengan masyarakat pemakai bahasa itu


penafsiran arti atau makna tuturan. menganggap antara kedua bahasa
Jenis interferensi yang kelima adalah tidak ada perbedaan.
interferensi tata makna (semantik)
yaitu penyimpangan bahasa pada Definisi Wacana
penggunaan tata makna. Harimurti Kridalaksana
Selanjutnya, Suwito juga (1983: 179) mengemukakan wacana
menambahkan bahwasannya selain (discourse) merupakan satuan bahasa
macam-macam interferensi seperti terlengkap, dalam hierarki gramatikal
yang telah disebutkan di atas terdapat merupakan satuan tertinggi atau
interferensi unsuriah, yaitu terbesar. Wacana ini direalisasikan
penyerapan unsur-unsur kalimat dari dalam bentuk karangan yang utuh,
bahasa satu ke bahasa lain. Unsur paragraph, kalimat atau kata yang
serapan itu dapat berwujud membawa amanat yang lengkap.
pemakaian kata, kata ulang, frase, Dari definisi tersebut tampaknya
klausa, idiom atau ungkapan, dan wacana menurut Harimurti
bentuk baster. Namun, interferensi Kridalaksana adalah keutuhan atau
unsuriah ini sering terjadi pada kelengkapan maknanya dengan
peristiwa campur kode (code bentuk konkretnya berupa apa saja
mixing). (kata, kalimat, paragraph atau sebuah
karangan yang utuh) yang penting
Sebab-sebab Peristiwa Interferensi makna, isi, dan amanatnya lengkap.
Menurut Abdul Hayi, dkk Pendapat yang sama dikemukakan
(dalam Samino, 2002: 54), oleh Henri Guntur Tarigan (1987)
interferensi itu tidak hanya terjadi bahwa wacana selain merupakan
dari bahasa ibu ke bahasa lain yang satuan bahasa terlengkap dan
sedang dipelajari, melainkan juga tertinggi di atas kalimat atau klausa,
dari semua kebiasaan yang sudah wacana memiliki koherensi dan
dimiliki seseorang baik dari bahasa. kohesi yang tinggi
Berdasarkan uraian di atas, bahwa berkesinambungan yang awal dan
interferensi dapat terjadi karena akhir nyata disampaikan secara lisan
pengaruh adanya unsur bahasa dan tertulis. Menurut Tarigan ada
pertama ke dalam pemakaian bahasa delapan unsur penting yang
kedua atau sebaliknya baik dalam merupakan hakikat wacana yaitu
komunikasi lisan maupun tulis yang satuan bahasa,
berbentuk wacana. terlengkap/terbesar/tertinggi, di atas
Selanjutnya Soepomo kalimat atau klausa, teratur/tersusun
Poedjosoedarmo (1978) rapi/rasa koherensi,
mengemukakan sebab-sebab berkesinambungan/kontinuitas, rasa
interferensi adalah dig adanya kohesi/kepaduan, lisan/tulis, dan
pengaruh bahasa yang satu ke bahasa awal dan akhir yang nyata.
yang lain yaitu (1) keadaan diglosik Hal senada juga dikemukakan
yang belum mantap, (2) kodifikasi oleh JS Badudu (2000) sebagaimana
yang belum mantap, (3) kodifikasi dikutip oleh Eriyanto (2000: 2) yang
yang ditentukan sendiri oleh memberikan definisi wacana sebagai
masyarakat, (4) masyarakat pemakai berikut: (1) wacana adalah rentetan
bahasa itu memiliki toleransi kalimat yang berkaitan, yang
kebahasaan yang besar, (5) menghubungkan proposisi yang atu
7

dengan yang lainnya, yang Belanda, Jerman, Perancis dan


membentuk satu kesatuan, sehingga sebagainya.
terbentuklah makna yang serasi Wacana diklasifikasikan
diantara kalimat-kalimat itu; (2) berdasarkan media yang digunakan
wacana adalah kesatuan bahasa yang dibedakan menjadi dua jenis, wacana
terlengkap dan tertinggi di atas lisan dan wacana tulis. Wacana lisan
kalimat atau klausa dengan kohesi berarti wacana yang disampaikan
dan koherensi tinggi yang dengan bahasa atau media lisan,
berkesinambungan, yang mempunyai dengan demikian sang penerima
awal dan akhir nyata, disampaikan harus menyimak dan mendengarkan
secara lisan atau tertulis. untuk dapat menerima dan
Wacana dipandang sebagai memahami maksud wacana tersebut
satuan bahasa yang lengkap karena sehingga terjadi komunikasi secara
dalam wacana terdapat konsep, langsung antara pembicara dan
gagasan, pikiran atau ide yang utuh, pendengar. Wacana tulis berarti
yang dapat dipahami oleh pembaca wacana yang disampaikan dengan
(dalam wacana tulis) atau pendengar bahasa tulis dan untuk
(dalam wacana lisan), tanpa memahaminya, maka sang penerima
keraguan apapun. Wacana juga harus membacanya.
disebut sebagai suatu satuan Pengklasifikasian wacana
gramatikal tertinggi atau terbesar, berdasarkan media ini, jika
berarti wacana dibentuk dari kalimat- dihubungkan dengan bahasa sebagai
kalimat yang memenuhi persyaratan alat untuk mengungkapkannya, maka
gramatikal (kohesif dan koheren) akan terbagi lagi menjadi wacana
serta persyaratan kewacaan lainnya lisan atau tulis ragam baku dan
(Abdul Chaer, 2003: 267) wacana lisan atau tulis ragam
Sumarlam (2003: 15) takbaku.
mengemuka kan bahwa wacana Berdasarkan sifat dan jenis
dapat diklasifikasikan menurut dasar pemakaiannya wacana dapat
pengklasifikasiannya misalnya dibedakan antara monolog dan
berdasar bahasanya, media yang dialog. Monolog discourse adalah
dipakai untuk mengungkapkan, jenis wacana yang disampaikan seorang
pemakaian, bentuk, serta cara dan diri tanpa melibatkan orang lain
tujuan pemaparannya. Berdaarkan secara langsung. Dialog discourse
bahasa yang dipakai sebagai sarana adalah wacana percakapan yang
untuk mengungkapkannya, wacana dilakukan oleh dua orang atau lebih
dapat diklasifikasikan menjadi empat yang masing-masing berpartisipasi
jenis. Pertama, wacana bahasa aktif dalam komunikasi. Berdasarkan
nasional (Indonesia) adalah wacana bentuknya, wacana dibedakan
yang diungkapkan menggunakan menjadi tiga bentuk yaitu wacana
bahasa Indonesia sebagai sarananya. prosa, puisi, dan drama. Berdasarkan
Kedua, wacana bahasa local atau cara dan tujuan pemaparannya
daerah diantaranya bahasa Jawa, wacana diklasifikasikan menjadi
Bali, Sunda, Madura dan sebagainya lima macam yaitu: wacana narasi,
sebagai sarana pengungkapannya. deskripsi, persuasi, eksposisi dan
Ketiga, wacana bahasa internasional argumentasi. Uraiannya sebagi
(Inggris) dan yang terakhir wacana berikut:
bahasa lainnya seperti bahasa
8

Jenis wacana yang pertama deskripsi yang jelas dan teliti


adalah wacana narasi atau disebut mengenai suatu fenomena
juga wacana penceritaan atau wacana kebahasaan yang menjadi objek
penuturan yaitu wacana yang kajiannya (Sutopo, 2002: 183).
mementingkan urutan waktu, Jenis penelitian deskriptif
dituturkan oleh persona pertama atau kualitatif dimaksudkan bahwa hasil
ketiga dalam waktu tertentu dan penelitian di lapangan dicatat dan
berorientsi pada pelaku dan seluruh direkam tentu saja sesuai dengan
bagiannya diikat secara kronologis. judul, lalu data tersebut
Jenis wacana yang kedua adalah dideskripsikan secara akurat
wacana deskripsi yaitu wacana yang sehingga pembaca atau peminat
bertujuan untuk melukiskan, bahasa dapat memahami dan menjadi
menggambarkan atau memberikan lebih jelas. Strategi yang digunakan
sesuatu menurut apa adanya, adalah studi kasus, karena lokasi
misalnya sebuah wacana yang penelitian hanya pada satu tempat,
menggambarkan kondisi kota dengan maka penelitian ini merupakan
batas-batas wilayah secara penelitian dengan strategi kasus
administrative. Jenis wacana ketiga tunggal, karena permasalahan dan
adalah eksposisi atau wacana fokus penelitian sudah difokuskan
pembeberan yaitu wacana yang tidak maka strateginya lebih khusus yang
mementingkan waktu dan pelaku disebut Studi kasus terpancang atau
serta berorientasi pada pokok embedded case study research
pembicaraan dan bbagian-bagiannya (Sutopo, 2002: 183). Maksudnya,
yang diikat secara logis. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus
wacana yang keempat adalah wacana tunggal yaitu Siswa-siswi SMA
argumentasi merupakan wacana ketika menulis wacana menggunakan
yang berisi idea tau gagasan yang bahasa Inggris.
dilengkapi data-data bukti dan tujuan 2 Sumber Data
meyakinkan pembaca akan Sumber utama dalam
kebenaran idea tau gagasannya. Jenis penelitian ini adalah hasil wacana
wacana kelima adalah wacana tulis yang dibuat oleh siswa RSMPBI
persuasi yaitu wacana yang bersifat Ponorogo meliputi siswa-siswa kelas
ajakan atau nasihat biasanya I dan kelas II RSMPBI I Jetis
berbentuk ringkas dan menarik serta Ponorogo. Lokasi penelitian terletak
tujuan untuk mempengaruhi secar di RSMPBI I Jetis Ponorogo yang
kuat pada pembaca untuk mendengar beralamatkan di Jl. Jenderal
atau melakukan nasihat atau ajakan Sudirman No. 28 A Jetis Ponorogo.
tersebut. Selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen, hasil wawancara,
C.METODE PENELITIAN dan sebagainya. (Moeloeng, 1980).
Data tersebut akan digali dari
1 Jenis dan Strategi Penelitian beragam sumber dan jenis data yang
Berdasarkan permasalahan meliputi (1) Informan atau
yang diajukan dalam penelitian ini, narasumber. Informan yang
jenis penelitian dengan strategi yang dimaksud adalah siswa-siswa
sesuai adalah deskriptif kualitatif. RSMPBI I Jetis Ponorogo. (2)
Penelitian jenis ini mampu Peristiwa dan Aktivitas. Data
menangkap dan memberikan interferensi bahasa Inggris dalam
9

wacana tulis di ambil ketika 4 Teknik Penyediaan Data


informan sedang melakukan proses Dalam pengumpulan data,
pembelajarn khususnya ketika penulis menggunakan beebrapa
menulis suatu wacana menggunakan teknik antara lain:
bahasa Inggris. Peristiwa yang 1.Observasi langsung
dimaksud adalah semua aktivitas Pada tahap ini peneliti secara
yang dilakukan siswa baik di dalam langsung mendatangi lokai-lokasi
maupun di luar kegiatan belajar penelitian unutuk bertemu dengan
mengajar. Hal ini berkaitan dengan para informan di sekolah sehingga
permasalahan penelitian jugan peneliti dapat mengetahui secara
berkaitan dengan jenis sumber data nyata situasi dan kondisi lokasi
yang dapat dimanfaatkan (Sutopo, penelitian dan informan yang erat
2002: 143) kaitannya dengan keakuratan data
3 Teknik Sampling yang dikehendaki. Dalam hal ini
Teknik sampling yang akan peneliti mengamati secara langsung
digunakan dalam penelitian ini proses kegiatan belajar mengajar
adalah purposive sampling. dikelas.
Purposive sampling menurut Black 2. Analisis isi (content analysis)
dan Champion (1992: 264) Analisis isi yaitu peneliti
merupakan salah satu cara yang tidak hanya mencatat dan
diambil peneliti kualitatif untuk menganalaisi isi penting suatu data,
memastikan unsur-unsur tertentu namun juga pokok-pokok yang
dimasukkan ke dalam sampling. dianggap penting yang dianggap
Dalam hal ini peneliti memilih penting yang tersurat dalam data
beberapa informan yang dipandang tersebut (Yin, 2002: 69).Teknik ini
paham sehingga informan ini digunakan peneliti untuk
kemungkinan dapat berkembang menganalisis wacana tulis siswa atau
sesuai dengan kebutuhan dan karangan menggunakan bahasa
kemantapan peneliti dalam Inggris meliiputi narasi, dekripsi,
mengumpulkan data (Sutopo, 2002: eksposisi, argumentasi,juga persuasi.
56). Pemilihan informan ini Interview ini bersifat lentur
berdasarkan kriteria yang pokok dan terbuka, terstruktur karena
yaitu mereka mampu berbahasa peneliti akan menggunakan daftar
Inggris dan berbahasa Indonesia. acuan pertanyaan, namun sedapat
Sampel dalam penelitian ini adalah mungkin menciptakan suasana yang
siswa kelas I, II, dan III, karena akan ridak formal, tidak ketak/kaku
menghadapi ujian Nasional, maka sehingga sedapat mungkin informan
kelas III tidak diizinkan untuk dapat mengembangkan jawaban
menjadi subjek penelitian. Kelas mereka, dan ddapat dilakukan
yang akan dipilih merupakan kelas berulang dengan informan yang sama
yang siswanya memiliki kemampuan (Patton, 1980). Interview akan
heterogen dan standar. Artinya dilakukan antara peneliti dengan
kemampuan mereka berbahasa guru-guru dan siswa masing-masing
Inggris dan berbahasa Indonesia kelas.
benar-benar bervariasi, tidak terlalu 4. Teknik Catat
tinggi maupun terlalu rendah. Peneliti akan mencatat
temuan-temuan yang didapat di
lapangan kedalam fieldnote yang
10

akan dibuat refleaksi agar data yang Selanjutanya, peneliti akan


diperoleh tidak hilang dan kabur menggunakan model teknik analisis
ketika melaksanakan wawancara. komponen tutur Dell Hymes yaitu
5. Teknik Rekam SPEAKING (Dell Hymes, 1989: 54),
Pada tahap ini penulis akan meliputi S adalah setting dan scene
merekap semua tuturan siswa yaitu waktu, tempat, dan situasi
kemudian hasil perekaman itu akan bertutur, P adalah participants yaitu
ditranskripsikan dan dianalisi, peserta tutur atau pihak-pihak yang
diadakan reduksi data juga akan terlibat dalam pertuturan, E adalah
diakan review data sampai ends yaitu maksud dan tujuan
mendapatkan data yang akurat dan pertuturan, A adalah act sequence
valid. yaitu bentuk dan isi ujaran, K adalah
6. Pemberian Kuesioner keys yaitu mengacu pada nada, cara,
Untuk memperoleh dan semangat yang disampaikan, I
kecukupan serta kelengkaapan data adalah instrumental yaitu mengacu
penulis akan memberikan kuesioner terhadap bahasa yang disampaikan,
kepada siswa. Pemberian kuesioner N adalah norm yaitu aturan dalam
ini diharapkan dapat membantu interaksi, dan G adalah genre yaitu
memebrikan informasi mengenai bentuk penyampaian. Dengan
latarbelakang siswa dan faktor-faktor analisis komponen tutur SPEAKING
terjadinya peristiwa interferensi ini diharapkan dapat ditemukan,
5 Teknik Analisis Data kemudian dideskripsikan hal-hal
Penelitian ini akan yang berkaitan dengan partisipan,
menggunakan metode yang maksud, tujuan pembicaraan dan
dikemukakan oleh Sudaryanto (1995: lain-lain.
13) yaitu metode pada. Metode
padan dipakai untuk mengkaji atau D. HASIL ANALISIS DAN
menentukan identitas dari satuan PEMBAHASAN
lingual tertentu dengan memakai Ketrampilan menulis baik
penentu yang berada di luar bahasa, dalam bahasa Indonesia maupun
terlepas dari bahasa atau tidak bahasa Inggris membutuhkan suatu
menjadi bagian dari bahasa yang konfigurasi pemikiran yang luas.
bersangkutan. Penelitian ini juga Ketrampilan ini memerlukan
akan menggunakan metode padan pengetahuan tidak hanya perihal tata
referensial yaitu apa yang bahasa atau pengetahuan berbahasa
dibacarakan organ wicara beserta saja, akan tetapi membutuhkan
bagian-bagiannya, tulisan, dan mitra pengetahuan lain misalnya
tutur (Edo Subroto, 1993: 55) pengetahuan memilih topik dan
Teknik lain yang akan menuangkan ide-ide tersebut dalam
dipakai teknik analisis interaktif bentuk tulisan atau wacana. Dengan
yaitu data yang terkumpul harus kata lain, menulis wacana berarti
menunjukkan korelasi yang kuat memiliki kemampuan menuangkan
dengan rumusan masalah yang telah ide atau gagasan, mengorganisasikan
peneliti terapkan sebelumnya (Milws ide, menguasai ejaan, menggunakan
dan Huberman, dalam Sutopo, 2002). diksi secara tepat, menguasai struktur
Prosen ini meliputi; tahap kalimat dan menguasai
pengumpulan data, reduksi data, pengembangan paragraf. Pada
sajian data, dan penarikan simpulan. akhirnya menulis dapat dikatakan
11

sebagai aktivitas manusia yang bahasa dalam proses


terarah. pembelajarannya. Dari berbagai
Bertolak dari jenis wacana kemajuan yang dialami juga prestasi
sebagaimana yang telah dipahami yang diraih, sekolah ini telah
selama ini, wacana tersebut terdiri mencapai status sebagai sekolah
atas wacana berbentuk yang berstandar internasional sejak
narasi/deskripsi, eksposisi, persuasi tahun 2008, juga telah
dan argumentasi. Dalam proses dikembangakan kurikulum
pembelajaran pada sekolah-sekolah Cambridge, disamping KTSP yang
yang berada di daerah yang bukan sudah dilaksanakan.
termasuk kota besar dengan Dalam proses pembelajaran
keterbatasan kemampuan siswa bahasa asing khususnya bahasa
ketika proses pembelajaran itu Inggris, seringkali dihadapkan
berlangsung masih sering dengan problematika kesalahan
menggunakan bahasa campuran yaitu berbahasa. Mengingat siswa sebagai
Indonesia dan Inggris ketika interaksi pembelajar bahasa kedua
di kelas. Interaksi yang dimaksud menghadapi sistem dan tata bahasa
adalah bahasa yang digunakan siswa yang berbeda dengan bahasa
untuk berkomunikasi baik dengan pertamanya. Pada pembahasan
guru dan sesama siswa sendiri ketika berikut dipaparkan bentuk-bentuk
proses pembelajaran berlangsung. interferensi, faktor-faktor yang
Penggunaan bahasa Indonesia melatarbelakanginya, persepsi
dalam proses pembelajaran terhadap interferensi, dan upaya
tampaknya juga menimbulkan untuk mencegahnya.
pengaruh terhadap kemampuan siswa
berbahasa Inggris terutama dalam Bentuk Interferensi Bahasa
menulis suatu wacana. Pengaruh Indonesia ke dalam Pemakaian
tersebut tampak pada wacana yang Bahasa Inggris Wacana Tulis
ditulis. Pengaruh penggunaan bahasa Analisis data tentang
Indonesia itu senderung negatif atau interferensi bahasa Indonesia ke
mengacaukan struktur dan kaidah dalam pemakaian bahasa Inggris
yang ada. Pada pembahasan berikut menunjukkan bahwa ada bentuk-
dipaparkan bentuk-bentuk bentuk interferensi pada ketrampilan
interferensi, faktor-faktor yang berbahasa menulis wacana. Dari data
melatarbelakanginya, persepsi yang diperoleh dalam penelitian ini
terhadap interferensi, dan upaya dapat dikemukakan bahwa
untuk mencegahnya. interferensi tidak terjadi pada setiap
Demikian juga proses tataran kebahasaan, akan tetapi
pembelajaran yang dilaksanakan di dalam wacana tulis hanya ditemukan
R-SMP-BI 1 Jetis Ponorogo. Pada interferensi sintaksis saja, yakni
dasarnya telah mengalami beberapa penggunaan bentuk-bentuk frasa dan
tahap pengembangan dan kalimat yang tidak gramatikal
peningkatan dalam semua bidang ditinjau dari sudut pandang struktur
keilmuan baik MIPA maupun bahasa Inggris. Peristiwa interferensi
Bahasa. Sekolah ini berawal dari terjadi pada siswa-siswi kelas tujuh
sekolah yang berstandar nasional dan delapan saja, mengingat kelas
(SSN), berkembang menjadi sekolah sembilan tidak diperkenankan untuk
Bilingualism yang menggunakan dua menjadi subjek penelitian karena
12

dikonsentrasikan untuk ujian tidak langsung mempengaruhi siswa


nasional. dalam menggunakan bahasa Inggris.
Bentuk-bentuk interferensi Adapun paparannya sebagai berikut:
tersebut pada awalnya akan
dipaparkan berdasarkan jenis wacana Faktor Kebahasaan
yang ditulis. Namun demikian, perlu Faktor kebahasaan yang
diketahui bahwa dalam penelitian ini dimaksud adalah faktor yang berasal
siswa diberi kebebasan untuk dari dalam bahasa itu sendiri. Faktor
menentukan jenis wacana yang akan kebahasaan ini meliputi komponen-
ditulis dengan topik yang bebas atau komponen bahasa yaitu fonologi,
sesuai dengan materi yang sedang morfologi, dan sintaksis.
dipelajari. Setelah melihat hasil Berdasarkan temuan dalam penelitian
wacana tulis siswa dan telah dipilah, ini, faktor kebahasaan yang menjadi
maka dapat dikemukakan bahwa sebab terjadinya interferensi bahasa
tidak semua jenis wacana dipilih, Indonesia ke dalam pemakaian
melainkan hanya wacana narasi dan bahasa Inggris dalam menulis
deskripsi. Topik-topik yang wacana adalah pemahaman tentang
diarahkan untuk ditulis tentang alam, bahasa kedua, pemahaman stuktur
pribadi/ keluarga, tokoh, budaya, atau tata bahasa, penggunaan verba,
binatang, dan liburan/ rekreasi. penguasaan kosakata, kesalahan
Adapun uraian mengenai bentuk- dalam pemilihan kata ketika menulis
bentuk interferensi dalam wacana wacana. Paparannya sebagai berikut:
tulis dipaparkan sebagai berikut : (1) 1 Pemahaman tentang bahasa kedua
penggunaan frasa nomina yaitu Pemahaman tentang bahasa
penggunaan nomina yang diikuti kedua dalam konteks ini bahasa
nomina, nomina yang diikuti Inggris secara mendalam sangat
adjektiva, (2) penggunaan kata ganti membantu seseorang menjadi
milik, (3) penggunaan kata bilingual yang baik. Artinya jika
keterangan waktu, (4) penggunaan seseorang memahami seluk beluk
keterangan penunjuk tempat, (5) bahasa yang sedang dipelajari baik
penggunaan penunjuk cara, (6) secara internal maupun eksternal,
pengunaan kalimat, Bentuk-bentuk maka akan lebih mudah untuk
interferensi di atas dikelompokkan menggunakan bahasa-bahasa tersebut
pembahasannya berdasarkan jenis dalam berkomunikasi baik secara
wacana dan topik yang digunakan. lisan maupun tertulis
Faktor-Faktor yang 2 Pemahaman Struktur atau Tata
mempengaruhi interferensi bahasa
Setelah melakukan wawancara Faktor kedua yang tidak
baik dengan siswa maupun guru kalah pentingnya dalam suatu
dapat dikemukakan hasilnya bahwa komponen bahasa adalah struktur
faktor-faktor yang mempengaruhi atau tata bahasa. Struktur bahasa
peristiwa terjadinya interferensi meliputi bagaimana merangkai suatu
dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktor frasa, klausa, kalimat hingga menjadi
internal dan faktor eksternal. Faktor sebuah wacana yang baik dan benar
Internal adalah faktor kebahasaan dalam tata bahasa tersebut.
dan faktor eksternal adalah faktor Sebagaimana diketahui struktur satu
non kebahasaan. Faktor-faktor bahasa akan berbeda dengan struktur
tersebut secara langsung maupun bahasa yang lain, meskipun
13

terkadang ditemukan persamaan mempengaruhi ketrampilan menulis.


antara keduanya. Dalam bahasa Menulis dimulai dengan membuat
Inggris misalnya ketika menyusun suatu kalimat singkat, kemudian
suatu frasa, misalnya: dikembangkan ke dalam suatu
Bahasa Indonesia nomina+ paragraf singkat atau sederhana dan
adjektiva gadis yang cantik akhirnya menjadi sebuah wacana.
Bahasa Inggris Dalam proses menulis sebuah
Adjektifa+nomina wacana memerlukan konfigurasi
beautiful girl antara kemampuan berbahasa yang
Pada hasil wacana siswa menyangkut struktur danpenguasaan
ditemukan bentuk frasa yang terbalik kosakata serta kemampuan
seperti player football seharusnya menuangkan ide-ide ataupun gagasan
football player ’ pemain sepak bola’ sehingga terbentuk suatu kesatuan
wacana yang baik.
3 Penyusunan Verba Fenomena yang dijumpai
Penyusunan verba dalam pada kalangan siswa SMP, mereka
bahasa Indonesia tidak dibedakan seringkali mengalami kesulitan
antara bentuk verba tetapi bahasa ketika mengarang. Keterbatasan
Inggris dibedakan bentuk antara penguasaan kosakata akan
verba I, verba II, dan verba III mempengaruhi proses menulis
menikuti tense dan kata kerja wacana, hal ini sering dijumpai
penunjuk waktu yang berbeda-beda. ketiga mereka mendapat tugas
Disamping itu, kemampuan dan menulis wacana berbahasa Inggris
pengetahuan struktur tata bahasa ditengah proses tersebut berlangsung,
akan memepengaruhi ketrampilan mereka sering tidak tahu atau
berbahasa yang lain contohnya kehilangan kosakata yang akhirnya
berbicara, ketepatan penerapan kebingungan dalam merangkai
struktur dalam berbicara merupakan kalimat selanjutnya. Mereka
hal yang sangat penting, akan tetapi kemudian mengambil jalan tengah
tidak terlalu signifikan karena ketika apabila tidak tahu maka mereka akan
seorang billigual berbicara, menuliskannya dengan kata kata
penggunaan tata bahasa yang benar bahasa Indonesia, atau semampu
kadang kurang diperhatikan. Hal mereka menemukan kosakata.
yang paling penting adalah penutur Selanjutnya, penguasaan kosakata
dan mitra tutur itu saling memahami juga akan berpengaruh terhadap
apa-apa yang dituturkan serta kemampuan siswa tentang bentuk-
maksud dari tuturan tersebut, bentuk verba yang sesuai dengan
meskipun ketika bertutur type tense-tensenya. Siswa masih
menggunakan tata bahasa yang belum sepenuhnya benar
kurang benar atau tidak mengikuti membedakan penggunaan kosakata
kaidah yang berlaku dalam bahasa yaitu verba I dimungkinkan
yang digunakan. penerapannya untuk semua tense dan
tidak memperhatikan kapan peristiwa
4 Penyusunan Kosakata itu terjadi.
Penguasaan kosakata 5 Kesalahan Pemilihan Kata (word
merupakan faktor penunjang dalam choice)
ketrampilan berbahasa. Keterbatasan Fenomena lain yang
penguasaan kosakata juga ditemukan adalah kesalahan dalam
14

pemilihan kata. Hal ini dapat pengantar sekaligus bahasa pertama


menyebabkan kekacauan arti. ketika mereka belajar bahasa kedua.
Maksudnya, ketika siswa menulis Kedua, asal sekolah. Dalam
dan tidak mengetahui kata-kata yang pengertian ini pendidikan yang
ditulisnya, mereka akan menuliskan dimaksud adalah latar belakang
dengan kata –kata yang lain. Dengan pendidikan siswa. Asal sekolah
kata lain, apa yang ditulis sering sedikit banyak akan mempengaruhi
berbeda dengan apa yang dimaksud kemampuan siswa menyerap materi
sehingga pembaca dalam hal ini guru yang diajarkan. Asal sekolah adalah
atau siswa itu sendiri kesulitan sekolah dasar tempat siswa itu
memahami apa yang dimaksud dan belajar sebelumnya. Berdasarkan
harus mencermati maksud dari hasil wawancara dan kuesioner
kalimat tersebut. dijelaskan bahwa perbedaan latar
Faktor Non kebahasaan belakang pendidikan siswa akan
Faktor kebahasaan dipahami terlihat dari kemampuan siswa itu
sebagai faktor yang berasal dari luar ketika menerima pelajaran.
bahasa. Maksudnya, faktor-faktor
tersebut diantaranya, latar belakang 2 Sikap Bahasa
siswa (pendidikan, ekonomi, dan Anderson ( dalam
sebagainya), dan situai. Berdasarkan Sumarsono, 2004: 363)
hasil temuan dalam penelitian ini mengemukakan sikap bahasa adalah
dikemukakan bahwa faktor non tata keyakinan yang relatif berjangka
kebahasaan diantaranya siswa, sikap panjang sebagian mengenai bahasa
bahasa, motivasi psikologis, tertentu, mengenai objek bahasa
lingkungan, dan sarana prasarana. yang memberikan kecenderungan
Untuk lebih jelasnya dapat disimak pada seseorang untuk bereaksi
dalam uraian berikut. dengan cara terteentu pula atau
dengan cara yang disenangi. Sikap
1 Siswa positif pada suatu bahasa merupakan
Latar belakang siswa sebagai kontribusi utama bagi keberhasilan
salah satu faktor non kebahasaan belajar bahasa itu (Macmara, dalam
yang mempengaruhi pembelajaran Sumarsono, 2004: 363). Sikap
bahasa kedua. Latar belakang siswa bahasa juga dapat dilihat dari
meliputi: latar belakang keluarga, kecenderungan seseorang
pendidikan/asal sekolah siswa menggunakan bahasa tertentu dengan
sebelumnya. Pertama, latar belakang santun, cermat, ketepatan dalam
keluarga. Ranah keluarga adalah pemilihan kata, kebakuan
tempat pertama seorang anak belajar gramaikanya sesuai dengan kaidah
tentang segala sesuatu termasuk dan norma yang berlaku dalam
bahasa didalamnya. Dikalangan bahasa tertentu.
siswa SMP 1 Jetis dapat dikatakan Berdasarkan temuan pada
semua siswa berasal dari suku Jawa penelitian ini, sikap bahasa tersebut
secara langsung menggunakan dapat dilihat dari cara pandang siswa
bahasa Jawa sebagai bahasa sehari- mengenai bahasa Inggris.
hari mereka. Meskipun demikian, Kebanyakan siswa menganggap
dalam proses pembelajaran di bahwa bahasa Inggris masih
sekolah mereka tetap menggunakan termasuk kategori mata pelajaran
bahasa Indonesia sebagai bahasa yang sulit. Kesulitan itu terletak pada
15

struktur maupun penguasaan Lingkungan sekolah adalah


kosakatanya. Apalagi untuk menulis tempat siswa berinteraksi ketika
mereka harus memerlukan mereka menuntut ilmu. Lingkungan
penguasaan kosakata dan sekolah sedikit banyak juga akan
pengetahuan mengenai kedua hal berpengaruh pada perkembangan
tersebut dengan baik. Seringkali baik psikologis maupun akademis
mereka merasa pesimis terlebih siswa. Dalam proses pembelajaran
dahulu. Hal ini disebabkan karena bahasa Inggris, lingkungan sekolah
mereka kurang begitu akrab dengan juga menjadi salah satu faktor
bahasa Inggris terutama menulis. penyebab terjadinya interferensi.
Bagaimanapun juga, ketrampilan Pada dasarnya di SMPN 1 Jetis
menulis ini merupakan bagian dari sudah dilakukan program English
ketrampilan berbahasa yang sama- Day dimana pada saat siswa
sama menempati porsi yang sama berinteraksi baik dengan siswa, guru
dengan ketrampilan berbahasa maupun personel sekolah lainnya
lainnya. Kebiasaan mereka menulis diwajibkan menggunakan bahasa
waacana bahasa Indonesia juga Inggris terutama pada hari jum’at.
memberikan pengaruh yang cukup Berdasarkan observasi dan
signifikan terhadap penulisan wacana wawancara dapat dikemukakan
berbahasa Inggris, terbukti dengan bahwa sebenarnya sangat
masuknya pola-pola bahasa disayangkan pelaksanaan English
Indonesia yang dibawa ke dalam Day sekarang belum terlalu
wacana bahasa Inggris, pada maksimal diterapkan. Selain itu,
akhirnya menimbulkan terjadinya penggunaan bahasa Indonesia dan
peristiwa interferensi. bahasa Jawa yang masih cukup
3 Motivasi Psikologis dominan ketika mereka berinteraksi
Motivasi diri sebagai suatu baik di dalam maupun di luar kelas.
bentuk reaksi psikologis, juga 5 Sarana dan Prasarana
mendapat proses pembelajaran SMPN I Jetis memiliki sarana
sehingga mencapai hasil yang dan prasarana yang memadai untuk
diinginkan. Motivasi ini dapat menciptakan situasi pembelajaran
membantu menunjang kemampuan yang kondusif. Sekolah ini memiliki
seorang pembelajar untuk menguasai gedung yang luas dengan banyaknya
berbagai hal termasuk kemampuan ruang kelas lengkap dengan LCD
berbahasa pada pembelajaran bahasa projector serta sound system yang
kedua. Hasil wawancara dan lengkap pada setiap kelas.
kuesioner yang telah dilakukan Disamping itu, sekolah ini dilengkap
menunjukkan bahwa siswa memiliki dengan ruang-ruang diantaranya;
motivasi yang baik yaitu dengan laboratorium bahasa, MIPA,
menulis akan meningkatkan multimedia, perpustakaan, sarana
kemampuan dan pengetahuan ibadah, ruang UKS, koperasi, dan
mereka dalam berbahasa. Dengan sebagainya. Untuk menunjang
demikian, peristiwa interferensi kreatifitas dan prestasi siswa, sekolah
akan lebih memacu dan mendorong ini juga mengadakan kegiatan
mereka untuk lebih banyak berlatih ektrakurikuler diantaranya; KIR,
dan belajar lagi terutama dalam Pramuka, musik, seni tari dan lain-
ketrampilan menulis. lain.
4 Lingkungan Sekolah
16

Pengaruh Interferensi Terhadap Persepsi Terhadap Interferensi


Kemampuan Menulis Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Peristiwa interferensi Interferensi sebagai salah satu
tentunya akan menimbulkan bidang garapan sosiolinguistik terjadi
pengaruh bagi kemampuan siswa sebagai akibat adanya penggunaan
khususnya dalam menulis wacana. bahasa kedua dalam masyarakat
Dari paparan mengenai bentuk- bilingual maupun multilingual.
bentuk interferensi yang telah Transfer dari bahasa pertama ke
dikemukakan secara otomatis kita bahasa keduan atau sebaliknya yang
dapat mengetahui pengaruh tersebut cenderung memberikan dampak yang
kepada siswa. Adanya interferensi kurang baik atau negatif dan
memberikan dampak negatif bagi menganggu disebut interferensi. Dari
pembelajar bahasa terutama pada berbagai definisi dan klasifikasi yang
tataran morfologis dan sintaksis. telah disampaikan di bab II,
Sampai saat ini, sebagian siswa interferensi dapat terjadi di setiap
belum sepenuhnya dapat tataran bahasa dan setiap komunitas
membedakan secara cermat berbahasa/ masyarakat tutur.
perbedaan struktur yang ada dalam Demikian juga dalam dunia
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. pendidikan, ketika proses
Kurangnya penguasaan kosakata dan pembelajaran bahasa kedua, tidak
ketidaktahuan siswa terutama menutup kemungkinan terjadinya
struktur bahasa akan berpengaruh interferensi karena persentuhan dua
pada kemampuan siswa dalam bahasa yang otomatis memiliki
menulis wacana. persamaan dan perbedaan masing-
Berdasarkan temuan dapat masing. Interferensi dalam istilah
diuraikan bahwa siswa masih sering pembelajaran dikenal dengan istilah
menulis pola-pola bahasa Indonesia interferensi perlakuan (performance
itu ke dalan wacana yang ditulisnya. interference). Interferensi perlakuan
Sebagian dari mereka juga masih ini biasa terjadi pada mereka yang
menulis frasa yang terbalik-balik. sedang belajar bahasa kedua,
Dari gambaran tersebut secara sehingga disebut interferensi belajar
otomatis pembaca atau mitra tutur (learning interference).
akan mengalami kesulitan untuk Berdasarkan hasil penelitian ini
memahami apa yang mereka melalui wawancara dan observasi,
maksudkan. Hal ini disebabkan pada intinya ada kesamaan persepsi
siswa-siswa belum maksimal guru dan siswa tentang interferensi
memahami dan menggunakan bahasa yaitu:
Inggris.
Untuk itulah interferensi 1. Intereferensi sevagai suatu hal
dipandang sebagai suatu masalah yang wajar dalam proses
yang penting untuk segera pembelajaran
ditindaklanjuti agar siswa dapat Yang pertama adalah
menggunakan suatu bahasa baik interefernsi bahasa merupakan suatu
bahasa Indonesia maupun bahasa hal yang wajar yang etrjadi dalam
Inggris dengan baik dan benar sesuai proses pembelajaran bahasa. Mereka
dengan kaidah yang berlaku. menganggap bahwa interferensi
adalah suatu hal yang umum atau
lazim terjadi, apalagi yang dipelajari
17

adalah bahasa asing yang belum interferensi merupakan suatu


dipahami secara mendalam. Hal ini massalah yang serius dan harus
sesuai dengan apa yang diungkapkan segera ditindak lanjuti. Apabila hal
oleh guru dan siswa. tersebut tidak segera ditindaklanjuti
dan diantisipasi, maka akan lebih
2 . Interferensi sebagai suatu masalah menganggu mereka terutama
Yang kedua adalah menyakut peningkatan penguasaan
interferensi dipandang sebagai suatu bahasa Inggris siswa.
masalah yang harus segera Usaha Menanggulangi Fenomena
ditindaklanuti dan harus diantisipasi Interferensi
sedini mungkin. Siswa-siswa juga Peristiwa interferensi memang
mengemukakan pendapat yang sama suatu masalah yang sulit untuk
bahwa interferensi merupakan suatu dihilangkan, bahkan beberapa ahli
masalah yang harus ditindaklanjuti bahasa yang menyatakan bahwa
atau dicari solusinya. interfernsi itu tidak bisa dihilangkan
3. Interferensi bersifat menganggu/ karena akan selalu terjadi ketika
mengacaukan proses pembelajaran seorang penutur sedang belajar
bahasa Yang ketiga adalah bahasa kedua ataupun bahasa asing.
Interferensi bersifat menganggu atau Unsur-unsur dalam bahasa pertama
juga merugikankarena peristiwa secara langsung maupun tidak akan
tersebut akan mempengaruhi bahkan terbawa dan masuk ke dalam
mengacaukan unsurr-unsur bahasa pemakaian bahasa keduanya. Dalam
yang terkait ketika menulis wacana bidang pendidikan, hal ini
pada proses pembelajaran bahasa. berhubungan erat dengan proses
Interferensi memang dapat pembelajaran bahasa. Eksistensi
merugikan dan mengacaukan. Hal itu interferensi juga disebut sebagai
tidak hanya terjadi dalam bahasa masalah serius yang harus segera
ilmiah baik lisan maupun tulis, ditindak lanjuti secepat mungkin
melainkan pada bahasa pergaulan. meskipun hal ini juga wajar terjadi
Akibat kekacauan yang dilakukan tetapi harus segera ditemukan solusi
oleh seorang penutur dalam untuk mengatasi hal tersebut. Oleh
menggunakan bahasa, maka secara karena itu, yang diambil untuk
langsung menimbulkan mengurangi dan mungkin dapat
kesalahpahaman ketika mengantisipasi interferensi diuraikan
berkomunikasi dan mitra tutur tidak dalam pembahasan berikut.
dapat memahami apa maksud atau
tema pokok pembicaraannya. Upaya Intrakurikuler
Dari paparan perihal persepsi Upaya intrakurikuler yaitu
interferensi di atas, dapat kemukakan upaya-upaya yang dilakukan baik
bahwa interferensi merupakan suatu dari pihak guru, siswa dalam proses
hal yang wajar atau lazim terjadi pembelajaran, untuk lebih jelasnya
dalam proses pembelajaran. Akan dilihat dalam uraian berikut.
tetapi, interferensi lebih cenderung Tindakan Guru
bersifat merugikan, lambat laun Pada saat interferensi bahasa itu
dapat mengakibatkan kekacauan terjadi dalam suasana pembelajaran
dalam penggunaannya yaitu pada di kelas khususnya, maka seorang
system bahasa yang sedang guru dengan segera mengingatkan
dipelajari. Dengan kata lain kemudian membenarkan kesalahan
18

tersebut serta memberikan penjelasan bertaraf lokal, nasional bahkan


kepada siswa bagaimana yaang harus internasional, juga adanya program
dilakukan. Guru hendaknya lebih student exchange atau pertukaran
memperhatikan perihal ketrampilan pelajar. Untuk menunjang
menulis wacana dengan kompetensi guru, kami mendorong
mengembangkan metode-metode para guru untuk mengikuti program
baru yang lebih baik lagi. Guru juga studi lanjut, seminar, workshop serta
diharapkan untuk lebih membuka pelatihan –pelatihan. Dengan
diri menyediakan waktu ekstra pada demikian, kemampuan siswa juga
setiap kesempatan untuk berdiskusi akan meningkat dan lebih baik lagi
yang mengenai kesulitannya baik di dengan prestasi demi prestasi yang
dalam maupun diluar jam pelajaran. akan diraih.
Kesadaran Siswa
Kesadaran siswa mengenai E. KESIMPULAN DAN SARAN
interferensi sangat penting untuk Kesimpulan
mengatasinya. Dalam hal ini siswa Dari hasil analisis dan
diharapkan dapat menyadari pembahasan dapat disimpulkan
kesalahan yang dilakukan sehingga bahwa Interferensi yang terjadi tidak
mereka akan lebih termotivasi untuk selalu dalam seluruh komponen
lebih belajar lagi. Selain itu, siswa kebahasaan. Dalam penelitian ini
agar lebih sering mencoba dan hanya terdapat interferensi sintaksis
berlatih menulis wacana sesuai saja. Bentuk-bentuk interferensi
dengan kaidah yang semestinya. yaang terjadi diantaranya,
Upaya Ekstrakurikuler penggunaan frasa nomina, nimina
Untuk meningkatkan diikuti nomina, nomina diikuti
kemampuan siswa terutama bahasa adjektiva, penggunaan kata ganti
Inggris, kami mengadakan program- milik, penggunaan kata keterangan
program seperti; breakfast speaking waktu, tempat, penggunaan
dimana siswa diberi waktu untuk hubungan makna cara, penggunaan
melakukan percakapan bahasa hubungan makna penerang,
Inggris sebelum pelajaran dimulai, penggunaan kalimat meliputi;
English day yaitu siswa diwajibkan penggunaan subjek, pemilihan diksi,
untuk berbicara menggunakan penggunaan paralell strucuture,
bahasa Inggris pada hari juma’at dan pembalikan frasa, dan lain-lain. Hal
sekarang kami mulai untuk program ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
English day ini setiap hari. faktor kebahasaan dan non
Selanjutnya, Kultum berbahasa kebahasaan.
Inggris yang dilaksanakan pada hari Interferensi memang sulit
sabtu dimana guru sebagai pembicara dihilangkan tetapi dapat
dan pada hari jumat siswa yang diminimalkan dengan pembiasaan
menjadi pembicara secara bagi siswa SMP untuk menerapkan
bergantian. Program conversation struktur atau kaidah bahasa Inggris
seperti sms, ULC4TPD yaitu, dengan benar dalam menulis wacana.
seminar online dari Australia, Ada 3 perseepsi guru dan siswa
Volunteer dari luar negeri sebagai mengenai interferensi yaitu
native speaker biasanya pada acara interferensi adalah suatu masalah
English table. Siswa juga yang harus segera tindaklanjuti,
berpartisipasi dalam pelombaan yang interferensi adalah suatu hal yang
19

lazim atau wajar terjadi dalam F. DAFTAR PUSTAKA


pembelajaran bahasa, dan interferensi
sebagai suatu hal yang bersifat Abdul Chaer & Leonie Agustina.
menganggu dan mengacaukan kaidah 2004. Sosiolinguistik
kebahasaan. Interferensi secara Perkenalan Awal
langsung akan mempengaruhi siswa (edisi Revisi). Jakarta:
untuk menulisa wacana berbahasa Rinneka Cipta.
Inggris. Oleh sebab itu perlu adanya
upaya baik dari sekolah unutuk Abdulhayi, Syaf E. Sulaiman,
mengatasi interferensi tersebut. Sutarna, Suharti.
1995. Intereferensi
Saran Grammatikal Bahasa
Penelitian interferensi bahasa Indonesia dalam
Indonesia ke dalam Pemakaian Bahasa Jawa. Jakarta:
bahasa Inggris dalam wacana tulis ini Pusat Pengembangan
merupakan penelitian awal. Oleh dan Pembinaan
karena itu perlu adanya peneliitian Bahasa Departemen
lanjutan khususnya interferensi Pendidikan dan
bahasa asing yang lebih luas Kebudayaan.
cakupannya tidak hanya dalam
wacana tulis saja, akan tetapi juga Asim Gunarwan. 2000.
dalam komunikasi lisan dalam semua ”Globalization and
tingakat pendidikan di Indonesia, The Teaching of
penelitian tersebut diharapkan akan English in
semakin menambah pengetahuan Indonesia”, Language
dalam ilmu Linguistik. in Global Contact:
Dengan adanya penelitian Implications for
interferensi bahasa Indonesia ke Language Classroom
dalam Pemakaian bahasa Inggris (ed) Kam. Howan and
dalam wacana tulis, siswa dapat Ward, Christopher,
menggunakan bahasa Inggris dengan 312-325. Singapura:
baik dan benar sesuai dengan kaidah SEAMEO Regional
yang ada, sehingga tidak terpengaruh Language Centre.
oleh pola-pola bahasa Indonesia.
Siswa hendaknya membiasakan diri Brown, H. Douglas. 1994. Principles
untuk lebih banyak belajar menulis of Language Learning
wacana berbahasa Inggris. and Teaching. New
Dengan adanya interferensi Jersey: Prentice Hall
bahasa Indonesia ke dalam Regents.
Pemakaian bahasa Inggris dalam
wacana tulis, hendaknya ada upaya Dasih Wiryastuti. 2002. Interferensi
yang lebih intensif lagi dari pihak Gramatikal Bahasa
sekolah untuk mengatasi atau Jawa ke dalam
setidaknya untuk lebih Bahasa Indonesia
meminimalkan terjadinya interferensi (Studi kasus di kelas
bahasa baik secara intrakurikuler VI Sekolah Dasar di
maupun ekstrakurikuler. Wilayah Kecamatan
Banyudono). Tesis.
20

Surakarta: Universitas
Sebelas Maret. Samino. 2002. Interferensi Fonologi,
Morfologi, dan
Fishman, Joshua. 1972. Leksikal Bahasa Jawa
Sociolinguistics and dalam Pemakaian
Language: A Brief Bahasa Indonesia
Introduction. Lisan dan Tulis. Studi
Masachussets: Kasus di SLTPN
Newbury House Kecamatan Jatisrono
Publishers. Tahun Pelajaran
2000/2001. Tesis.
Harimurti Kridalaksana. 1993. Surakarta: Universitas
Kamus Linguistik. Sebelas Maret
Jakarta: Gramedia Sinung Hartadi. 2001. Interferensi
Pustaka Umum. Gramatikal Bahasa
Henry Guntur Tarigan. 1987. Jawa dalam
Pengajaran Wacana. Pemakaian Bahasa
Bandung: Angkasa. Indonesia Lisan.
Tesis. Surakarta:
I Wayan Bawa. 2000. Kajian Serba Universitas Sebelas
Linguistik untuk Maret.
Anton Moeliono
Preksa Bahasa. Cet 1 Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik
Jakarta: Gunung Analisis Wacana.
Mulia dalam Surakarta. Pustakan
kerjasama dengan Cakra.
Universitas Katolik
Indonesia Atmajaya. Suwito. 1983. Sosiolinguistik.
Fakultas Sastra.
Ketut Rindjin. 1989. Kedwibahasaan Universitas Sebelas
dan Pendidikan Maret.
Dwibahasa. Jakarta.
Depdikbud. Sutopo, H.B. 2002. Metode
Penelitian kualitatif:
Muhtar Hayuni. 2001. Interferensi Dasar Teori dan
Bahasa Arab dalam Terapannya dalam
pemakaian Bahasa Penelitian. Surakarta:
Indonesia siswa di Universitas Sebelas
MTsN Gemolong. Maret
Tesis. Surakarta:
universitas Sebelas
Maret.

Anda mungkin juga menyukai