Anda di halaman 1dari 4

PAJAK PENGHASILAN BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL

Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan
tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan
Pajak Penghasilan Final (PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang disetor
sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh terutang akan tetapi
merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga wajib
pajak dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.

PPh tidak final merupakan pajak penghasilan yang tidak langsung


dikenakan saat menerima objek atau sumber penghasilan tertentu, pajak
penghasilannya diakumulasikan selama 1 tahun pajak dan dihitung secara
berlapis.

Pengenaan PPh secara final mengandung arti bahwa atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh akan dikenakan PPh dengan tarif tertentu dan dasar
pengenaan pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut diterima atau diperoleh.
PPh yang dikenakan, baik yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri,.
Dengan demikian, penghasilan yang dikenakan PPh final ini tidak akan dihitung
lagi PPhnya di SPT Tahunan untuk dikenakan tarif umum bersama-sama dengan
penghasilan lainnya. Begitu juga, PPh yang sudah dipotong atau dibayar tersebut
juga bukan merupakan kredit pajak di SPT Tahunan.

Pengenaan PPh Final sebagian berasal dari ketentuan Pasal 4 ayat (2) ini.
Namun demikian, ada juga pengenaan PPh final berdasarkan Pasal lain yaitu Pasal
15, Pasal 19, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 26 Undang-undang PPh.

Dengan demikian maka penghasilan yang telah dikenakan Pajak


Penghasilan Final (PPh final) ini tidak akan dihitung lagi Pajak Penghasilannya
pada SPT Tahunan dengan penghasilan lain yang non final untuk dikenakan tarif
progresssif (pasal 17 UU PPh). Namun atas pelunasan pemotongan atau
pembayaran PPh final tersebut juga bukan merupakan kredit pajak pada SPT
Tahunan.

MUSTIKA RAHAYU XII AKUNTANSI 3


Perbedaan PPh Bersifat Final dan Tidak Final

NO. PPH FINAL PPH TIDAK FINAL


1. Pajak penghasilan di hitung dari Pajak penghasilan dihitung dari
penghasilan bruto tanpa penghasilan netto, yaitu penghasilan
memperhitungkan biaya-biaya untuk bruto dikurangi biaya-biaya untuk
memperoleh, menagih dan memperoleh, menagih dan
memelihara penghasilan memelihara penghasilan.
2. Dikenakan tarif dan dasar pengenaan Dikenakan tarif umum progressif
pajak tertentu yang diatur dengan (Pasal 17 UU PPh)
Peraturan Pemerintah atau
Keputusan Mentri.
3. Jumlah PPh yang dipotong pihak lain Jumlah PPh yang dipotong pihak lain
atau dibayar sendiri tidak dapat atau dibayar sendiri dapat dikreditkan
dikreditkan pada SPT Tahunan. pada SPT Tahunan.
4. Biaya-biaya untuk memperoleh, Biaya-biaya untuk memperoleh,
menagih dan memelihara penghasilan menagih dan memelihara penghasilan
tidak dapat dikurangkan dari dapat dikurangkan dari penghasilan
penghasilan bruto. bruto.
5. Dalam keadaan rugi Wajib Pajak tetap Dalam keadaan rugi Wajib Pajak tidak
membayar Pajak Penghasilan karena membayar Pajak Penghasilan bahkan
pengenaan pajak dikenakan pada kerugian tersebut dapat
penghasilan bruto dan bukan dikompensasikan hingga ke 5 (lima)
penghasilan netto. tahun pajak berikutnya.

Jenis – jenis penghasilan yang dikenakan PPh final


1. Bunga tabungan, deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI adalah surat
pemberitahuan atas adanya utang jangka pendek).
2. Penghasilan saham di Bursa Efek.
3. Sewa tanah dan bangunan.
4. Pengalihan hak atas tanah dan bangunan.
5. Penjualan saham perusahaan modal ventura
6. Bunga atau diskonto obligasi.
7. Hadiah undian.
8. Transaksi derivative di Bursa (Transaksi derivative adalah perjanjian/kontrak
yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrument yang mendasar
seperti suku bunga dan nilai tukar. Contoh : penjualan pertukaran valuta
asing).
9. Bunga simpanan koperasi kepada anggota lebih dari 240.000/bulan.
10. Imbalan Jasa konstruksi.

Yang menjadi objek pajak penghasilan Non Final bagi wajib pajak Orang
Pribadi dalam pengisian spt tahunan adalah sebagai berikut :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
2. Hadiah atau penghargaan.

MUSTIKA RAHAYU XII AKUNTANSI 3


3. Untuk perusahaan dagang adalah penjualan bruto dan komisi penjualan.
4. Untuk perusahaan industri adalah penjualan bruto dan penjualan by
product (barang sisa dalam proses produksi).
5. Untuk perusahaan jasa angkutan adalah pendapatan bruto atau setoran
sopir.
6. Untuk perusahaan jasa (hotel dll) penghasilan bruto jasa.
7. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
8. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
9. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
10. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan.
11. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. Sebagai contoh,
Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah dibayar dan dibebankan sebagai
biaya, yang karena sesuatu sebab dikembalikan, maka jumlah sebesar
pengembalian tersebut merupakan penghasilan
12. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
13. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
14. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
15. Dalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima atau diperoleh
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan penggunaan
harta gerak atau harta tak gerak, misalnya sewa mobil (kecuali tanah dan
bangunan final).
16. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
17. Pembebasan utang oleh pihak yang berpiutang dianggap sebagai
penghasilan bagi pihak yang semula berutang, sedangkan bagi pihak yang
berpiutang dapat dibebankan sebagai biaya. Namun, dengan Peraturan
Pemerintah dapat ditetapkan bahwa pembebasan utang debitur kecil
misalnya Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), Kredit Usaha Tani
(KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit untuk perumahan sangat
sederhana, serta kredit kecil lainnya sampai dengan jumlah tertentu
dikecualikan sebagai objek pajak.
18. Keuntungan selisih kurs mata uang asing (Keuntungan yang diperoleh
karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia).
19. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala, misalnya "alimentasi" atau
tunjangan seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam waktu
tertentu.
20. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

MUSTIKA RAHAYU XII AKUNTANSI 3


21. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
22. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan .
23. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
24. Pendapatan Klaim Asuransi (kebakaran, Kehilangan dan lain-lain)
25. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara
final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus
(deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).

Contoh pph final dan non final :

1. PPh atas bunga deposito

2. Bunga tabungan

3. Bunga jasa giro

4. Dihitung pajak penghasilan berlapis sesuai pasal 17 UU PPH no.36/2008

MUSTIKA RAHAYU XII AKUNTANSI 3

Anda mungkin juga menyukai