Anda di halaman 1dari 10

Upaya Penanganan Diebetes Melitus melalui Posbindu

Abstrak
Penyakit diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi dan insiden
penyakit ini terus meningkat di negara-negara industri maupun negara berkembang termasuk
Indonesia. Kurang terkontrolnya kadar glukosa darah sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup
pasien, oleh karena itu pengetahuan yang dapat mengubah perilaku merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku. Salah satu upaya penanganan yang dapat
dilakukan di Puskesmas adalah melalui pilar pengelolaan DM. Program Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular Diabetes Melitus dilihat dapat membantu masyarakat dalam
pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular seperti DM dan diharapkan dengan
pemanfaatan program seperti ini dapat membantu mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas akibat penyakit metabolic ini.
Kata Kunci: Diabetes mellitus, Puskesmas, Perilaku, Kadar glukosa darah
Abstract
Diabetes mellitus has become a global health problems. The prevalence and incidence of this
diseases continues to increase in industrialized countries and developing countries, including
Indonesia. The less uncontrolled blood glucose levels is strongly influenced by behavior of
the patient's life, therefore knowledge that can change the behavior of a domain that is
essential for the formation of behavior. One way in which it can be done at the health center
pillar is through the management of DM. Program Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
Diabetes Melitus seen to be success in helping community in preventing and early detection
of non transmitted disease such as DM and by that it will help in decreasing number of
morbidity and mortality causing by this kind of metabolic disease
Keywords: Diabetes mellitus, Puskesmas, Behaviour, Blood Glucose Level
Pendahuluan
Berdasarkan kasus yang diberikan, diketahui bahawa penyakit tidak menular
khususnya diabetes mellitus tipe 2 cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit
diabetes menjadi penyebab atau komorbiditas penyakit lainnya seperti stroke dan jantung
coroner. Dokter A di Puskesmas Warnasari ingin melakukan skrining DM tipe 2 pada
penduduk yang berusia >15 tahun. Selama setahun dari 850 orang yang diperiksa kadar
glukosa sewaktu, didapatkan 100 orang dinyatakan menderita DM tipe 2 dan diobati.
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang progresif dengan
karakteristik hiperglikemia dan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi akut maupun
kronis. Di seluruh dunia sekitar 150 juta, 220 juta, dan 382 juta individu menderita DM
berturut-turut pada tahun 2000, 2010 dan 2013. Sebuah studi survey menyebutkan akan
terjadi peningkatan jumlah individu dengan DM sebanyak 300 juta pada 2025 dan lebih dari
592 juta pada tahun 20301,2

1
Riset kesehatan dasar (riskedas) tahun 2007 dan 2013 melakukan wawancara untuk
menghintung proporsi diabetes mellitus pada usia 15 tahun ke atas. Didefinisikan sebagai
diabetes mellitus jika pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum
pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir
mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah yang
banyak dan berat badan turun. Hasil wawancara tersebut mendapatkan bahwa proporsi
diabetes mellitus pada Riskesdas 2013 meningkat hamper dua kali lipat dibandingkan tahun
2007.2 Jumlah ini masih merupakan jumlah di permukaan saja, karena masih banyak pasien
yang sebenarnya terkena DM atau dalam fase toleransi glukosa terganggu (TGT) namun tidak
terdeteksi dini. Diabetes mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari
oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah menjadi komplikasi.2

Pada penelitian United Kingdom Prospective Diabetes Study, menunjukan 25%


pasien telah mengalami retinopati, 9% neuropati, dan 8% nefropati pada saat terdiagnosis
DM pertama kali. Pasien yang terdiagnosis ini diperkirakan telah mengalami DM sejak 4-7
3
tahun sebelum terdiagnosis dengan komplikasi Terdapat 0.6% penduduk usia 15 tahun ke
atas atau sekitar 1 juta orang yang sebenarnya merasakan gejala diabetes mellitus dalam
sebulan terakhir namum belum dipastikan/ diperiksa apakah menderita diabetes atau tidak.
Proporsi terkecil terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah, sedangkan jumlah
terbesar di Provinsi Jawa Barat.

Identifikasi Masalah

1. Penyakit diabetes mellitus tipe 2 meningkat dari tahun ke tahun.


2. Penyakit DM menjadi penyebab penyakit lain seperti stroke dan jantung coroner.

Analisis Masalah

1. Apa yang disebut dengan DM?


2. Apa saja gejala DM?
3. Bagaimanakah prevalensi DM dan di manakah kasus DM terbanyak di Indonesia?
4. Siapakah yang perlu diutamakan untuk pemeriksaan penyaring?
5. Kapan seseorang dapat di diagnosis menderita DM?
6. Apakah upaya yang dilaksanakan untuk pengendalian penyakit tidak menular seperti
DM?
7. Bagaimanakah kegiatan Posbindu dijalankan?
8. Apakah peran Kementerian Kesehatan RI dalam masalah ini?
2
9. Apakah Prinsip Penatalaksanaan Diabetes Melitus?
Perbahasan

Definisi Diabetes Melitus

Menurut Kemenkes RI, Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.4

Gejala-gejala DM

• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.

• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.

Prevalensi DM dan Kasus Terbanyak di Indonesia5

Kriteria Diagnosis DM Tabel 1 Kriteria diagnosis DM 6

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

3
memperhatikan waktu makan terakhir

2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa
diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan minimal 8 jam

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO yang
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan
75g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

4. Pemeriksaan kadar HbA1c 6.5% dengan menggunakan metode terstandarisasi oleh


National Glycohaemoglobin Standarization Program.

Siapakah yang perlu diutamakan untuk pemeriksaan penyaring?

Pemeriksaan penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe-2 dan
prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan gejala klasik DM yaitu: 7

1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23 kg/m 2) yang
disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4 kg atau
mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional (DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi).
f. HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.
2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.

Pada tes penyaring yang khusus ditujukan untuk kelompok beresiko DM


pada penduduk umumnya tidak dianjurkan karena disamping biaya yang mahal rencana

4
tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada. Bagi mereka yang mendapat kesempatan
untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain adanya pemeriksaan penyarin utnuk DM
dalam rangkaian pemeriksaan terserbut sangat dianjurkan. Pemeriksaan penampisan dapat
dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa atau sewaktu atau TTGO. Untuk kelompok
risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif, pemeriksaan penyaring ulangan
dilakukan tiap tahun; sedangkan bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko,
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun atau lebih cepat tergantung gejala
klinis masing-masing.

Apakah upaya yang dilaksanakan untuk pengendalian penyakit tidak menular seperti
DM?

Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) 4


Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini
faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi (penyakit jantung dan pembuluh darah,
diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat kecelakaan dan
tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan
terpadu. Namun disini akan dititikberatkan pada monitoring dan deteksi faktor resiko DM.
Posbindu bisa sebagai wadah peran serta masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi,
industri, kampus dan lain-lain).
Kegiatan Posbindu antara lain:
a. monitoring faktor resiko DM secara rutin dan periodik. Rutin karena kebiasaan
memeriksa kondisi kesehatan meskipun tidak dalam kondisi sakit. Periodik karena
pemriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.
b. Konseling faktor risiko DM tentang diet, aktifitas fisik, merokok, stres dan lain-lain.
c. Penyuluhan / dialog interaktif sesuai masalah terbanyak
d. Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti dan lain-lain
e. Rujukan kasus faktor resiko sesuai kriteria klinin

Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu (5M)


a. Tujuan: Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko DM

5
b. Sasaran:
1. Kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang DM atau orang dewasa
yang berumur 25 tahun ke atas
2. Pada orang sehat agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal
3. Pada orang dengan faktor risiko adalah mengembalikan kondisi berisiko ke
kondisi normal
4. Pada orang dengan penyandang DM adalah mengendalikan faktor risiko pada
kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi DM
c. Manfaat:
1. Membudayakan gaya hidup sehat dengan berperilaku CERDIK: Cek kondisi
kesehatan anda secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet
yang sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola stres dalam
lingkungan yang kondusif di rutinitas kehidupannya.
2. Mawas Diri: faktor risiko DM dapat terdeteksi dan terkendali secara dini
3. Metodologis dan Bermakna secara klinis:
a. Kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara medis
b. Dilaksanakan oleh kader khusus dan bertanggung jawab yang telah mengikuti
pelatihan metode deteksi dini atau edukator penyakit DM
4. Mudah dijangkau: diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat /
lingkungan tempat kerja dengan jadwal waktu yang disepakati
5. Murah : dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dengan biaya yang disepakati
/ sesuai kemampuanmasyarakat
Bagaimanakah kegiatan Posbindu dijalankan?

Kegiatan Posbindu 8
a. Jenis Kegiatan Posbindu
1) Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan dan
perilaku
2) Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta indeks massa tubuh
(IMT) termasuk analisa lemak tubuh.
3) Melakukan pengukuran tekanan darah
4) Melakukan pemeriksaan gula darah
5) Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik da lain-lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan

6
6) Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya
7) Melakukan rujukan ke puskesmas
b. Alur kegiatan Posbindu
Kegiatan sebelum pemeriksaan (senam bersama, bersepeda, ceramah agama, demo
makanan sehat, dan lain-lain) bekerjasama dengan yayasan, LSM, Majelis Ta’lim,
Gereja setempat, dan lain-lain).

Meja 1: Pendaftaran
Meja 2: Wawancara
Meja 3; Pengukuran TB, BB, IMT
Meja 4: pemeriksaan tekanan darah, glukosa darah
Meja 5: Edukasi / konseling: identifikasi faktor risiko DM, konseling/edukasi, serta
tindak lanjut lainnya
c. Tahap penyelenggaraan Posbindu
1. Satu hari sebelum pelaksanaan (tahap persiapan)
a) Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan
b) Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan
c) Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu pelaksanan
2. Hari pelaksanaan
a) Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan kesepakatan bersama
b) Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo masak, penyuluhan,
sarasehan atau peningkatan ketrampilan bagi para anggotanya.

3. Satu hari setelah pelaksanaan (tahap evaluasi)


a) Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainnya)
b) Catatan pelaksanaan kegiatan

7
c) Masalah yang dihadapi
d) Mencatat hasil penyelesaian masalah
d. Merupakan bagian dari Sistem Rujukan Kesehatan Nasional. Bila terdapat peserta
yang memiliki kriteria harus dirujuk, sesegeranya dirujuk ke Puskesmas dengan
terlebih dahulu memotivasi agar mau dirujuk ke Puskesmas. Pada saat merujuk,
sertakan KMS dan lembar rujukan ke Puskesmas sebagai media informasi petugas
puskesmas dalam menerima rujukan dari masyarakat. Pada kondisi tertentu bila
memerlukan pendamping rujukan dari kader Posbindu DM agar dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya.
Apakah peran Kementerian Kesehatan RI dalam masalah ini?

Kementerian Kesehatan RI telah mengadakan satu gerakan yang disebut GERMAS yang
mana Germas ini adalah singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. GERMAS adalah
suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemuan dan kemampuan berperilaku sehat
untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan GERMAS sendiri adalah mengajak masyarakat
untuk BERPERILAKU HIDUP SEHAT, yang nantinya akan berdampak positif bagi
kehidupan masyarakat itu sendiri, seperti kesehatan yang terjaga, masyarakat yang semakin
produktif, lingkungan menjadi lebih terjaga dan bersih. Perilaku ini secara tidak langsung
bisa mengurangi biaya rumah sakit atau pengobatan kesehatan yang kita ketahui sangat
mahal.6

Ruang lingkup GERMAS termasuklah;-

a. Peningkatan edukasi hidup sehat


b. Peningkatan kualitas lingkungan
c. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
d. Peningkatan perilaku hidup sehat
e. Peningkatan aktivitas fisik

Melalui gerakan ini, masyarakat digalakkan untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan
setiap 6 bulan yaitu pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar gula darah, cek
kolesterol, cek lingkat perut dan khusus bagi perempuan perlu ditambah dengan pemeriksaan
kanker Serviks.

Prinsip Penatalaksanaan Diabetes Melitus

8
Program pengendalian diabetes mellitus dilaksanakan secara terintergrasi dalam program
pengendalian penyakit tidak menular (p2ptm) terintergrasi yaitu antara lain:2
1. Pendekatan factor resiko penyakit tidak menular terintergrasi di fasilitas layanan
primer (Pandu PTM)
2. Posbindu PTM
Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam
memonitoring factor resiko menjadi salah satu tujuan dalam program pengendalian
penyakit tidak menular termasuk DM. Posbindu PTM merupakan program
pengendalian factor resiko penyakit tidak menular berbasis masyarakat yang
bertujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap factor resiko baik
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan sekitarnya.
3. CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM.
Program PATUH, yaitu
 P Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
 A Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
 T Tetap diet sehat dengan gizi seimbang
 U Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
 H Hindari rokok, alcohol dan zat karsinogenik lainnya

Program CERDIK adalah satu pesan untuk meningkatkan gaya hidup sehat yang
disampaikan di lingkungan sekolah yaitu:
 C Cek kondisi kesehatan secara berkala
 E Enyahkan asap rokok
 R Rajin aktivitas fisik
 D Diet sehat dengan kalori seimbang
 I Istirahat yang cukup
 K Kendalikan stress

Daftar Pustaka

9
1. Subramaniam K. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Diagnosis
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Abang I, Kabupaten
Karangasem Bali Tahun 2015. Jurnal ISM. 2015;6(1).
2. Indonesia KK. Infodatin: Situasi dan Analisis Diabetes. Pusat Data dan Informasi.
2014:2-4.
3. Gupta S, Koirala J, Khardori R, Khardori N. Infections in diabetes mellitus and
hyperglycemia. Infectious disease clinics of North America. 2007 Sep 1;21(3):617-38.
4. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 10 Juli 2019,
http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-
metabolik
5. Kementarian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2018.
6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), (2011). Konsensus Pengendalian
dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta
7. Indonesia PE. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB.
PERKENI. 2015.
8. Posbindu Kemenkes RI 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM)

10

Anda mungkin juga menyukai