Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biofarmasi dan Farmakokinetika Klinik
ZAHARATURRIAZ
3351181585
KELAS : C / ANGKATAN XXVII
BIOAVAILABILITAS (F)
Antibiotik aminoglikosida merupakan senyawa yang sangat larut dalam air dan sukar larut
dalam lipid. Akibatnya, obat-obat ini sukar diabsorpsi bila diberikan secara oral dan harus
diberikan secara parenteral untuk mengobati infeksi sistemik.
VOLUME DISTRIBUSI (V)
Volume distribusi aminoglikosida = 0,25 L/kg walaupun telah dilaporkan kisaran yang
relatif luas, yaitu 0,1-0,5 L/kg. Karena aminoglikosida terdistribusi sangat buruk kedalam jaringan
adiposa, penggunaan berat badan tanpa lemak akan menghasilkan nilai perkiraan V yang lebih
akurat pada pasien obes dibandingkan berat badan total (BBT). Volume distribusi aminoglikosida
pada subjek obes dapat pula disesuaikan berdasarkan berat badan ideal (BBI) pasien ditambah
10% dari kelebihan berat badan pasien itu. Penyesuaian dalam mengestimasi volume distribusi
aminoglikosida pada pasien obes ini kelihatannya beralasan karena antibiotik aminoglikosida
tampak terdistribusi ke dalam ruang ekstraseluler, dan volume cairan ekstraseluler pada jaringan
adiposa sekitar 10% berat adiposa versus 25% yang merupakan rata-rata untuk semua jaringan
lain. Persamaan yang dapat digunakan untuk memperkirakan volume distribusi (V) pada pasien
obes :
V aminoglikosida (pasien obes) = (0,25 L/kg)(BBI) + 0,1 (BBT-BBI)
Pasien yang tidak obes atau BBI dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut :
Berat badan ideal untuk Pria (kg) = 50 + (2,3)(tinggi dalam inchi >60)
Berat badan ideal untuk wanita (kg) = 45 + (2,3)(tinggi dalam inchi >60)
Volume distribusi aminoglikosida meningkat pada pasien asites, edema, atau yang
mengalami pembesaran voume “ruang ketiga” lainnya. Salah satu pendekatan untuk
memperkirakan volume distribusi yang meningkat pada pasien asites atau edema adalah
menambah V sebesar 1 L untuk setiap 1 kg penambahan berat badan. Pendekatan ini didasarkan
pada asumsi bahwa volume distribusi antibiotik aminoglikosida kurang lebih sama dengan volume
cairan ekstraseluler. Hal ini sesuai dengan ikatan protein plasma yang rendah dan fakta bahwa
aminoglikosida melintasi membran dengan sangat buruk.
Volume distribusi aminoglikosida dapat diestimasi dengan persamaan berikut :
V aminoglikosida (L) =
(0,25 L/kg X BB pasien tdk obes(kg)) + 0,1 (b.kelebihan adiposa (kg)) + (b.kelebihan cairan
pada ruang ketiga (kg))
Dengan persamaan ini, berat pasien yang tidak obes dan tidak kelebihan cairan dapat selalu
diestimasi sebagai BBI; kelebihan berat adiposa sebagai selisih antara berat tidak obes dan berat
badan total pasien tanpa kelebihan cairan ruang ketiga. Persamaan diatas hanya dapat
memperkirakan nilai, dan dapat dibutuhkan pengukuran konsentrasi plasma untuk melakukan
penyesuaian bagi pasen spesifik.
Pasien pediatrik dibawah usia 5 tahun cenderung memiliki volume distribusi yang lebih
tinggi. Antara usia lahir dan 5 tahun, volume distribusi cenderung terus menurun dari nilai awal
0,5 L/kg sampai dengan nilai orang dewasa sebesar 0,2 L/kg.
V Aminoglikosida (L) pada anak berusia 1-5 tahun =
𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
(0,5 L/kg – ( 𝒙 𝟎, 𝟐𝟓) (berat badan dalam kg)
𝟓
KLIRENS (Cl)
Antibiotik aminoglikosida dieliminasi hampir semuanya melalui rute renal. Karena klirens
aminoglikosida dan klirens kreatinin memiliki nilai yang mirip pada berbagai kondisi fungsi ginjal,
klirens aminoglikosida dapat diestimasi dengan persamaan yang digunakan untuk mengestimasi
klirens kreatinin apabila konsentrasi aminoglikosida berada dalam rentang terapeutik.
(𝟏𝟒𝟎−𝒖𝒔𝒊𝒂)(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏)
ClCl untuk pria (mL/menit) = (𝟕𝟐)(𝑺𝑪𝒓)
(𝟏𝟒𝟎−𝒖𝒔𝒊𝒂)(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏)
ClCl untuk wanita (mL/menit) = (0,85) (𝟕𝟐)(𝑺𝑪𝒓)
Estimasi klirens kreatinin yang tepat hanya dapt diperoleh jika berat badan pasien
menunjukkan rasio yang normal antara massa otot dan berat badan total (BBT) serta kreatinin
serum berada pada keadaan tunak. Karena itu, kalkulasi farmakokinetik untuk pasien obes dan
memiliki cairan pada ruang ketiga yang signifikan memerlukan pertimbangan penyesuaian untuk
kondisi obesitas dan ruang ketiga. Pada pasien yang berada dalam kategori obes tidak sehat(yaitu
berat badan sesugguhnya kira-kira dua kali BBI), klirens kreatinin dan klirens aminoglikosida
dapat diestimasi dengan baik menggunakan berat yang berada di antara BBI dan BBT. Karena itu,
beberapa klinis lebih suka mengestimasi berat tidak obes dengan menggunaka persamaan berikut
:
Berat tidak obes = BBI + 0,4 (BBT-BBI)
BBI adalah estimasi berat badan ideal sesuai dengan yang dihitung menggunakan
persamaan perhitungan Berat Badan Ideal; BBT menunjukkan berat badan total pasien tanpa
cairan ruang ketiga yang berlebihan.
Klirens Non-Renal
Faktor lain yang harus dipertimbangkan ketika mengestimasi klirens aminoglikosida
adalah klirens non-renal, yaitu = 0,0021 L/kg/jam (atau = 2,5mL/menit/70kg). Klirens non-renal
aminoglikosida umumnya diabaikan pada kebanyakan pasien, namun nilai klirens ini signifikan
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang signifikan. Pada pasien anefrik fungsional yang
menjalani hemodialisis secara intermiten, nilai klirens = 0,0043 L/kg/jam (5 mL/menit/70kg)
menunjukkan klirens renal yang tersisa dan klirens non-renal. Namun, nilai ini hanya perkiraan;
konsentrasi aminoglikosida dalam seru harus dimonitor pada pasien dengan fungsi ginjal yang
buruk.
WAKTU PARUH ELIMINASI
Waktu paruh eliminasi antibiotik aminoglikosida dari tubuh ditentukan oleh volume
distribusi dan klirens. Karena kondisi fungsi renal setiap orang berbeda, waktu paruh pun
bervariasi. Sebagai contoh, seorang pria berusia 25 tahun dengan berat badan 70 kg yang memiliki
kreatinin serum sebesar 0,8 mg/dL dapat memiliki klirens aminoglikosida 100 mL/menit atau
lebih. Jika volume distribusi pria ini 0,25 L/kg, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 jam. Sebaliknya,
seorang pria berusia 75 tahun dengan nilai V yang mirip dengan pria pertama da memiliki kreatinin
serum 1,4 mg/dL mungkin memiliki klirens aminoglikosida = 35 mL/menit dan waktu paruh = 6
jam. Karena itu, dosis aminoglikosida awal daninterval dosis nya harus dipilih dengan hati-hati.
Walaupun estimasi awal parameter farmakokinetik aminoglikosida pada pasien mungkin sangat
bervariasi, penyesuaian farmakokinetika diharapkan dapat mengoptimalkan hasil terapi yang
diperoleh dari konsentrasi antibiotik aminoglikosida terapeutik, tetapi tidak toksik.
PARAMETER UTAMA : Antibiotik Aminoglikosida
Konsentrasi terapeutik
dalam serum
Gentamisin, tobramisin
Pendosisan konvensional Pendosisan sekali sehari
Vd 0,25 L/kg
Cl
Fungsi ginjal normal Sama dengan Clcr
T1/2
Sebagai contoh, jika pasien diberikan dosisawal 7 mg/kg setiap 24 jam dan pengukuran
konsentrasi menunjukkan 8,2 mg/L = 9 jam setelah dosis diberikan monogram menunjukkan
bahwa interval pendosisan harus diperpanjang menjadi setiap 36 jam.
WAKTU PENGAMBILAN SAMPEL
Waktu pengambilan sampel yang tepat sangat penting karena antibiotik aminoglikosida
memiliki waktu paruh yang relatif pendek dan fase distribusi yang kecil, tetapi signifikan.
Pedoman yang paling banyak diterima merekomendasikan bahwa sampel untuk menentukan
konsentrasi serum puncak harus diperoleh1 jam setelah dosis pemeliharaan diberikan.
Rekomendasi ini mengansumsikan bahwa obat diinfusikan selama kurang lebih 30 menit; kisaran
waktu infusi yang dapat diterima adalah 20 hingga 40 menit. Jika lebih dari 40 menit, sampel untuk
konsentrasi puncak harus diperoleh =30 menit setelah akhir infus untuk memastikanbahwa
distribusi telah sempurna. Banyak yang menganjurkan bahwa pengukuran konsentrasi puncak
harus diperoleh di akhir intrval pendosisan untuk menghindari fase distribusi, khususnya pada
pendosisan dengan interval yang diperpanjang karena fase distribusi kemungkinan bergantung
pada dosis.
Apabila sampel konsentrasi aminoglikosida di dalam plasma diambil pada waktu yang
lebih lama dari konsentrasi puncak yang diharapkan, konsentrasi plasma pada waktu yang lebih
awal dapat dihitung dengan menyusun kembali persamaan menjadi :
C = C0e-kt
C0 merupakan konsentrasi plasma awal dan C adalah konsentrasi pada waktu t. Selanjutnya
:
𝑪
C0 = 𝐞−𝐤𝐭
1. Seorang pasien bernama Zarsih berusia 50 tahun dengan tinggi badan 5 kaki (5inc) yang dibawa
ke rumah sakit karena mengalami kecelakaan mobil. Dia memiliki berat badan 97 kg. Dia tidak
memiliki kelebihan cairan pada ruang ketiga ketika dibawa ke RS, memiliki kelebihan adiposa =
35,5 kg. Dia kemudian menjalani bedah abdomen. Setelah operasi, dia mengalami hipotensi dan
membutuhkan cairan dalam volume yang besar untuk menjaga tekanan darahnya. Sekarang dia
memiliki berat badan 125 kg dan kreatinin serum 2 g/dL. Berat kelebihan cairan pada ruang ketiga
adalah 28 kg. DH akan diberi pengobatan gentamisin secara empiris setelah operasi abdomen itu.
Estimasikanlah parameter farmakokinetik dan dosis yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi
puncak gentamisin >10 mg/L.
Dik :
Usia : 50 tahun
Berat badan : 97 kg
• Jawab :
= 50 + (2.3)(5)
= 61,5 kg
VAminoglikosida=
(0,25L/kg x Berat badan pasien tidak obes, tidak kelebihan cairan (kg)) +
0,1 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑑𝑖𝑝𝑜𝑠𝑎 (𝑘𝑔))+
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 (𝑘𝑔))
= 46,925 L atau 47 L
140 −𝑈𝑠𝑖𝑎 (𝐵𝐵)
Clcr Pria = (72)(𝑆𝑐𝑟)
2,306 𝐿/𝑗𝑎𝑚
= 47 𝐿
= 0,049/jam
0,693 0,693
t1/2 = = 0,049 = 14,14 jam
𝐾
2. Tuan Yamin berusia 70 tahun dengan berat badan 60 kg, tinggi badan 162 cm datang ke Rumah
sakit dengan keluhan mual, muntah. Ternyata pasien mengalami keracunan pada saat makan siang.
Ia pun dirawat di Rumah Sakit, namun setelah 4 hari perawatan, kondisi Tuan Yamin memburuk
dan tanda-tanda sepsis berkembang, yang dapat dilihat dari pemeriksaan kultur urine yang
mengandung P. Aeuginosa. Pasien diberi terapi gentamisin tiap 24 jam, didapatkan hasil
labotarium Scr = 3,4 mg/dL dan BUN = 38 mg/dL. Maka tentukan dosis yang tepat untuk tuan
Yamin tersebut ?
Dik :
Usia : 70 tahun
BB : 60 kg
TB : 162 cm
Scr : 3,4 mg/dL
BUN : 38 mg/dL
Jawab :
𝑇𝐵
IBW = 50 +(2,3) (2,5−60)
162 𝑐𝑚
= 50 + (2,3) ( 2,5−60 )
= 61,04 kg
140−70
= (72 𝑥 3.4)
= 17,16 mL/menit
Cl gentamisin ekuivalen dengan Clcr, sehingga Clgent
= 17,16 mL/menit
= 1,03 L/jam
Vd = 0,25 L/kg BB
= 0,25 x 60
= 15 L
(1 𝑥 𝐷𝑜)
6 = 15 𝑥 0,069 𝑥 24
Do = 149,04 mg ≈ 150 mg
Jadi, dosis yang diberikan kepada Tuan Yamin sebanyak 150 mg tiap 24 jam
3. Raina berusia 40 tahun dengan BB 65 kg, dengan kadar kreatinin dalam serum 0,9 mg/dL. Dosis
awal gentamisin yang diberikan 140 mg secara i.v selama setengah jam. Hitunglah konsentrasi
gentamisin dalam plasma 1 jam setelah pemberian i.v dimulai ?
Penyelesaian :
Berat badan = 65 kg
= 16,25 L
(𝑆)(𝐹)(𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛)
C1 = 𝑉
(1)(1)(140𝑚𝑔)
= 16,25 𝐿
= 8,62 mg/L
Menghitung konsentrasi gentamisin dalam plasma setelah 1jam pemberian secara i.v
(𝑆)(𝐹)(𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛)
C1 = (𝑒 −𝑘𝑡 )
𝑉
𝐶𝑙
K= 𝑉
(140−𝑈𝑠𝑖𝑎)(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛)
Clcr wanita (mL/menit) = (0,85) (72)(𝑆𝐶𝑠𝑠)
(140−40)(65𝑘𝑔)
= (0,85)(72)(0,9 𝑚𝑔/𝑑𝐿)
= (0,85) (100,309)
= 85,2623 ml/menit
Di konversi ke L/jam,
= 5,1157 L/jam
Dapat dihitung :
K = Cl/V
(1)(1)(140𝑚𝑔)
C1 = (𝑒 (−0,315/𝑗𝑎𝑚)(1𝑗𝑎𝑚) )
16,25
C1 = 6,287 mg/L
t1/2 = 0,693 : K
Berat badan : 60 kg
7
ln( )
3
= 7 𝑗𝑎𝑚
0,98
= 7 𝑗𝑎𝑚
= 0,14 / jam
(𝑆)(𝐹)(𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠)
• V= 𝐶𝑠𝑠1
𝑒 −𝐾𝑡
(1−𝑒 −𝑘𝑡 )
(1)(1)(140𝑚𝑔) 0,14
8𝑚𝑔/𝐿 −( )(1 𝑗𝑎𝑚)
V= 0,14 (𝑒 𝑗𝑎𝑚
−( )(8𝑗𝑎𝑚)
(1−𝑒 𝑗𝑎𝑚 )
V = 22,724 L
• K = Cl/V
Cl = (K)(V)
Cl = (0,14/jam)(22,724L)
Cl = 3,18 L/jam.