DINAS KESEHATAN
UPT.PUSKESMAS AIR ITAM
Alamat : Jl. Depati Hamzah Kel. Air Itam Kec. Bukit Intan
Kota Pangkalpinang Telp. 0717-4256085
email : puskesmasairitam@gmail.com
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PUSKESMAS AIR ITAM
Ditetapkan di : Pangkalpinang
pada tanggal : 02 Januari 2016
Kepala UPT. Puskesmas Air Itam
Hisar Manalu
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS BAGI PELAYANAN KLINIS
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera,
tuntutan, ataupun kegagalan pemberian layanan yang aman kepada pasien.
3. Laporan Kejadian
a. Probabilitas
Penilaian tingkat probabilitas/frekuensi risiko adalah dengan memperkirakan seberapa
seringnva insiden tersebut terjadi.
Skor 1 : sangat jarang : terjadi sekali dalam > 5 tahun
Skor 2 : jarang : terjadi sekali dalam 2-5 tahun
Skor 3 : mungkin : terjadi sekali dalam 1-2 tahun
Skor 4 : sering : terjadi beberapa kali setahun
Skor 5 : sangat sering : terjadi beberapa kali sebulan
b. Dampak
Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah dengan memperkirakan seberapa berat akibat
yang dialami pasien (yang bukan karena penyakit yang dideritanya).
Skor 1 :tidak signifikan, tidak ada cedera
Skor 2 :minor, cedera ringan, dapat diatasi dengan pertolongan pertama, misal: luka lecet
Skor 3 :moderat, cedera sedang, atau setiap kasus yang memperpanjang perawatan, atau
berkurangnya fungsi fisik, psikologis, ataupun intelektual secara reversibel, misal: luka robek
Skor 4 :mayor, cedera luas/berat, atau kehilangan fungsi fisik, psikologis, ataupun intelektual
secara ireversibel, misal: cacat, lumpuh
Skor 5 :katastrofik, pasien meninggal
NB: pasien yang mengalami cedera karena penyakit yang dideritanya BUKAN termasuk
insiden keselamatan pasien, tetapi termasuk komplikasi penyakit
Skor Risiko dinilai dengan mengalikan skor Probabilitas (P) dan Dampak (D).
Hasil kali antara P dan D kemudian dinilai dengan tabel grading di bawah
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan.
a. Grade rendah : Investigasi sederhana, waktu maksimal 1 minggu.
b. Grade sedang : Investigasi sederhana, waktu maksimal 2 minggu
c. Grade tinggi : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah oleh Tim Keselamatan
Pasien, waktu maksimal 45 hari
d. Grade ekstrim: Investigasi komprehensif/analisis akar masalah oleh Tim Keselamatan
Pasien, waktu maksimal 45 hari.
5. Penanggulangan Risiko
Risiko ditanggulangi berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Pada tahap ini dibuat rencana
tindakan yang akan dilakukan untuk menanggulangi resiko. Bentuk-bentuk penanggulangan
risiko di antaranya (Daud, 2011):
3.ceklist
kepatuhan
terhadap
prosedur
penomoran dan
penyimpanan
rekam medis
B..UNIT POLI UMUM,ANAK,DAN IBU
1 Penyebab
Identifikasi Penanganan Resiko Kgiatan
Resiko
SK dan SOP
assesment
dimonitor dan
dievaluasi
SK dan SOP
pelayanan klinis
SK dan SOP
perilaku elayanan
klinis
1 Penyebab
Identifikasi Penanganan Resiko Kgiatan
Resiko
SK dan SOP
pelayanan klinis
SK dan SOP
perilaku
pelayanan klinis
4.mempuat leaflet
etika batuk.
D.FARMASI
1 Penyebab
Identifikasi Penanganan Resiko Kgiatan
Resiko
2. Pengadaan 2.Pengadaam
Pengadaan harus menjamin
ketersediaan obat yang aman
efektif dan sesuai peraturan yang
berlaku (legalitas) dan diperoleh
dari distributor resmi.
3. Penyimpanan 3.Obat yang mirip dan
Hal-hal yang perlu diperhatikan ucapan mirip
dalam penyimpanan untuk dipisahkan.obat obat
menurunkan kesalahan narkotik disimpan
pengambilan obat dan menjamin khusus
mutu obat:
• Simpan obat dengan nama,
tampilan dan ucapan mirip
(look-alike, sound-alike
medication names) secara
terpisah.
• Obat-obat dengan peringatan
khusus (high alert drugs) yang
dapat
menimbulkan cedera jika terjadi
kesalahan pengambilan, simpan
di
tempat khusus. Misalnya :
o menyimpan cairan elektrolit
pekat seperti KCl inj, heparin,
warfarin,
insulin, kemoterapi, narkotik
opiat, neuromuscular blocking
agents,
thrombolitik, dan agonis
adrenergik. (
o kelompok obat antidiabet
jangan disimpan tercampur
dengan obat lain secara alfabetis,
tetapi tempatkan secara terpisah
• Simpan obat sesuai dengan
persyaratan penyimpanan.
4. Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata
dalam pencegahan terjadinya
medication
error melalui kolaborasi dengan
dokter dan pasien.
• Identifikasi pasien minimal
dengan dua identitas, misalnya
nama dan nomor rekam medik/
nomor resep,
• Apoteker tidak boleh membuat
asumsi pada saat melakukan
interpretasi resep dokter. Untuk
mengklarifikasi ketidaktepatan
atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter
penulis resep.
• Dapatkan informasi mengenai
pasien sebagai petunjuk penting
dalam
pengambilan keputusan
pemberian obat, seperti :
o Data demografi (umur, berat
badan, jenis kelamin) dan data
klinis (alergi, diagnosis dan
hamil/menyusui). Contohnya,
Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien
yang menerima obat-obat
dengan indeks terapi sempit
untuk keperluan perhitungan
dosis.
o Hasil pemeriksaan pasien
(fungsi organ, hasillaboratorium,
tanda-tanda vital dan parameter
lainnya). Contohnya, Apoteker
harus mengetahui data
laboratorium yang penting,
terutama untuk obat-obat yang
memerlukan penyesuaian dosis
dosis(seperti pada penurunan
fungsi ginjal).
• Apoteker harus membuat
riwayat/catatan pengobatan
pasien.
• Strategi lain untuk mencegah
kesalahan obat dapat dilakukan
dengan penggunaan otomatisasi
(automatic stop order), sistem
komputerisasi
(e-prescribing) dan pencatatan
pengobatan pasien seperti sudah
disebutkan diatas.
• Permintaan obat secara lisan
hanya dapat dilayani dalam
keadaan emergensi dan itupun
harus dilakukan konfirmasi
ulang untuk memastikan obat
yang diminta benar, dengan
mengeja nama obat serta
memastikan dosisnya. Informasi
obat yang penting harus
diberikan kepada petugas yang
meminta/menerima obat
tersebut. Petugas yang
menerima permintaan harus
menulis dengan jelas instruksi
lisan setelah
mendapat konfirmasi.
5. Dispensing
• Peracikan obat dilakukan
dengan tepat sesuai dengan SOP.
• Pemberian etiket yang tepat.
Etiket harus dibaca minimum
tiga kali :
E.LABORATORIUM
Resiko tempat kerja laboratorium ;
1 Penyebab
Identifikasi Resiko Penanganan Resiko Kgiatan
1. Pasien tidak Tenaga klinis Membuat kebijakan SK kompetensi tenaga
mendapat tidak kompetensi tenaga klinis klinis
pelayanan klinis melakukan Membuat kebijakan dan dan Program Pelatihan dan
yang memadai prosedur assesment klinis orientasi tenaga klinis
assasement
SK dan SOP
dengan benar
assesment dimonitor
dan dievaluasi
SK dan SOP
pelayanan klinis
SK dan SOP perilaku
elayanan klinis
Peralatan Membuat manajemen SK dan SOP
tidak tersedia peralatan manajemen peralatan
dan tidak siap
pakai
2. Heath care infeksi 1.Kepatuhan 1.Menyediakan sarana cuci Sarana cuci tangan
associatian (HAIs) terhadap tangan di unit layanan.baik SOP cuci tangan
prosedur cuci wastafel maupun handrub dimonitor dan
evaluasi
tangan belum
memadai
karena
a.tidak
tersedia saran
cuci tangan
b.petugas
tidak
memahami
prosedur cuci
tangan yang
benar.
HISAR MANALU