Deforestasi adalah perusakan permanen hutan untuk membuat lahan yang tersedia untuk penggunaan lain. Diperkirakan 18 juta acre (7,3 juta hektar) hutan, yang kira-kira seukuran negara Panama, hilang setiap tahun, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB. Deforestasi terjadi di seluruh dunia, meskipun hutan hujan tropis secara khusus merupakan target utama. NASA memprediksi bahwa jika tingkat deforestasi saat ini terus berlanjut, hutan hujan dunia mungkin sama sekali musnah dalam waktu 100 tahun. Negara-negara dengan deforestasi yang signifikan termasuk Brazil, Indonesia, Thailand, Republik Demokratik Kongo dan bagian lain dari Afrika, dan sebagian Eropa Timur, menurut GRID-Arendal, sebuah kolaborasi pusat Program Lingkungan PBB. Negara dengan deforestasi paling tinggi adalah Indonesia. Sejak abad terakhir, Indonesia telah kehilangan setidaknya 15.790.000 hektar lahan hutan, menurut sebuah studi oleh US University of Maryland dan Institut Sumber Daya Dunia. Deforestasi dianggap salah satu faktor yang berkontribusi terhadap perubahan iklim global. Menurut Michael Daley, profesor ilmu lingkungan di Lasell Tinggi di Newton, Massachusetts, masalah No 1 disebabkan oleh deforestasi adalah dampak pada siklus karbon global. Molekul gas yang menyerap radiasi inframerah termal disebut gas rumah kaca. Jika gas rumah kaca dalam jumlah cukup besar, mereka bisa memaksa perubahan iklim, menurut Daley. Sementara oksigen (O2) adalah gas yang paling berlimpah kedua di atmosfer kita, tidak menyerap radiasi inframerah termal, seperti yang dilakukan gas rumah kaca. Karbon dioksida (CO2) adalah gas rumah kaca yang paling umum. Pada tahun 2012, CO2 menyumbang sekitar 82 persen dari semua gas rumah kaca AS, menurut Badan Perlindungan Lingkungan (EPA). Pohon dapat membantu sekitar 300 miliar ton karbon, 40 kali emisi gas rumah kaca tahunan dari bahan bakar fosil, disimpan di pohon, menurut Greenpeace.
2. Rehabilitasi Lahan dengan Pengembangan Agroforestry
Rehabilitasi lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungannya (Wahono, 2002 : 3). Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem keidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan Reboisasi, Penghijauan, Pemeliharaan, Pengayan tanaman, atau Penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis da tidak produktif. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk : Mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh manusia, ternak, kebakaran, daya – daya alam, hama serta penyakit. Mempertahankan dan menjaga hak–hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, hasil hutan, inventarisasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.