Anda di halaman 1dari 6

Dalam pembahasan secara singkat tentang pengertian nilai dan sikap, perbedaan antara nilai dan sikap.

Nilai itu bersifat umum dan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap objek dan terhadap orang lain,
sedangkan sikap berkenaan dengan hak-hak yang khusus. Nilai-nilai merupakan ukuran bagi seseorang
dan cita-citanya, tujuan hidupnya, aspirasinya yang dinyatakan, sikapnya yang tampak, perasaannya
yang diutarakan serta dari perbuatan yang dilakukannya.
Pengajaran nilai memerlukan skill dengan memperhatikan kesesuaian bahan pengajaran dengan
kehidupan sehari-hari. Bahan acuan bukan hanya kepada kurikulum yang tertera dalam rancangan
formal, tetapi juga kepada Hidden Curriculum dengan mempertimbangkan pula potensi anak.
Sikap memiliki rumusan berbeda-beda karena sifatnya yang telah kompleks. Sikap merupakan
keseluruhan dari kecenderungan, perasaan, pemahaman, gagasan, rasa takut, rasa terancam, dan
keyakinan-keyakinan tentang sesuatu hal. Sikap jua merupakan kesiapan untuk memperlakukan
sesuatu objek. Di dalamnya terkandung aspek-aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak.
Sikap seseorang sangat ditentukan oleh nilai yang dianutnya, tetapi harus dipahami bahwa sesuatu
sikap timbul karena banyak nilai (values). Dari setiap topik dan subtopik kita dapat mengungkapkan hal-
hal yang bersangkutan dengan pembentukan nilai dan sikap pada siswa disertai contohnya.
Melalui proses kegiatan belajar-mengajar yang tepat yang dikelola guru dengan terencana dan
terprogram diharapkan hasil belajar siswa juga menghasilkan keterampilan-keterampilan yang
fungsional, yaitu keterampilan intelektual, personal, dan sosial.
Keterampilan-keterampilan ini sangat esensial sifatnya, baik bagi pencapaian kualitas hasil belajar siswa
maupun bagi pembentukan kepribadian siswa sendiri.
Sebagai sumber kajian materi para mahasiswa disarankan menggunakan bahan kajian yang biasa
digunakan di sekolah-sekolah masing-masing.
Kegiatan Belajar 3
Contoh Keterkaitan antara Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap, dan Keterampilan
Intelektual, Personal, Sosial dalam Konteks Pendidikan IPS SD Kelas 3 dan 4
Pada bagian awal uraiannya dikemukan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara isi bahan
pengajaran (subject matter) dengan fakta, konsep dan generalisasi. Isi bahan pengajaran memberi
makna kepada fakta, konsep dan generalisasi, isi bahan pengajaran akan lebih mudah dipahami dan
lama diingat jika berfokus kepada gagasan kunci, seperti konsep dan generalisasi. Dalam perkembangan
IPS dewasa ini diakui bahwa kekuatan pengajaran IPS itu terletak di dalam kemampuannya untuk
mengungkapkan sesuatu yang meaningful, value based, terintegrasi, menantang (challenging), dan
aktiva. Artinya materi IPS harus berlandaskan nilai, mengungkapkan fakta, dan materi secara
keseluruhan yang esensial, terpadu (sebagaimana aspek-aspek dalam kehidupan manusia dan
melibatkan segenap potensi aktif siswa). Dengan demikian, IPS berkontribusi kepada pengembangan
keterampilan siswa (intelektual, personal, dan sosial) adalah tanggung jawab guru sebagai pengembang
kurikulum untuk mengolah materi IPS ini agar memenuhi harapan seperti dikemukakan di atas.
Untuk itu diperlukan perencanaan terperinci yang memberikan gambaran kepada kita bahwa semua
aspek seperti disebut dalam judul Kegiatan Belajar 3 ini dapat terungkapkan.
Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam kegiatan belajar ini dikemukakan salah satu
alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan menampilkan contoh-contoh yang menunjukkan adanya
keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan intelektual, personal dan
sosial dalam kurikulum IPS SD 1994 khususnya untuk kelas 3 dan 4.
Contoh-contoh tersebut dikaitkan dengan langkah-langkah pembelajaran agar dapat dipahami bahwa
muatan nilai, sikap dan keterampilan tidak akan terungkap jika tidak ditunjukkan dalam aktivitas belajar
mengajar secara nyata.

MODUL 3
ESENSI KURIKULUM IPS SD 1994 KELAS 5 DAN 6
Kegiatan Belajar 1
Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-ilmu Sosial dalam Kurikulum IPS SD Kelas 5 dan 6
Berkenaan dengan pengertian fakta, konsep, dan generalisasi sebagai lanjutan dari penjelasan, seperti
telah dikemukakan pada Modul 2 sebelumnya, secara singkat dikemukakan hal-hal tentang hubungan
antara fakta, konsep, dan generalisasi, bagaimana memilih fakta, apakah makna konsep itu, langkah-
langkah apa yang perlu ditempuh siswa dalam memperoleh pengertian tentang konsep. Apakah
perbedaan konsep dengan generalisasi, bagaimana generalisasi khususnya di dalam sejarah.
Kedudukan sejarah di dalam IPS memiliki keunikan. Peristiwa sejarah bersifat enameling, tidak
berulang. Oleh karena itu, generalisasi di dalam sejarah tidak mengandung kepastian, melainkan
“kecenderungan” yang bisa terjadi. Hal yang berulang bukan peristiwa yang sudah terjadi, melainkan
hal-hal yang berkaitan dengan perilaku manusia pelaku sejarah yang berorientasi kepada nilai, sistem
politik, kebutuhan ekonomi serta kecenderungan lainnya.
Apa yang telah diungkapkan dalam pembahasan ini, khususnya tentang muatan fakta, konsep dan
generalisasi dalam setiap topik perlu dikembangkan dalam diskusi di kelas. Kegiatan Belajar 1 ini ditutup
dengan Tugas Kelompok yang harus dilaksanakan mahasiswa di dalam kelompoknya. Diharapkan dari
hasil kerja kelompok ini diperoleh gambaran menyeluruh tentang keterkaitan fakta, konsep, generalisasi
di dalam kurikulum IPS SD 1994, khususnya untuk kelas 5 dan 6.
Kegiatan Belajar 2
Nilai dan Sikap serta Keterampilan Intelektual Personal, dan Sosial Dalam Kurikulum IPS SD
1994 Kelas 5 dan 6
Anda telah mempelajari materi pembahasan tentang nilai dan sikap dalam kurikulum IPS SD 1994, juga
keterampilan intelektual, personal dan sosial dalam kurikulum tersebut.
Pada bagian awal pembahasan kepada Anda telah disampaikan penjelasan tambahan tentang nilai,
sikap, keterampilan intelektual, personal dan sosial. Pada pembahasan ini ditekankan kembali arti
pentingnya pendidikan nilai, sikap dan keterampilan dalam konteks pendidikan IPS menurut kurikulum
1994 khususnya di Kelas 5 dan 6. Berkenaan dengan nilai dikemukakan tentang tahap-tahap
perkembangan nilai dari Kohlberg serta cara-cara mengungkapkan pemilihan nilai oleh siswa melalui
perisai kepribadian dan pertanyaan tentang nilai. Berkenaan dengan sikap antara lain dikemukakan
tentang teori-teori pembentukan sikap serta cara mengukur sikap dengan menggunakan Skala Sikap
(Likert).
Di samping itu, penjelasan tentang keterampilan ditunjukkan bahwa keterampilan hanya dapat diraih
melalui pengalaman belajar. Oleh karena itu, guru harus merencanakan kegiatan belajar mengajar ini
dengan memperhatikan pengalaman belajar yang mengacu juga kepada pencapaian keterampilan (baik
intelektual, personal maupun sosial). Sebagai bahan feedback bagi guru dibuatkan tabel keterampilan
intelektual, personal dan sosial yang dapat dilakukan melalui observasi.
REPORT THIS AD

Kegiatan Belajar 3
Contoh Keterkaitan antara Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap, dan Keterampilan
Intelektual, Personal, Sosial dalam Konteks Pendidikan IPS SD Kelas 5 dan 6
Anda telah mengikuti secara singkat contoh keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap
dan keterampilan (intelektual, personal dan sosial) dalam konteks Kurikulum IPS SD 1994 untuk Kelas 5
dan 6.
Pada awal pembicaraan kita dalam kegiatan belajar ini telah dikemukakan bahwa sesungguhnya antara
fakta, konsep, generalisasi, serta nilai, sikap dan keterampilan itu tidak dapat dipisahkan karena
memang semua aspek tersebut terikat dalam struktur pendidikan IPS. Dalam pengembangan kurikulum
di kelas, guru harus memperhatikan hal ini jika perlu kaitan tersebut dalam kegiatan belajar mengajar
maka proses belajar mengajar yang kita kelola akan menjadi verbalistik, sasaran tujuan pencapaian
hasil belajar akan terhenti pada aspek pengetahuan saja. Dan hal itu bukan tujuan Pendidikan IPS.
Pengembangan kurikulum yang melaksanakan prinsip tersebut di atas selanjutnya akan terlihat dari
kegiatan belajar mengajar di kelas. Di dalam praktek KBM-lah sesungguhnya kenyataan adanya
keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan itu akan tampak.
Perlu diperhatikan juga bahwa kurikulum IPS SD tahun 1994 itu menuntut guru agar mampu
melaksanakan pengajaran konsep, mengembangkan generalisasi, mengintegrasikan pendidikan nilai dan
keterampilan di dalam program pengajaran yang disampaikan kepada siswa. Tugas itu bukan pekerjaan
mudah, namun juga bukan sesuatu hal yang tidak dapat dikerjakan. Oleh sebab itu guru perlu terus-
menerus mengembangkan bahan pengajaran yang dikelolanya agar senantiasa sesuai dengan
situasinya. Jangan menggunakan program yang telah digunakan bertahun-tahun sehingga tidak aktual
lagi, dan kurang bermakna bagi siswa.
Pada bagian-bagian akhir dikemukakan satu contoh pengembangan materi yang menunjukkan adanya
keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan. Tentu Anda boleh saja
mempunyai kreativitas sendiri dalam mengembangkan materi ini, untuk disesuaikan dengan kondisi
setempat agar pendidikan IPS yang Anda kelola mengacu kepada kurikulum yang berlaku dan sesuai
dengan kondisi lingkungan siswa di mana proses belajar mengajar ini dilakukan.
Kurikulum IPS tahun 2006 cukup simpel, karena hanya menekankan pada ketercapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipersyaratkan. Hal ini memberikan peluang
pada guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam pembelajaran IPS yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Materi pelajaran IPS SD merupakan keterpaduan antara materi geografi, sejarah,
sosiologi, dan ekonomi. Pelajaran IPS SD pada kelas 1 – 3 dilaksanakan melalui pendekatan
tematik, dedangkan pada kelas 4 – 6 dilaksanakan melalui pendekatan pelajaran.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewsaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan
menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan
yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi,
selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti
menyajikan cooperative learning model; role playing, jigsaw, membaca sajak, buku (novel),
atau surat kabar/ majalah/ jurnal agar siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik.
Menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yang
memungkinkan anak mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
ketrampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja, sementara guru
menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan
supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Tentu saja guru harus
menimba ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan pembelajaran IPS
SD dengan menarik.

b. Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SD pada Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu. Pengembangan ini dilakukan untuk menjawab tantangan internal dan eksternal
yang berkembang di masyarakat.
Tantangan internal berupa tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar
Nasional Pendidikan yang
meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian,
dan Standar Kompetensi Lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Tantangan eksternal berupa tantangan masa depan, kompetensi masa depan, persepsi
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta fenomena-fenomena negatif yang
mengemuka. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu
yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, serta perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan
perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
a. pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki
kompetensi yang sama
b. pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif
(interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya)
c. pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat
menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet)
d. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif
mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains)
e. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
f. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia
g. pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik
h. pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak (multidisciplines)
i. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Sedangkan untuk karakteristiknya, kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik
sebagai berikut:
a. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
b. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana
dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
c. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat
d. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
e. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar matapelajaran
f. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar,
dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi intikompetensi dasar dikembangkan
didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia.
Dalam Seminar Nasional dengan tema “Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum
2013 untuk Mewujudkan Generasi Emas”, Sardiman, AM., M.Pd menyampaikan tentang
mengapa perlu pembaharuan dan apa urgensi pengembangan kurikulum 2013, yaitu bahwa
kurikulum Indonesia belum pernah berubah. Artinya ending-nya tetap rapot. Hal ini berarti
bahwa perilaku guru dari mulai adanya kurikulum tahun 1947 hingga kurikulum 2006 sama.
Itulah yang menjadi salah satu alasan adanya pengembangan kurikulum. Sardiman
menambahkan, adanya persepsi masyarakat bahwa kurikulum pendidikan saat ini terlalu
menitikberatkan pada aspek kognitif, selain itu beban siswa untuk mata pelajaran terlalu berat
namun kurang bermuatan karakter. Sardiman menyampaikan tentang tema pengembangan
kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Dalam kurikulum 2013 posisi guru tidak hanya sebagai pengajar dan pendidik
seperti yang telah kita kenal bersama, namun di kurikulum ini posisi guru juga sebagai
fasilitator, leader, motivator, dan sebagai ‘pelayan dan diver-nya’ peserta didik.
Pada kesempatan yang sama, Hamid Hasan menyatakan bahwa konten pendidikan IPS
dalam kurikulum 2013, meliputi:
a. Pengetahuan tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam
berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya.
b. Ketrampilan berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), memecahkan
masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa.
c. Nilai-nilai kejujuran, kerja keras. Sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan
serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
d. Sikap: Rasa ingin tahu, manidri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta
bertanggung jawab.
Namun pada kenyataannya, implementasi dari kurikulum 2013 masih banyak menjadi
salah satu sumber ‘kebingungan’ yang harus dihadapi oleh para guru saat ini. Kebingungan
tersebut dikarenakan belum jelasnya bagaimana penerapan dan pengaplikasian kurikulum 2013
tersebut di lapangan. Selain bingung tentang penerapan kurikulum 2013, saat ini para guru
pengampu mata pelajaran (mapel) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga masih belum
sepenuhnya bisa melaksanakan sesuai dengan apa yang dimandatkan dari kurikulum mapel
IPS.

III. PENUTUP
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004. Pada masing-
masing kurikulum terdapat persamaan, perbedaan, keunggulan dan kelemahannya

Anda mungkin juga menyukai