Anda di halaman 1dari 38

Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar

Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun 2015

2.1. TINJAUAN KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


KABUPATEN TAKALAR

Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) Kabupaten Takalar Tahun 2012 – 2031, maka arahan kebijakan
Tata Ruang Kabupaten Takalar yang terkait dengan pemanfaatan ruang untuk
pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) antara lain meliputi :
A. Rencana Kawasan Lindung pada kawasan perlindungan setempat,
meliputi :
 Kawasan sempadan sungai, ditetapkan di Sungai Pappa, dan Sungai
Gamanti dengan ketentuan:
- Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling
sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
- Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus)
meter dari tepi sungai; dan
- Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh)
meter dari tepi sungai.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 1
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

 Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud, berupa Ruang


Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) yang ditetapkan
menyebar dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis,
sosial budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH publik
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH privat paling sedikit 10%
(sepuluh persen) dari luas kawasan perkotaan Kabupaten Takalar.
B. Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang
 Arahan Peraturan Zonasi untuk Pusat Kegiatan Kawasan Perkotaan,
meliputi :
- Pengembangan kawasan perkotaan yang memiliki kualitas daya
dukung lingkungan rendah dan kualitas pelayanan prasarana dan
sarana rendah; dan
- Penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas
kawasan perkotaan di sekitarnya.
 Arahan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Prasarana dan
Infrastruktur lainnya, meliputi :
- Pemanfaatan ruang pengawasan jalan dengan KDH paling rendah
30% (tiga puluh persen).
- Pemanfaatan ruang sisi jalan bebas hambatan untuk ruang
terbuka harus bebas pandang bagi pengemudi dan memiliki
pengamanan fungsi jalan.
- Terminal penumpang tipe B, terminal penumpang tipe C dan
terminal barang dilengkapi dengan RTH yang penyediaannya
diserasikan dengan luasan terminal.
C. Arahan Peraturan Zonasi Pola Ruang
 Arahan peraturan zonasi untuk kawasan lindung terdiri atas:
• Arahan peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat
untuk sempadan sungai dan RTH kota terdiri atas:

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 2
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

- Kegiatan pemanfaatan sempadan sungai untuk RTH, kegiatan


penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian
bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana;
- Kegiatan pemanfaatan ruang untuk fungsi resapan air,
pemakaman, olahraga di ruang terbuka, dan evakuasi
bencana;
- Kegiatan rekreasi, pembibitan tanaman, pendirian bangunan
fasilitas umum, yang tidak mengganggu fungsi RTH kota
sebagai kawasan perlindungan setempat; dan
- Kegiatan pendirian stasiun pengisian bahan bakar umum dan
kegiatan sosial dan ekonomi lainnya yang mengganggu fungsi
RTH kota sebagai kawasan lindung setempat.
• Arahan peraturan zonasi kawasan rawan bencana terdiri atas:
- Kegiatan penghijauan, reboisasi, pendirian bangunan tanggul,
drainase, pintu air, sumur resapan dan lubang biopori, serta
penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana;
- Kegiatan mengubah aliran sungai antara lain memindahkan,
mempersempit, dan menutup aliran sungai, kegiatan
menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi
bencana, serta kegiatan yang berpotensi menyebabkan
terjadinya bencana banjir; dan
- Penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
 Penanganan sedimentasi di muara saluran/sungai yang
bermuara di laut melalui proses pengerukan;
 Penyediaan saluran drainase yang memperhatikan
kemiringan dasar saluran dan sistem/sub sistem daerah
pengaliran; dan
 Penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 3
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

• Arahan peraturan zonasi kawasan sempadan mata air meliputi:


- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan kawasan
sekitar mata air untuk RTH dan kegiatan mempertahankan
fungsi kawasan mata air;
- Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi kegiatan
pariwisata, pertanian dengan jenis tanaman yang tidak
mengurangi kekuatan struktur tanah, dan kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi kawasan mata air; dan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
menimbulkan pencemaran mata air serta kegiatan yang
dapat mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi
kawasan mata air.
 Arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya terdiri dari:
• Arahan peraturan zonasi untuk kawasan permukiman perkotaan
meliputi:
- Kegiatan perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang,
dan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
perumahan sesuai dengan penetapan amplop bangunan,
penetapan tema arsitektur bangunan, penetapan
kelengkapan bangunan lingkungan serta penetapan jenis dan
syarat penggunaan bangunan yang diizinkan;
- Kegiatan lainnya meliputi pemanfaatan ruang secara terbatas
untuk mendukung kegiatan permukiman beserta prasarana
dan sarana lingkungan;
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi
bencana serta kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan;
- Penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 4
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

o Penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen)


dari luas kawasan perkotaan.
o Penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan
yang meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian
bangunan, dan GSB terhadap jalan.

2.2. GEOFISIK DASAR WILAYAH KABUPATEN TAKALAR

1) Geografi dan Administrasi


Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis
Kabupaten Takalar berada pada posisi 5O3’ – 5O38’ Lintang Selatan dan 119O22’
– 119O39’ Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2.
Secara adminitrasi Kabupaten Takalar berbatasan dengan wilayah :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Gowa dan Kab. Jeneponto
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar
• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores
Wilayah administrasi Kabupaten Takalar pada Tahun 2013 terdiri atas 9
kecamatan. Wilayah kecamatan baru hasil pemekaran adalah Kecamatan
Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan
Kecamatan Galesong yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan
Galesong Selatan. Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan
wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan
luas kurang lebih 212,25 Km2, atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten
Takalar, sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah
Kecamatan Galesong Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau
sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-masing
kecamatan di Kabupaten Takalar, diuraikan pada tabel dan gambar berikut.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 5
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Takalar Berdasarkan Jumlah


Kecamatan Tahun 2013
Luas Porsentase Jumlah Desa/
No Kecamatan Ibukota
(Km2) (%) Kelurahan
1 Mangarabombang 100,50 17,74 12 Mangadu
2 Mappakasunggu 45,27 7,99 4 Cilallang
3 Sanrobone 29,36 5,18 4 Sanrobone
Polombangkeng
4 88,07 15,55 8 Bulukunyi
Selatan
5 Pattallassang 25,31 4,47 8 Pattallassang
6 Polombangkeng Utara 212,25 37,47 15 Palleko
7 Galesong 25,93 4,58 11 Galesong Kota
8 Galesong Selatan 24,71 4,36 8 Bonto Kassi
9 Galesong Utara 15,11 2,67 7 Bonto Lebang
Jumlah 566,51 100,00 77 -
Sumber : Kabupaten Takalar Dalam Angka 2014

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Takalar

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 6
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

2) Topografi dan Kemiringan Lereng


Wilayah Kabupaten Takalar berada pada ketinggian 0 – 1000 meter
diatas permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan relatif datar,
bergelombang hingga perbukitan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Takalar
merupakan daerah dataran dan wilayah pesisir dengan ketinggian 0 – 100
mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km2. Sedangkan
selebihnya merupakan daerah perbukitan dan berada pada ketinggian diatas
100 mdpl, yaitu sekitar 78,73 Km2, kondisi sebagian besar terdapat pada
Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data
yang diperoleh dan hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan
kelerengan Kabupaten Takalar sangat bervariasi, yang secara umum berada
pada kisaran 0 - 2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 – 40% dan > 40%.
Kondisi topografi tersebut memiliki potensi untuk pengembangan
beberapa kegiatan perekonomian masyarakat seperti pertanian, perikanan,
perkebunan, peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial
ekonomi lainnya. Wilayah Kecamatan Polombangkeng Utaran dan Wilayah
Kecamatan Polombangkeng Selatan selain memiliki wilayah dataran dan
sebagian kecil wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki lereng dengan
kemiringan 15-40% yang luasnya kurang lebih 78,73 Km2 atau 13% dari luas
wilayah kabupaten. kondisi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
perkembangan perkebunan.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 7
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Tabel 2.2. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut di


Kabupaten Takalar, Tahun 2013
Luas (Ha) Jumlah
No Kecamatan
0-100 mdpl 100-500 mdpl > 500 mdpl (Ha)
1 Mangarabombang 10.050 - - 10.050
2 Mappakasunggu 4.527 - - 4.527
3 Sanrobone 2.936 - - 2.936
4 Polombangkeng Selatan 7.960 847 - 8.807
5 Pattallassang 2.531 - - 2.531
6 Polombangkeng Utara 14.199 6.904 122 21.225
7 Galesong 2.593 - - 2.593
8 Galesong Selatan 2.471 - - 2.471
9 Galesong Utara 1.511 - - 1.511,00
Jumlah 48.778 7.751 122 56.651
Prosentase (%) 86,10 13,68 0,22 100
Sumber : Kabupaten Takalar Dalam Angka 2014

Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi


suatu wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak
mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun,
kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap
konstruksi bangunan.
Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan fungsi kawasan, untuk diarahkan sebagai kawasan lindung atau
kawasan budidaya. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti
persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan
kemiringan dibawah 15%, sedangkan lahan dengan kemiringan diatas 40% akan
sangat sesuai untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan
hutan. Karakteristik tiap kemiringan lereng diuraikan sebagai berikut :
• Kelerengan 0% - 5% dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan
kecil.
• Kelerengan 5% - 10% dapat digunakan untuk kegiatan perkotaan dan
pertanian, namun bila terjadi kesalahan dalam pengelolaannya masih
mungkin terjadi erosi.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 8
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

3) Struktur Geologi
Struktur geologi Kabupaten Takalar dipengaruhi oleh formasi camba,
terobosan, gung api cindako, formasi tonasa dan endapan aluvium. Masing
masing formasi batuan tersebut memiliki karakteristik yang membentuk
struktur tanah dan batuan, antara lain :
• Formasi Terobosan, terbentuk atas batuan basal
• Formasi Gunung Api–Cindako, terbentuk atas batuan lava-breksi-tufa-
konglomerat dan terutama lava
• Formasi Camba terbentuk atas sendimen laut berselingan
• Formasi Tonasa terbentuk atas batuan gamping
• Endapan alivium dan pantai, terbentuk atas kerikil, pasir, lempung, dan
lumpur.
Jenis batuan atau geologi Kabupaten Takalar terdiri dari; Vulcanic
(batuan Vulkanik), batuan ini merupakan batuan tertua yang telah mengalami
perubahan, sebagian besar batu kapur terbentang sepanjang pantai
perbatasan Takalar dengan Jeneponto. Gunung Api Baturape – Cindako
merupakan batuan vulkanik basal yang terdiri dari lava dan batuan piroklastik
yang bersilangan dengan tufa dan batu pasir. Batuan ini tersebar luas di
wilayah pegunungan dan daerah dataran (jelasnya lihat gambar 3.3). Lapisan
batuan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang rendah. Batuan Instrusif
terdiri atas batuan basal mulai dari dolerit, diorit, gabbro hingga diabase.
4) Jenis Tanah
Keadaan jenis tanah Kabupaten Takalar secara umum termasuk dalam
golongan stadium dewasa dengan tekstur permukaan halus, umunya kondisi
tanah tersebut dipengaruhi fromasi pada pegunungan Bawakaraeng dan
Lompobattang. Tatanan statigrafi pada umumnya terdiri dari endapan
Aluvium, Miosen tengah-akhir serta Eosen akhir-Miosen tengah dengan sedikit
terobosan Andesit. Endapan Aluvium terdiri dari lempung, pasir, lumpur,
kerikil dan bongkah batuan yang tidak padu (lepas). Endapan ini berasal dari

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 9
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

hasil desintegrasi batuan yang lebih tua. Struktur tanah yang terbentuk
meliputi jenis tanah entisol, inceptisol, molisol, dan ultisol.
Tabel 2.3. Klasifikasi Jenis Tanah di Rinci Menurut Kecamatan
Luas Jenis Tanah (Ha)
No Kecamatan
Inceptiol Ultisol Molisol Entisol
1 Mangarabombang 6.970,25 847,24 451,34 1.525,74
2 Mappakasunggu 1.154,83 - - 3.896,18
3 Sanrobone 1.869,76 - - -
Polombangkeng
4
Selatan 6.041,31 2.705,62 - -
5 Patallassang 1.814,24 - - -
6 Polombangkeng Utara 14.975,05 7.686,92 - -
7 Galesong 2.320,27 - - 86,29
8 Galesong Selatan 1.910,23 - - 73,62
9 Galesong Utara 2.029,48 - - -
Jumlah 39.085,42 11.239,79 451,34 5.581,83
Sumber : RTRW Mamminasata Tahun 2007 dan Analisis GIS Tahun 2008

Morfologi dataran rendah dan pantai terdapat di sebelah barat,


memanjang dari utara ke selatan dan pada umumnya diisi oleh endapan
sedimen Sungai dan pantai berpotensi pengembangan pertanian dan
perikanan (tambak). Sedangkan morfologi perbukitan dengan ketinggian ± 50
– 200 meter dari permukaan laut yang berada pada bagian tengah ke arah
Timur dan Selatan pada umumnya wilayah perbukitan yang berpotensi untuk
pengembangan perkebunan.
5) Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan diarahkan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem serta untuk mempertahankan
kemampuan lingkungan hidup. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka
pemanfaatan sumberdaya alam harus memperhatikan aspek konservasi dan
pelestariannya agar pembangunan dapat dilanjutkan. Untuk itu perlu
diidentifikasi sejauh mana potensi sumberdaya alam yang ada serta tingkat
pemanfaatannya.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 10
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Secara umum sumberdaya alam ini mencakup sumberdaya lahan,


sumberdaya mineral dan sumberdaya air. Sedangkan sumberdaya lainnya akan
dibahas tersendiri pada sub bagian di depan, seperti sumberdaya hutan dan
kawasan pesisir pantai.
Sumberdaya lahan di Kabupaten Takalar dapat terlihat dari kondisi
tutupan lahan atau pemanfaatan lahan yang terbentuk. Pada dasarnya
pembentukan pola pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh faktor fisik lahan
seperti letak geografis, struktur geologi dan tanah, klimatologi wilayah, dan
sektor kegiatan ekonomi masyarakat. Sumber data yang diperoleh tidak
menguraikan kondisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Takalar, sehingga
untuk melakukan identifikasi struktur pemanfaatan lahan dilakukan
pendekatan analisis GIS. Pemanfaatan lahan yang terbentuk hingga saat ini di
Kabupaten Takalar terdiri atas lahan hutan, persawahan, perkebunan rakyat,
tambak, permukiman, pada rumput/alang-alang dan lain sebagainya. Dominasi
pemanfaatan lahan pertanian lahan basah Mencapai sekitar 32.442,53 Ha atau
sekitar 57,27% dari total luas wilayah Kabupaten Takalar.
Tabel 2.4. Kondisi Penggunaan Lahan Kabupaten Takalar Tahun 2013

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Tubuh Air (Embung) 33,24 0,06


2 Lahan Terbuka 6.208,38 10,96
3 Tambak 2.916,78 5,15
4 Semak Belukar 11.880,70 20,97
5 Rawa 467,79 0,83
6 Pertanian Lahan Basah 32.442,53 57,27
7 Permukiman 903,19 1,59
8 Perkebunan 15,45 0,03
9 Hutan 1.506,26 2,66
10 Lainnya 276,67 0,49
Jumlah 56.651,00 100
Sumber : Analisis Tim Tahun 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 11
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Gambar 2.2. Peta Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Takalar

6) Kependudukan
Distribusi penduduk terkait dengan jumlah penduduk yang mendiami
suatu wilayah atau pengelompokan jumlah penduduk yang didasarkan pada
batasan administrasi wilayah yang bersangkutan. Jumlah penduduk yang
terdistribusi pada suatu wilayah, akan mempengaruhi tingkat konsentrasi
pelayanan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan
penduduk pada wilayah tersebut.
Penduduk Kabupaten Takalar berdasarkan data yang diperoleh Tahun
2013 berjumlah 280.600 jiwa yang tersebar di 9 kecamatan, dengan jumlah
penduduk terbesar berada di Kecamatan Polombangkeng Utara, yakni 47.693
jiwa. Rasio jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki perkabupaten, dimana 129.599 jiwa

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 12
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

berjenis kelamin laki-laki dan 140.004 jiwa berjenis kelamin perempuan.


Dengan angka rasio jenis kelamin 92,57 (93), dapat diartikan bahwa setiap 100
orang berjenis kelamin perempuan terdapat 93 orang berjenis kelamin laki-
laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten Takalar pada tahun 2010 mencapai
476 jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Galesong Utara, dengan tingkat kepadatan mencapai 2.380
jiwa/km2, dan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah berada di
Kecamatan Polombangkeng Utara dengan angka kepadatan 216 jiwa/km2.
Secara rinci diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 2.5. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kab. Takalar Tahun 2013
Jumlah
Luas Prosentase Kepadatan
No Kecamatan Penduduk
(Km2) (%) (Jiwa/Km2)
(Jiwa)
1 Mangarabombang 100,50 36.689 14,12 365
2 Mappakasunggu 45,27 15.139 5,75 334
3 Sanrobone 29,36 13.276 5,06 452
4 Polombangkeng Selatan 88,07 26.754 10,00 304
5 Patalassang 25,31 34.729 12,38 1.372
6 Polombangkeng Utara 212,25 45.825 16,91 216
7 Galesong 25,93 37.371 13,70 1.441
8 Galesong Selatan 24,71 23.854 8,85 965
9 Galesong Utara 15,11 35.966 13,23 2.380
Jumlah 566,51 269.603 100,00 476
Sumber : Kabupaten Takalar Dalam Angka Tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan distribusi dan tingkat kepadatan penduduk


masing-masing kecamatan tidak merata, akumulasi kepadatan penduduk
Kabupaten Takalar mencapai 445 jiwa/Km2. Tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Galesong Utara yaitu 2.208 jiwa/Km2,
kemudian disusul oleh Kecamatan Galesong dengan kepadatan 1.332 jiwa/Km2,
dan Kecamatan Pattalassang dengan kepadatan 1.234 jiwa/Km2. Sedangkan
tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Polombangkeng
Utara dengan kepadatan rata-rata 201 jiwa/Km2.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 13
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Secara kuantitas tingkat kepadatan penduduk tersebut dipengaruhi


oleh perbandingan jumlah penduduk yang mendiami setiap kecamatan
terhadap luasan (perubahan luas) wilayah kecamatan. Sedangkan secara
keruangan, pada dasarnya distribusi dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Takalar dipengaruhi oleh sistem pelayanan dan penyediaan sarana dan
prasarana penunjang, serta kemudahan aksesibilitas terhadap Kota Makassar,
sehingga distribusi penduduk lebih terkonsentrasi pada Kecamatan Galesong
Utara yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar.
7) Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan salah satu indikator utama
untuk mengukur kinerja perekonomian suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari
pada tahun sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka
diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan
turut meningkat. Indikator yang di gunakan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB).
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Takalar atas dasar harga
berlaku Tahun 2013 sekitar Rp. 1.837.602,23 juta dengan kontribusi terbesar
diberikan oleh sector pertanian yakni sebesar 45,89 persen. Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Takalar atas dasar harga konstan Tahun 2013
sekitar Rp 852.208,81 juta.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 14
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

2.3. GAMBARAN UMUM KAWASAN PERKOTAAN TAKALAR

A. Administrasi Kawasan Perkotaan Takalar


Pada dasarnya kawasan perencanaan adalah Kawasan Perkotaan
Takalar (Ibukota Kabupaten Takalar) didominasi oleh kegiatan pelayanan jasa
dan aktivitas perkotaan. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka kawasan
perencanaan dapat dideliniasi berdasarkan batasan fungsional. Kawasan
perencanaan berada pada Kecamatan Pattallassang yang mencakup 6 (enam)
kelurahan yaitu Kelurahan Pattallassang, Kelurahan Palantikang, Kelurahan
Pappa, Kelurahan Maradekaya, Kelurahan Kalabbirang dan Kelurahan
Sombalabella, dengan luas keseluruhan yaitu 1.905,00 Ha. Luas kawasan
perencanaan tersebut berdasarkan data hasil interpretasi citra satelit.
1. Letak Geografis
Secara geografis batasan kawasan perkotaan, meliputi:
 Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Polongbangkeng Utara;
 Sebelah timur berbatasan dengan Kec. Polongbangkeng Selatan;
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Mangarabombang; dan
 Sebelah barat berbatasan dengan Kec. Mappakasunggu dan
Kabupaten Gowa.
2. Topografi dan Kemiringan Lereng
Keadaan topografi menunjukkan salah satu karakteristik fisik
dalam melihat potensi fisik untuk pengembangan kota. Keadaan
topografi Kawasan Perkotaan Takalar pada umumnya relatif datar
berada pada kisaran 0 - 5%. Sedangkan berdasarkan ketinggian dari
permukaan air laut berkisar antara 5 - 25 meter diatas permukaan laut.
3. Kondisi Jenis Tanah
Daya dukung tanah di Kawasan Perkotaan Takalar umumnya
dalam kondisi baik, hal ini dapat terlihat dari struktur lapisan tanahnya,
dimana struktur tanah umunya dalah berpasir. Jenis tanah yang ada

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 15
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

adalah alluvial kelabu tua, coklat kelabu, gromosol kelabu tua, kompleks
podsolid coklat kekuningan serta regosol coklat kelabu dengan
kedalaman tanah efektif >90 cm dengan tekstur tanah yang halus.
4. Hidrologi
Keadaan hidrologi di Kawasan Perkotaan Takalar, berdasarkan
hasil observasi lapangan yang dilakukan ditemukan daerah-daerah
kawasan kota yang mengalami genangan periodik. Pada kondisi tertentu
terutama pada saat musim hujan dapat mengakibatkan ancaman banjir
perkotaan. Sumber air yang dimanfaatkan masyarakat Kawasan
Perkotaan Takalar berasal dari PDAM, air tanah dangkal dan dalam
(sumur artesis) dengan rata-rata kedalaman antara 5 - 10 m.
5. Tutupan Lahan
Kondisi tutupan lahan Kawasan Perkotaan Takalar secara umum
terdiri atas permukiman dan bangunan lainnya (perkantoran, perumahan
dan permukiman, pendidikan, jasa, fasilitas sosial), sawah, perkebunan
dan lahan yang tidak diusahakan atau lahan kosong. Pergesaran
pemanfaatan lahan Kawasan Perkotaan Takalar secara umum telah
mengalami perubahan yang cukup drastis, akibat terjadinya peningkatan
pembangunan aktivitas sosial ekonomi. Kondisi jenis dan luas tutupan
lahan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6. Tutupan Lahan Kawasan Perkotaan Takalar, Tahun 2013
JENIS TUTUPAN LAHAN
NO DESA/KEL.
Sawah Tegalan Pekarangan Perkebunan Tambak Lainnya
1 Pattallassang 70,34 35,34 116,75 - - 13,57

2 Palantikang 157,82 19,65 93,19 - 21,00 7,34

3 Pappa 304,53 54,11 48,58 10.00 3,00 14,78

4 Maradekaya 269,84 12,54 11,52 - - 3,10


5 Kalabbirang 162,56 12,61 173,31 - - 3,52
6 Sombalabella 117,52 7,11 158,51 - - 2,86
TOTAL 1.082,61 141,36 601,86 10,00 24,00 45,17
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 16
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Gambar 2.3. Peta Tutupan Lahan Kawasan Perkotaan Takalar

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 17
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

B. Ketersediaan Sarana Pelayanan Umum


1. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mewujudkan
sumberdaya manusia yang berkualitas. Mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan sarana dan
prasarana pendidikan
berupa sarana pendidikan.
Sarana pendidikan ini
merupakan suatu bentuk
pelayanan kebutuhan
pendidikan bagi penduduk Gambar: Sarana Pendidikan Tingkat SMU di
Kawasan Perkotaan Pattallassang
di Kawasan Perkotaan
Takalar. Sarana pendidikan yang tersedia di kawasan ini adalah
sarana pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Umum (SMU) dan Perguruan Tinggi (PT). Sebaran sarana
pendidikan tersebut terdistribusi ke seluruh kawasan perkotaan.
Perkembangan sarana pendidikan ini mempunyai pola yang
menyebar dan berada di sekitar jalan utama maupun di kawasan
permukiman. Pola perkembangan sarana pendidikan berdasarkan
tingkat pendidikan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 18
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Tabel 2.7. Jenis Fasilitas Pendidikan Kawasan Perkotaan Takalar, Th. 2013
SARANA PENDIDIKAN
JUMLAH
NO DESA/KEL. SMU/
TK SD SLTP MI MTs MA (UNIT)
SMK
1 Pattallassang 1 4 2 4/1 1 1 1 15
2 Palantikang 3 5 - - - - - 8
3 Pappa - 2 - 1 - - - 3
4 Maradekaya 1 3 - - 1 - - 5
5 Kalabbirang 6 7 2 - 2 - - 17
6 Sombalabella 3 5 1 1/2 2 1 1 16
TOTAL 14 26 5 9 6 2 2 64
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

2. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan mempunyai dua pola perkembangan,
yaitu perkembangan yang menyebar pada kawasan permukiman
disetiap kelurahan, terutama yang memiliki skala pelayanan
lingkungan maupun lokal dan yang memiliki pola perkembangan
yang memusat, terutama yang memiliki skala pelayanan kota. Jenis
sarana kesehatan antara lain Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Balai Pengobatan, Posyandu, Tempat Praktek Dokter,
dan apotek. Distribusi sarana kesehatan tersebut menyebar ke
seluruh kawasan perkotaan. Pola persebaran dan jumlah sarana
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.8. Jenis Fasilitas Kesehatan Kawasan Perkotaan Takalar, Th. 2013
SARANA PENDIDIKAN
JUMLAH
NO DESA/KEL. Puskesmas/
Rumah Sakit Posyandu (UNIT)
Pustu/ Poskedes
1 Pattallassang - 1 5 6
2 Palantikang - 1 7 8
3 Pappa - 1 4 5
4 Maradekaya - 3 6 9
5 Kalabbirang - - 4 4
6 Sombalabella 1 1 5 7
TOTAL 1 7 31 39
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 19
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

3. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan di Kawasan Perkotaan Takalar, terdiri
dari mesjid, dan mushallah. Sedangkan tempat ibadah untuk
agama lain
tidak ada di
wilayah ini.

Gambar: Sarana Ibadah (Mesjid) di Kawasan Perkotaan Takalar


Pola
perkembangan sarana ini menyebar di kawasan permukiman.
Sarana peribadatan berupa mesjid secara umum tersebar di
seluruh unit permukiman yang ada di Kawasan Perkotaan Takalar.
Ketersediaan sarana peribadatan ini dimaksudkan untuk melayani
kebutuhan ibadah bagi pemeluknya. Secara umum, penduduk
Kawasan Perkotaan Takalar didominasi oleh pemeluk Agama Islam,
sehingga fasilitas ibadah yang dominan adalah mesjid.
Tabel 2.9. Jenis Fasilitas Peribadatan Kawasan Perkotaan Takalar, Th. 2013
SARANA PENDIDIKAN JUMLAH
NO DESA/KEL.
Mesjid Langgar Gereja Lainnya (UNIT)
1 Pattallassang 4 3 - - 7
2 Palantikang 8 1 - - 9
3 Pappa 5 1 - - 6
4 Maradekaya 5 - - - 5
5 Kalabbirang 6 5 - - 11
6 Sombalabella 7 6 - - 13
TOTAL 35 16 - - 51
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 20
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

4. Sarana Olahraga
Sarana olahraga selain digunakan sebagai wadah untuk
kegiatan berolah raga juga dapat difungsikan sebagai sarana
rekreasi atau tempat bermain, serta berfungsi sebagai ruang
terbuka. Selain
itu sarana
olahraga juga
dapat Gambar: Sarana Olahraga (Lap. Sepak Bola & Volley Ball) di
Kawasan Perkotaan Takalar
digunakan
untuk berbagai kegiatan seperti upacara, kegiatan adat dan
kegiatan bersifat umum lainnya. Sarana ini dapat berupa taman,
lapangan olah raga, gedung serba guna dan lain sebagainya.
Fasilitas olah raga dan rekreasi dibagi dalam dua jenis, yaitu fasilitas
olah raga/rekreasi tertutup (in door) dan fasilitas olahraga/rekreasi
terbuka (out door). Hasil pengamatan lapangan yang dilakukan
menunjukkan sarana olahraga di Kawasan Perkotaan Takalar terdiri
dari lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan bulu tangkis
dan lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga.
Tabel 2.10. Jenis Fasilitas Olah Raga Kawasan Perkotaan Takalar, Th. 2013
SARANA PENDIDIKAN
JUMLAH
NO DESA/KEL. Sepak Bola Tennis Bulu Tenis
Lainnya (UNIT)
Bola Volly Lapangan Tangkis Meja
1 Pattallassang - - - - - - -
2 Palantikang 1 - - - - - 1
3 Pappa - - - - - - -
4 Maradekaya 1 1 - - - - 2
5 Kalabbirang 1 3 5 2 2 2 15
6 Sombalabella - - - - - - -

TOTAL 3 4 5 2 2 2 18
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 21
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

5. Sarana Perdagangan dan Jasa


Kawasan Perkotaan Takalar cenderung berkembang lebih
cepat, hal ini dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi masyarakat,
seperti pada sektor perdagangan dan jasa. Hal ini tidak terlepas
dari posisi Kawasan Perkotaan Takalar yang merupakan ibukota
kabupaten. Sektor perdagangan memiliki peran yang sangat
strategis dalam meningkatkan perekonomian, yang didukung oleh

Gambar: Sarana Perdagangan & Jasa (Pasar Pattallassang, Bank Sulselbar, & Komp.
Pertokoan) di Kawasan Perkotaan Takalar

sarana dan prasarana pergadangan (pasar), toko dan kegiatan


usaha perdagangan lainnya. Kegiatan perdagangan dan jasa di
Kawasan Perkotaan Takalar menunjukkan perkembangan,
terutama yang terdapat pada koridor-koridor jalan utama.
Perkembangan perdagangan yang ada di wilayah ini mempunyai
skala pelayanan lingkungan, dan lokal.
Hasil survey lapangan memperlihatkan adanya berbagai
sarana perdagangan yang ada Kawasan Perkotaan Takalar, seperti
warung/kios, pertokoan, pasar, bengkel, jasa perbankan, koperasi,
dll. Terdapat bank, pegadaian dan beberapa sarana perdagangan
dan jasa lainnya. Pola penyebaran sarana ini, terfokus pada jalan
utama di wilayah Kawasan Perkotaan Takalar. Untuk lebih jelasnya,
jumlah dan sebaran sarana perdagangan dan jassa di Kawasan
Perkotaan Takalar dapat dilihat pada tabel berikut.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 22
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Tabel 2.11. Fasilitas Perdagangan Kawasan Perkotaan Takalar, Th. 2013


SARANA PENDIDIKAN
JUMLAH
NO DESA/KEL. Pasar Mini Warung
Toko/Kios (UNIT)
Umum Market Makan/ Kedai
1 Pattallassang 1 - 140 87 228
2 Palantikang - - 42 8 50
3 Pappa - - 46 10 56
4 Maradekaya - - 29 3 32
5 Kalabbirang 1 5 112 35 153
6 Sombalabella - - 82 15 97
TOTAL 2 5 451 158 616
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 23
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Gambar 2.4. Peta Distribusi/Sebaran Sarana di Kawasan Perkotaan Takalar

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 24
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

C. Sistem Prasarana
Ketersediaan prasarana utama atau jaringan utilitas merupakan
infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi
masyarakat perkotaan, maupun terhadap upaya peningkatan kualitas
lingkungan. Prasarana utama yang dimaksud meliputi prasarana jalan,
kelistrikan, telekomunikasi, air minum, pembuangan limbah dan persampahan.
Ketersediaan prasarana utama terkait dengan sistem penyediaan infrastruktur
di Kawasan Perkotaan Takalar, sehingga uraian tentang prasarana di Kawasan
Perkotaan Takalar diuraikan secara umum sistem pelayanan tersebut.
1. Prasarana Jaringan Jalan
Jaringan jalan sangat berperan dalam memacu pertumbuhan di
Kawasan Perkotaan Takalar, dalam pembentukan pola permukiman
terkait dengan delimitasi kawasan terbangun dan estetika lingkungan
serta interaksi antar lingkungan permukiman, sehingga dapat

Gambar: Beberapa Kondisi Prasarana Jaringan Jalan Di kawasan Perkotaan Takalar

memudahkan penataan pola permukiman yang lebih teratur. Hasil


pengamatan dan sumber data yang diperoleh menunjukkan jaringan
jalan yang terdapat di Kawasan Perkotaan Takalar berdasarkan klasifikasi
fungsinya terdiri dari jalan arteri, kolektor dan jalan lokal (lingkungan),
dimana kondisi jalan yang ada yaitu jalan aspal, pengerasan dan jalan
tanah.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 25
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Pertumbuhan dan perkembangan Kawasan Perkotaan Takalar


yang dinamis dan berkelanjutan sangat dipengaruhi perkembangan
sistem transportasi yang ada. Perkembangan sistem transportasi ini
terwujud dalam jaringan jalan, membentuk pola-pola perkembangan
kota di wilayah ini. Begitu juga dengan pola perkembangan yang
terdapat di Kawasan Perkotaan Takalar, terbentuk dari pola-pola
jaringan jalan yang ada.
Tabel 2.12. Panjang Jalan Menurut Permukaan di Kawasan Perkotaan
Takalar, Tahun 2013
KONDISI JALAN PANJANG
NO DESA/KEL.
Aspal Diperkeras Tanah TOTAL (Km)
1 Pattallassang 23,00 - - 23,00
2 Palantikang 8,00 2.00 1,50 11,50
3 Pappa 7,70 2,90 1,00 11,60
4 Maradekaya 9,00 2,60 0,80 12,40
5 Kalabbirang 8,50 - - 8,50
6 Sombalabella 8,81 1,00 0,80 10,61
TOTAL 65,01 6,5 4,1 75,61
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 26
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Gambar 2.5. Peta Eksisting Prasarana Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan


Takalar

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 27
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

2. Prasarana Air Minum


Air bersih dibutuhkan tidak hanya untuk konsumsi, akan tetapi
juga untuk keperluan MCK. Pada dasarnya sumber air di Kawasan
Perencanaan terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan
sebagai sumber air baku, seperti air tanah (sumur bor & sumur gali), dan

Gambar: Sistem Penyediaan Air Minum Di kawasan Perkotaan Pattallassang

air yang diusahakan oleh PDAM. Akan tetapi, untuk pemenuhan air
bersih dibutuhkan beberapa persyaratan teknis, seperti standar sanitasi
dan kesehatan untuk layak konsumsi. Berdasarkan sumber data yang
diperoleh dan dari hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan,
bahwa sumber air baku bagi masyarakat di Kawasan Perencanaan dapat
terpenuhi melalui pemanfaatan beberapa sumber air. Pada beberapa
zona terdapat suplai air bersih dari sistem perpipaan PDAM, sementara
itu pada zona lainnya, sumber air bersih masyarakat disuplai dari air
tanah (sumur gali dan sumur bor).
Tabel 2.13. Prasarana Air Minum di Kawasan Perkotaan Takalar, Th. 2013
JENIS PRASARANA AIR MINUM
JUMLAH
NO DESA/KEL. Sumur
PDAM Sumur (UNIT)
Pompa
1 Pattallassang 459 477 312 1.248
2 Palantikang 838 122 40 1.000
3 Pappa 111 261 276 648
4 Maradekaya - 223 396 619
5 Kalabbirang 986 141 149 1.276
6 Sombalabella 319 561 551 1.431
TOTAL 2.713 1.785 1.724 6.222
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 28
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

3. Prasarana Energi Kelistrikan


Prasarana kelistrikan dibutuhkan untuk menunjang berbagai
kegiatan seperti kebutuhan penerangan rumah tangga, kegiatan
industri, penerangan jalan dan kegiatan lainnya. Pelayanan prasarana
listrik di Kawasan Perencanaan
tersedia atas distribusi daya dari PLN.
Sistem jaringan listrik di kawasan
perencanaan masih menggunakan air
system atau jaringan kabel udara,
terutama pada sambungan ke rumah-
rumah. Pada sistem jaringan ini
terpasang atas tiang-tiang dan
beberapa gardu pengatur daya listrik
yang terpasang pada beberapa titik
Gambar: Kondisi Prasarana Listrik
Sistem Jaringan Kabel Udara
jalur listrik. Pola jaringan listrik ini juga
mengikuti pola jaringan jalan yang ada.
Energi listrik yang ada di Kawasan Perkotaan Takalar, bersumber
dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang didukung oleh
beberapa pembangkit lainnya, seperti PLTU Tello, serta PLTU Punagaya.
Pola distribusi energi listrik dialirkan melalui Jaringan Tegangan
Menengah (JTM), kemudian dialirkan melalui Jaringan Tegangan Rendah
(JTR) ke unit-unit permukiman dan fasilitas. Secara umum Kawasan
Perkotaan Takalar sudah terjangkau jaringan listrik, baik untuk
kebutuhan rumah tangga, perkantoran, perdagangan, usaha industri,
penerangan jalan, dan kegiatan lainnya. Klasifikasi pelanggan listrik di
Kawasan Perkotaan Takalar, terbagai 3 (tiga), yaitu pelanggan listrik
rumah tangga, perusahaan dan sosial. Untuk lebih jelasnya jumlah
pelanggan listrik di Kawasan Perkotaan Takalar, dapat dilihat pada tabel
berikut.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 29
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Tabel 2.14. Prasarana Listrik (Sambungan Listrik) di Kawasan Perkotaan


Takalar, Tahun 2013
KLASIFIKASI PELANGGAN
JUMLAH
NO DESA/KEL. Rumah
Perusahaan Sosial (UNIT)
Tangga
1 Pattallassang 1.248 79 19 1.346
2 Palantikang 1.000 9 6 16
3 Pappa 648 4 12 664
4 Maradekaya 619 6 29 654
5 Kalabbirang 1.276 218 40 1.534
6 Sombalabella 1.431 11 15 1.457
TOTAL 6.222 327 121 5.671
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

4. Prasarana Telekomunikasi
Interkoneksi antar pusat-pusat kegiatan, baik wilayah internal
Kawasan Perkotaan Takalar maupun
dengan wilayah luar, sangat
membutuhkan dukungan sistem
komunikasi dan akses informasi baik
menggunakan sistem konvensional
dengan kabel maupun sistem nirkabel.
Untuk mendukung sistem interkoneksi
tersebut diarahkan pengembangan
jaringan kabel telepon mengikuti pola
jaringan jalan, sedangkan sistem
telekomunikasi nirkabel yang
memanfaatkan sistem satelit dan Gambar: Jaringan Telepon Yang
Menggunakan Sistem
didukung dengan menara-menara Jaringan Kabel Udara

penerima dan pemancar (BTS) yang dilokasikan pada titik-titik strategis


dan di dekat ibukota kabupaten dan kota-kota kecamatan.
Pengembangan prasarana telekomunikasi, terus ditingkatkan
perkembangannya hingga mencapai seluruh kawasan kota yang belum
terjangkau sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan pelayanan,

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 30
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan


jaringan telekomunikasi.
a) Jaringan Terestrial
Sistem jaringan terestrial di Kawasan Perkotaan Takalar, pada
dasarnya telah menjangkau beberapa kawasan, seperti kawasan
perdagangan, kawasan permukiman di beberapa bagian wilayah
kota. Namun masih terdapat wilayah-wilayah kota yang berada pada
kondisi geografis dan topografi alamnya sulit dijangkau oleh layanan
terestrial.
b) Jaringan Satelit
Pengembangan sistem telekomunikasi nirkabel berbasis
seluler sebagai bentuk/dampak meningkatnya kebutuhan terhadap
arus informasi dan komunikasi antar wilayah, baik lokal, wilayah,
nasional maupun internasional. Sistem telepon nirkabel ini
disediakan oleh beberapa provider/operator penyedia layanan jasa
telekomunikasi berbasis seluler. Namun pengawasan dan
pengaturan regulasi sistem telekomunikasi tersebut masih dilakukan
oleh pihak pemerintah (PT. Telekomunikasi Indonesia TBK).
Lokasi menara telekomunikasi dan menara Base Transceiver
Station (BTS) yang ada di Kawasan Perkotaan Takalar, terdapat di
seluruh wilayah. Penempatan menara-menara tersebut berada pada
lokasi yang strategis. Saat ini terdapat beberapa operator yang
melayani sistem telekomunikasi berbasis seluler, seperti Telkomsel,
Indosat, dan beberapa operator lainnya. Ke semua operator
tersebut tentunya masing-masing membangun menara BTS.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 31
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Tabel 2.15. Prasarana Telekomunikasi di Kawasan Perkotaan Takalar,


Tahun 2013
PRASARANA TELEKOMUNIKASI
JUMLAH
NO DESA/KEL. Kantor Kantor Telepon
(UNIT)
Pos Telepon (SST)
1 Pattallassang 1 - 370 371
2 Palantikang - - 10 10
3 Pappa - - 28 28
4 Maradekaya - - 12 12
5 Kalabbirang - 1 300 301
6 Sombalabella - - 100 100
TOTAL 1 1 916 918
Sumber: Kec. Pattallassang Dalam Angka, Th. 2014

5. Jaringan Drainase
Saluran drainase yang ada di kawasan perencanaan adalah dengan
memanfaatkan sungai sebagai saluran
primer. Pada beberapa ruas jalan,
kondisi drainasenya cukup baik namun
disisi lain terdapat beberapa ruas jalan
yang belum memiliki sistem
pembuangan air limpasan hujan
(drainase). Permasalahan yang muncul
saat ini adalah kondisi drainase yang
tercemar oleh sampah padat yang
dihasilkan oleh kegiatan penduduk
sehingga pada musim penghujan Gambar: Kondisi Prasarana
Persampahan di Kawasan
kemungkinan dapat terjadi hambatan Perencanaan

aliran air serta pada titik-titik tertentu masih terlihat ada saluran drainase
yang rusak.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 32
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

6. Sistem Persampahan
Sampah di Kawasan Perkotaan Takalar secara umum saat ini sudah
menjadi masalah karena jumlah penduduk yang semakin bertambah,
sehingga produksi sampah ikut meningkat. Berdasarkan hal tersebut
maka perlu adanya perencanaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Sistem pengelolaan
sampah yang akan
ditetapkan di beberapa

lokasi dalam kota,


yaitu masyarakat
membuang sampah

Gambar: Kondisi Prasarana Persampahan di Kawasan ke Tempat Pembuangan


Perkotaan Takalar
Sementara (TPS) dan
selanjutnya oleh petugas kebersihan sampah yang ada di TPS diangkut
menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Guna mendukung sistem ini
diperlukan: i) Setiap bangunan rumah tangga disediakan pewadahan/bak
sampah; ii) Pelayanan disediakan perwadahan yang disesuaikan dengan
volume sampah; iii) Penyediaan gerobak pengangkut sampah guna
mengangkut sampah ke TPS yang dilakukan oleh masyarakat; dan iv)
Penyediaan Dump Truck untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA yang
dikelolah oleh Pemerintah.
Sistem pengelolaan sampah yang ada dalam wilayah perencanaan
masih belum di kelola dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Takalar.
Khusus di Kawasan Perencanaan dimana sampah tersebut oleh beberapa
penduduk ada yang membuang sampah dengan cara membakar
langsung, menimbun ataupun membuangnya kesaluran-saluran (drainase)
yang ada di sekitarnya, sehingga menimbulkan tersumbatnya saluran.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 33
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Permasalahan persampahan merupakan salah satu permasalahan


lingkungan yang dominan terjadi di kawasan perkotaan. Ketersediaan
prasarana dan sarana persampahan serta peran serta masyarakat dalam
menjaga kebersihan lingkungan masih rendah. Beberapa hal utama yang
perlu mendapatkan perhatian dalam sistem pengelolaan persampahan di
Kawasan Perencanaan, antara lain:
1) Ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang masih
terbatas;
2) Perilaku masyarakat dalam membuang sampah;
3) Sistem manajemen pengelolaan; dan
4) Regulasi terkait dengan pelayanan persampahan.
D. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat
langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan tersebut.
1) Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi
menjadi:
- Bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan
- Bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota,
pertamanan kota, lapangan olahraga, pemakaman.
2) Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi :
- Bentuk RTH kawasan (areal, non linear); dan
- Bentuk RTH jalur (koridor, linear).
3) Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah
sebagai berikut:

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 34
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

- Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka


Hijau Publik dan RTH privat;
- Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal
30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%
ruang terbuka hijau privat; dan
- Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari
peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi
dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang
dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Ruang Terbuka Hijau, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki
fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan
(ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi.
Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan
keberlanjutan kota.
RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu
wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang
berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah
kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga
kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat
kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi,
arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai
kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat
berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 35
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan


pendukung arsitektur kota. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya
dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat
tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu,
daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan
manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible)
seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau
keanekaragaman hayati.
Pola ruang terbuka pada lingkup perencanaan mempunyai
peranan penting dalam proses terbentuknya urban space (ruang
kota) yang
mana juga
sangat
ditentukan
oleh
bangunan
atau Gambar: Beberapa Bentuk-Bentuk RTH Yang Terdapat di Kawasan
Perkotaan Pattallassang
kelompok
bangunan di sekitarnya. Setiap penggunaan dan macam ruang
terbuka yang ada, seperti: taman, pedestrian way, jalur hijau, plaza
urban dan sebagainya. Adapun fungsi dan kebutuhan ruang
terbuka ini adalah sebagai pengikat (linkage), fungsi ekologis,
tempat rekreasi dan komunikasi sosial, penyedia cahaya matahari
dan sirkulasi udara, memberikan kesan perspektif. Untuk itu
keperluan terhadap ruang terbuka sangat penting bagi kegiatan di
kawasan kota. Pada kawasan perencanaan, jenis ruang terbuka
yang ada belum tertata dan memenuhi kebutuhan cenderung
terbuka secara alam. Keberadaan ruang terbuka hijau mempunyai
fungsi antara lain:

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 36
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

a) Fungsi Biologis, yaitu memberi udara segar dan cahaya yang


cukup bagi bangunan di sekelilingnya;
b) Fungsi Ekologis, yaitu memberikan proteksi ekologis untuk
mencegah polusi udara, suara, bau dan sebagainya;
c) Fungsi Rekreasi seperti taman;
d) Fungsi Estetika, yaitu dengan membentuk perspektif dan efek
visual yang indah sebagai antisipasi lingkungan perkotaan yang
mungkin semakin padat;
e) Fungsi Sosial, yaitu sebagai tempat untuk menjalin komunikasi
antar manusia/masyarakat kota; dan
f) Fungsi Fisik, yaitu sebagai pembatas yang memisahkan antar
dua kegiatan yang berbeda aktifitasnya, seperti antara
lingkungan permukiman dengan industri dan lain-lain.
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, terdiri atas
RTHKP publik dan RTHKP privat dengan luas minimal 30% dari luas
Kawasan Perkotaan, yang meliputi:
a) Taman kota, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan
dan pemukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung
komersial;
b) Hutan kota dan bentang alam;
c) Pemakaman umum;
d) Lahan pertanian perkotaan;
e) Jalur di bawah SUTT, sempadan sungai, jalur pengaman jalan,
median jalan, rel kereta api dan pedestrian; dan
f) Kawasan dan jalur hijau.
Berdasarkan hasil survey di Kawasan Perkotaan Takalar,
memperlihatkan bahwa, terdapat beberapa jenis Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di kawasan ini, seperti lapangan sepak bola, jalur hijau
sempadan sungai, taman, dll. Ruang Terbuka Hijau yang ada di

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 37
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015

Kawasan Perkotaan Takalar saat ini masih memungkinkan untuk


mencapai ketentuan luas minimal Ruang Terbuka Hijau (RTH)
kawasan perkotaan. Ini terlihat dari tersedianya lahan-lahan
terbuka, baik untuk kegiatan ekonomi masyarakat berupa
perkebunan dan pertanian, maupun lahan-lahan untuk
pengembangan kawasan perkotaan.
E. Potensi Rawan Bencana (Banjir)
Kondisi topografi Kawasan Perkotaan Takalar relatif datar dan berada
diatas ketinggian antara 0 - 25 Meter diatas permukaan laut. Kondisi ini
tentunya berdampak pada kawasan yang memiiliki resiko terkena bencana
banjir sangat tinggi. Terjadinya banjir di Kawasan Perkotaan Takalar dapat
dilakukan mitigasi (pencegahan) apabila semua stakeholder bersinergi dan
memiliki kepedulian terhadap kelangsungan dan kelestarian sumberdaya alam.
Akibat tingginya curah hujan dan kerusakan hutan pada daerah hulu menjadi
faktor utama terjadi bencana alam banjir, sehingga penanganan bencana
banjir tidak dapat dilakukan hanya pada proses tanggap darurat/pasca banjir.
Sebaiknya penanganan banjir dilakukan melalui pencegahan, berupa kegiatan
penghijauan dan reboisasi hutan pada daerah hulu, serta perbaikan
infrastruktur wilayah pada daerah hilir.
Selain faktor kerusakan hutan di wilayah hulu, yang menyebabkan
terjadinya banjir di Kawasan Perkotaan Takalar, tentunya faktor ketersediaan
infrastruktur penanganan banjir kawasan kota juga mempengaruhi terjadinya
banjir. Sistem saluran-saluran air hujan (drainase) tidak berfungsi secara
optimal serta tidak dibangun secara terintegrasi, sehingga pola-pola jaringan
yang tidak terstruktur menyebabkan limpasan air hujan tidak mampu diterima
secara keseluruhan oleh jaringan drainase tersebut, sehingga terjadi genangan
yang berakibat terjadinya banjir di kawasan perkotaan.

Laporan Pendahuluan
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Takalar II - 38

Anda mungkin juga menyukai