Anda di halaman 1dari 6

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT(PHBS)


DENGAN KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH SAAT MENSTRUASI PADA
REMAJA PUTRI DI SMP WIDYA SAKTI.

Oleh :

MADE AYU YULIANITA DEWI


NIM. P07131217017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI D IV
DENPASAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang
ditandai dengan perubahan baik fisiologi maupun psikologi. Perubahan fisiologi ditandai
dengan berfungsinya organ reproduksi seperti menstruasi (Depkes RI. 2005)
Proporsi remaja di dunia sekitar 20% dan proporsi ini lebih besar di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju. Zat-zat gizi penting sangat dibutuhkan
remaja mengingat bahwa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga remaja merupakan golongan yang rentan
mengalami anemia (Suryani et al. 2015, Ramzi et al. 2011).
Jumlah remaja yang begitu banyak , tentu akan menimbulkan berbagai
permasalahan diantaranya permasalahan gizi remaja. Masalah gizi pada remaja masih
terabaikan , hal ini disebabkan karena masih banyaknya faktor –faktor yang belum
diketahui , padahal remaja merupakan sumber daya manusia Indonesia yang harus
dilindungi karena potensinya yang sangat besar dalam upaya pembangunan kualitas
bangsa serta sebagai titik penentu reproduksi generasi baru. (WHO.2003)
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di dunia.
Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar di
daerah tropis. World Health Organization (2011) menyatakan prevalensi kejadian anemia
remaja putri di Asia mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke-8 dari
11 negara di Asia setelah Sri Lanka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta orang
pada u sia 10-19 tahun. Remaja putri terkena anemia karena keadaan stres, haid, dan
makan. Sebesar 29% Wanita Usia Subur (WUS) yang tidak hamil mengalami anemia
serta 38% wanita hamil usia 15-49 tahun mengalami anemia (WHO 2011).
Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi. Data Kemenkes
(2013) menunjukkan prevalensi anemia gizi pada kelompok usia remaja (≥15 tahun)
adalah 22.2%, meningkat dari data Kemenkes tahun 2007 yakni 19.7% terkait kejadian
anemia pada usia remaja (Kemenkes RI 2007; Kemenkes RI 2013).
Anemia dapat disebabkan karena defisiensi zat gizi mikro seperti besi, vitamin A,
vitamin B12, dan asam folat (Kurniati et al. 2013). Selain defisiensi zat gizi mikro,
anemia juga dapat disebabkan oleh faktor lain, diantaranya gaya hidup seperti kebiasaan
merokok, minum minuman keras, sarapan pagi, sosial ekonomi dan demografi,
pendidikan, jenis kelamin, umur, dan wilayah. Wilayah mencakup pedesaan atau
perkotaan yang berhubungan dengan sarana dan fasilitas kesehatan maupun ketersediaan
makanan yang berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan dan asupan zat besi (Permaesih
dan Herman 2005).
Pada remaja putri anemia disebabkan karena kurangnya asupan zat besi melalui
makanan , kehilangan zat besi basal, banyaknya zat besi yang hilang pada saat menstruasi
, penyakit malaria dan infeksi-infeksi lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia
gizi besi. (Mahfoedz. 2009) rata-rata darah yang keluar saat menstruasi adalah 16 cc-
33,2 cc. pada wanita yang lebih tua maupun wanita dengan anemia defisiensi zat besi
jumlah darah haid yang dikeluarkan lebih banyak .( wiknjsastro. 2010)
Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses (tinja), remaja putrid mengalami haid setiap bulan dengan kehilangan zat
besi ±1,3 mg per hari. Sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria . bila
asupan zat besi sebagai salah satu mikro nutrisi ini berkurang, tubuh kita akan mengalami
penurunan hemoglobin, yang kita sebut anemia. Akibat berkurangan sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah tersebut, darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh. Oleh karena itu suplemantasi zat
besi saat menstruasi sangat diperlukan. (Mahfoedz. 2009, Departemen Gizi. 2011)
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mendukung gerakan
1000 HPK, khususnya dalam menanggulangi masalah anemia pada remaja adalah melalui
pemberian suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) berupa zat besi (60 mg FeSO4) dan
asam folat (0.25 mg). Dosis ini diberikan pada daerah dengan prevalensi ≥20% (WHO
2011). Dukungan lingkungan untuk konsumsi Tablet Tambah Darah juga didapat dari
pemerintah. Kemenkes RI, mengeluarkan kebijakan dalam Program Pembangunan
Indonesia Sehat dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 yakni guna pembinaan perbaikan gizi masyarakat salah satunya adalah pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri dengan target sebesar 30% pada tahun
2019. Pelaksanaan pemberian TTD adalah 1 tablet per minggu (Kemenkes, 2016).
Rekomendasi pemberian TTD ini adalah upaya pencegahan dan penanggulangan
anemia gizi besi. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah merintis langkah-langkah
baru dalam upaya mencegah dan menanggulangi anemia gizi dengan mengintervensi
WUS lebih dini lagi yaitu sejak usianya masih remaja, dikarenakan intervensi yang
dilakukan pada saat WUS anemia saat hamil tidak dapat mengatasi masalah anemia.
Kelompok remaja putri merupakan sasaran strategis dari program perbaikan gizi untuk
memutus siklus masalah agar tidak meluas ke generasi selanjutnya. Program
penanggulangan anemia gizi besi pada WUS termasuk remaja putri bertujuan untuk
mempersiapkan kondisi fisik wanita sebelum hamil agar siap menjadi ibu yang sehat, dan
pada waktu hamil tidak menderita anemia. Program penanggulangan anemia gizi pada
WUS ini bertujuan untuk mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
(Depkes 2003; Bappenas 2012).
Remaja putri diharuskan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah karena mengalami
menstruasi setiap bulan. Tablet Tambah Darah berguna untuk mengganti zat besi yang
hilang karena menstruasi dan untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang belum tercukupi
dari makanan. Zat besi pada remaja putri juga bermanfaat untuk meningkatkan
konsentrasi belajar, menjaga kebugaran dan mencegah terjadinya anemia pada calon ibu
di masa mendatang (Dieny, 2014).
Remaja merupakan sumberdaya manusia bagi pembangunan di masa mendatang.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Pada
masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan (Arisman
2004). Pertumbuhan cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial merupakan ciri
yang spesifik pada usia remaja. Segala sesuatunya berubah secara cepat dan untuk
mengantisipasinya maka makanan sehari-hari menjadi sangat penting. Tubuh yang
mengalami pertumbuhan perlu mendapat asupan zat gizi dari makanan yang seimbang
(Khomsan 2002)
Masyarakat yang berstatus ekonomi rendah cenderung mempunyai pengetahuan
kesehatan yang rendah, status gizi yang kurang, kondisi lingkungan yang buruk, dan
status kesehatan yang buruk. Lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap kesehatan. Jika remaja tidak memiliki perilaku yang sehat, ia akan
cepat terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk seperti suka merokok, minum-minuman
keras dan pergaulan bebas yang dapat menyebabkan remaja kekurangan gizi. Kurangnya
perhatian masyarakat terhadap lingkungan dapat mencerminkan masih rendahnya
perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dan informasi yang saya ketahui, masih banyaknya
remaja putri yang mengalami anemia karena kurangnya mengkonsumsi tablet tambah
darah dan kurangnya memperhatikan pola perilaku hidupnya serta aktivitas fisik yang
masih rendah. maka penulis berkeinginan untuk meneliti bagaimana hubungan antara
faktor aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan konsumsi tablet
tambah darah terhadap status anemia remaja putri di SMP Widya Sakti .
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut : “ Apakah ada hubungan antara
pengetahuan gizi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan konsumsi tablet tambah
darah (TTD) saat menstruasi pada remaja putri di SMP Widya Sakti?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum :
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan konsumsi tablet tambah darah
terhadap status anemia remaja putrid di SMP Widya Sakti.
2. Tujuan Khusus :
Adapun tujuan khusus dalam penelitian meliputi :
a. Mendeskripsikan aktivitas fisik siswi SMP Widya Sakti.
b. Mendeskripsikan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada siswi SMP Widya
Sakti.
c. Mendeskripsikan konsumsi Tablet Tambah Darah pada siswi SMP Widya
Sakti.
d. Mendeskripsikan status anemia remaja putri di SMP Widya Sakti.
e. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan status anemia pada remaja putri
di SMP Widya Sakti.
f. Menganalisis hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan status
anemia pada remaja putri di SMP Widya Sakti.
g. Menganalisis hubungan konsumsi tablet tambah darah dengan status anemia
pada remaja putri di SMP Widya Sakti.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi tambahan
bagi peneliti yang relefan
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca yang ingin
mengetahui hubungan faktor aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
sehat dengan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri di SMP
Widya Sakti.
2. Secara praktis
a. Bagi remaja putri di SMP Widya Sakti sebagai pendidikan dan bahan
masukan untuk menumbuhkan, kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan sehat sehari-hari dan mengonsumsi tablet
tambah darah.
b. Bagi para guru sebagai masukan dalam usaha mendidik dan mengajar para
siswa-siswi agar dapat menerapkan aktivitas fisik, perilaku hidup bersih
dan sehat sehari-hari dan mengonsumsi tablet tambah darah.
c. Bagi Sekolah, diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk
peningkatan status kesehatan siswi didiknya.
d. Bagi orang tua siswa, memberikan gambaran kepada orang tua untuk lebih
peduli terhadap aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan sehat sehari-hari
dan mengonsumsi tablet tambah darah dengan status anemia anaknya.
e. Bagi peneliti, dapat sebagai bekal baik dalam keluarga, dunia kerja
maupun hidup di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai