Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

DINAS KESEHATAN
UPT.PUSKESMAS AIR ITAM
Alamat : Jl. Depati Hamzah Kel. Air Itam Kec. Bukit Intan
Kota Pangkalpinang Telp. 0717-4256085
email : puskesmasairitam@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPT. PUSKESMAS AIR ITAM


Nomor : 005 /SK.UKP/PKM-AI/I/2016

TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PUSKESMAS AIR ITAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA UPT. PUSKESMAS AIR ITAM,

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan usaha peningkatan mutu layanan klinis


dan keselamatan pasien tentang penerapan manajemen resiko klinis
bagi seluruh pelayanan klinis yang memberikan asuhan pasien;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut perlu ditetapkan Keputusan
Kepala Puskesmas tentang penerapan manajemen resiko klinis
terhadap seluruh pelayanan klinis yang meliputi dokter, perawat,
bidan dan tenaga kesehatan lainnya.
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

3. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik Pelaksanaan
Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 6710;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1400;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 231);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Keputusan Kepala Puskesmas Air Itam Tentang Penerapan Manajemen


Resiko Klinis Bagi Pelayanan Klinis.
Kesatu : Penerapan manajemen resiko klinis bagi pelayanan klinis Puskesmas Air
Itam sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapakan. Apabila
tenyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pangkalpinang
pada tanggal : 02 Januari 2016
Kepala UPT. Puskesmas Air Itam

Hisar Manalu
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS BAGI PELAYANAN KLINIS

Tahap-tahap pengelolaan risiko klinis

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera,
tuntutan, ataupun kegagalan pemberian layanan yang aman kepada pasien.

2. Cara Identifikasi Risiko

Risiko dapat diidentifikasi dengan melihat:


a. Laporan kejadian (Kejadian Tidak Diinginkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Sentinel, dsb)
b. Review rekam medik (Melakukan telaah rekam medik untuk melihat ada/ tidaknya
penyimpangan dari standar pelayanan medik)
c. Komplain pelanggan
d. Survei
e. Self assessment
f. Dan sebagainya

3. Laporan Kejadian

Apabila ditemukan insiden keselamatan pasien, harus dibuat laporan selambatlambatnya


2x24 jam setelah insiden terjadi untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan.
Laporan diisi dalam formulir oleh orang yang melihat insiden keselamatan pasien. Format
laporan dapat dilihat pada lampiran. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada
atasan langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen:
Supervisor/ Kepala Bagian/ Instalasi/ Departemen/ Urut, Ketua Komite Medis/ Ketua SMF).
Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan.

4. Penilaian Probabilitas dan Dampak Risiko


Besarnya risiko berbanding lurus dengan probabilitas terjadinya risiko dan dampak risiko,
oleh karena itu Skor Risiko (SR) dinilai dari hasil kali antara Probabilitas (P) dan Dampak (D)
SR=P x D

a. Probabilitas
Penilaian tingkat probabilitas/frekuensi risiko adalah dengan memperkirakan seberapa
seringnva insiden tersebut terjadi.
Skor 1 : sangat jarang : terjadi sekali dalam > 5 tahun
Skor 2 : jarang : terjadi sekali dalam 2-5 tahun
Skor 3 : mungkin : terjadi sekali dalam 1-2 tahun
Skor 4 : sering : terjadi beberapa kali setahun
Skor 5 : sangat sering : terjadi beberapa kali sebulan

b. Dampak
Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah dengan memperkirakan seberapa berat akibat
yang dialami pasien (yang bukan karena penyakit yang dideritanya).
Skor 1 :tidak signifikan, tidak ada cedera
Skor 2 :minor, cedera ringan, dapat diatasi dengan pertolongan pertama, misal: luka lecet
Skor 3 :moderat, cedera sedang, atau setiap kasus yang memperpanjang perawatan, atau
berkurangnya fungsi fisik, psikologis, ataupun intelektual secara reversibel, misal: luka robek
Skor 4 :mayor, cedera luas/berat, atau kehilangan fungsi fisik, psikologis, ataupun intelektual
secara ireversibel, misal: cacat, lumpuh
Skor 5 :katastrofik, pasien meninggal
NB: pasien yang mengalami cedera karena penyakit yang dideritanya BUKAN termasuk
insiden keselamatan pasien, tetapi termasuk komplikasi penyakit
Skor Risiko dinilai dengan mengalikan skor Probabilitas (P) dan Dampak (D).
Hasil kali antara P dan D kemudian dinilai dengan tabel grading di bawah
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan.
a. Grade rendah : Investigasi sederhana, waktu maksimal 1 minggu.
b. Grade sedang : Investigasi sederhana, waktu maksimal 2 minggu
c. Grade tinggi : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah oleh Tim Keselamatan
Pasien, waktu maksimal 45 hari
d. Grade ekstrim: Investigasi komprehensif/analisis akar masalah oleh Tim Keselamatan
Pasien, waktu maksimal 45 hari.

5. Penanggulangan Risiko

Risiko ditanggulangi berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Pada tahap ini dibuat rencana
tindakan yang akan dilakukan untuk menanggulangi resiko. Bentuk-bentuk penanggulangan
risiko di antaranya (Daud, 2011):

a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak melanjutkan aktivitas


yangmenimbulkan risiko, misal untuk menghindari salah transfusi diputuskan untuk
tidakmelakukan transfusi di klinik tersebut.
b. Mengurangi probabilitas terjadinya risiko, misal untuk mengurangi/ menghilangkanrisiko
terjadinya salah identifikasi, dilakukan identifikasi minimal dengan dua penanda
identifikasi.
c. Mengurangi dampak terjadinya risiko/mitigasi, misal untuk mengurangi dampak
kebakaran, dilakukan pemasangan alarm kebakaran dan alat pemadam api otomatis
d. Berbagi risiko dengan pihak lain, misal: asuransi, kontrak dengan pihak luar, metode ini
sesuai untuk risiko yang jarang terjadi, tetapi dampaknya besar, misal kebakaran,gempa,
bencana alam, penggunaan alat medis yang sangat mahal.
e. Mempertahankan risiko, metode ini sesuai untuk risiko yang jarang terjadi dan dampaknya
kecil, misal pasien kehilangan sandal.Setelah pengenanggulangan risiko dilakukan, tahap
selanjutnya adalah evaluasi apakah penanggulangan yang diberikan sudah berhasil
mencapai target yang diharapkan (berkurang/hilangnya risiko). Jika belum tercapai perlu
dilakukan penanggulangan dengan strategi yang lain.
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR ITAM
NOMOR : /PKM.AI/UKP/I/ 2016
TANGGAL : Januari 2016
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS BAGI
PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS AIR ITAM
PENERAPAN
MANAJEMEN RESIKO DI PUSKESMAS AIR ITAM

A.UNIT PENDAFTARAN DAN REKAM MEDIS

No Identifikasi Penyebab Penanganan Resiko Kgiatan


Resiko

1 Pasien tidak Tidak tersedia Pemberian informasi tentang ; Pemasangan


memiliki informasi yang waktu, syarat, alur, biaya, jenis papan
informasi yang mudah pelayanan, rujukan dengan informasi,
tepat mengenai dipahami oleh bahasa yang dimengerti oleh brosur dll
biaya,waktu masyarakat masyarakat
pelayanan.syarat
dll sehingga
pasien
mengeluhkan
pelayanan
puskesmas

2. Waktu Petugas lama Sistem rekam medis di perbaiki 1.Perbaikan


pendaftaran lama mencari rekam dengan sistem
medis karena penomoran
rekam medis
tidak tertata 2.Perbaikan
dengan rapi prosedur
penyimpanan

3.ceklist
kepatuhan
terhadap
prosedur
penomoran dan
penyimpanan
rekam medis
B..UNIT POLI UMUM,ANAK,DAN IBU

1 Penyebab
Identifikasi Penanganan Resiko Kgiatan
Resiko

1. Pasien tidak Tenaga klinis tidak Membuat kebijakan SK kompetensi


mendapat melakukan kompetensi tenaga klinis tenaga klinis
pelayanan assasement dengan
klinis yang benar Membuat kebijakan dan Program Pelatihan
memadai dan prosedur assesment dan orientasi
klinis tenaga klinis

SK dan SOP
assesment
dimonitor dan
dievaluasi

SK dan SOP
pelayanan klinis

SK dan SOP
perilaku elayanan
klinis

2.Manajemen Membuat kebijakan dan SK dan SOP


peralatan belum prosedur sterilisasi manajemen
terlaksana dengan peralatan peralatan
baik
SOP pemisahan
peralatan steril

3.Manajemen Membuat Kebijakan dan SK dan SOP


lingkungan fisik prosedur manajemen lingkungan fisik
belum terlaksana lingkungan fisik dimonitor dan
dievaluasi

4.Penanganan Membuat kebijakan dan SK dan SOP


bahan beracun dan prosedur penanganan penanganan bahan
berbahaya belum bahan beracun dan beracun dan
dikendalikan berbahaya berbahaya
dengan benar
C.UNIT GAWAT DARURAT

1 Penyebab
Identifikasi Penanganan Resiko Kgiatan
Resiko

1 Pasien Tidak Petugas tidak Membuat kebijakan 1.SK dan SOP


ditangani tanggap dengan penanganan pasien gawat triase
dengan segera pelayanan gawat darurat,triase dibuat,dimonitor
darurat dan dievaluasi.

2. Pasien tidak 1.Tenaga klinis Membuat kebijakan SK kompetensi


mendapat tidak melakukan kompetensi tenaga klinis tenaga klinis
pelayanan assasement dengan
klinis yang benar
memadai Membuat kebijakan dan dan SK dan SOP
prosedur assesment klinis assesment
dimonitor dan
dievaluasi

SK dan SOP
pelayanan klinis

SK dan SOP
perilaku
pelayanan klinis

2.Peralatan tidak Membuat manajemen SK dan SOP


tersedia dan tidak peralatan manajemen
siap pakai peralatan

3.Manajemen Membuat kebijakan dan SK dan SOP


peralatan belum prosedur sterilisasi manajemen
terlaksana dengan peralatan peralatan
baik
SOP pemisahan
peralatan steril

4.Penanganan Membuat kebijakan dan SK dan SOP


bahan beracun dan prosedur penanganan bahan penanganan
berbahaya belum beracun dan berbahaya bahan beracun
dikendalikan dan berbahaya
dengan benar

5.Pasien dengan Dibuat prosedur khusus 1.menyediakan


kemungkinan dengan pasien yang tisu/
infeksi kontak beresiko kontak droplet
droplet tidak 2.Menyediakan
dilakukan prosedur masker bedah di
khusus 3.menyediakan
tempat sampah
medis diruang
poli

4.mempuat leaflet
etika batuk.

D.FARMASI

1 Penyebab
Identifikasi Penanganan Resiko Kgiatan
Resiko

1. Medication Medication error 1. Pemilihan 1.Formularium


error belum menjadi Pada tahap pemilihan perbekalan puskesmas
perhatian farmasi, risiko insiden/error
dapat
petugas
diturunkan dengan pengendalian
jumlah item obat dan
penggunaan obatobat sesuai
formularium.

2. Pengadaan 2.Pengadaam
Pengadaan harus menjamin
ketersediaan obat yang aman
efektif dan sesuai peraturan yang
berlaku (legalitas) dan diperoleh
dari distributor resmi.
3. Penyimpanan 3.Obat yang mirip dan
Hal-hal yang perlu diperhatikan ucapan mirip
dalam penyimpanan untuk dipisahkan.obat obat
menurunkan kesalahan narkotik disimpan
pengambilan obat dan menjamin khusus
mutu obat:
• Simpan obat dengan nama,
tampilan dan ucapan mirip
(look-alike, sound-alike
medication names) secara
terpisah.
• Obat-obat dengan peringatan
khusus (high alert drugs) yang
dapat
menimbulkan cedera jika terjadi
kesalahan pengambilan, simpan
di
tempat khusus. Misalnya :
o menyimpan cairan elektrolit
pekat seperti KCl inj, heparin,
warfarin,
insulin, kemoterapi, narkotik
opiat, neuromuscular blocking
agents,
thrombolitik, dan agonis
adrenergik. (
o kelompok obat antidiabet
jangan disimpan tercampur
dengan obat lain secara alfabetis,
tetapi tempatkan secara terpisah
• Simpan obat sesuai dengan
persyaratan penyimpanan.

4. Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata
dalam pencegahan terjadinya
medication
error melalui kolaborasi dengan
dokter dan pasien.
• Identifikasi pasien minimal
dengan dua identitas, misalnya
nama dan nomor rekam medik/
nomor resep,
• Apoteker tidak boleh membuat
asumsi pada saat melakukan
interpretasi resep dokter. Untuk
mengklarifikasi ketidaktepatan
atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter
penulis resep.
• Dapatkan informasi mengenai
pasien sebagai petunjuk penting
dalam
pengambilan keputusan
pemberian obat, seperti :
o Data demografi (umur, berat
badan, jenis kelamin) dan data
klinis (alergi, diagnosis dan
hamil/menyusui). Contohnya,
Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien
yang menerima obat-obat
dengan indeks terapi sempit
untuk keperluan perhitungan
dosis.
o Hasil pemeriksaan pasien
(fungsi organ, hasillaboratorium,
tanda-tanda vital dan parameter
lainnya). Contohnya, Apoteker
harus mengetahui data
laboratorium yang penting,
terutama untuk obat-obat yang
memerlukan penyesuaian dosis
dosis(seperti pada penurunan
fungsi ginjal).
• Apoteker harus membuat
riwayat/catatan pengobatan
pasien.
• Strategi lain untuk mencegah
kesalahan obat dapat dilakukan
dengan penggunaan otomatisasi
(automatic stop order), sistem
komputerisasi
(e-prescribing) dan pencatatan
pengobatan pasien seperti sudah
disebutkan diatas.
• Permintaan obat secara lisan
hanya dapat dilayani dalam
keadaan emergensi dan itupun
harus dilakukan konfirmasi
ulang untuk memastikan obat
yang diminta benar, dengan
mengeja nama obat serta
memastikan dosisnya. Informasi
obat yang penting harus
diberikan kepada petugas yang
meminta/menerima obat
tersebut. Petugas yang
menerima permintaan harus
menulis dengan jelas instruksi
lisan setelah
mendapat konfirmasi.
5. Dispensing
• Peracikan obat dilakukan
dengan tepat sesuai dengan SOP.
• Pemberian etiket yang tepat.
Etiket harus dibaca minimum

tiga kali :

wadah, pada saat


mengembalikan obat ke rak.

• Dilakukan pemeriksaan ulang


oleh orang berbeda.
• Pemeriksaan meliputi
kelengkapan permintaan,
ketepatan etiket, aturan
pakai, pemeriksaan kesesuaian
resep terhadap obat, kesesuaian
resep terhadap isi etiket.
6. Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE)
Edukasi dan konseling kepada
pasien harus diberikan mengenai
hal-hal
yang penting tentang obat dan
pengobatannya. Hal-hal yang
harus
diinformasikan dan didiskusikan
pada pasien adalah :
• Pemahaman yang jelas
mengenai indikasi penggunaan
dan bagaimana
menggunakan obat dengan
benar, harapan setelah
menggunakan obat,
lama pengobatan, kapan harus
kembali ke dokter
• Peringatan yang berkaitan
dengan proses pengobatan
• Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) yang potensial, interaksi
obat dengan
obat lain dan makanan harus
dijelaskan kepada pasien
• Reaksi obat yang tidak
diinginkan (Adverse Drug
Reaction – ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien,
pasien harus mendapat edukasi
mengenai bagaimana cara
mengatasi kemungkinan
terjadinya ADR
tersebut
• Penyimpanan dan penanganan
obat di rumah termasuk
mengenali obat
yang sudah rusak atau
kadaluarsa.
Ketika melakukan konseling
kepada pasien, apoteker
mempunyai
kesempatan untuk menemukan
potensi kesalahan yang mungkin
terlewatkan pada proses
sebelumnya.
7. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam
proses penggunaan obat oleh
pasien rawat
inap di rumah sakit dan sarana
pelayanaan kesehatan lainnya,
bekerja
sama dengan petugas kesehatan
lain. Hal yang perlu diperhatikan
adalah :
• Tepat pasien
• Tepat indikasi
• Tepat waktu pemberian
• Tepat obat
• Tepat dosis
• Tepat label obat (aturan pakai)
• Tepat rute pemberian
8. Monitoring dan Evaluasi
Apoteker harus melakukan
monitoring dan evaluasi untuk
mengetahui efek
terapi, mewaspadai efek
samping obat, memastikan
kepatuhan pasien.
Hasil monitoring dan evaluasi
didokumentasikan dan
ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan dan
mencegah pengulangan
kesalahan.

2. Penanganan Belum Kebijakan dan prosedur SK dan SOP


limbah bahan dikelolanya penangann limbah farmasi penanganan limbah
beracun dan limbah farmasi bahan beracun dan
berbahaya berbahaya. Dimonitor
dengan benar
dan dievaluasi.
3. Faktor faktor  Miskom • Komunikasi (mis-komunikasi, SOP Permintaan resep
yang unikasi antar kegagalan dalam berkomunikasi
menyebabkan petugas ) SOP daftar singkatan
medication Kegagalan dalam berkomunikasi dan penulisan dosis
error  Kondisi merupakan sumber utama yang harus diwaspadai
lingkungan,penc terjadinya
ahayaan,temper Kesalahan membuat SOP Lingkungan tempat
atur yang bagaimana resep/permintaan pelayanan obat harus
nyaman obat dan informasi obat lainnya rapih,bersih
 Interupsi dikomunikasikan.
Komunikasi baik antar apoteker Nampan pemberian
saat bekerja
maupun dengan petugas obat tiap pasien
 Beban kesehatan lainnya terpisah
kerja perlu dilakukan dengan jelas
untuk menghindari penafsiran Kejelasn tupoksi dan
ganda atau shift kerja
ketidak lengkapan informasi
dengan berbicara perlahan dan
jelas.
, Perlu dibuat daftar singkatan
dan penulisan dosis yang
berisiko menimbulkan
kesalahan untuk diwaspadai.
• Kondisi lingkungan
Untuk menghindari kesalahan
yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan,
area dispensing harus didesain
dengan tepat dan sesuai dengan
alur kerja,
untuk menurunkan kelelahan
dengan pencahayaan yang cukup
dan
temperatur yang nyaman. Selain
itu area kerja harus bersih dan
teratur
untuk mencegah terjadinya
kesalahan.
Obat untuk setiap pasien perlu
disiapkan dalam nampan
terpisah.
• Gangguan/interupsi pada saat
bekerja
Gangguan/interupsi harus
seminimum mungkin dengan
mengurangi
interupsi baik langsung maupun
melalui telepon.
• Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan
SDM yang cukup penting untuk
mengurangi
stres dan beban kerja berlebihan
sehingga dapat menurunkan
kesalahan.
• Meskipun edukasi staf
merupakan cara yang tidak
cukup kuat dalam
menurunkan insiden/kesalahan,
tetapi mereka dapat memainkan
peran
penting ketika dilibatkan dalam
sistem menurunkan
insiden/kesalahan.

E.LABORATORIUM
Resiko tempat kerja laboratorium ;

1.Infeksi di lingkungan laboratorium;


3.
F.RAWAT INAP

1 Penyebab
Identifikasi Resiko Penanganan Resiko Kgiatan
1. Pasien tidak Tenaga klinis Membuat kebijakan SK kompetensi tenaga
mendapat tidak kompetensi tenaga klinis klinis
pelayanan klinis melakukan Membuat kebijakan dan dan Program Pelatihan dan
yang memadai prosedur assesment klinis orientasi tenaga klinis
assasement
SK dan SOP
dengan benar
assesment dimonitor
dan dievaluasi
SK dan SOP
pelayanan klinis
SK dan SOP perilaku
elayanan klinis
Peralatan Membuat manajemen SK dan SOP
tidak tersedia peralatan manajemen peralatan
dan tidak siap
pakai

2. Heath care infeksi 1.Kepatuhan 1.Menyediakan sarana cuci Sarana cuci tangan
associatian (HAIs) terhadap tangan di unit layanan.baik SOP cuci tangan
prosedur cuci wastafel maupun handrub dimonitor dan
evaluasi
tangan belum
memadai
karena

a.tidak
tersedia saran
cuci tangan

b.petugas
tidak
memahami
prosedur cuci
tangan yang
benar.

2.Manajemen Membuat kebijakan dan SK dan SOP


peralatan prosedur sterilisasi peralatan manajemen peralatan
belum SOP pemisahan
peralatan steril
terlaksana
dengan baik

3.Manajemen Membuat Kebijakan dan SK dan SOP


lingkungan prosedur manajemen lingkungan fisik
fisik belum lingkungan fisik dimonitor dan
dievaluasi
terlaksana

4.Penanganan Membuat kebijakan dan SK dan SOP


bahan prosedur penanganan bahan penanganan bahan
beracun dan beracun dan berbahaya beracun dan
berbahaya
berbahaya
belum
dikendalikan
dengan benar

Pasien Dibuat prosedur khusus 1.menyediakan tisu/


dengan dengan pasien yang beresiko 2.Menyediakan
kemungkinan kontak droplet masker bedah di
3.menyediakan tempat
infeksi
sampah medis diruang
kontak poli
droplet tidak 4.mempuat leaflet
dilakukan etika batuk.
prosedur
khusus

KEPALA UPT. PUSKESMAS AIR ITAM

HISAR MANALU

Anda mungkin juga menyukai