Anda di halaman 1dari 25

RESUME KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN


HYDROPNEUMOTHORAX DILAKUKAN TINDAKAN MEDIS
CHEST THORAX TUBE (CTT)
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD DR. SLAMET GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Stase Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :
TITA SYIAMI QODRIANI
NPM. 220112190036

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
A. PENGKAJIAN
I. PENGKAJIAN PRE-OPERASI
1. Data Anamnesis
a. Identitas Klien
Nama : Ny. N
Tempat Tanggal Lahir : Garut, 11 Desember 1993
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :A
Alamat : Pameungpeuk Garut
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Sunda
Kewarganegaraan : Indonesia
Ruangan : Instalasi Bedah Sentral
No. Rekam Medik : 01205820
Diagnosa Medis : Hydropneumothorax
Tanggal Masuk RS : 09 November 2019
Tanggal Pengkajian : 12 November 2019 pukul 10.40
Rencana Operasi : Chest Thorax Tube (CTT)

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. Y
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pameungpeuk Garut
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Sunda
Hubungan dengan klien : Bibi

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Klien mengatakan nafasnya sesak.

d. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan sesak dirasakan sejak hari Jumat tanggal 08

November 2019. Sesak muncul secara tiba-tiba saat klien sedang

melakukan pekerjaan ibu rumah tangga, yaitu membersihkan lantai


rumah. Pada saat itu, sesaknya membuat klien tidak dapat berbicara.

Klien langsung dibawa ke salah satu rumah sakit yang ada di daerah

Pameungpeuk, Garut. Menurut penuturan klien sesak berkurang

apabila klien tidur dalam posisi miring ke kanan. Sesak bertambah

apabila klien melakukan banyak aktivitas. Klien juga mengatakan

bahwa tubuhnya dirasakan lelah/capek seperti orang yang sudah

banyak melakukan aktivitas.

e. Riwayat Kesehatan Dulu


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit

sepertinya.

g. Riwayat Psikososial Spiritual


Klien mengatakan bahwa dirinya sempat kaget tiba-tiba menderita

penyakit yang sekarang dialaminya, karena menurut klien, ia tidak

memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya dan tidak jatuh.

Namun sekarang klien sudah ikhlas dan menyerahkan semuanya

pada Tuhan YME. Saat dikaji, klien mengatakan tidak khawatir saat

akan menjalani operasi pemasangan CTT. Klien mengatakan bahwa

sebelumnya pernah operasi SC pada saat melahirkan anak keduanya

di rumah sakit yang sama.


Sehari-harinya klien hanya di rumah melakukan pekerjaan sebagai

ibu rumah tangga dan mengasuh kedua anaknya, sedangkan

suaminya bekerja sebagai guru. Klien selalu beribadah shalat lima

waktu dan sesekali membaca Al-Quran.


h. Riwayat Activity Daily Life

No Kebutuhan Sebelum sakit Saat sakit


dasar
1 Makan Frekuensi : Frekuensi :
1-2 kali/hari 1-2 kali/hari

Menu : Menu :
Nasi + lauk pauk, sayur Nasi + lauk pauk, sayur

Jumlah : Jumlah :
Satu porsi Satu porsi

Pantangan : Pantangan :
Tidak ada Tidak ada

2 Minum Jumlah : Jumlah :


1000-1500 ml 1000-1500 ml

Pantangan : Pantangan :
Tidak ada Tidak ada

3 Tidur Durasi : Durasi :


7-8,5 jam/hari 7-8,5 jam/hari
(Tidur pukul 21.00 atau (Tidur pukul 21.00 atau 22.00
22.00 malam s/d 05.00 atau malam s/d 05.00 atau 05.30
05.30 pagi) pagi)

Kualitas : Kualitas :
Nyenyak Nyenyak
Namun kadang terbangun
sekitar pukul 23.00 malam

No Kebutuhan Sebelum sakit Saat sakit


dasar
4 Eliminasi Frekuensi : Frekuensi :
BAK 5-6 kali/hari 5-6 kali/hari

Konsistensi : Konsistensi :
Warna kuning jernih, bau Warna kuning jernih, bau
khas urin khas urin
5 Eliminasi Frekuensi : Frekuensi :
BAB 1-2 kali/hari 1-2 kali/hari

6 Personal Frekuensi : Frekuensi :


Hygiene Mandi 2-3 kali/hari Mandi diseka dengan air
Gosok gigi 2 kali/hari dingin 2 kali/hari
Keramas 1 kali/hari Gosok gigi 2 kali/hari
Ganti baju 2-3 kali/hari Ganti baju 1-2 hari sekali.

7 Aktivitas Klien mengatakan sehari- Saat sakit, klien mengatakan


harinya biasanya di rumah tetap di rumah dengan sedikit
melakukan pekerjaan rumah mengurangi pekerjaan rumah
tangga dan mengasuh anak- tangga dan mengasuh anak-
anaknya anaknya dibantu oleh
mertuanya.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan
Klien tampak gemuk, bersih, dan tenang
Kesadaran composmentis (E4V5M6 = 15)
b. Tanda-tanda Vital
TD : 110/90 mmHg
HR : 152 kali/menit
RR : 40 kali/menit
T : 36,5oC
c. Antropometri
BB : 70 kg
TB : 150 cm
IMT : 31,1 (Obesitas kelas 1)
d. Pemeriksaan Head To Toe
 Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit bersih, kulit terasa lembab,

turgor kulit baik, tidak ada edema, CRT < 3 detik.


 Kepala
Kepala simetris, kulit kepala bersih, dan tidak terdapat lesi.
1) Rambut
Rambut klien panjang, berwarna hitam, penyebaran rambut

merata.
2) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak

ada edema palpebral, klien dapat melihat objek dengan baik

ditandai dengan klien melihat mata lawan bicara saat dikaji.


3) Hidung
Bentuk hidung simetris, kondisi bersih, tidak terdapat

pernafasan cuping hidung, tidak ada keluaran sekret.


4) Telinga
Kedua telinga sejajar dengan mata, kondisi bersih, fungsi

pendengaran baik ditandai dengan klien dapat menjawab

setiap pertanyaan yang diajukan dengan baik.


5) Mulut dan Tenggorokan
Bibir tampak kering, lidah tampak bersih, tidak tampak

perdarahan gusi, indra pengecapan klien baik ditandai

dengan saat makan klien mengatakan dapat membedakan

rasa makanan, refleks menelan klien baik.


 Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembengkakan kelenjar

tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.


 Dada dan Payudara
Bentuk dada simetris, tidak ada penggunaan otot-otot bantu

pernafasan tambahan, bunyi paru-paru tidak terkaji, bunyi nafas

tambahan tidak terkaji, irama jantung regular, nafas klien cepat.

Payudara klien simetris, tidak ada benjolan, tidak ada keluaran

cairan dari puting, tidak ada keluaran darah, tidak ada nyeri

tekan ataupun lepas, tidak ada ruam di sekitar puting.

 Abdomen dan Punggung


Terdapat lipatan lemak pada abdomen, tidak ada distensi

abdomen, tidak teraba distensi kandung kemih, punggung klien

bersih.
 Genitalia dan Anus
Tampak bersih, tidak ada kelainan, tidak ada hemoroid pada

anus, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri saat BAB maupun

BAK.
 Ekstremitas
Pergerakan ekstremitas atas dan bawah klien bebas. Kuku jari

tangan dan jari kaki pendek dan bersih. Pada tangan kanan

terpasang infus. Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah klien

yaitu :

5 5

5 5
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thoraks

b. Pemeriksaan Laboratorium

Nama Test Hasil Unit Nilai Normal


HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.7 g/dL 12.0-16.0
Hematokrit 37 % 33-47
Leukosit 18,040 high /mm3 3,800-10,800
Trombosit 283,000 /mm3 130,000-440,000
Eritrosit 4.86 high juta/mm3 3.6-3.8
KIMIA KLINIK
AST (SGOT) 10 U/L 9-31
ALT (SGPT) 8 U/L 9-31
Ureum 17 mg/dL 15-50
Kreatinin 0.7 mg/dL 0.5-1.3
GDS 233 high mg/dL <140

4. Persiapan Operasi
Klien datang dari ruang : Zamrud jam 10.30
Keluhan utama : Klien mengatakan sesak
Tanda-tanda vital : TD 110/90 mmHg, HR 152 kali/menit,

RR 40 kali/menit, T 36,5oC
Pernafasan : Spontan
Puasa sejak pukul : Klien tidak puasa
Surat izin operasi : Ya
Surat izin pembiusan : Ya
Perhiasan : Tidak
Prostease : Tidak
Folley catheter : Tidak
Persiapan kulit/cukur : Tidak
Huknah, gliserin, jelly : Tidak
Persediaan darah : Tidak
Hasil laboratorium : Ya
Hasil rontgen : Ya
Infus : NaCl 0,9%
Alergi obat : Tidak
Obat premedikasi : Tidak
Pernah dioperasi : Ya (SC)
Penkes yang telah diberikan : Napas dalam, batuk, latihan miring
Pasien masuk kamar : 1 Jam 10.35
Penandaan operasi : Tidak diperlukan
Di ruang operasi
a. BMHP : Ada
b. Instrumen : Ada
c. Alat Penunjang : Ada

II. PENGKAJIAN INTRA-OPERASI


1. Identitas Petugas Ruangan Operasi
Dokter Operator : dr. H. Fikri, Sp.P
Asisten I : Acep Ajat
Scrub Nurse : Jamil
Circulating Nurse : Ajat
2. Waktu Tindakan
Sign in (sebelum anestesi) : 10.35 WIB
Time out (sebelum insisi) : 11.30 WIB
Sign out : 11.50 WIB
(sebelum klien meninggalkan ruangan operasi)
3. Penatalaksanaan Tindakan
Jenis pembiusan : Lokal
Posisi infus : Tangan kanan
Posisi pembedahan : Fowler
Jenis operasi : Bersih
Golongan operasi : Kecil
Kateter urin : Tidak
Desinfeksi kulit : Povidone iodine dan Yodium
Monitor anestesi : Tidak
Mesin anestesi : Tidak
Unit pemanas : Tidak
Thorniquet : Tidak
Kassa yang dipakai operasi : Ya, Jumlah 30
Pisau yang dipakai operasi : Ya, Jumlah 1 Ukuran 20
Jarum yang dipakai operasi : Ya, Jumlah 1
Instrumen lengkap : Ya
Catatan proses tindakan operasi:
1. Klien diposisikan supine terlebih dahulu
2. Klien diberikan anestesi lokal
3. Klien dilakukan aseptik dan antiseptik daerah operasi
4. Operasi pemasangan CTT
5. Operasi selesai

III. PENGKAJIAN POST-OPERASI


Data Subyektif : Klien mengatakan sesaknya berkurang,

nafasnya lega seperti normal kembali


Data Obyektif :
 Klien tampak ada batuk
 Pasien pindah ke RR pukul 12.00 WIB
 Letak pemasangan CTT : ICS ke-5 paru-paru sebelah kiri
 Cairan paru-paru : Berwarna kuning jernih
 TTV : TD 120/80 mmHg, HR 120 kali/menit,

RR 30 kali/menit

B. ANALISIS DATA

Masalah
Data Etiologi
Keperawatan

PRE-OPERASI
DS : Sekresi dalam Ketidakefektifan
paru-paru sebelah
- Klien mengatakan sesak Bersihan Jalan
kiri
Nafas
DO :
- TD 110/90 mmHg
HR 152 kali/menit
RR 40 kali/menit
T 36oC

INTRA-OPERASI
DS : - Prosedur Invasif Risiko Infeksi

DO :
- Pemasangan CTT pada paru-paru kiri
klien
- Pintu ruang operasi terbuka
POST-OPERASI
DS : Sekresi dalam Ketidakefektifan
- Klien mengatakan ada batuk-batuk paru-paru sebelah Bersihan Jalan
kiri Nafas
DO :
- Klien tampak batuk
- TD 120/80 mmHg
HR 120 kali/menit
RR 30 kali/menit
T 37oC

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre-Operasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi dalam paru-

paru sebelah kiri ditandai dengan klien mengeluh sesak, TD 110/90 mmHg, HR

152 kali/menit, RR 40 kali/menit, T 36,5oC.

Intra-Operasi
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan

pemasangan CTT pada paru-paru sebelah kiri, pintu ruang operasi terbuka

Post-Operasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi dalam paru-

paru sebelah kiri ditandai dengan klien mengeluh sesak, TD 120/80 mmHg, HR

120 kali/menit, RR 30 kali/menit, T 37oC.


D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. N Ruangan : Hemodialisa
No. Rekam Medik : 01142292 Mahasiswa : Tita Syiami Qodriani

Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

Pre-Operasi Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan utama klien 1. Mengetahui kondisi klien
tindakan keperawatan 2. Kaji tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan operasi
Ketidakefektifan selama 1x1 jam 20 3. Posisikan klien dengan pemasangan CTT
bersihan jalan nafas menit, bersihan jalan semi fowler atau 2. Tanda vital merupakan
berhubungan dengan nafas klien efektif senyamannya klien acuan untuk mengetahui
sekresi dalam paru-paru 4. Berikan oksigen jika klien kondisi klien
dengan kriteria hasil :
sebelah kiri ditandai  Klien mengatakan membutuhkan 3. Mengurangi sesak yang
dengan klien mengeluh sesaknya berkurang dirasakan klien
sesak, TD 110/90 mmHg,  Tanda-tanda vital klien 4. Mengurangi sesak yang
HR 152 kali/menit, RR dalam rentang normal rasakan klien dengan
40 kali/menit, T 36,5oC. menambah kebutuhan
oksigen pada klien

Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan Intervensi Rasional

Intra-Operasi Setelah dilakukan 1. Identifikasi jenis luka 1. Jenis luka menentukan


tindakan keperawatan operasi klien seberapa besar risiko terkena
Risiko infeksi selama 1x1 jam 20 2. Lakukan prinsip aseptic infeksi
berhubungan dengan menit, infeksi tidak selama tindakan operasi 2. Mencegah transfer
prosedur invasif ditandai terjadi pada klien dengan 3. Batasi personel di kamar mikroorganisme ke klien
dengan pemasangan CTT kriteria hasil : operasi 3. Jumlah personel di ruang
pada paru-paru sebelah  Tidak ditemukan 4. Tutup pintu operasi operasi dapat menambah
kiri, pintu ruang operasi tanda-tanda infeksi kemungkinan transfer
terbuka pada luka klien mikroorganisme ke klien
 Suhu tubuh normal 4. Mencegah masuknya
mikroorganisme dari luar
ruang operasi ke klien

Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

Post-Operasi Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan klien setelah 1. Mengetahui kondisi klien
tindakan keperawatan dilakukan tindakan operasi setelah dilakukan operasi
Ketidakefektifan selama 1x1 jam 20 2. Kaji perasaan klien setelah pemasangan CTT
bersihan jalan nafas menit, bersihan jalan dilakukan tindakan operasi 2. Mengetahui perasaan klien
berhubungan dengan nafas klien efektif 3. Kaji tanda-tanda vital klien setelah dilakukan operasi
sekresi dalam paru-paru dengan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan pemasangan CTT
sebelah kiri ditandai  Klien mengatakan operasi 3. Tanda vital merupakan
dengan klien mengeluh sesaknya berkurang 4. Anjurkan klien untuk tidur acuan untuk mengetahui
sesak, TD 120/80 mmHg,  Tanda-tanda vital klien semifowler atau kondisi klien
HR 120 kali/menit, RR dalam rentang normal senyamannya klien 4. Mengurangi sesak yang
5. Ajarkan klien batuk efektif dirasakan klien
30 kali/menit, T 37oC.
6. Anjurkan klien untuk 5. Memudahkan klien
minum air hangat mengeluarkan dahak jika
klien ada dahak pada saluran
nafasnya
6. Memberikan efek hangat
dan menenangkan
E. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. N Ruangan : Hemodialisa
No. Rekam Medik : 01142292 Mahasiswa : Tita Syiami Qodriani
Diagnosa Tgl/jam Implementasi Respon Paraf

Ketidakefektifan 12/11/2019 1. Mengkaji keluhan utama klien 1. Klien mengatakan sesak Tita
Bersihan Jalan 10.40 2. Mengkaji tanda-tanda vital 2. TD 110/90 mmHg
F. Nafas Pre-Operasi klien HR 152 kali/ menit C
3. Memposisikan klien dengan RR 40 kali/menit
semi fowler atau senyamannya T 36,5oC AT
klien 3. Klien mengatakan nyaman
4. Memberikan oksigen jika klien dengan posisi semi fowler AT
membutuhkan 4. Klien mengatakan tidak usah
memakai oksigen A

N
Risiko Infeksi 12/11/2019 1. Mengidentifikasi jenis luka 1. Jenis luka bersih Tita
11.30 operasi klien 2. Seluruh personel di kamar
Intra-Operasi 2. Melakukan prinsip aseptik operasi mempertahankan
selama tindakan operasi teknik aseptik selama
3. Membatasi personel di kamar operasi
operasi 3. Personel di kamar operasi
4. Menutup pintu operasi ada sebanyak 5 orang
4. Pintu operasi sering terbuka
dan berusaha kembali
ditutup kembali

Ketidakefektifan 12/11/2019 1. Mengkaji keluhan klien setelah Tita


1. Klien mengatakan ada batuk
Bersihan Jalan 12.00 dilakukan tindakan operasi
2. Klien mengatakan nafasnya
Nafas Post-Operasi 2. Mengkaji perasaan klien
setelah dilakukan tindakan lega seperti normal kembali
operasi 3. TD 120/80 mmHg, HR 120
3. Mengkaji tanda-tanda vital kali/ menit, RR 30
o
klien setelah dilakukan kali/menit, T 37 C
tindakan operasi 4. Klien mengatakan akan tidur
4. Menganjurkan klien untuk dalam posisi semifowler
tidur semifowler atau atau miring ke kanan
senyamannya klien 5. Klien tampak
5. Mengajarkan klien batuk mempraktikkan kembali
efektif
batuk efektif
6. Menganjurkan klien untuk
6. Klien mengatakan akan
minum air hangat
minum air hangat
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. N Ruangan : Hemodialisa
No. Rekam Medik : 01142292 Mahasiswa : Tita Syiami Qodriani

Diagnosa Tgl/jam Evaluasi Paraf


Ketidakefektifan 12/11/2019 S: Tita
12.00 - Klien mengatakan lega sudah dilakukan pemasangan CTT
Bersihan Jalan Nafas
- Klien mengatakan sesaknya berkurang, nafasnya seperti
kembali normal
- Klien mengatakan ada batuk
- Klien mengatakan biasa tidur miring ke kanan dan akan
dicoba bila sesak dengan posisi semifowler
- Klien mengatakan akan minum air hangat

O:
- Klien tampak batuk
- TD : 120/80 mmHg
HR : 120 kali/menit
RR : 30 kali/menit
T : 37oC

Diagnosa Tgl/jam
A : Masalah ketifakefektifan Evaluasi
bersihan jalan nafas teratasi Paraf
Risiko Infeksi 12/11/2019
sebagianS : - Tita
12.00
O : intervensi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
P : Lanjutkan
- Jenis luka bersih
- Seluruh personel di kamar operasi mempertahankan
teknik aseptik selama operasi
- Personel di kamar operasi ada sebanyak 5 orang
- Pintu operasi sering terbuka dan berusaha kembali
ditutup kembali

A : Masalah risiko infeksi teratasi

P : Intervensi selesai
RESUME HYDRO PNEUMOTHORAX

A. DEFINISI

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di


dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.3

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA

Pleura adalah suatu membran serosa yang melapisi permukaan dalam dinding
toraks kanan dan kiri,melapisi permukaan superior diafragma kanan dan kiri, melapisi
mediastinum kanan dan kiri yang semuanya disebut pleura parietalis. Kemudian pada
pangkal paru, membran serosa ini berbalik melapisi paru dan disebut pleura viseralis
yang berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi tiap lobusnya.3.4

Diantara pleura parietal dan viseral terdapat ruang yang disebut rongga pleura
yang didalamnya terdapat cairan pleura seperti lapisan film karena jumlahnya sangat
sedikit yang hanya berfungsi memisahkan pleura parietal dan viseral. Cairan pleura
masuk ke dalam rongga pleura dari dinding dada yaitu bagian pleura parietalis dan
mengalir meninggalkan rongga pleura menembus pleura viseralis untuk masuk ke dalam
aliran limfa. melumasi permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan
tersebut pada saat pernafasan. Arah aliran cairan pleura tersebut ditentukan oleh tekanan
hidrostatik dan tekanan osmotik di kapiler sistemik.3.4

Proses inspirasi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer. Tekanan paru
dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru diakibatkan oleh
pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor
thoracal dan abdominal. Faktor thoracal (gerakan otot-otot pernafasan pada dinding dada)
akan memperbesar rongga dada ke arah transversal dan anterosuperior, sementara faktor
abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar diameter vertikal rongga dada.
Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan negatif pada kavum pleura, paru-paru
menjadi terhisap sehingga mengembang dan volumenya membesar, tekanan
intrapulmoner pun menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya O2 akan bergerak dari
lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O2 akan berdifusi masuk ke kapiler sementara
CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus.3.4

Sebaliknya, proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar dari
tekanan atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma akan mengakibatkan
rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga tekanan pada kavum pleura menjadi
lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan intrapulmoner akan meningkat
sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer.3.4
C. INSINDEN DAN PREVELENSI

Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum ada


dilkakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4 – 17,8 per
100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan
dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih
sering ditemukan pada hemitoraks kanan daripada hemitoraks kiri. Pneumotoraks
bilateral kira-kira 2% dari seluruh pneumotoraks spontan. Insiden dan prevalensi
pneumotoraks ventil 3 — 5% dari pneumotoraks spontan. Kemungkinan berulangnya
pneumotoraks menurut James dan Studdy 20% untuk kedua kali,dan 50% untuk yang
ketiga kali. Insiden empiema di bagian Paru RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pada tahun
1987 dirawat 3,4% dari 2.192 penderita rawat inap. Dengan perbandingan pria:wanita =
3,4:1.5.6.7

D. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Keadaan fisiologi dalam rongga dada pada waktu inspirasi tekanan intrapleura
lebih negatif dari tekanan intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan
dinding dada sehingga udara dari luar akan terhisap masuk melalui bronkus hingga
mencapai alveol. Pada saat ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga
tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada tekanan udara alveol atau di bronkus
akibatnya udara akan ditekan keluar melalui bronkus.3.4

Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran


pernafasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk, bersin atau
mengejan. Peningkatan tekanan intrabronkial akan mencapai puncak sesaat sebelumnya
batuk, bersin, dan mengejan. Apabila di bagian perifer bronki atau alveol ada bagian yang
lemah, maka kemungkinan terjadinya robekan bronki atau alveol akan sangat mudah.3.4

Dengan cara demikian dugaan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskana yaitui


jika ada kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pleura yang
pecah. Bagian yang robek tersebut berhubungan dengan bronkus. Pelebaran alveoldan
septa-septa alveol yang pecah kemudian membentuk suatu bula yang berdinding tipis di
dekat daerah yang ada proses non spesifik atau fibrosis granulomatosa. Keadaan ini
merupakan penyebab yang paling sering dari pneumothoraks.3.4

Ada beberapa kemungkinan komplikasi pneumotoraks, suatu “katup bola” yang


bocor yang menyebabkan tekanan pneumotoraks bergeser ke mediastinum. Sirkulasi paru
dapat menurun dan mungkin menjadi fatal. Apabila kebocoran tertutup dan paru tidak
mengadakan ekspansi kembali dalam beberap minggu , jaringan parut dapat terjadi
sehingga tidak pernah ekspansi kembali secara keseluruhan. Pada keadaan ini cairan
serosa terkumpul di dalam rongga pleura dan menimbulkan suatu hidropneumotoraks.3.4.5
Hidropneumothoraks spontan sekunder bisa merupakan komplikasi dari TB paru
dan pneumothoraks yaitu dengan rupturnya fokus subpleura dari jaringan nekrotik
perkejuan sehingga tuberkuloprotein yang ada di dalam masuk rongga pleura dan udara
dapat masuk dalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses
ekspirasi, semakin lama tekanan udara dalam rongga pleura akan meningkat melebihi
tekana atmosfer, udara yang terkumpul dalam rongga pleura akan menekan paru sehingga
sering timbul gagal napas.3.4

Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura. Pada
kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa
mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan
oleh :

a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus
akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed
pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara
yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi.
Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum
kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.

b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum
pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter
trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus
respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun
sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan
kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya
udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open
pneumothorax.3.4.5

E. KLASIFIKASI

Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi pneumothorax spontan dan


traumatik. Pneumothorax spontan merupakan pneumothorax yang terjadi tiba-tiba tanpa
atau dengan adanya penyakit paru yang mendasari. Pneumothorax jenis ini dibagi lagi
menjadi pneumothorax primer (tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari)
maupun sekunder (terdapat riwayat penyakit paru sebelumnya). Insidensinya sama antara
pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena dibanding wanita
dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada
perokok berat dibanding non perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia
muda, dengan insidensi puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun). Sementara
itu, pneumothorax traumatik dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak
langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-
iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax yang sangat sering
terjadi.3.4.5
1. Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

a. Pneumotorak spontan

Oleh karena : primer (ruptur bleb), sekunder (infeksi, keganasan), neonatal

b. Pneumotorak yang di dapat

Oleh karena : iatrogenik, barotrauma, trauma

2. Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis :

a. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-shock

b. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock

3. Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan hubungan luar


menjadi :

a. Open pneumotorak

b. Closed pneumotorak

Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi


yang hampir sama. Pneumotorak spontan, closed pneumotorak, simple
pneumotorak, tension pneumotorak, dan open pneumotorak

Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura


visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah,
maka akan ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura.
Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai
pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut
mengembang, seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan
tekanan intralveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada pneumotorak
spontan, paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura
sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat.
Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi
ini dikenal dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu
sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara
maksimal dan bekerja dengan sempurna.

Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau


shock dikenal dengan simple pneumotorak. Berkumpulnya udara pada cavum
pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan
closed pneumotorak.3.4.

Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal
karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana
proses ini semakin berlanjut, hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi
menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru
dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup, terjadilah penekanan
vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya
dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava.
Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.3.4.

Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura dengan


lingkunga luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat
inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis).
Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan
masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena
tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura
yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal
bergeser ke mediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter.3.4.

Bilamana open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi


hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat
ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat
katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru
yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock
atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension
pneumotorak.3.4.
F. DIAGNOSIS

Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada
seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batukbatuk.
Rasa nyeri dan sesak

nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya
perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru
dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang
minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya
datang tiba- tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru yang terkena,
kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit
bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur
hilang dalam waktu satu sampai empat hari. 6

Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit
paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan.keluhan
tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri, bahkan ada
penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada
penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama makin
hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena gangguan
aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah dimediastinum.6

a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batukbatuk,


sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.

b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus


melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau
ergeser ke arah yang sehat.

c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.

d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.


Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada rontgen
foto toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut.
Apabila pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan
tampak gambaran garis datar yang merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya
rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal.7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai