Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem dimana puskesmas membuat


pasien agar lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien , pelaporan dan analisis
insiden , kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implem
entasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sebagai bentuk komitmen dan keterlibatan seluruh staf pada
keselamatan pasien, maka seluruh staf di Puskesmas Patihan Madiun harus
mampu untuk melakukan manajemen resiko untuk pengelolaan insiden. Panduan
Root Cause Analysis (RCA) & Failure, Mode And Effect Analysis (FMEA) ini
menjabarkan bagaimana tahapan melakukan RCA & FMEA, dilengkapi dengan
contohnya yang pernah dibuat oleh komite PMKP.

MADIUN, 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
BAB II ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA) ....................................... 3
A. Pengertian Root Cause Analysis (RCA) ................................... 3
B. Langkah-langkah Root Cause Analysis (RCA) ......................... 3
C. Tahapan Melakukan Root Cause Analysis (RCA) ..................... 4
BAB III FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) ........... 12
A. Pengertian Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) .............. 12
B. Tahapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) .................. 13

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN

Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Patihan dilakukan


dengan menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen resiko
disemua unit. Alat-alat manajemen resiko yang digunakan terdiri dari :
1. Non statisticaltools : untuk mengembangkan ide, mengelompokkan,
memprioritaskan dan memberikan arah dalam pengambilan keputusan.
Alat-alat tersebut meliputi fish bone, bagian air, RCS, dan FMEA.
2. Statiscal tools seperti Diagram Pereto, lembar periksa (check sheet).

Perbedaan RCA dengan FMEA, yaitu RCA merupakan pendekatan analisis sistem yang
reaktif sementara FMEA merupakan pendekatan proaktif untuk mencegah kegagalan
sistem.

Persamaan RCA dengan FMEA, yaitu :


 Harus ada komitmen pimpinan.
 Bertujuan mengurangi kemungkinan cidera yang akan terjadi.
 Mencakup identifikasi kondisi-kondisi yang menimbulkan cidera.
 Merupakan metode analisis non statistical.
 Merupakan aktifitas sebuah tim yang memerlukan dukungan SDM, waktu, material
dan penunjang lainnya.

RCA dan FMEA saling berhubungan, bagian pendekatan yang satu dapat
digunakan pada bagian pendekatan yang lainnya. FMEA dapat digunakan untuk
membantu mengevaluasi perubahan strategi hasil analisa dengan RCA. Pendekatan FMEA
dapat melihat titik-titik potensial kegagalan berbagai proses dan kemudian
mengidentifikasi kegagalan-kegagalan baru yang ditimbulkan dari penerapan proses baru.
RCA dapat digunakan untuk mengidentifikais proses- proses mana saja yang
membutuhkan FMEA dan kemudian menentukan akar permasalahan secara spesifik.
BAB II
ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)

A. Pengertian
Root Cause (akar masalah), akar atau isu fundamental, adalah titik awal dimana
bila pada titik tersebut diambil suatu tindakan (pencegahan) maka peluang terjadinya
insiden akan berkurang.
RCA diterapkan pada kejadian resiko tinggi, berdampak luas yaitu semua KTD dan
Sentinel. Apabila terjadi insiden lain seperti KTC, KNC, dan KPC cukup dilakukan
investigasi sederhana. Setian proses pengelolaan insiden harus dapa menetapkan tingkat
investigasi dan tindakan yang diperlukan.
RS memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu melakukan analisis akar
masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa maslah terjadi untuk kemudian menyusun
rencana tindak lnjutnya. RCA dilakukan oleh Tim RCA, sementara komite Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien bertanggung jawab untuk :
 Mengingatkan untuk dilaksanakannya RCA.
 Mengatur Penyelenggaraan suatu investigasi.
 Mengelola tim RCA.
 Pelaporan secara organisatoris dan memonitor tindak lanjut upaya
pengurangan resiko.
 Koordinasi program RCA.
 Evaluasi program RCA.

B. Langkah-langkah Root Cause Analysis (RCA)


1. Identifikasi Insiden Yang Akan Di Investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulan Data dan Informasi
 Observasi
 Dokumentasi
 Interview
4. Petakan Kronologi Kejadian
 Narrative Chronology
 Timeline
 Tabular Timeline
 Time Person Grid
5. Identifikasi CMP (Care Management Problem)
 Brainstroming, bainwriting
6. Analisis Informasi
 5 Why's
 Analisis Perubahan
 Analisis Penghalang
 Fishbone / Analisis Tueang Ikan
7. Rkomendasi dan Rencana Kerja Untuk Improvement

C. Tahapan Melakukan Root Cause Analysis (RCA)


 LANGKAH 1 dan 2 : Identifikasi insiden dan tentukan tim, dengan
menggunkan form seperti dibawah ini :

INSIDEN :

Ketua :

Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili ? YA
TIDAK
Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda, sesudah
diwakili dalam tim tersebut ? YA TIDAK

Siapa yang menjadi Notulen ?


Tanggal dimulai Tanggal dilengkapi

 LANGKAH 3 : Kumpulkan data & informasi


Dengan menggunakan form seperti dibawah ini :
 Observasi langsung :
Dokumentasi : 1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
4. .................................................
5. .................................................

 Interview (Dokter/Staf yang terlibat) :


1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
4. .................................................
5. .................................................
 LANGKAH 4 : Petakan kronologi kejadian dengan menggunakan bantuan
beberapa form dibawah ini :
FORM TABULAR TIMELINE

WAKTU/KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
Good Practice
MASALAH
PELAYANAN
 LANGKAH 5 : Identifikasi care management programs

FORM MASALAH/CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)

MASALAH INSTRUMENT/TOOLS
1.
2.
3.
4.
5.

 LANGKAH 6 : Analisis perubahan, dengan beberapa cara :


FORM TEKNIK 5 MENGAPA (5 why's)

MASALAH INSTRUMENT/TOOLS
1. Mengapa
2. Mengapa
3. Mengapa
4. Mengapa
5. Mengapa

FORM ANALISIS PERUBAHAN

PROSEDUR PROSEDUR APAKAH


YANG NORMAL YANG TERDAPAT
(SOP) DILAKUKAN BUKTI
SAAT INSIDEN PERUBAHAN
DALAM
PROSES

FISH BONE / ANALISIS TULANG IKAN


Adalah alat untuk menggmbarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci.
Diagram tersebut memfasilitasi proses identifikasi masalah sebagai
langkah awal untuk menentukan fokus perbaikan, menggambarkan ide pengumpulan
data, menggali penyebab terjadinya masalah dan menganalisa masalah tersebut. Untuk
pengisisan diagram fish bone ini dilakukan dengan melihat faktor-faktor kontributor.

Fish Bone / Analisis tulang ikan

faktor faktor staf faktor faktor RS faktor tim

faktor faktor faktor


komunikasi lingkungan organisasi

Ket :

FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN DALAM INVESTIGASI


INSIDEN KLINIS

1. FAKTOR KONTRIBUTOR EXTERNAL DILUAR RS KOMPONEN :


 Regulator dan ekonomi
 peraturan dan kebijakan DEPKES
 Peraturan nasional
 Hubungan dengan organisasi lain

2. FAKTOR KONTRIBUTOR ORGANISASI SAN MANAJEMEN


Komponen Sub Komponen
Organisasi dan Manajemen a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakkan, Standar & Tujuan a. Tujuan dan misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Servis
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan Diklat
g. Prosedur dan Kebijakan
h. Fasilitas dan Perlengkapan
i. Manajemen Resiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja
b. Dukungan Manajemen Oleh Seluruh Staf
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan Staf
yang Berbeda
c. Beban Kerja yang Optimal
Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refresing

3. FAKTOR LINGKUNGAN KERJA

KOMPONEN SUB KOMPONEN


Rancang dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan Housekeeping
Pengawasan Lingkungan Fisik Perpindahan
Pasien Antar Ruangan
Perlengkapan a. Malfungsi Alat
b. Ketidak Tersediaan
. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Rancang, Penggunaan & Maintenance
Peralatan

4. FAKTOR KONTRIBUTOR : TIM

KOMPONEN SUB KOMPONEN


Supervisi & Konsultasi a. Adanya kemauan staff junior
berkomunikasi
b. Cepat tanggap
Konsistensi a. Kesamaan tugas antar profesi
b. Kesamaan tugas antar staff yang singkat
Kepemimpinan Tanggung a. Kepemimpinan Efektif
Jawab b. Job Description jelas
Respon terhadap Insiden Dukungan per grup setelah insiden

5. FAKTOR KONTRIBUTOR : STAFF

KOMPONEN SUB KOMPONEN


Kompetensi a.Verivikais Kualifikasi
b.Verifikasi Pengetahuan & Keterampilan
Stressor Fisik dan Mental Motivasi
a.
Stresor Mental : efek beban kerja beban
b.
mental
c. Stresor Fisik : Efek Beban kerja =
Gangguan Fisik

6. FAKTOR KONTRIBUTOR : TUGAS

KOMPONEN SUB KOMPONEN


Ketersediaan SOP a. Prosedur Peninjauan & Revisi SOP
b. Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Infestigasi
Ketersediaan & Akurasi Hasil a. Test tidak dilakukan
Test b. Ketidak sesuaianantara interprstasi
hasil
test

Faktor Penunjang Dalam a. Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas


Validasi Alat Medis b. Kalibrasi
Rancang Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai
SOP

7. FAKTOR KONTRIBUTOR : PASIEN

KOMPONEN SUB KOMPONEN


Kondisi Penyakit yang kompleks, berat,
multikomplikasi
Personal Kepribadian
Bahasa Kondisi
Sosial
Keluarga
Pengobatan Mengetahui Resiko Yang berhubungan
dengan pengobatan
Riwayat a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik

8. FAKTOR KONTRIBUTOR : KOMUNIKASI

KOMPONEN SUB KOMPONEN


Komunikasi Verbal a. Komunikasi antara staf junior dan
senior
b. Komunikasi antar profesi
c. Komunikasi antar staf dan pasien
d. Komunikasi antar Unit Departemen
Komuniaksi Tertulis Ketidak lengkapan Informasi

 Langkah 7 : Menyusun Rencana Perbaikan Dengan


Menggunakan Form Rekomendasi Dan Rencana Tindakan

TINGKAT SUMBER DAYA


AKAR BUKTI
TINDAKAN REKOMENDASI PJ WAKTU YANG PARA
MASALAH PENYELESAIAN
DIBUTUHKAN F

Menulis Laporan RCA :


Laporan dituliskan untuk mengkomunikasikan temuan-temuan, kesimpulan dan
rekomendasi hasil investigasi RCA. Laporan disusun oleh komite peningkatan
mutu dan keselamatan Pasien setelah semua solusi telah dipertimbangkan dan
direkomendasikan untuk tindakan koreaktif yang ditetapkan.
BAB III
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)

Proses mengurangi resiko di RSUD Baturaja dilakukan paling sedikit sat kali dala
setahun dan dibuat dokumentasinya, dengan menggunakan Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA).Proses yang dipilih adalah proses dengan resiko tinggi.

A. Pengertian Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


Beberapa definisi FMEA :
 Adalah suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci dan
mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan dan mencari solusi
dengan melakukan perubahan desain/prosedur.
 Adalah metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut dirancang untuk
menyelamatnkan keselamatan pasien.
 Adalah proses proaktif, dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi.
Mengantisipasi kesalahan akan meminimalkan dampak buruk.
 Kelebihan utama dari FMEA yaitu membuat pengguna dapat fokus pada proses
merancang ulang proses-proses yang memiliki potensial masalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan di kemudian hari.
Delapan tahap FMEA (JCAHO, 2005) :
1. Memilih proses yang bersiko tinggi dan membentuk tim.
2. Membuat diagram proses ata alur proses dengan flow chart yang rinci
3. Untuk setiap kemungkinan kegagalan (failure mode ) identifikasi efek yang
memungkinkan terjadi ke pasien (the effect).
4. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek tersebut ke pasien
(RPN(Risk Priority Numbers))
5. Melakukan root cause analysis dari failure mode
6. Rancangan ualang proses
7. Analisa dan uji cobakan proses yang baru
8. Implementasi dan monitoring proses baru

B. Tahapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


 LANGKAH 1 : Pilih proses yang beresiko tinggi dan bentuk TIM
Pilih proses yang akan dianalisa. Proses yang dipilih dapat berupa proses klinis
dan berhubungan langsung dengan perawatan kepada pasien atau yang tidak berorientasi
klinis dan tidak berhubungan dengan perawatan pasien. Pilih proses yang akan dianalisa.
Tentukan salah satu proses / sub proses bila prosesnya kompleks.
Judul Proses :
Bentuk TIM
Ketua :
Anggota 1. 4.
2. 5.
3. 6.

Apakah semua area yang terkait sudah terwakili ? YA

TIDAK

Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda, sudah diwakili didalam tim
tersebut?

YA TIDAK

Siapa yang menjadi Notulen ?

Tanggal dimulai Tanggal dilengkapi

 LANGKAH 2A : GAMBARKAN ALUR PROSES

Tahapan Proses :

Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Jika proses terlalu kompleks, pilih satu proses atau sub proses untuk di tindak lanjuti.

1 2 3 4 5 6

Cantumkan beberapa sub proses untuk setiap tahapan proses

Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses

A. A. A. A. A. A.

B. B. B. B. B. B.

C. C. C. C. C. C.

D. D. D. D. D. D.

E. E. E. E. E. E.

LANGKAH 2B : GAMBARKAN ALUR SUB PROSES

1 2 3 4 5 6
Jelaskan sub proses kegiatan yang dipilih dan kemungkinan kegagalan pada
setiap sub proses

Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses

A. A. A. A. A. A.

B. B. B. B. B. B.

C. C. C. C. C. C.

D. D. D. D. D. D.

E. E. E. E. E. E.

LANGKAH 3 : IDENTIFIKASI EFEK YANG MUNGKIN


TERJADI KE PASIEN (THE EFFECT)

Failures mode adalah suatu perilaku yang dapat gagal, dan secara umum
menjelaskan bagaimana suatu kegagalan terjadi dan dampaknya terhadap suatu proses. E
(efek) adalah hasil dari kegagalan tertentu atau kestabilan seluruh ayau sebagaian proses.
Efek kegagalan adalah konsekuensi dari failure mode pada operasional, fungsi atau status
dari tahapan proses.

LANGKAH 4 : MENETAPKAN KEMUNGKINAN TINGKAT


BAHAYA DAN KEPARAHAN DARI EFEK TERSEBUT KE
PASIEN

Dalam menentukan tingkat bahaya harus mempertimbangkan hal-hal berikut, yaitu :

Kriteria Failure mode

 Probabilitas terjadinya failure mode( Sering disebut frekuensi atau likelihood dari
suatu kejadian )
 Kemudahan untuk di deteksi
Kriteria Efek
 Probabilitas terjadinya efek
 Tingkat keparahan

Kriteria lain
 Biaya, waktu dan ketersediaan sumber daya lain.

RPN (Risk Priority Number) merupakan cara untuk menghitung tingkat bahaya dan
disebut juga sebagai Critially Index, yang berdasarkan tingkat keparahan, tingkatkejadian
dan nilai kemudahan dideteksi.

RPN = Severity x occurance x

Tujuan menyusun prioritas adalah mengidentifikasi failure mode yang paling butuh
dianalisis untuk meningkatkan proses dan mengurangi risiko mencelakai pasien.
TINGKAT KEPARAHAN (SEVERITY)
LEVEL DESKRIPSI CONTOH
1 MINOR Tidak akan dirasakan / diketahui oleh pasien dan
tidaka akan berefek pada proses
Dapat berdampak pada pasien dan dapat
menimbulkan beberapa efek pada proses
2 MODERAT Kegagalan dapat mempengaruhi proses
pelayanan kesehatan tetapi menimbulkan
kerugian minor
Dapat berdampak pada pasien dan dapat
menimbulkan efek yang sangat besar
3 MAYOR Kegagalan menyebabkan kerugian yang
lebih besar terhadap pasien
4 MAYOR INJURY Dapat membuat pasien mengalami luka
parah dan menimbulkan efek yang besar pula
pada proses
5 TERMINAL INJURY Sangat berbahaya: kegagalan akan
berakibat pada kematian dan menimbulkan efek
yang sangat besar terhadap proses

TINGKAT PROBABILITAS O = Occurrance (keserigan)


LEVEL DESKRIPSI CONTOH
5 Sangat sering dan Sangat sering muncul, mungkin beberapa
pasti kali dalam 1 bulan
4 Sering (Frequent) Hampir sering muncul dalam waktu yang
relatif singkat (mungkin terjadi beberapa kali
dalam 1 tahun)
3 Kadang-kadang Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi
(Occasional) beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun)
2 Jarang Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi
(Uncommon) dalam > 2 sampai 5 tahun)
1 Hampir Tidak Jarang terjadi (dapat terjadi dalam > 5
Pernah (Remote) sampai 30 tahun)

TINGKAT D = DETECTABLE (TERDETEKSI)


LEVEL DESKRIPSI
5 Tidak mungkin terdeteksi
4 Kemungkinan kecil terdeteksi
3 Mungkin terdeteksi
2 Sangat mungkin terdeteksi
1 Selalu terdeteksi

 LANGKAH 5 MELAKUKAN ROOT CAUSE ANALYSIS DARI


FAILURE MODE

Lihat bab 2

 LANGKAH 6 RANCANG ULANG PROSES


Merancang ulang sebuah proses dan system pendukungnya adalah langkah yang
paling penting. Tujuannya adalah untuk menghindari cidera yang mungkin terjadi.
Merancang ulang sebuah proses dapat dilakukan dengan :
 Mengurangi keragaman
 Standarisasi proses
 Menyederhanakan proses
 Mengoptimalkan back up untuk mengurangi kemungkinan kegagalan
 menggunakan teknologi otomatis
 Membangun mekanisme perlindungan kegagalan
 Melakukan dokumentasi / pencatatan

 LANGKAH 7 ANALISA DAN UJI COBAKAN PROSES YANG


BARU
Sangat penting tim untuk menganalisa dan menguji coba telebih dahulu
sebelum menerapkan secara penuh serta mengevaluasi efek dari subproses- subproses
yang baru dalam proses yang lebih besar sebelum menerapkan perubahan. Ujicoba proses
baru dengan menggunakan prinsip PDCA (Plan - Do - Check - Act).

 LANGKAH 8 IMPLEMENTASI DAN MONITORING PROSES


BARU
Monitoring dilakukan dengan :
1. Dokumentasi, tim FMEA memastikan terdapat regulasi yang diperlukan
untuk implementasi proses baru (kebijakan, penduan, SPO,dll).
2. Pelatihan, pelatihan ulang dan uji kompetensi. Memastikan seluruh staf
mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan terkait proses baru.
3. Monitoring berkelanjutan.
BAB IV DAFTAR
PUSTAKA

1. Failure Mode and Effect, Analysis in Health Care: Proactive Risk


Reducation, JCI 3rd ED, 2010
2. MMR UGM, 2009, Bahan Kuliah Blok II, Magister Manajemen RS FK UGM,
Jogja
3. Herkutanto, 2013, Bahan Presentasi Workshop PMKP - Standar Akreditasi
RS
4. Materi KKP - RS PERSI

Anda mungkin juga menyukai