Anda di halaman 1dari 2

NAMA : LESLIE SELVIANA PURBA

BP : 1610243008

DEGRADASI LAHAN AKIBAT DEFORESTRASI

1. Deforestrasi dan Dampak Lingkungan


Deforestasi adalah perusakan permanen hutan untuk membuat lahan yang
tersedia untuk penggunaan lain. Diperkirakan 18 juta acre (7,3 juta hektar) hutan,
yang kira-kira seukuran negara Panama, hilang setiap tahun, menurut Organisasi
Pangan dan Pertanian (FAO) PBB.
Deforestasi terjadi di seluruh dunia, meskipun hutan hujan tropis secara
khusus merupakan target utama. NASA memprediksi bahwa jika tingkat
deforestasi saat ini terus berlanjut, hutan hujan dunia mungkin sama sekali
musnah dalam waktu 100 tahun. Negara-negara dengan deforestasi yang
signifikan termasuk Brazil, Indonesia, Thailand, Republik Demokratik Kongo dan
bagian lain dari Afrika, dan sebagian Eropa Timur, menurut GRID-Arendal,
sebuah kolaborasi pusat Program Lingkungan PBB. Negara dengan deforestasi
paling tinggi adalah Indonesia. Sejak abad terakhir, Indonesia telah kehilangan
setidaknya 15.790.000 hektar lahan hutan, menurut sebuah studi oleh US
University of Maryland dan Institut Sumber Daya Dunia.
Deforestasi dianggap salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
perubahan iklim global. Menurut Michael Daley, profesor ilmu lingkungan di
Lasell Tinggi di Newton, Massachusetts, masalah No 1 disebabkan oleh
deforestasi adalah dampak pada siklus karbon global. Molekul gas yang menyerap
radiasi inframerah termal disebut gas rumah kaca. Jika gas rumah kaca dalam
jumlah cukup besar, mereka bisa memaksa perubahan iklim, menurut Daley.
Sementara oksigen (O2) adalah gas yang paling berlimpah kedua di atmosfer kita,
tidak menyerap radiasi inframerah termal, seperti yang dilakukan gas rumah kaca.
Karbon dioksida (CO2) adalah gas rumah kaca yang paling umum. Pada tahun
2012, CO2 menyumbang sekitar 82 persen dari semua gas rumah kaca AS,
menurut Badan Perlindungan Lingkungan (EPA). Pohon dapat membantu sekitar
300 miliar ton karbon, 40 kali emisi gas rumah kaca tahunan dari bahan bakar
fosil, disimpan di pohon, menurut Greenpeace.

2. Rehabilitasi Lahan dengan Pengembangan Agroforestry


Rehabilitasi lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan
kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara
optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai
unsur perlindungan alam dan lingkungannya (Wahono, 2002 : 3).
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,
Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan
dan meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan
peranannya dalam mendukung sistem keidupan tetap terjaga. Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan Reboisasi,
Penghijauan, Pemeliharaan, Pengayan tanaman, atau Penerapan teknik konservasi
tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis da tidak produktif.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,
penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga
hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi
produksi tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan dan kawasan
hutan merupakan usaha untuk :
Mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan kawasan hutan dan hasil
hutan yang disebabkan oleh manusia, ternak, kebakaran, daya – daya alam, hama
serta penyakit.
Mempertahankan dan menjaga hak–hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, hasil hutan, inventarisasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Anda mungkin juga menyukai