DISUSUN OLEH :
TITA SYIAMI QODRIANI
NPM. 220112190036
Klien langsung dibawa ke salah satu rumah sakit yang ada di daerah
sepertinya.
pada Tuhan YME. Saat dikaji, klien mengatakan tidak khawatir saat
Menu : Menu :
Nasi + lauk pauk, sayur Nasi + lauk pauk, sayur
Jumlah : Jumlah :
Satu porsi Satu porsi
Pantangan : Pantangan :
Tidak ada Tidak ada
Pantangan : Pantangan :
Tidak ada Tidak ada
Kualitas : Kualitas :
Nyenyak Nyenyak
Namun kadang terbangun
sekitar pukul 23.00 malam
Konsistensi : Konsistensi :
Warna kuning jernih, bau Warna kuning jernih, bau
khas urin khas urin
5 Eliminasi Frekuensi : Frekuensi :
BAB 1-2 kali/hari 1-2 kali/hari
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan
Klien tampak gemuk, bersih, dan tenang
Kesadaran composmentis (E4V5M6 = 15)
b. Tanda-tanda Vital
TD : 110/90 mmHg
HR : 152 kali/menit
RR : 40 kali/menit
T : 36,5oC
c. Antropometri
BB : 70 kg
TB : 150 cm
IMT : 31,1 (Obesitas kelas 1)
d. Pemeriksaan Head To Toe
Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit bersih, kulit terasa lembab,
merata.
2) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak
cairan dari puting, tidak ada keluaran darah, tidak ada nyeri
bersih.
Genitalia dan Anus
Tampak bersih, tidak ada kelainan, tidak ada hemoroid pada
anus, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri saat BAB maupun
BAK.
Ekstremitas
Pergerakan ekstremitas atas dan bawah klien bebas. Kuku jari
tangan dan jari kaki pendek dan bersih. Pada tangan kanan
yaitu :
5 5
5 5
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thoraks
b. Pemeriksaan Laboratorium
4. Persiapan Operasi
Klien datang dari ruang : Zamrud jam 10.30
Keluhan utama : Klien mengatakan sesak
Tanda-tanda vital : TD 110/90 mmHg, HR 152 kali/menit,
RR 40 kali/menit, T 36,5oC
Pernafasan : Spontan
Puasa sejak pukul : Klien tidak puasa
Surat izin operasi : Ya
Surat izin pembiusan : Ya
Perhiasan : Tidak
Prostease : Tidak
Folley catheter : Tidak
Persiapan kulit/cukur : Tidak
Huknah, gliserin, jelly : Tidak
Persediaan darah : Tidak
Hasil laboratorium : Ya
Hasil rontgen : Ya
Infus : NaCl 0,9%
Alergi obat : Tidak
Obat premedikasi : Tidak
Pernah dioperasi : Ya (SC)
Penkes yang telah diberikan : Napas dalam, batuk, latihan miring
Pasien masuk kamar : 1 Jam 10.35
Penandaan operasi : Tidak diperlukan
Di ruang operasi
a. BMHP : Ada
b. Instrumen : Ada
c. Alat Penunjang : Ada
RR 30 kali/menit
B. ANALISIS DATA
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
PRE-OPERASI
DS : Sekresi dalam Ketidakefektifan
paru-paru sebelah
- Klien mengatakan sesak Bersihan Jalan
kiri
Nafas
DO :
- TD 110/90 mmHg
HR 152 kali/menit
RR 40 kali/menit
T 36oC
INTRA-OPERASI
DS : - Prosedur Invasif Risiko Infeksi
DO :
- Pemasangan CTT pada paru-paru kiri
klien
- Pintu ruang operasi terbuka
POST-OPERASI
DS : Sekresi dalam Ketidakefektifan
- Klien mengatakan ada batuk-batuk paru-paru sebelah Bersihan Jalan
kiri Nafas
DO :
- Klien tampak batuk
- TD 120/80 mmHg
HR 120 kali/menit
RR 30 kali/menit
T 37oC
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre-Operasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi dalam paru-
paru sebelah kiri ditandai dengan klien mengeluh sesak, TD 110/90 mmHg, HR
Intra-Operasi
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan
pemasangan CTT pada paru-paru sebelah kiri, pintu ruang operasi terbuka
Post-Operasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi dalam paru-
paru sebelah kiri ditandai dengan klien mengeluh sesak, TD 120/80 mmHg, HR
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Pre-Operasi Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan utama klien 1. Mengetahui kondisi klien
tindakan keperawatan 2. Kaji tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan operasi
Ketidakefektifan selama 1x1 jam 20 3. Posisikan klien dengan pemasangan CTT
bersihan jalan nafas menit, bersihan jalan semi fowler atau 2. Tanda vital merupakan
berhubungan dengan nafas klien efektif senyamannya klien acuan untuk mengetahui
sekresi dalam paru-paru 4. Berikan oksigen jika klien kondisi klien
dengan kriteria hasil :
sebelah kiri ditandai Klien mengatakan membutuhkan 3. Mengurangi sesak yang
dengan klien mengeluh sesaknya berkurang dirasakan klien
sesak, TD 110/90 mmHg, Tanda-tanda vital klien 4. Mengurangi sesak yang
HR 152 kali/menit, RR dalam rentang normal rasakan klien dengan
40 kali/menit, T 36,5oC. menambah kebutuhan
oksigen pada klien
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Post-Operasi Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan klien setelah 1. Mengetahui kondisi klien
tindakan keperawatan dilakukan tindakan operasi setelah dilakukan operasi
Ketidakefektifan selama 1x1 jam 20 2. Kaji perasaan klien setelah pemasangan CTT
bersihan jalan nafas menit, bersihan jalan dilakukan tindakan operasi 2. Mengetahui perasaan klien
berhubungan dengan nafas klien efektif 3. Kaji tanda-tanda vital klien setelah dilakukan operasi
sekresi dalam paru-paru dengan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan pemasangan CTT
sebelah kiri ditandai Klien mengatakan operasi 3. Tanda vital merupakan
dengan klien mengeluh sesaknya berkurang 4. Anjurkan klien untuk tidur acuan untuk mengetahui
sesak, TD 120/80 mmHg, Tanda-tanda vital klien semifowler atau kondisi klien
HR 120 kali/menit, RR dalam rentang normal senyamannya klien 4. Mengurangi sesak yang
5. Ajarkan klien batuk efektif dirasakan klien
30 kali/menit, T 37oC.
6. Anjurkan klien untuk 5. Memudahkan klien
minum air hangat mengeluarkan dahak jika
klien ada dahak pada saluran
nafasnya
6. Memberikan efek hangat
dan menenangkan
E. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. N Ruangan : Hemodialisa
No. Rekam Medik : 01142292 Mahasiswa : Tita Syiami Qodriani
Diagnosa Tgl/jam Implementasi Respon Paraf
Ketidakefektifan 12/11/2019 1. Mengkaji keluhan utama klien 1. Klien mengatakan sesak Tita
Bersihan Jalan 10.40 2. Mengkaji tanda-tanda vital 2. TD 110/90 mmHg
F. Nafas Pre-Operasi klien HR 152 kali/ menit C
3. Memposisikan klien dengan RR 40 kali/menit
semi fowler atau senyamannya T 36,5oC AT
klien 3. Klien mengatakan nyaman
4. Memberikan oksigen jika klien dengan posisi semi fowler AT
membutuhkan 4. Klien mengatakan tidak usah
memakai oksigen A
N
Risiko Infeksi 12/11/2019 1. Mengidentifikasi jenis luka 1. Jenis luka bersih Tita
11.30 operasi klien 2. Seluruh personel di kamar
Intra-Operasi 2. Melakukan prinsip aseptik operasi mempertahankan
selama tindakan operasi teknik aseptik selama
3. Membatasi personel di kamar operasi
operasi 3. Personel di kamar operasi
4. Menutup pintu operasi ada sebanyak 5 orang
4. Pintu operasi sering terbuka
dan berusaha kembali
ditutup kembali
O:
- Klien tampak batuk
- TD : 120/80 mmHg
HR : 120 kali/menit
RR : 30 kali/menit
T : 37oC
Diagnosa Tgl/jam
A : Masalah ketifakefektifan Evaluasi
bersihan jalan nafas teratasi Paraf
Risiko Infeksi 12/11/2019
sebagianS : - Tita
12.00
O : intervensi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
P : Lanjutkan
- Jenis luka bersih
- Seluruh personel di kamar operasi mempertahankan
teknik aseptik selama operasi
- Personel di kamar operasi ada sebanyak 5 orang
- Pintu operasi sering terbuka dan berusaha kembali
ditutup kembali
P : Intervensi selesai
RESUME HYDRO PNEUMOTHORAX
A. DEFINISI
Pleura adalah suatu membran serosa yang melapisi permukaan dalam dinding
toraks kanan dan kiri,melapisi permukaan superior diafragma kanan dan kiri, melapisi
mediastinum kanan dan kiri yang semuanya disebut pleura parietalis. Kemudian pada
pangkal paru, membran serosa ini berbalik melapisi paru dan disebut pleura viseralis
yang berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi tiap lobusnya.3.4
Diantara pleura parietal dan viseral terdapat ruang yang disebut rongga pleura
yang didalamnya terdapat cairan pleura seperti lapisan film karena jumlahnya sangat
sedikit yang hanya berfungsi memisahkan pleura parietal dan viseral. Cairan pleura
masuk ke dalam rongga pleura dari dinding dada yaitu bagian pleura parietalis dan
mengalir meninggalkan rongga pleura menembus pleura viseralis untuk masuk ke dalam
aliran limfa. melumasi permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan
tersebut pada saat pernafasan. Arah aliran cairan pleura tersebut ditentukan oleh tekanan
hidrostatik dan tekanan osmotik di kapiler sistemik.3.4
Proses inspirasi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer. Tekanan paru
dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru diakibatkan oleh
pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor
thoracal dan abdominal. Faktor thoracal (gerakan otot-otot pernafasan pada dinding dada)
akan memperbesar rongga dada ke arah transversal dan anterosuperior, sementara faktor
abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar diameter vertikal rongga dada.
Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan negatif pada kavum pleura, paru-paru
menjadi terhisap sehingga mengembang dan volumenya membesar, tekanan
intrapulmoner pun menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya O2 akan bergerak dari
lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O2 akan berdifusi masuk ke kapiler sementara
CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus.3.4
Sebaliknya, proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar dari
tekanan atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma akan mengakibatkan
rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga tekanan pada kavum pleura menjadi
lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan intrapulmoner akan meningkat
sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer.3.4
C. INSINDEN DAN PREVELENSI
Keadaan fisiologi dalam rongga dada pada waktu inspirasi tekanan intrapleura
lebih negatif dari tekanan intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan
dinding dada sehingga udara dari luar akan terhisap masuk melalui bronkus hingga
mencapai alveol. Pada saat ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga
tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada tekanan udara alveol atau di bronkus
akibatnya udara akan ditekan keluar melalui bronkus.3.4
Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura. Pada
kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa
mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan
oleh :
a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus
akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed
pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara
yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi.
Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum
kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.
b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum
pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter
trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus
respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun
sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan
kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya
udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open
pneumothorax.3.4.5
E. KLASIFIKASI
a. Pneumotorak spontan
a. Open pneumotorak
b. Closed pneumotorak
Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal
karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana
proses ini semakin berlanjut, hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi
menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru
dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup, terjadilah penekanan
vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya
dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava.
Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.3.4.
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada
seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batukbatuk.
Rasa nyeri dan sesak
nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya
perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru
dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang
minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya
datang tiba- tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru yang terkena,
kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit
bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur
hilang dalam waktu satu sampai empat hari. 6
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit
paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan.keluhan
tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri, bahkan ada
penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada
penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama makin
hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena gangguan
aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah dimediastinum.6