Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………….………………………………………........... i


Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan Penulis .............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Struktur Beton Bertulang ..............................................
B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang ................................
C. Sifat-sifat Beton Bertulang ............................................................
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat
tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan
kuat tarik yang tidak dimiliki beton.
Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan
terjadi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama – sama.
Momen - momen ini yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya
gravitasi dapat menimbulkan beban lateral seperti angin dan gempa atau bisa juga
diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka dari itu, setiap
penampang komponen pada struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan
kuat terhadap setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial,
gaya geser maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap
pengaruh luar.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan tentang beton dalam makalah ini di batasi pada :
1. Apa Defenisi Struktur Beton Bertulang?
2. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan
Struktur?
3. Bagaimana Sifat-sifat Beton Bertulang?

C. Tujuan Penulisan
Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mejelasakan
tentang : Defenisi Struktur Beton Bertulang, Kelebihan dan Kelemahan Beton
Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur, Sifat-sifat Beton Bertulang, Kolom,
Pengantar Gempa, dan Balok
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Struktur Beton Bertulang


Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan
yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan bangunan
tersebut.
Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang
tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika
dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi
terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena
bentuknya yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan).
Namun, dengan menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan
tarik akan mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik.
Demikian juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami
tekan, beton disekeliling tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan
mencegah tulangan mengalami tekuk. Demikianlah penjelasan tentang mengapa
kombinasi dari kedua bahan bangunan ini menghasil bahan bangunan baru yang
memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibanding sifat-sifat dari masing-masih bahan
tersebut sebelum digabungkan. Berikut kita akan paparkan sesuatu yang
berhubungan dengan bahan bangunan beton dan tulangan baja.
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau
semen hidrolik lainnya), pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate kasar, air
dan dengan atau tanpa bahan tambahan. Kekuatan tekan beton yang digunakan
untuk perencanaan ditentukan berdasarkan kekuatan tekan beton pada umur 28
hari. Meskipun sekarang kita dapat menghasilkan beton dengan kekuatan tekan
lebih 100 MPa, kekuatan tekan beton yang umum digunakan dalam perencanaan
berkisar antara 20 – 40 MPa. Seperti diterangkan sebelumnya, beton mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang rendah,
hanya berkisar antara 8% sampai 15% dari kekuatan tekannya. Untuk mengatasi
kelemahan dari bahan beton inilah maka ditemukan bahan bangunan baru dengan
menambahkan baja tulangan untuk memperkuat terutama bagian beton yang
mengalami tarik.
Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja
tulangan ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya
dapat digunakan untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus
tertentu.

B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan


Struktur
1. Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting.
Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur,
besar maupun kecil – bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan,
dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi lembah (viaduct),
drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya. Sukses besar beton sebagai
bahan konstruksi yang universal cukup mudah dipahami jika dilihat dari
banyaknya kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain :
a. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
b. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak
bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-
rata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yangmemadai
sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan
padapermukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.
c. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat
panjang. Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat
digunakan sampai kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk
menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan
beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan semakin lama
semakin bertambah dalam hitungan tahun, karena lamanya proses
pemadatan pasta semen.
f. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk
pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-
bangunan semacam itu.
g. Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi
bentuk yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang
sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
h. Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang
murah (pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit
semen dan tulangan baja, yang mungkin saja harus didatangkan daridaerah
lain.
i. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi
betonbertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti
struktur baja.
2. Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus
mengenal dengan baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang
tersebut antara lain :
a. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
b. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau
penyangga sementara mungkin diperlukan untuk menjaga agar bekisting
tetap berada pada tempatnya, misalnya pada atap, dinding, dan struktur-
struktur sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat untuk
menahan beratnya sendiri. Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat,
biaya bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari total biaya
suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas
bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur beton
bertulang, hal utama yang harus dilakukan adalah mengurangi biaya
bekisting.
c. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-
struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan
sangat mempengaruhi momen lentur.
d. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran
dan pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa
ditangani seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain
seperti struktur baja dan kayu.

C. Sifat-sifat Beton Bertulang


Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain :
1. Kuat Tekan
Kuat tekan beton (f’c) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat
pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya
ditempatkan Mdalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan
100%. Meskipun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa
hingga 70 -140 Mpa, kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa
hingga 48 Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20
Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa dan 40
Mpa. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-lantai
bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan kekuatan sampai 60 Mpa telah
digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-perusahaan pembuat beton siap-
campur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian
sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara
pembebanannya. Di banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus
berisi 200 mm. untuk beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap silinder-
silinder 150 mm x 300 mm menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya sekitar
80% dari nilai yang diperoleh dari pengujian beton uji kubus.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan.
Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti
itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35
atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan perhatian
penuh kepada detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan.
Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang relatife lebih besar. Kurva
tegangan-regangan pada gambar dibelakang menampilkan hasil yang dicapai dari
uji kompresi terhadap sejumlah silinder uji standar berumur 28 hari yang
kekuatannya beragam.
 Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3 -
2/3 kekuatan maksimum beton.
 Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva
tegangan-regangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan
beberapa masalah ketika kita melakukan analisis struktural terhadap konstruksi
beton karena perilaku konstruksi tersebut juga akan nonlinear pada tegangan-
tegangan yang lebih tinggi.
 Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapapun
besarnya kekuatan beton, semua beton akan mencapai kekuatatan puncaknya pada
regangan sekitar 0,002.
 Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan tetap
bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada regangan
sekitar 0,003 sampai 0,004.
 Banyak pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan-
regangan untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva serupa
untuk sisi balok yang mengalami tekan.
 Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail
daripada beton berkekuatan lebih tinggi – artinya, beton-beton yang lebih lemah
akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum mengalami kegagalan.

2. Modulus Elastisitas Statis


Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik
dan perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi
mengenai modulus elastisitas :
a. Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik
asal dari kurva.
b. Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis
singgung) pada kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva,
misalnya pada 50% dari kekuatan maksimum beton.
c. Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik
pada kurva tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari
kekuatan tekan maksimumnya disebut Modulus sekan.
d. Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau
modulus jangka panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan
regangan yang diperoleh setelah beban diberikan selama beberapa waktu.

3. Modulus elastisitas dinamis


Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan-
regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya
biasanya lebih besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-
kira sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya
dipakai pada analisa struktur dengan beban gempa atau tumbukan.
4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut
sebagai Perbandingan Poisson(Poisson’s ratio). Nilainya bervariasi mulai dari
0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai
rata-rata 0,16. Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai perbandingan
ini dengan nilai-nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran
agregat, dan sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh
dari perbandingan poisson ini tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari
perbandingan harus diperhatikan ketika kita menganalisis dan mendesain
bendungan busur, terowongan, dan struktur-struktur statis tak tentu lainnya.
5. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan
utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh
retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima
beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga
memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok
menerima beban
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap
merupakan sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar
retak yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu akan
mengurangi jumlah lendutan. (Karena kuat tarik beton tidak besar, hanya sedikit
usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton.
Namun, berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai
modulus elastisitas tarik beton sama dengan modulus elatisitas tekannya.)
Selanjutnya, anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan
menahan tegangan tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang
menahannya. Alasannya adalah bahwa beton akan mengalami retak pada
regangan tarik yang begitu kecil sehingga tegangan-tegangan rendah yang
terdapat pada baja hingga saat itu akan membuat penggunaannya menjadi tidak
ekonomis. Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimitnya
fc’. Meskipun demikian, kuat tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap
akar kuadrat dari fc’. Kuat tarik ini cukup sulit untuk diukur dengan beban-beban
tarik aksial langsung akibat sulitnya memegang spesimen uji untuk menghindari
konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan beban-beban
tersebut. Sebagai akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak
tidak langsung untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus
keruntuhan dan uji pembelahan silinder. Kuat tarik beton pada waktu mengalami
lentur sangat penting ketika kita sedang meninjau retak dan lendutan pada balok.
Untuk tujuan ini, kita selama ini menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji
modulus-keruntuhan. Modulus keruntuhan biasanya dihitung dengan cara
membebani sebuah balok beton persegi (dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m
dari as ke as) tanpa-tulangan berukuran 15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh
dengan beban terpusat yang besarnya sama pada 1/3 dari titik-titik pada balok
tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam ASTM C-78. Beban ini terus
ditingkatkan sampai keruntuhan terjadi akibat retak pada bagian balok yang
mengalami tarik. Modulus keruntuhannya fr ditentukan kemudian dari rumus
lentur.
Tegangan yang ditentukan dengan cara ini tidak terlalu akurat karena dalam
menggunakan rumus lentur kita mengasumsikan beton berada dalam keadaan
elastic sempurna dengan tegangan yang berbanding lurus terhadap jarak dari
sumbu netral.
6. Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul
murni tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit. Akibatnya,
pengujian kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai
leleh yang terletak di antara 1/3 sampai 4/5 dari kuat tekan maksimumnya.
7. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan
persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur
beton.
D. Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang
memikul beban dari balok induk maupun balok anak. Kolom meneruskan beban
dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah
melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur yang mendukung beban
dari atap, balok dan berat sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur
kolom menerima beban vertical yang besar, selain itu harus mampu menahan
beban-beban horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh
terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi
kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas
pembebanan yang terjadi.

E. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban
vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang
diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di
atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan gempa. Balok
merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul
beban tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena
itu perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk
suatu struktur bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala
besar.
F. Pengantar Gempa
Kerak bumi terdiri dari beberapa lapisan tektonik keras yang disebut litosfer
yang mengapung di atas medium fluida yang lebih lunak yang disebut mantle,
sehingga kerak bumi ini dapat bergerak. Teori yang dipakai untuk menerangkan
pergerakan-pergerakan kerak bumi tersebut adalah teori perekahan dasar laut (Sea
Floor Spreading Theory) yang dikembangkan oleh F. V. Vine dan D. H. Mathews
pada tahun 1963 (Irsyam, 2005). Bersatunya masa batu atau pelat satu sama lain
dicegah oleh gaya-gaya friksional, apabila tahanan ultimate friksional tercapai
karena ada gerakan kontinyu dari fluida dibawahnya dua pelat yang akan
bertumbukan satu sama lain akan menimbulkan gerakan tiba-tiba yang bersifat
transient yang menyebar dari satu titik kesuatu arah yang disebut gempa bumi.
Gempa bumi yang menimbulkan kerusakan yang paling luas adalah gempa
tektonik. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh terjadinya pergeseran kerak bumi
(lithosfer) yang umumnya terjadi didaerah patahan kulit bumi.
Dalam beberapa dekade belakangan, para insinyur struktur mulai mengalami
kemajuan yang berarti dalam memahami perilaku struktur terhadap beban
gempa. Kemajuan ini dikombinasikan dengan hasil penelitian modern yang
membuat para insinyur struktur dapat mendesain suatu struktur yang aman ketika
mengalami bebangempa yang besar, selain itu dapat pula mendesain bangunan
yang tetap dapat terus beroperasi selama dan setelah gempa terjadi. Struktur suatu
bangunan bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada
struktur tersebut, diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi
adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban
lateral adalah beban angin dan beban gempa.
Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan
mengalami pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan tanah
tersebut menimbulkan percepatan sehingga struktur yang memiliki massa akan
mengalami gaya berdasarkan rumus F = m x a. Namun struktur pada umumnya
memiliki faktor keamanan yang cukup dalam menahan gaya vertikal
dibandingkan dengan gaya gempa lateral.
Struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih
tingkat diatasnya serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya
gempa lateral bekerja pada setiap pusat massa lantai.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga
kriteria standar sebagai berikut:
a. Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
b. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural
tapi bukan merupakan kerusakan structural
c. Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada
gempa kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan
runtuh.
Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas
beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur
yang mengalaminya, dan oleh kekuatan lebih yang terkandung didalam struktur
tersebut. Peluang dilampauinya beban nominal tersebut dalam kurun waktu umur
gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya adalah gempa
rencana dengan periode ulang 500 tahun. Tingkat daktilitas struktur gedung dapat
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih (f1) untuk
struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban
gempa nominal adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan
terjadinya pelelehan pertama didalam struktur gedung, kemudian direduksi
dengan faktor kuat lebih (f1).
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami
simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat
beban gempa diatas beban gempa yang menyebabkan terjadinya
pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup,
sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam
kondisi diambang keruntuhan.
1. Analisis Beban Gempa
Struktur beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah
nominal statik ekivalen (V) yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut
persamaan di bawah ini:

Dimana C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra
gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat total
gedung termasuk beban hidup yang sesuai, R adalah faktor reduksi gempa, dan I
adalah faktor keutamaan. Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi
yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i.

Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap
sebagai beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0.9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen.

2. Respon Spektra

Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu


berupa beban geser dasar nominal statik ekivalen pada struktur gedung beraturan
atau gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik ragam pertama pada
struktur gedung tidak beraturan, untuk masing-masing wilayah gempa ditetapkan
respon spektra gempa rencana. Respon spektra adalah suatu diagram yang
memberi hubungan antara percepatan respon maksimum suatu sistem Satu Derajat
Kebebasan (SDK) akibat suatu gempa masukan tertentu, sebagai fungsi dari
faktor redaman (dumping) dan waktu getar alami sistem SDK tersebut (T).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif
lebih tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan
air, Struktur beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan
biaya pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton
biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis, kemampuannya untuk
dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit semen dan
tulangan baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun
konstruksi beton bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai
kuat tarik yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk
menahan beton tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat
beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas
dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-
Regangan.
B. Saran

Kepada pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan


mampu mamahami dasar-dasar dari beton bertulang, kalaupun didalam makalah
ini terdapat materi yang bertentangan dengan materi sebenarnya agar memberikan
koreksi untuk memperbaiki penyusunan makalah yang sangat sederhana ini
DAFTAR PUSTAKA

Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta :
Pusat Peterbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 258-266

Anda mungkin juga menyukai